Professional Documents
Culture Documents
MAKALAH KELOMPOK
ASPEK PAJAK ATAS INDUSTRI MINYAK DAN GAS BUMI
KELOMPOK 2
AJEN YOGA PRADHANA
1306462065
1306461895
1306461970
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................i
PENDAHULUAN...................................................................................................1
PEMBAHASAN.....................................................................................................3
2.1
Aspek Hukum............................................................................................3
2.2.1
2.2
Dasar Hukum.....................................................................................3
Aspek Bisnis..............................................................................................5
2.2.1
Definisi...............................................................................................5
2.2.2
2.2.3
2.2.4
2.2.5
Cost Recovery..................................................................................29
2.3
Aspek Akuntansi......................................................................................31
2.3.1
PSAK 64: Aktivitas Eksplorasi dan Evaluasi pada Pertambangan
Sumber Daya Mineral.....................................................................................31
2.4
Aspek Pajak.............................................................................................37
2.4.1
2.4.2
2.4.3
2.4.4
CONTOH SOAL..................................................................................................60
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................64
1
UNIVERSITAS INDONESIA
PENDAHULUAN
Minyak dan gas bumi (migas) merupakan sumber mineral yang sangat
penting bagi kehidupan karena manfaat dari minyak dan gas bumi tersebut banyak
digunakan oleh manusia dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Manfaat tersebut
diantaranya adalah sebagai bahan bakar termasuk untuk kebutuhan rumah tangga,
bahan bakar untuk industri, dan bahan bakar untuk kendaraan. Selain sebagai
bahan bakar, minyak dan gas bumi juga digunakan sebagai bahan baku industri
seperti pada industri plastik, serat sintetis, karet sintetis, pestisida, detergen,
pelarut, pupuk, obat dan beberapa vitamin (Direktori Training Indonesia). Secara
ekonomi, minyak dan gas bumi memiliki manfaat sebagai penggerak industri,
instrumen penciptaan lapangan pekerjaan, hingga meningkatkan perekonomian
dunia melalui kegiatan ekspor dan impor. Berdasarkan hal tersebut maka minyak
dan gas bumi bersama dengan bahan galian lainnya yang memiliki nilai komersial
tinggi seperti emas, tembaga dan perak, serta batu bara merupakan golongan
bahan galian yang mendapat perhatian sangat serius dari pemerintah dan
masyarakat (HS, 2012).
Secara konstitusi, bahan galian yang terdapat dalam wilayah hukum
pertambangan Indonesia adalah endapan-endapan alam yang merupakan kekayaan
nasional bangsa Indonesia. Minyak dan gas bumi merupakan kekayaan alam yang
dikuasai oleh negara.
1
UNIVERSITAS INDONESIA
2
UNIVERSITAS INDONESIA
PEMBAHASAN
ASPEK HUKUM, BISNIS, AKUNTANSI, DAN PAJAK ATAS INDUSTRI
MINYAK DAN GAS BUMI
tentang
Kewajiban
Perusahaan
Minyak
Memenuhi
yang
Dapat
Dikembalikan
dan
Perlakuan
Pajak
3
UNIVERSITAS INDONESIA
pembangunan
nasional
harus
diarahkan
kepada
terwujudnya
dan mendorong
bagi
langkah-langkah
pembaharuan
dan
penataan
atas
4
UNIVERSITAS INDONESIA
minyak mentah. Bentuknya berupa benda padat dan cair. Jenisnya berupa
hidrokarbon dan bitumen.
5
UNIVERSITAS INDONESIA
berikut:
a. Kepemilikan sumber daya alam tetap di tangan pemerintah
sampai pada titik penyerahan.
b. Pengendalian manajemen operasi
berada
pada
Badan
Pelaksana.
c. Modal dan risiko seluruhnya ditanggung Badan Usaha atau
Bentuk Usaha Tetap.
Pemerintah menjalankan perannya sebagai pemilik sumber daya
alam berupa minyak dan gas bumi melalui suatu lembaga. Lembaga yang
berwenang untuk melakukan pengendalian kegiatan usaha hulu adalah
badan pelaksana.
A. Aktivitas Bisnis Hulu Migas
6
UNIVERSITAS INDONESIA
Migas
(www.skkmigas.go.id),
sebab
kegiatan
eksplorasi
memerlukan waktu yang lama adalah karena kegiatan pada tahap ini
memerlukan suatu kajian yang panjang dan rumit.
Hal tersebut
7
UNIVERSITAS INDONESIA
dilanjutkan
dengan tahap
berikutnya,
yakni
penyiapan
Namun
Pembatalan
tersebut
membawa
konsekuensi
yakni
Dengan perpres
9
UNIVERSITAS INDONESIA
10
UNIVERSITAS INDONESIA
minyak,
pemanfaatan
fasilitas
pengangkutan
dan
Pengusaha
Dibentuknya
Investment Credit
Sedangkan Investment Credit adalah tambahan pengembalian biaya modal
dalam jumlah tertentu, yang berkaitan langsung dengan fasilitas produksi,
yang diberikan sebagai insentif untuk pengembangan lapangan minyak
dan/atau gas bumi tertentu. FTP dan Investment Credit besifat optional,
maksudnya adalah kedua hal tersebut bisa saja ada atau tidak, hal ini
tergantung ketetapan yang diatur dalam Kontrak Bagi Hasil.
Equity to be Split
Equity to be Split adalah hasil produksi yang tersedia untuk dibagi (lifting)
antara Badan Pelaksana dan kontraktor setelah dikurangi FTP, insentif
investasi (jika ada), dan pengembalian biaya operasi.
Lifting
Penjelasan legal mengenai lifting dijelaskan pada pasal 1 PP No. 79 Tahun
2010 yakni sejumlah minyak mentah dan/atau gas bumi yang dijual atau
dibagi di titik penyerahan (custody transfer point). Ketika sebuah perusahaan
mendapatkan kepemilikan fisik dan legal atas hak (entitlement) minyak
mentah, yang dalam kontrak bagi hasil biasanya terdiri atas dua komponen:
minyak biaya dan minyak keuntungan. Kesepakatan penambangan mengatur
ketentuan-ketentuan di mana mitra-mitra akan menambang sesuai besar
sahamnya dan bagaimana aturan jika salah satu mitra menambang lebih
banyak dari hak yang mereka miliki (overlifted) atau kurang dari hak yang
mereka miliki (under lifted). Sebenarnya penambangan bisa lebih atau
13
UNIVERSITAS INDONESIA
kurang dari hak yang sebenarnya, tergantung dari royalti, persentase working
interest, dan sejumlah faktor lain.
Petroleum Fiscal
System
Concessionary
System
Contractual
System
Production
Sharing Contract
Service Contract
Pure Service
Contract
Risk Service
Contract
14
UNIVERSITAS INDONESIA
KKS
15
UNIVERSITAS INDONESIA
adalah yang mampu menyiasati tantangan dan meraih peluang dari empat
karakter tersebut (SKK Migas, 2013).
Kerja sama terkait penambangan minyak dan gas bumi di Indonesia
telah melalui tiga rezim kontrak, yaitu:
1. Konsesi
Rezim konsesi dianut Indonesia pada era kolonial Belanda sampai
awal kemerdekaan. Semua hasil produksi dalam wilayah konsesi
dimiliki oleh perusahaan.
kontrak
bagi
hasil
dengan
Independence
Kontrak ini
16
UNIVERSITAS INDONESIA
kemakmuran
rakyat
Indonesia
sehingga
mekanisme
Migas). Sedangkan hak kontraktor berasal dari minyak dan gas bumi
bagian kontraktor setelah dikurangi dengan kewajiban membayar pajak
dan
bagian
kontraktor
dari
pengembalian
biaya
produksi
yang
Berikut ini
membayar
pajak
pendapatan
kontraktor
kepada
pemerintah.
(6) Kontraktor wajib memenuhi kebutuhan BBM dalam negeri secara
proporsional (maksimum 25% bagiannya) dengan harga US$0,20
per barrel.
(7) Semua peralatan dan fasilitas yang dibeli oleh kontraktor menjadi
milik Pertamina.
18
UNIVERSITAS INDONESIA
19
UNIVERSITAS INDONESIA
20
UNIVERSITAS INDONESIA
Pajak efektif sebesar 48% terdiri dari 35% pajak atas net
income dan 20% withholding tax.
Ketentuan tersebut
21
UNIVERSITAS INDONESIA
22
UNIVERSITAS INDONESIA
peraturan
pelaksanaannya,
terutama
yang
berkaitan
dengan
23
UNIVERSITAS INDONESIA
terutang adalah 30% dan Branch Profit Tax 20% atau efektifnya adalah
44%. Tarif pajak tersebut dapat diikhtisarkan sebagai berikut:
Sebelum 1984
45%
20%
56%
1984
35%
20%
48%
1994
30%
20%
44%
Dalam bagi hasil antara pemerintah dan kontraktor dengan tarif 85/15
diasumsikan telah termasuk pembayaran pajak-pajak yang harus dibayar
oleh kontraktor kepada Pemerintah Indonesia, karena itu perubahan tarif
pajak tersebut tidak mempengaruhi bagi hasil setelah pajak untuk
pemerintah maupun kontraktor.
Bagi hasil minyak dengan perbandingan 85/15 untuk pemerintah dan
kontraktor dapar diilustrasikan dalam table berikut ini:
Sebelum
1984
10000
2000
4000
4000
6000
Uraian
Lifting
Kurang: FTP 20%
Kurang: Cost Recovery
Equity To Be Split
FTP + EBTS
Equity Share
Government
Contractor
1984
10000
2000
4000
4000
6000
1994
10000
2000
4000
4000
6000
Equity Share
Government
Contractor
3954.6
2045.4
56%
4269
1731
48%
4392.6
1607.4
44%
1145
831
707
Government
Contractor
5099.6
900.4
5100
900
5099.6
900.4
Government
Contractor
85%
15%
85%
15%
85%
15%
24
UNIVERSITAS INDONESIA
Dari ilustrasi di atas menunjukkan perhitungan bagi hasil dan tarif pajak
didasarkan pada semangat bagi hasil 85/15 untuk pemerintah/kontraktor.
Prosentase bagi hasil sebelum pajak akan berubah disesuaikan dengan tarif
pajak yang berlaku. Sebelum tahun 1984, dengan tarif pajak 56% bagi
hasil sebelum pajak (equity share) adalah 65,91%/34,09% untuk
pemerintah/kontraktor. Setelah tahun 1984 dengan adanya UU PPh tahun
1983 tarif pajak adalah 48% sehingga bagi hasil sebelum pajak (equity
share) adalah sebesar 71,15%/28,85% untuk pemerintah/kontraktor.
Dengan demikian berapapun tarif pajak yang ditetapkan tidak akan
berpengaruh terhadap bagian pemerintah dan kontraktor. Yang berubah
adalah komposisi persentase equity share untuk pemerintah dan kontraktor
dan angka inilah yang akan dicantumkan dalam Kontrak Production
Sharing.
Setelah perubahan dari net of tax menjadi gross of tax tidak berarti
mengganggu pembagian entitlement dari produksi yang diinginkan, karena
itu dalam pembayaran pajak migas ini dikenal dengan prinsip uniformity
yang
dituangkan
dalam
Surat
Menteri
Keuangan
Nomor
S-
25
UNIVERSITAS INDONESIA
1. Nilai lifting minyak dan gas yang dikenakan pajak memakai formula
tertentu
(Indonesian
Crude
Price/ICP)
bukan
jumlah
penjualan
sebenarnya.
2. Klasifikasi biaya tak berwujud dan biaya modal tidak harus sama dengan
dengan peraturan pajak penghasilan yang berkaitan dengan pengeluaran
modal.
3. Tarif depresiasi/amortisasi yang diterapkan untuk biaya modal dan biaya
tak berwujud tidak harus sama dengan tarif depresiasi yang berlaku pada
peraturan pajak penghasilan.
4. Tidak diperbolehkan untuk memasukkan biaya bunga dalam cost recovery
(kecuali yang sudah mendapat persetujuan BPMigas), sementara biaya
bunga menjadi pengurang penuh dalam menghitung pajak penghasilan
dalam peraturan pajak penghasilan.
5. Tidak ada batasan untuk membawa biaya tahun-tahun sebelumnya yang
belum diganti ke tahun berjalan, sedangkan dengan peraturan pajak
penghasilan ada batasan selama 5 tahun.
6. Selama belum berproduksi, tidak ada pengurang pajak yang timbul,
sementara dengan peraturan pajak penghasilan biaya sebagai pengurang
timbul sejak tanggal pengeluaran telah menjadi beban (akrual).
Tarif pajak yang diterapkan untuk Branch Profit Tax dapat berkurang jika
kontraktor adalah perusahaan yang berdomisili di negara yang memiliki
Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B) atau tax treaty.
Pengurangan di tarif branch profit tax akan meningkatkan bagian produksi
setelah pajak dari kontraktor.
Pemerintah akan kurang dari 85% dan hal ini bertentangan dengan prinsip
pembagian hasil produksi minyak sebesar 85/15 dan gas 70/30. Karena itu
dengan pengecualian dari sejumlah kecil P3B (Belanda, UK, Malaysia,
Singapura), pengurangan pada branch profit di P3B ini tidak berlaku untuk
kegiatan PSC.
Setelah keluarnya Undang-Undang Migas Nomor 22 tahun 2001
kontraktor diberikan pilihan apakah kewajiban membayar pajak dilakukan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku pada
saat kontrak ditandatangani atau ketentuan peraturan perundang-undangan
di bidang perpajakan yang berlaku.
26
UNIVERSITAS INDONESIA
Dengan pilihan
tertentu yang disebut Equity Share. Sesuai dengan konsep PSC bahwa
yang dibagi adalah produksinya setelah dikurangi dengan biaya operasi,
dan klausul tersebut tercantum dalam kontrak sebagai berikut:
27
UNIVERSITAS INDONESIA
28
UNIVERSITAS INDONESIA
Tarif Pajak
Pembagian Produksi
Setelah Pajak
Pemerinta Dapat
h
dinegosiasikan
Kontraktor Dapat
dinegosiasikan
Bagian Kontraktor Tergantung pada
negosiasi
pembagian
produksi
85/(100-44)
15/(100-44)
15/(100-48)
15/(100-56)
PSC
1995
PSC
19851994
PSC
Lama
44
48
56
65
85
85
85
35
15
15
15
62.5
26.79
28.85
34.1
after-tax
split
nya,
dimana
minyak
adalah
85/15
untuk
29
UNIVERSITAS INDONESIA
Tarif Pajak
Pembagian Produksi
Setelah Pajak
Pemerinta Dapat
60
h
dinegosiasikan
Kontraktor Dapat
40
dinegosiasikan
Bagian Kontraktor Tergantung pada
negosiasi pembagian
produksi
40/(100-44)
71.43
30/(100-44)
30/(100-48)
30/(100-56)
PSC
1995
PSC
19851994
PSC
Lama
44
48
56
70
70
70
30
30
30
53.57
57.69
68.18
Jika gas bumi tidak dapat memenuhi seluruh cost recovery gas bumi, kelebihan
biaya tersebut dapat diganti dari minyak mentah dari area kontrak yang
bersangkutan. Dan kebalikannya, jika terdapat kelebihan biaya minyak mentah
(biaya minyak melebihi pendapatan dari minyak), kelebihan tersebut dapat diganti
dari produksi gas bumi.
2.2.5 Cost Recovery
Dalam PSC, Pemerintah membagi hasil produksi bersih menurut suatu
persentase tertentu. Hasil produksi bersih merupakan selisih antara hasil
penjualan produksi migas (lifting) dengan biaya pokok atau biaya operasinya.
Nilai produksi bersih yang akan dibagi oleh pemerintah dengan kontraktor
migas disebut sebagai Equity to be Split (ETBS). Perhitungan bagi hasil
antara pemerintah dengan perusahaan migas itu dilakukan setiap tahun. Pada
hakikatnya, biaya operasi yang timbul dalam pelaksanaan kontrak PSC adalah
diganti atau ditanggung oleh pemerintah.
31
UNIVERSITAS INDONESIA
Biaya lain yang menjadi komponen cost recovery terdiri dari (1) biaya
untuk memindahkan gas dari titik produksi ke titik penyerahan, dan (2)
biaya kegiatan pasca operasi kegiatan usaha hulu.
2.3 Aspek Akuntansi
2.3.1 PSAK 64: Aktivitas Eksplorasi dan Evaluasi pada Pertambangan
Sumber Daya Mineral
A. Tujuan dan Ruang Lingkup PSAK 64
PSAK 64 merupakan adopsi dari IFRS 6: Exploration for and Evaluation
of Mineral Resources. Seperti dinyatakan dalam paragraf 28 PSAK 64,
PSAK ini menggantikan:
1. PSAK 29: Akuntansi Minyak dan Gas Bumi; dan
2. PSAK 33: Akuntansi Pertambangan Umum (untuk pengaturan yang
terkait dengan aktivitas eksplorasi dan aktivitas pengembangan dan
konstruksi).
Tujuan dan ruang lingkup PSAK 64 diuraikan pada tabel berikut.
Tabel 1. Tujuan & Ruang Lingkup PSAK 64
Perihal
Tujuan
Ruang
lingkup
Deskripsi
32
UNIVERSITAS INDONESIA
Sumber: Paragraf 1-5 PSAK 64 (IAI, 2011) dan IFRS 6 (IASCF, 2009) diolah kembali oleh penulis.
B. Perlakuan Akuntansi
Perihal
Pengakuan
Pengukuran
Komponen
biaya
perolehan
Pengukuran
Setelah
Pengakuan
Deskripsi
Ketika mengembangkan kebijakan akuntansinya, entitas
mengakui aset eksplorasi dan evaluasi menggunakan PSAK 25
(Revisi 2009): Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi
Akuntansi, dan Kesalahan paragraf 10 [par.6]
Aset eksplorasi dan evaluasi diukur pada biaya perolehan
[par.8].
33
UNIVERSITAS INDONESIA
Perubahan
Kebijakan
Akuntansi
Penyajian
Penurunan
Nilai
34
UNIVERSITAS INDONESIA
pertimbangannya
dalam
mengembangkan
dan
35
UNIVERSITAS INDONESIA
Dalam
menentukan
kebijakan
akuntansi
ini,
entitas
36
UNIVERSITAS INDONESIA
unsur
relevan
dan
keandalan
dengan
37
UNIVERSITAS INDONESIA
konsesioner dipaksa, baik oleh regulasi atau term kontrak, untuk membatasi
cost recovery atau tax deductions yang berkaitan dengan suatu izin atau
wilayah kerja yang diberikan. Dengan kebijakan ring fencing, pemerintah
membatasi konsolidasi akun-akun biaya maupun pajak pada wilayah atau izin
kerja yang berbeda. Secara praktik, ring fencing bermakna bahwa biayabiaya eksplorasi (exploration expenses) pada suatu blok yang tidak
38
UNIVERSITAS INDONESIA
Nomor
7 Tahun
1983
tentang
Pajak
Penghasilan
39
UNIVERSITAS INDONESIA
dan
menyetor
pajak,
membuat
dan
menyimpan
pembukuan/catatan .
Contohnya, semenjak diberlakukannya Undang-undang Nomor 10 Tahun
1994, Kontrak bagi Hasil yang ditandatangani setelah 1 Januari 1995 tarif
yang dikenakan kepada Kontraktor Production Sharing adalah atas Pajak
Penghasilan terutang sebesar 30% dan Branch Profit Tax (pasal 26 ayat (4)
) sebesar 20% atau efektifnya adalah 44% (30% x penghasilan netto +
20% x (penghasilan netto - 30% penghasilan netto).
Pada Kontrak Bagi Hasil generasi pertama, Pajak Penghasilan atas
kegiatan Migas dibayarkan oleh Pertamina atas nama Kontraktor, tapi
semenjak
diterbitkannya
Surat
Menteri
Keuangan
Nomor:
S-
40
UNIVERSITAS INDONESIA
kena
pajak namun
tidak
boleh
dimasukkan
dalam
Kewajiban
PPh
selama 1984 -1994
Sejak
berlakunya
Kepmen
267/KMK.012/1978,
KPS
diwajibkan
membayar PPh
Besarnya PPh yg dibayar adalah 45% untuk
PPs dan 20% untuk PBDR atau efektifnya
sebesar 56%
Dalam perhitungan bagi hasil /pajak,
pembatasan cost recovery sudah tidak ada lagi
Untuk KPS yg ditandatangani sebelum 1984
berlaku UU PPs sesuai Pasal 33(3) UU PPh
1984
Untuk KPS yg ditandatangani setelah 1 Januari
1984 dikenakan pajak berdasarkan UU PPh
1984
PPh terutang adalah 35% dan Branch Profit tax
20% atau efektifnya adalah 48%
Kontrak PSC yg ditandatangani sebelum 1 Jan
1995 berlaku ketentuan pada waktu kontrak
ditandatangani (Pasal 33A UU PPh 1994)
Kontrak PSC yg ditandatangani setelah 1 Jan
1995 berlaku UU PPh 1994
PPh terutang adalah 30% dan Branch Profit tax
20% atau efektifnya adalah 44%
Setelah diterbitkannya Surat Menteri Keuangan Nomor: S443/MK.012/1982 Tentang interpretasi dari Kepmen 267/KMK.012/1978,
sejak 1978, Kontraktor Production Sharing membayar sendiri PPh
41
UNIVERSITAS INDONESIA
42
UNIVERSITAS INDONESIA
43
UNIVERSITAS INDONESIA
melalui
proses
tender
sesuai
ketentuan
sumbangan
(donation)
yang
dilakukan
oleh
kontraktor.
44
UNIVERSITAS INDONESIA
Kemudian
penerimaan
Bonus
sebagaimana
diatur
dalam
S-
Masa Manfaat
1,5 tahun
2 tahun
3 tahun
3 tahun
3 tahun
45
UNIVERSITAS INDONESIA
4,5 tahun
5 tahun
5 tahun
5 tahun
7,5 tahun
5 tahun
9 tahun
10 tahun
46
UNIVERSITAS INDONESIA
penghasilan yang diterima oleh karyawan atau buruh dalam bentuk natura
yang diberikan oleh pemberi kerja dianggap bukan sebagai penghasilan
(non taxable) bagi karyawan atau buruh dan tidak diperkenankan untuk
dipotongkan sebagai biaya bagi perusahaan (non deductible expense) bagi
yang memberikannya.
Terkait dengan natura sebagai biaya maupun penghasilan dalam UU Pajak
Penghasilan, maka:
1. Untuk kontraktor KBH yang ditandatangani sebelum berlakunya
Undang-undang Pajak Penghasilan 1984, maka pemberian dalam
bentuk natura dan kenikmatan lainnya diperbolehkan untuk
dikurangkan dari penghasilan bruto sebagai biaya, dan harus
dihitung sebagai penghasilan yang dikenakan pajak bagi karyawan
yang menerimanya.
2. Untuk kontraktor KBH yang ditandatangani setelah berlakunya
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 adalah :
47
UNIVERSITAS INDONESIA
48
UNIVERSITAS INDONESIA
termasuk
49
UNIVERSITAS INDONESIA
berhubungan
dengan
eksplorasi
dan
pertambangan,
Pemotongan/Pemungutan PPh 23
Sama seperti PPh pasal 21 dan PPh 26, maka wajib pajak dalam
hal ini kontraktor mempunyai kewajiban memotong dan memungut
PPh pasal 23/26. Pajak tersebut disetorkan ke kas negara serta
dilaporkan ke KPP tempat WP terdaftar.
50
UNIVERSITAS INDONESIA
51
UNIVERSITAS INDONESIA
53
UNIVERSITAS INDONESIA
54
UNIVERSITAS INDONESIA
merupakan hasil perkalian antara total luas bangunan dengan NJOP bangunan
per meter persegi, dimana NJOP bangunan per meter persegi merupakan hasil
konversi nilai bangunan per meter persegi ke dalam klasifikasi NJOP
bangunan yang tercantum di dalam Peraturan Menteri Keuangan tentang
klasifikasi NJOP Bangunan.
Nilai bumi per meter persegi masing-masing areal ditentukan sebagai berikut:
55
UNIVERSITAS INDONESIA
Minyak Bumi dan Gas Bumi, atau Panas Bumi, yang tidak dapat
atau telah selesai diusahakan untuk pengambilan hasil produksi.
4. Areal Emplasemen adalah areal tanah dan/atau perairan
pedalaman di dalam kawasan yang digunakan untuk kegiatan
usaha pertambangan Minyak Bumi dan Gas Bumi, atau Panas
Bumi, yang secara nyata dipunyai haknya dan/atau diperoleh
manfaatnya
oleh
subjek
pajak
atau
Wajib
Pajak
untuk
dan
Gas
Bumi,
yang
secara
nyata
dipunyai
haknya
56
UNIVERSITAS INDONESIA
Dengan
57
UNIVERSITAS INDONESIA
58
UNIVERSITAS INDONESIA
Republik
Indonesia
Nomor
177/PMK.011/2007
tentang
Pembebasan Bea Masuk atas Impor Barang untuk Kegiatan Usaha Hulu
Minyak dan Gas Bumi serta Panas Bumi. Sama dengan PPN untuk fasilitas
pembebasan Bea Masuk juga diberikan terhadap barang yang nyata-nyata
dipergunakan untuk kegiatan usaha eksplorasi di bidang hulu migas dan
panas bumi. Permohonan pembebasan bea masuk sebagaimana dimaksud
dalam diajukan kepada Direktur Jenderal Bea dan Cukai dilampiri dengan
Rencana Impor Barang (RIB) untuk kebutuhan dalam 12 (dua belas) bulan
yang telah disetujui dan ditandaskan oleh Direktu Jendral Minyak dan Gas
Bumi, Departemen Energi, dan Sumber Daya Mineral dengan memperhatikan
beberapa ketentuan Permohonan pembebasan bea masuk tersebut diajukan
59
UNIVERSITAS INDONESIA
kepada Direktur Jendral Bea dan Cukai dilampirkan dengan RIB untuk
kebutuhan dalam 12 (dua belas) bulan yang telah disetujui dan ditandaskan
oleh Direktur Jendral Mineral, Batu Bara, dan Panas Bumi, Departemen
Energi dan Sumber Daya Mineral.
Insentif ini bahkan diperluas lagi oleh pemerintah dengan dikeluarkannya
Peraturan Menteri Keuangan nomor 70/PMK.011/2013 tentang Perubahan
Ketiga atas Keputusan Menteri Keuangannomor 231/KMK.03/2001 tentang
Perlakuan PPN dan PPnBM atas impor Barang Kena Pajak yang dibebaskan dari pungutan
Bea Masuk. Pada peraturan tersebut, Pasal 2 ayat (2) diperluas dengan cara
menambahkan poin (n), yang isinya adalah sebagai berikut:
n. Barang yang dipergunakan untuk kegiatan usaha eksploitasi hulu minyak dan gas
bumi
Melalui PMK teranyar ini, fasilitas PPN dan PPnBM tidak dipungut serta pembebasan Bea
Masuk Impor diperluas tidak hanya atas impor barang yang dipergunakan
untuk kegiatan eksplorasi, tetapi juga atas impor barang yang dipergunakan
untuk kegiatan eksploitasi. Bahkan, ayat (4) pasal tersebut tidak diubah
redaksinya, meskipun telah dilakukan penambahan poin (n) di ayat (3) pasal
tersebut. Hal tersebut berarti atas impor barang yang dipergunakan untuk
kegiatan eksploitasi tidak dibatasi sama sekali, berbeda dengan kegiatan
eksplorasi hulu minyak dan gas bumi. Dengan demikian, seluruh impor
barang untuk eksploitasi hulu migas akan dikenakan fasilitas PPN dan
PPnBM tidak dipungut menurut isi Peraturan Menteri Keuangan ini.
60
UNIVERSITAS INDONESIA
CONTOH SOAL
1. Soal PPh Badan
Berikut adalah keterangan terkait penghasilan lifting minyak BUT X.
No.
1.
2.
3.
4.
5.
Deskripsi
Penghasilan Bruto
FTP
Cost Recovery
Equity to be Split
US $
5.000.000
1.100.000
3.900.000
1.000.000
2.900.000
Keterangan
Produksi x Harga
20% x (1)
(3)-(4)
294.690
776.910
1.071.600
321.480
150.024
471.504
600.096
Bagian Pemerintah
11. Dari FTP 73,21% x (2)
12. Dari ETBS 73,21% x (5)
13. Dari Pajak (11)
Total Bagian Pemerintah (11)+(12)+(13)
805.310
2.123.090
471.504
3.399.904
2. Soal PPN
Sebuah Cassing Drilling untuk pengeboran eksplorasi harga CIF-nya
berkisar US$ 4juta dengan bea masuk dibebaskan. Jika dihitung , besar
PPN yang dikenakan atas impor Cassing Drilling tersebut yaitu:
Nilai Pabean
: US$ 4.000.000
Bea Masuk
:
0
Nilai Impor
US$ 4.000.000
PPN 10%
10% X US$ 4.000.000
: US$ 400.000
Kontraktor Migas bukan merupakan Pengusaha Kena Pajak (PKP)
sehingga tidak dapat memanfaatkan mekanisme pengkreditan pajak
masukan dan pajak keluaran. Akan tetapi PPN yang telah dikenakan akan
melalui mekanisme reimbursement saat kontraktor dapat berproduksi.
61
UNIVERSITAS INDONESIA
3. Soal PBB
PT. Black Diamond, sebuah usaha tambang minyak bumi yang beroperasi
di pedalaman Kalimantan menguasai/memperoleh manfaat dari bumi dan
bangunan dengan rincian sbb:
A. Bumi (Tanah)
a. Areal Produktif : 200 Ha; Nilai = Rp300,-/M2
b. Areal Belum Produktif : 300 Ha; Nilai = Rp200,-/M2
c. Areal Tidak Produktif : 100 Ha; Nilai = Rp150,-/M2
d. Areal Pengaman: 1 Ha; Nilai = Rp150,-/M2
e. Areal Emplasemen :
1. Pabrik : 20 Ha; Nilai = Rp900,-/M2
2. Gudang : 2 Ha; Nilai = Rp900,-/M2
3. Kantor : 1 Ha; Nilai = Rp1.000,-/M2
4. Perumahan : 5 Ha; Nilai = Rp1.100,-/M2
B. Bangunan
a. Pabrik : 50.000 M2; Nilai = Rp365.000,-/M2
b. Gudang : 5.000 M2; Nilai = Rp429.000,-/M2
c. Kantor : 2.000 M2; Nilai = Rp505.000,-/M2
d. Perumahan : 10.000 M2; Nilai = Rp595.000,-/M2
C. Hasil penjualan minyak bumi setahun sbb:
1. Triwulan pertama produksi sebesar: 25.000 barrel dengan harga US
$45 per barrel
2. Triwulan kedua produksi sebesar: 30.000 barrel dengan harga US $46
per barrel
3. Triwulan ketiga produksi sebesar 33.000 barrel dengan harga US $45,5
per barrel
4. Triwulan keempat produksi sebesar 34.000 barrel dengan harga US
$46 per barrel.
Angka Kapitalisasi = 9,5
Kurs yang berlaku: 1 US $ = Rp9.150,00
Hitung PBB yang menjadi kewajiban PT.Mutiara Hitam tersebut apabila
NJOPTKP ditentukan sebesar Rp12.000.000,00!
Jawaban:
Hasil Penjualan minyak bumi setahun sebagai berikut:
Triwulan pertama: 25.000 x 45 x 9.150
= Rp10.293.750.000,-
62
UNIVERSITAS INDONESIA
= Rp12.627.000.000,-
= Rp13.738.725.000,-
= Rp14.310.600.000,- +
= Rp50.970.075.000,-
A. NJOP Bumi
a. Tubuh
bumi
eksploitasi
9,5
50.970.075.000
= Rp
= Rp
= Rp
= Rp
= Rp
= Rp
18.000.000,3. Kantor:
10.000
1.000
Rp
= Rp
55.000.000,Jumlah
Nilai
Bumi:
63
UNIVERSITAS INDONESIA
B. NJOP Bangunan
1. Pabrik: 50.000 x
365.000
429.000
x
x
505.000
595.000
Rp
Rp
Rp
Rp
5.950.000.000,Jumlah
Nilai
Bangunan:
Rp
= Rp517.956.000.000,-
NJOPTKP:
= Rp
= Rp517.944.000.000,-
12.000.000,- -
64
UNIVERSITAS INDONESIA
DAFTAR PUSTAKA
Direktori Training Indonesia. (n.d.). Manfaat Minyak Bumi dan Gas Alam untuk
Kehidupan. Retrieved from DirektoriTraining.Com:
http://direktoritraining.com/manfaat-minyak-bumi-dan-gas-alam-untukkehidupan/
HS, S. (2012). Hukum Pertambangan di Indonesia. Jakarta: PT. Rajagrafindo
Persada.
Mazeel, M. (2010). Classification of Petroleum Fiscal Systems. In M. Mazeel,
Petroleum Fiscal Systems and Contracts. Hamburg: Diplomica Verlac
GmbH.
MigasReview.com. (2013, Februari 27). Retrieved from MigasReview.com: Portal
Informasi Mineral & Energi:
http://www.migasreview.com/post/1417075031/sistem-bagi-hasil-migas-bagian-1----perjalanan-production-sharing-contract.html
Petromindo.Com. (2016, Mei 3). Memahami dari A sampai Z Pajak Migas
Indonesia, Konsep, Penerapan dan Implikasinya. Retrieved from
Petromindo.Com: Indonesian Oil, Mining and Energy News:
http://www.petromindo.com/?table=event&pos=detail&id=401
SKK Migas. (2015, September 8). Eksplorasi, Awal Kegiatan Usaha Hulu
Minyak dan Gas Bumi. Retrieved from
http://www.skkmigas.go.id/eksplorasi-awal-kegiatan-usaha-hulu-minyakdan-gas-bumi
Regulasi
Undang-undang No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi
Peraturan Pemerintah No. 79 tentang Biaya Operasi yang dapat Dikembalikan dan
Perlakuan Pajak Penghasilan di Bidang Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi
65
UNIVERSITAS INDONESIA