Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Malnutrisi merupakan masalah yang menjadi perhatian internasional
serta memiliki berbagai sebab yang saling berkaitan. Malnutrisi masih
merupakan masalah kesehatan utama di negara sedang berkembang dan
melatar belakangi lebih dari 50% kematian balita. Sekitar 15% anak di
Asia Selatan terancam menderita gizi kurang dan buruk dan 2% anak
yang tinggal di negara sedang berkembang terancam severe acute
malnutrition (SAM). Severe acute malnutrition atau malnutrisi akut berat
atau disebut juga gizi buruk akut adalah keadaan dimana seseorang anak
tampak sangat kurus ditandai dengan BB/PB<-3 SD dari median WHO
child growth standard, atau didapatkan edema nutrisional dan pada anak
umur 5-59 bulan lingkar lengan atas (LLA) < 110 mm 3 (Mansjoer, 2010).
Faktor-Faktor yang mempengaruhi status gizi seseorang dapat
dipengaruhi oleh faktor langsung dan tidak langsung. Faktor langsung,
yaitu: konsumsi makanan yang dimakan dan adanya infeksi yang diderita.
Anak yang makanannya tidak cukup baik, daya tahan tubuhnya melemah.
Sedangkan faktor tidak langsung, yaitu: tingkat pendapatan keluarga,
pengetahuan gizi dan sanitasi lingkungan (Mansjoer, 2010).
Kematian akibat Malnutrisi dapat disebabkan oleh kurangnya
asupan makanan yang mengakibatkan kurangnya jumlah makanan yang
diberikan, kurangnya kualitas makanan yang diberikan dan cara
pemberian makanan yang salah. Selain itu juga karena adanya penyakit,
terutama penyakit infeksi, mempengaruhi jumlah asupan makanan dan
penggunaan nutrien oleh tubuh.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Gizi Buruk
Gizi buruk merupakan status kondisi seseorang yang kekurangan
nutrisi, atau nutrisinya di bawah standar rata-rata. Status gizi buruk dibagi
menjadi tiga bagian, yakni gizi buruk karena kekurangan protein (disebut
kwashiorkor), karena kekurangan karbohidrat atau kalori (disebut
marasmus), dan kekurangan kedua-duanya. Gizi buruk ini biasanya terjadi
pada
anak
balita
(bawah
lima
tahun)
dan
ditampakkan
oleh
Ada 3 jenis gizi buruk yang sering ditemui dan sangat berbahaya,
yaitu: kwashiorkor, marasmus dan marasmic-kwashiorkor (Depkes, 2008).
a. Kwashiorkor
Penampilan tipe kwashiorkor seperti anak yang gemuk (sugar baby),
bilamana dietnya mengandung cukup energi disamping kekurangan
protein, walaupun dibagian tubuh lainnya terutama dipantatnya terlihat
adanya atrofi. Tampak sangat kurus dan atau edema pada kedua
punggung kaki sampai seluruh tubuh (Depkes, 2008) :
Bengkak pada seluruh tubuh terutama pada punggung kaki dan
bila ditekan akan meninggalkan bekas seperti lubang
Otot mengecil dan menyebabkan lengan atas kurus sehingga
ukuran LILA-nya kurang dari 14 cm
Timbulnya ruam berwarna merah muda yang meluas dan
berubah warna menjadi coklat kehitaman dan terkelupas
Tidak nafsu makan
Rambutnya menipis berwarna merah seperti rambut jagung dan
mudah dicabut tanpa menimbulkan rasa sakit
Wajah anak membulat dan sembab (moon face)
Cengeng/rewel dan apatis
Sering disertai infeksi, anemia dan diare
b. Marasmus
Marasmus adalah gangguan gizi karena kekurangan karbohidrat.
Gejala yang timbul diantaranya muka seperti orangtua (berkerut),
tidak terlihat lemak dan otot di bawah kulit (kelihatan tulang di bawah
kulit), rambut mudah patah dan kemerahan, gangguan kulit, gangguan
pencernaan (sering diare), pembesaran hati dan sebagainya. Anak
tampak sering rewel dan banyak menangis meskipun setelah makan,
karena masih merasa lapar. Berikut adalah gejala pada marasmus
adalah (Depkes, 2008) :
Anak sangat kurus tampak tulang terbungkus kulit.
Tulang rusuk menonjol
Wajahnya seperti orang tua (monkey face)
Kulit keriput (jaringan lemak sangat sedikit sampai tidak ada )
Cengeng/rewel
Perut cekung sering disertai diare kronik (terus menerus) atau
susah buang air kecil
Otot paha mengendor (baggy pant).
c. Marasmic-kwashiorkor
Gambaran klinis merupakan campuran dari beberapa gejala klinik
kwashiorkor dan marasmus. Makanan sehari-hari tidak cukup
mengandung protein dan juga energi untuk pertumbuhan yang
normal. Pada penderita demikian disamping menurunnya berat badan
< 60% dari normal memperlihatkan tanda-tanda kwashiorkor, seperti
edema,
kelainan
rambut,
kelainan
kulit,
sedangkan
kelainan
enteral
misalnya
infantil
gastro
enteritis,
bronkho
a.
Umur
Umur sangat memegang peranan dalam penentuan status gizi,
diperhitungkan.
b.
Berat Badan
Berat badan merupakan salah satu ukuran yang memberikan
Tinggi Badan
Tinggi badan sangat baik untuk melihat keadaan gizi masa lalu
terutama yang berkaitan dengan keadaan berat badan lahir rendah dan
kurang gizi pada masa balita. Tinggi badan dinyatakan dalam bentuk
Indeks TB/U ( tinggi badan menurut umur), atau juga indeks BB/TB ( Berat
Badan menurut Tinggi Badan) jarang dilakukan karena perubahan tinggi
badan yang lambat dan biasanya hanya dilakukan setahun sekali.
Penggunaan Indeks BB/U, TB/U dan BB/TB merupakan indikator
status gizi untuk melihat adanya gangguan fungsi pertumbuhan dan
komposisi tubuh.
Tabel 2.1. Penilaian Status Gizi berdasarkan Indeks BB/U, TB/U, BB/TB
Standart Baku Antropometeri WHO-NCHS
No
1
Indeks yang
dipakai
BB/U
TB/U
BB/TB
Batas
Pengelompokan
< -3 SD
- 3 s/d <-2 SD
Gizi kurang
- 2 s/d +2 SD
Gizi baik
> +2 SD
Gizi lebih
< -3 SD
Sangat Pendek
- 3 s/d <-2 SD
Pendek
- 2 s/d +2 SD
Normal
> +2 SD
Tinggi
< -3 SD
Sangat Kurus
- 3 s/d <-2 SD
Kurus
- 2 s/d +2 SD
Normal
> +2 SD
Gemuk
10
dampak
buruk
pada
sistem
pertahanan
sehingga
11
pada
fase
stabilisasi
bertujuan
untuk
mengatasi
12
Fase
Rehabilitasi
Minggu 2-6
+Fe
Tindak lanjut
Minggu 7-26
Semua anak gizi buruk berisiko untuk terjadi hipoglikemia (kadar gula
darah 3 mmol/dl atau 54 mg/dl), seringkali merupakan penyebab
kematian pada 2 hari pertama perawatan. Hipoglikemia dapat terjadi
karena adanya infeksi berat atau anak tidak mendapat makanan selama
4-6 jam. Hipoglikemia dan hipotermia seringkali terjadi bersamaan dan
biasanya merupakan petanda infeksi. Monitor:
Terapi :
Bila anak sadar dan dapat minum
Bila anak tidak sadar
Bolus 50ml larutan glukosa 10%
Glukosa 10% IV (5 mg/ml) diikuti
atau sukrosa 10% (1 sdt gula
30 menit.
Antibiotik spektrum luas
Pemberian makanan per 2 jam,
13
keduanya.
Berikan antibiotik spektrum luas.
Monitor:
14
Rehidrasi berhasil bila: adanya air mata, mulut yang lembab, mata
dan fontanella yang sudah tidak cekung dan perbaikan turgor kulit.
Jika frekuensi nadi dan nafas meningkat selama rehidrasi
menandakan adanya infeksi atau over rehidrasi.
tidak
terdapat
komplikasi
atau
infeksi
tidak
nyata:
perbaikan
klinis
tambahkan:
15
Kloramfenikol
25
Vitamin A per oral (dosis >12 bulan 200.000 SI, 6-12 bulan 100.000
Suplemen multivitamin.
Asam folat 1 mg/hari.
Zinc 2 mg/kgbb/hari.
Copper 0,3 mg/kgbb/hari.
Preparat besi 3 mg/kg/hari (pada fase rehabilitasi).
Jadwal yang
16
Ganti formula F75 dengan F100 dalam jumlah yang sama dalam 48
jam.
Kemudian volume ditambah bertahap sebanyak 10-15 ml per kali
(bila sulit dalam pelaksanaannya, kenaikan volume dapat dilakukan
(200 ml/kgbb/hari).
Pemberian makanan yang sering sedikitnya tiap 4 jam.
Energi: 150-220 kcal/kg/hari.
Protein: 4-6 gram protein/kg/hari.
Bila anak masih mendapat ASI tetap diberikan diantara pemberian
formula.
Timbang berat badan tiap pagi sebelum makan, plot pada formulir
Gizi Buruk bukan hanya menjadi stigma yang ditakuti, hal ini tentu
saja terkait dengan dampak terhadap sosial ekonomi keluarga maupun
negara, di samping berbagai konsekuensi yang diterima anak itu sendiri.
Kondisi gizi buruk akan mempengaruhi banyak organ dan sistem, karena
kondisi gizi buruk ini juga sering disertai dengan defisiensi (kekurangan)
asupan mikro/makro nutrien lain yang sangat diperlukan bagi tubuh. Gizi
buruk akan memporak porandakan sistem pertahanan tubuh terhadap
mikroorganisme maupun pertahanan mekanik sehingga mudah sekali
terkena infeksi.
Secara garis besar, dalam kondisi akut, gizi buruk bisa mengancam
jiwa karena berberbagai disfungsi yang di alami, ancaman yang timbul
antara lain hipotermi (mudah kedinginan) karena jaringan lemaknya tipis,
hipoglikemia (kadar gula dalam darah yang dibawah kadar normal) dan
kekurangan elektrolit dan cairan tubuh. Jika fase akut tertangani dan
namun tidak di follow up dengan baik akibatnya anak tidak dapat catch
up dan mengejar ketinggalannya maka dalam jangka panjang kondisi ini
berdampak buruk terhadap pertumbuhan maupun perkembangannya.
Akibat gizi buruk terhadap pertumbuhan sangat merugikan performance
anak, akibat kondisi stunting (postur tubuh kecil pendek) yang
diakibatkannya dan perkembangan anak pun terganggu. Efek malnutrisi
terhadap perkembangan mental dan otak tergantung dangan derajat
beratnya, lamanya dan waktu pertumbuhan otak itu sendiri. Dampak
terhadap pertumbuhan otak ini menjadi fatal karena otak adalah salah
satu aset yang vital bagi anak.
Beberapa penelitian menjelaskan, dampak jangka pendek gizi buruk
terhadap perkembangan anak adalah anak menjadi apatis, mengalami
gangguan bicara dan gangguan perkembangan yang lain. Sedangkan
dampak jangka panjang adalah penurunan skor tes IQ, penurunan
perkembangan
kognitif,
penurunan
integrasi
sensori,
gangguan
19
setiap
pertumbuhan
disertai
dengan
perubahan
fungsi.
20
kembang anak yang terbagi menjadi dua, yaitu masa pranatal dan masa
postnatal. Setiap masa tersebut memiliki ciri khas dan perbedaan dalam
anatomi, fisiologi, biokimia, dan karakternya.
Masa pranatal adalah masa kehidupan janin di dalam kandungan.
Masa ini dibagi menjadi dua periode, yaitu masa embrio dan masa fetus.
Masa embrio adalah masa sejak konsepsi sampai umur kehamilan 8
minggu, sedangkan masa fetus adalah sejak umur 9 minggu sampai
kelahiran.
Masa postnatal atau masa setelah lahir terdiri dari lima periode.
Periode pertama adalah masa neonatal dimana bayi berusia 0 - 28 hari
dilanjutkan masa bayi yaitu sampai usia 2 tahun. Masa prasekolah adalah
masa anak berusia 2 6 tahun. Sampai dengan masa ini, anak laki-laki
dan perempuan belum terdapat perbedaan, namun ketika masuk dalam
masa selanjutnya yaitu masa sekolah atau masa pubertas, perempuan
berusia 6 10 tahun, sedangkan laki-laki berusia 8 - 12 tahun. Anak
perempuan memasuki masa adolensensi atau masa remaja lebih awal
dibanding anak laki-laki, yaitu pada usia 10 tahun dan berakhir lebih cepat
pada usia 18 tahun. Anak laki-laki memulai masa pubertas pada usia 12
tahun dan berakhir pada usia 20 tahun.
2.11. Faktor yang mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan
Banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
anak. Secara garis besar faktor-faktor tersebut dapat dibagi menjadi 2
golongan,
yaitu
faktor
dalam
(internal)
dan
faktor
luar
21
genetik
dan
kromosom
dapat
mempengaruhi
pertumbuhan
dan
22
dan
perkembangan
anak.
Ukuran
lingkar
kepala
23
belakang
seperti
spina
bifida
juga
dapat
menyebabkan
bahasa
merupakan
kombinasi
seluruh
system
24
interaksi,
dan
perilaku.
Autisme
ditandai
dengan
DAFTAR PUSTAKA
Beck, Mary E. 2009. Ilmu Gizi dan Diet Hubungannya dengan Penyakitpenyakit untuk Perawat dan Dokter. Jakarta : Yayasan Essentia Medico.
Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kesehatan
Masyarakat Direktorat Gizi Masyarakat. Pedoman Respon Cepat
Penanggulanagn Gizi Buruk. 2008.
Lubis NU, Marsida AY. Penanatalaksanaan Busung Lapar Pada Balita.
Langsa: Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSU Langsa. 2009.
Mansjoer, dkk. 2010, Kapita Selekta Kedokteran, ed.3, Media Aesculapius,
Jakarta.
Miller, Michael Krawinkel. Malnutrition and Health in Developing Countries.
CMAJ. AUG. 2, 2009; 173 (3) 279. CMA Media Inc. Or its Licencors.
Santosa, Sugeng. 2009. Kesehatan dan Gizi. Jakarta: PT.Rieneka Cipta.
Sjarif Rusli D,dkk. 2011. Buku ajar Nutrisi Pediatrik dan Penyakit
Metabolik. Cetakan pertama. Jakarta: Badan penerbit IDAI.
Solihin Pudjiadi. Ilmu Gizi Klinis Pada Anak. Edisi Keempat. 2009. FKUI.
Jakarta.
25
26