You are on page 1of 7

LAPORAN KEGIATAN PEMBIAYAAN DAN DOKTER KELUARGA

Jaminan Kesehatan Daerah Kota Yogyakarta


Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kepaniteraan Klinik
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia

Disusun oleh:
Ahmad Teguh (09711223)
Iyan Widyaswara. S (09711226)
Amelia Lucky Ragil (09711117)
Yuniar Novitasari (09711079)

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2014

PENDAHULUAN
Menurut WHO, kesehatan adalah keadaan sejahtera yang meliputi fisik, sosial dan
mental, bukan hanya karena tidak adanya penyakit dan cacat. Sedangkan menurut
Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009, kesehatan adalah keadaan sehat baik secara
fisik, mental dan spiritual, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk dapat
produktif secara sosial dan ekonomi. Secara fisik (badan) seseorang dikatakan sehat jika
orang tersebut tidak mearasa sakit dan memang secara klinis tidak menunjukkan adanya
tanda sakit atau semua organ tubuh dapat berfungsi secara normal. Kesehatan mental
(jiwa) mencangkup 3 komponen penting yaitu pikiran, emosional, dan spiritual. Pikiran
yang sehat mencerminkan cara berpikir yang logis (masuk akal), atau dapat berpikir
secara runtut. Sedangkan emosional yang sehat mencerminkan kemampuan seseorang
untuk mengekspesikan emosinya misalnya takut, gembira, sedih khawatir dan lain
sebagainya. Kesehatan spiritual akan dapat terlihat dari praktek keagamaan atau
kepercayaannya serta perbuatan baik yang sesuai dengan norma-norma yang ada di
masyarakat. Kesehatan sosial akan menunjukkan bagaimana cara seseorang berinteraksi
dengan orang lain atau kelompok dengan baik dan saling menghargai serta toleransi
dalam bermasyarakat. Yang terakhir, keseehatan dari segi ekonomi akan tampak dari
produktivitas seseorang yang memiliki kegiatan untuk menghasilkan sesuatu yang dapat
mendukung kehidupannya secara finansial (Notoadmojo, 2007).
Secara umum, kesehatan dikelompokkan menjadi 2 yaitu kesehatan individu dan
kesehatan agregat (kumpulan individu). Ilmu yang mempelajari kesehatan individu
dikenal sebagai ilmu kedokteran (medicine) sedangkan ilmu yang mempelajari tentang
masalah kesehatan kumpulan individu dikenal sebagai ilmu kesehatan masyarakat (public
health) (Notoadmojo, 2007). Ilmu kesehatan masyarakat itu sendiri adalah ilmu dan seni
tentang bagaimana mencegah suatu penyakit, memperpanjang kehidupan, meningkatkan
kesehatan dengan berupaya perbaikan sanitasi lingkungan, pengendalian penyakitpenyakit yang menular, melakukan pendidikan kesehatan tentang kebersihan diri bagi
masing-masing individu, mengatur pelayanan kesehatan untuk diagnosis dini,
pencegahan dan pengobatan penyakit serta senantiasa mengembangkan sarana dan
prasarana sosial untuk menjamin setiap anggota komunitas memiliki standar hidup yang
1

cukup untuk mempertahankan status kesehatan yang baik (Winslow, 1920).


Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan yaitu lingkungan
seperti lingkungan fisik, sosial, budaya dan politik, perilaku, pelayanan kesehatan dan
hereditas/keturunan (Notoadmojo, 2006). Salah satu upaya untuk meningkatkan derajat
kesehatan dengan peningkatan pelayanan kesehatan di masyarakat adalah dengan
diadakannya jaminan kesehatan oleh pemerintah. Menurut Peraturan Presiden RI No 12
tahun 2013, jaminan kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar
pesertanya memperoleh manfaat terhadap pemeliharaan kesehatan dan perlindungan
dalam memenuhi kebutuhan dasar yakni kesehatan yang diberikan kepada setiap orang
yang telah membayar iuran atau iuran yang telah dibayarkan oleh pemerintah.
Salah satu bentuk jaminan kesehatan yang diberikan oleh pemerintah adalah
jaminan kesehatan daerah (Jamkesda). Peraturan Walikota Yogyakarta No 57 Tahun 2012
menjelaskan bahwa jamkesda adalah suatu cara penyelenggaraan kesehatan masyarakat
yang dilaksanakan oleh pemerintah kota Yogyakarta yang berdasarkan asas bersama dan
kekeluargaan yang berkelanjutan dengan sistem pola bantuan dengan mutu yang terjamin
serta pembiayaan yang dilakukan secara pra upaya dan nirlaba. Penyelenggaraan
jamkesda sendiri bertujuan untuk :
1. Jamkesda bertujuan untuk memberikan bantuan jaminan pembiayaan untuk
pemeliharaan kesehatan bagi peserta jamkesda
2. Jamkesda bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dengan
memberikan bantuan pembiayaan untuk pemeliharaan kesehatan dan perlindungan
dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan
Unit pelaksana Teknis Penyelenggara Jamkesda disingkat sebagai UPT PJKD.
Sedangkan pemberi pelayanan kesehatan disingkat menjadi PPK dimana PPK merupakan
sarana pelayanan kesehatan yang memenuhi syarat administrasi dan teknis untuk
bekerjasama dengan UPT PJKD yang meliputi PPK I (Puskesmas dan jaringannya), PPK
II (Rumah Sakit dengan dokter spesialis) dan yang selanjutnya PPK III ( Rumah Sakit
dengan dokter spesialis dan sub spesialis).

PERMASALAHAN DAN PEMBAHASAN


Program Jamkesda di Daerah Istimewa Yogyakarta tidak selalu berjalan sesuai yang
diharapkan. Kadangkala ditemukan permasalahan-permasalahan yang berhubungan
dengan program jamkesda. Permasalahan-permasalahan yang seringkali muncul antara
lain berkaitan dengan masalah sistem pembiayaan. Dalam hal ini, keluarga pasien rawat
inap seringkali terlambat untuk meminta klaim dari jamkesda, sehingga pasien tidak
mendapatkan jaminan dari jamkesda. Berdasarkan Perwal D.I. Yogyakarta No. 57 Tahun
2012 tentang sistem pembiayaan jamkesda, pada dasarnya untuk pasien rawat inap wajib
menunjukkan kartu peserta Jamkesda atau bagi penduduk yang belum memiliki jaminan
kesehatan apapun dapat menunjukkan KTP atau KK yang masih berlaku. Pasien
hendaknya membawa pengantar dari UPT PJKD paling lambat 3x24 jam, pada hari kerja
sejak masuk Rumah Sakit sehingga pasien/keluarga hanya akan menanggung selisih
biaya rawat inap di Rumah sakit tersebut. Kadangkala keterlambatan pasien dalam
mengurus surat pengantar menyebabkan pasien sulit untuk mendapatkan jaminan
kesehatan dari jamkesda.
Masalah lain yang kadang juga ditemukan dari proses pelaksanaan kegiatan
jamkesda adalah masalah fasilitas dari pelayanan kesehatan yang diberikan oleh
jamkesda yakni ruang perawatan kelas III sehingga jika pasien menginginkan kelas yang
lebih tinggi maka jamkesda tidak dapat menjamin hal tersebut. Untuk pasien rawat inap,
ruang perawatan yang diberikan oleh jamkesda adalah perawatan ruang kelas III, kecuali
ICU/ICCU/IMC/Ruang Isolasi kelas paling bawah yang ada di Rumah Sakit sehingga
jika ruang perawatan kelas III tersebut penuh, maka jamkesda tidak dapat menanggung
biaya perawatan untuk kelas yang lebih tinggi.
Selain itu, masalah lain yang dapat ditemukan dalam pelaksanaan jamkesda adalah
jika pasien melakukan pelayanan kesehatan atas permintaan sendiri yang bukan
merupakan indikasi medis, maka pihak jamkesda tidak dapat memberikan jaminan
sehingga tanggung jawab tersebut sepenuhnya akan ditanggung oleh pasien dan
kelurganya. Hal tersebut sesuai dengan Perwal D.I. Yogyakarta No. 57 Tahun 2012,
dimana jamkesda memang tidak memberikan jaminan pelayanan kesehatan terhadap
pelayanan yang tidak sesuai dengan prosedur pengobatan/mekanisme yang berlaku,
3

pengobatan alternatif dan atau pengobatan trasional yang tidak dilakukan oleh tenaga
medis, pengobatan dalam upaya memperoleh keturunan dan pengobatan impotensi,
pelayanan kesehatan pada kegiatan bakti sosial, upaya bunuh diri, penderita pengguna
obat terlarang dan miras serta bahan/tindakan yang tujuannya untuk bedah kosmetik,
general check up, penunjang diagnostik yang canggih kecuali jika digunakan untuk live
saving (kelangsungan hidup), dan kontrasepsi mandiri.
Yang terakhir, masalah dalam sistem rujukan yang tidak berjenjang juga kadangkala
menyebabkan masalah. Keluarga pasien seringkali tidak membawa surat rujukan dari
Penyedia Pelayanan Kesehatan I seperti puskesmas sehingga jika pasien tersebut harus
dirawat inap di Rumah Sakit yang bekerja sama dengan Jamkesda, pasien harus lebih
dulu meminta surat rujukan ke PPK I. Alur pelayanan Jamkesda pada dasarnya sudah
diatur dalam Perwal D.I. Yogyakarta No. 57 Tahun 2012, bahwa tiap peserta jamkesda
hendaknya berobat ke PPK I kecuali untuk pasien dengan kondisi kegawatan. Apabila di
PPK I pasien tersebut tidak dapat ditangani sehingga mengharuskan pasien tersebut di
rujuk ke PPK II maka pasien akan mendapatkan surat rujukan untuk berobat atau
memeriksakan diri ke PPK II. Pelayanan medis yang berjenjang bertujuan untuk
meningkatkan efektifitas dan efisiensi pelayanan kesehatan di masyarakat dengan
memberikan pelayanan yang merata, menyeluruh dan berkesinambungan. Namun
kadangkala pada prakteknya, pasien biasanya langsung d bawa ke PPK II/PPK III tanpa
melewati PPK tingkat I sebelumnya.
Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut, perlu dilakukan sosialisasi kepada
masyarakat agar lebih mengenal dan memahami mengenai program dari jamkesda atau
hal-hal yang berkaitan dengan jamkesda yang kadang masih menimbulkan masalah
dalam pelaksanaannya.

SIMPULAN DAN SARAN


Simpulan
Dasar hukum Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) D.I Yogyakarta beserta
programnya telah tercantum dalam Peraturan Walikota Yogyakarta No. 57 Tahun 2012.
Dalam menjalankan programnya, jamkesda juga mengalami masalah-masalah dalam
pelaksanaan programnya. Permasalahan yang muncul dari pelaksanaan jamkesda antara
lain terkait masalah pembiayaan dimana pasien/ keluarga terlambat untuk mengajukan
jaminan terhadap pihak jamkesda sehingga jamkesda tidak dapat memberikan jaminan
terhadap pasien tersebut. Selain itu, fasilitas ruang perawatan kelas III yang diberikan
oleh jamkesda sehingga jika pasien menginginkan ruang perawatan kelas yan glebih
tinggi termasuk masalah perawatan medis yang ingin dilakukan atas permintaan sendiri
oleh pasien, jamkesda tidak dapat memberikan jaminannya untuk hal-hal tersebut. Sistem
rujukan yang tidak berjenjang juga menyebabkan kurang efektif dan efisiennya pelayanan
kesehatan yang merata, menyeluruh dan berkesinambungan dalam masyarakat.
Saran
1. Untuk mengatasi masalah sistem pembiayaan jamkesda, sosialisasi terhadap program
jamkesda dapat diberikan kepada masyarakat agar lebih dimengerti dan dipahami lagi
sehingga masalah-masalah yang berkaitan dengan program jamkesda diharapkan
dapat berjalan lancar
2. Sistem rujukan yang berjenjang hendaknya dilaksanakan sebagai salah satu upaya
meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta
Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan.
Diunduh 3 April 2014
Peraturan Walikota Yogyakarta No. 57 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Jaminan
Daerah Kota Yogyakarta. Diunduh 4 April 2014
Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Diunduh 3 April 2014
World Health Organization. http://www.who.int/trade/glossary/story046/en/. Diakses 3
April 2014

You might also like