Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Diare adalah suatu keadaan pergerakan tinja yang cepat, konsistensi cair/berair,
lembek dan dapat ditambah dengan keadaan saluran cerna yang penuh dengan gas
(Karras, 2008). Sedangkan yang dimaksud dengan diare akut adalah buang air besar
yang terjadi pada bayi atau anak yang sebelumnya nampak sehat, dengan frekuensi 3
kali atau lebih per hari, disertai perubahan tinja menjadi cair, dengan atau tanpa lendir
dan darah. Pada bayi yang masih mendapat ASI tidak jarang frekuensi defekasinya
lebih dari 3 4 kali sehari, keadaan ini tidak dapat disebut diare, melainkan masih
bersifat fisiologis atau normal. Kadang kadang seorang anak defekasi kurang
daripada 3 kali sehari, tetapi konsistensinya sudah encer, keadaan ini sudah dapat
disebut diare. Menurut Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak FK UNAIR
RSUD Dr Soetomo (2008) membagi diare menurut onsetnya menjadi :
1. Diare Akut : terjadi akut dan berlangsung paling lama 3 5 hari.
2. Diare Berkepanjangan (prolonged diarrhea) : berlangsung lebih dari 7 hari.
3. Diare Kronis : berlangsung lebih dari 14 hari.
Penyakit diare adalah penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak di negara
berkembang, dan penyebab penting kekurangan gizi. Pada tahun 2008 diperkirakan
1.87 juta anak-anak di bawah 5 tahun meninggal karena diare. Delapan dari 10
kematian ini terjadi dalam dua tahun pertama kehidupan. Rata-rata, anak-anak di
bawah usia 3 tahun pada negara-negara berkembang mengalami tiga episode diare
setiap tahun. Diare yang terjadi pada banyak negara, termasuk kolera, juga merupakan
penyebab penting morbiditas di antara anak-anak dan orang dewasa.
Diare merupakan penyakit yang biasa terjadi pada anak anak dan dapat
disebabkan oleh berbagai macam penyebab dengan variasi penyakit dari yang ringan
hingga berat. Diare yang terjadi pada anak anak biasanya disebabkan oleh karena
infeksi, meskipun demikian diet makanan yang tidak sesuai, terjadinya malabsorpsi
makanan, dan berbagai macam gangguan pada saluran cerna juga dapat
menyebabkan keadaan tersebut. Penyakit diare ini biasanya merupakan penyakit yang
sembuh dengan sendirinya (self limited) tetapi manajemen dan tatalaksana yang
tidak baik dari infeksi akut tersebut dapat menyebabkan keadaan yang berlarut larut.
Berdasarkan data data yang diperoleh maka komplikasi yang seringkali terjadi
akibat diare adalah kehilangan cairan dari tubuh atau yang disebut dengan dehidrasi
1
(Frye, 2008). Selain dehidrasi maka komplikasi lain yang dapat menyertai diare adalah
muntah. Cairan akan masuk ke dalam tubuh melalui saluran pencernaan dan kemudian
akan diabsorpsi di dalam tubuh. Jika kemampuan untuk minum untuk mengkompensasi
kehilangan cairan akibat diare dan muntah terganggu maka dehidrasi akan terjadi.
Kematian yang terjadi akibat diare pada anak anak terutama disebabkan karena
kehilangan cairan dari tubuh dalam jumlah yang besar (Karras, 2008).
Berikut ini saya akan mempresentasikan laporan kasus diare pada ruangan II C :
I. IDENTITAS PENDERITA
Nama
: An. Atifah Mei Zahira
Umur
: 1 tahun 6 bulan 14 hari
Jenis kelamin
: Wanita
Agama
: Islam
Alamat
: Kedung Baruk 16/42, Surabaya
Berat Badan
: 11,5 kg
Tanggal MRS
: 11 Desember 2013
Tanggal pemeriksaan : 11 Desember 2013
II. ANAMNESA
1. Keluhan utama:
Diare
2. Keluhan tambahan:
Demam tinggi
Pilek
Muntah muntah lebih dari 10 x / hari
3. Riwayat penyakit sekarang: (Heteroanamnesa)
Pada saat SMRS pasien mengalami diare sejak pagi hari, 4x sehari kurang lebih
sebanyak 0,5 gelas aqua, berak cair, ampas (-), warna kuning, lendir (+), darah (-),
tidak memakan makanan yang baru, setelah diare kemudian demam mendadak
hingga 38oC dan muntah muntah lebih dari 10x sehari, muntah berisi minuman
yang diminum, darah (-), lendir (-), frekuensi BAK berkurang sejak pagi hingga
4.
5.
6.
7.
MRS, tidak ada keluhan sakit saat BAK, pilek (+), batuk(-), nyeri telan (-)
Riwayat Penyakit Dahulu:
Alergi (-)
Riwayat Penyakit Keluarga:
Sebelumnya tidak terkena diare
Riwayat Antenatal : Tidak didapatkan
Riwayat Natal : Tidak didapatkan
PEMERIKSAAN FISIK
2
Mulut
Telinga
- Leher
3. Thorax
- Umum
- Paru
- Jantung
4. Abdomen
5. Extremitas
IV.
: Atas
pH : 6.0
Protein : 25 mg/dL (1+)
Bilirubin : Negatif
Sedimen : Ery : 1-2
Leko : 0-1
Cylind : Negatif
Epithel : 0-1
Feses Lengkap :
- Makroskopis : Bentuk : Cair
Warna : Kuning
Lendir : Negatif
- Mikroskopis : Eritrosit : 0-1
Leukosit : 0-1
Telur cacing : Negatif
Larva : Negatif
V.
DIAGNOSA KERJA
Diare akut dengan dehidrasi sedang
VI.
PLANNING
Diagnosa : Urine Lengkap
Feses Lengkap
Darah Lengkap
Serum Elektrolit
Terapi :
KAEN 3B 1100cc/24 jam
Zinc 1x Cth I
Lacto B 1x Sch I
Vit A 100.000 IU
-
- Keton : Negatif
- Nitrit : Negatif
- Urobilin : Normal
Bact : Negatif
Cryst : Negatif
Lain lain : Negatif
Darah : Negatif
Lain lain : Negatif
Trophozoit : Negatif
Amoeba : Negatif
Kista : Negatif
PEMBAHASAN
DIARE
Patofisiologi
Ada beberapa patofisiologi yang dapat mendukung terjadinya diare yaitu :
Diare sekretorik disebabkan karena sekresi air dan elektrolit ke dalam usus
halus. Hal ini terjadi bila absorpsi natrium oleh vili gagal sedangkan sekresi
klorida di sel epitel berlangsung terus atau meningkat. Hasil akhir adalah sekresi
cairan yang mengakibatkan kehilangan air dan elektrolit dari tubuh sebagai tinja
cair. Hal ini menyebabkan terjadinya dehidrasi. Pada diare karena infeksi
perubahan ini terjadi karena adanya rangsangan pada mukosa usus oleh toksin
bakteri seperti toksin Eschericia coli dan Vibrio cholera atau Rotavirus.
2. Diare osmotik
Mukosa usus halus adalah epitel berpori, yang dapat dilewati air dan elektrolit
dengan cepat untuk mempertahankan tekanan osmotik antara isi usus dengan
cairan ekstraseluler. Dalam keadaan ini, diare dapat terjadi apabila suatu bahan
yang secara osmotik aktif dan sulit diserap. Jika bahan semacam itu berupa
larutan isotonik, air dan bahan yang larut didalamnya akan lewat tanpa
diabsorpsi sehingga terjadi diare. Proses yang sama mungkin terjadi bila bahan
terlarut adalah laktosa (pada anak dengan defisiensi laktase) atau glukosa (pada
anak dengan malabsorpsi glukosa), kedua keadaan kadang-kadang merupakan
komplikasi dari infeksi usus. Bila substansi yang sulit diabsorpsi adalah berupa
larutan hipertonik, air akan pindah dari cairan ekstraseluler ke dalam lumen usus
sampai osmolaritas dari isi usus sama dengan cairan ekstraseluler dan darah.
Hal ini menaikkan volume tinja dan menyebabkan dehidrasi karena kehilangan
cairan tubuh.
3. Invasif
Gangguan integritas lapisan mukosa usus akibat infeksi virus dan bakteri,
iskemia, dan peradangan. Virus , bakteri dan parasit yang dapat menginfeksi
antara lain adalah Salmonella, Shigella, Giardia (Patrick, 2010).
4. Dismotilitas
Adanya gangguan neurologi pada usus sehingga peristaltik usus dan absorpsi
berkurang yang kemudian menyebabkan diare (Patrick, 2010).
Etiologi
Penyebab diare akut adalah sebagai berikut ini (Pedoman Diagnosis dan Terapi
FK UNAIR, 2008 ; Mansjoer, 2008 ; Sunoto, 2009)
1. Infeksi :
a. Enteral :
1) Golongan virus: Rotavirus, Adenovirus,Virus
Norwalk,
Astrovirus,
parahaemoliticus,
Aeromonas
hidrophilia,
Bacillus
cereus,
S&S
Rota
ETEC
EIEC
Salmonella
Shigella
virus
Mual
Dari
muntah
permulaan
Panas
Sakit
V.
Cholerae
Jarang
Jarang
Tenesmus
Kadang
Tenesmus,
Tenesmus,
Tenesmus,
Kolik
Kolik
Kolik
Kolik
Sedikit
Sedikit
Sifat Tinja
Volume
Sedang
Banyak
Sedikit
Sangat
banyak
Frekuensi
Sering
Sering
Sering
Sering
Sering
Hampir
sekali
terus
menerus
Konsistensi
Berair
Kental
Berair
Berlendir
Kental
Berair
Mukus
Jarang
sering
Flacks
Darah
Kadang2
Sering
Bau
Bau
Tidak
Bau telur
Tidak
Anyir
tinja
spesifik
busuk
berbau
Hijau
Tidak
Hijau
Hijau
Hijau
kuning
bewarna
Warna
air cucian
coklat
Leukosit
Seperti
beras
Gejala Klinis dan laboratorium diare cair akut : Awalnya anak menjadi cengeng,
gelisah, suhu badan mungkin meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada,
kemudian timbul diare. Tinja makin cair, mungkin mengandung lendir, warna tinja
berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur empedu. Anus dan sekitarnya lecet
karena tinja menjadi asam. Gejala muntah dapat terjadi sebelum dan/atau sesudah
diare. Bila telah banyak kehilangan air dan elektrolit terjadilah gejala dehidrasi. Berat
badan turun. Pada bayi, ubun-ubun besar cekung. Tonus dan turgor kulit berkurang.
Selaput lendir mulut dan bibir kering. Tentukan status hidrasi : pasien anak-anak juga
bisa datang dalam keadaan kurang cairan, disertai takikardi dan hipotensi postural,
sehingga membutuhkan cairan salin intravena. Pada umumnya demam merupakan
tanda penyakit infeksi, namun bisa juga didapatkan pada kolitis yang berat. Penanda
penyakit kronis (clubbing, koilonikia, leukonikia, ulkus di mulut, penurunan berat badan)
bisa ditemukan pada penyakit inflamasi usus kronis. Bisa ditemukan nyeri abdomen
nonspesifik. Sigmoidoskopi dan biopsi rectal bisa membantu (Mansjoer, 2008).
Pemeriksaan tinja : makroskopis dan mikroskopis, pH dan kadar gula jika diduga
ada intoleransi gula (sugar intolerance), biakan kuman untuk mencari kuman penyebab.
Pemeriksaan darah : darah perifer lengkap, analisis gas darah dan elektrolit (terutama
natrium, kalium, kalsium, dan fosfor serum pada diare yang disertai kejang).
Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin darah untuk mengetahui faal ginjal. Duodenal
intubation, untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif dan kualitatif terutama
pada diare kronik. Foto polos abdomen : bisa menunjukkan gambaran colitis akut
(Mansjoer, 2008).
Kriteria penentuan derajat dehidrasi (Haroen Noerasid)
Dehidrasi Ringan
Rasa Haus
Oliguria ringan
Ditambah
keadaan :jaringan :
Turgor kulit menurun
Dehidrasi Sedang
Ditambah :
Tanda tanda vital :
1.SSP :
Dehidrasi Berat
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan
Diare cair membutuhkan penggantian cairan dan elektrolit tanpa melihat
etiologinya. Tujuan terapi rehidrasi untuk mengoreksi kekurangan cairan dan elektrolit
secara cepat kemudian mengganti cairan yang hilang sampai diarenya berhenti
(Mansjoer, 2008). Jumlah cairan yang diberi harus sama dengan jumlah cairan yang
telah hilang melalui diare dan/atau muntah, ditambah dengan banyaknya cairan yang
hilang melalui keringat, urin dan pernapasan dan ditambah dengan banyaknya cairan
yang hilang melalui tinja dan muntah yang masih berlangsung. Jumlah ini tergantung
pada derajat dehidrasi (Mansjoer, 2008).
Antibiotik. Untuk amuba, giardia, kriptosporidium menggunakan metronidazol 3050 mg/kgbb/hr dibagi 3 dosis selama 5 hr (10 hari untuk kasus berat). Antidiare jangan
diberikan (Yasmar, 2009).
Diet. Untuk intoleransi karbohidrat menggunakan susu rendah sampai bebas
laktosa. Untuk alergi protein susu sapi menggunakan susu kedelai. Untuk malabsorpsi
lemak menggunakan susu yang mengandung medium chain trigliserida (MCT). Apabila
dengan terapi dietetik tidak ada respon, gunakan susu protein hidrosilat (Yasmar, 2009).
Jika ada asidosis metabolik, apabila kadar bikarbonat < 22 mEq/L dan kadar
base excess (BE) tidak diketahui maka diberikan larutan bikarbonat 8,4% (1 mEq = 1
mL) atau 7,5% (0,9 mEq = 1 mL) sebanyak 2-4 mEq/kgbb(Yasmar, 2009).
10
Jika ada alkalosis metabolik, tergantung derajat dehidrasi berikan NaCl 0,9% 1020 mL/kgbb dalam 1 jam. Bila telah diuresis, dilanjutkan dengan cairan 0,45% NaCl
atau 2,5% dekstrosa (2A) 40-80 mL/kgbb + KCl 38 mEq/L dalam 8 jam (Yasmar, 2009).
a. Upaya Rehidrasi Oral
Usia
Berat badan
selanjutnya (10-20
pertama (50ml/kgBB)
ml/kgBB/setiap diare)
0.5 gelas *
1 gelas **
2 gelas *
1,5 gelas *
3 gelas **
6 gelas
6 kg :
1,5 gelas / setiap diare
6 kg x 50 ml = 300 ml =
Berat badan
13 kg:
13 kg x 50 ml = 650 ml = 3 gelas
13 kg x 10-20 ml = 150-250 ml / setiap diare = 1 gelas setiap diare
b. Terapi Cairan Standar (Iso Hiponatremia) Untuk Segala Usia Kecuali Neonatus
PLAN
DERAJAT
KEBUTUHAN
DEHIDRASI
Tanpa dehidrasi
Sedang (6-9%)
JENIS CAIRAN
CARA/LAMA
CAIRAN
10-20
Larutan RT atau
PEMBERIAN
Oral sampai
ml/kgBB/setiap
Oralit
diare berhenti
kali diare
70 ml/kg/3jam
Ringan
50 ml/kg/3jam
Oral 3 jam
T.I.V/3 jam atau
Berat >10 %
30 ml/kg/jam
dilanjutkan
70 ml/kg/3jam
c. Dietetik
11
RL
T.I.G/3 jam
T.I.V/ 1 jam
Diet TBTS, makanan tetap diberikan, ASI diteruskan, formula diencerkan dalam
waktu singkat. Makanan tambahan sesuai umur dengan konsistensi yang mudah
dicerna.
d. Vitamin A 100.000 IU (untuk anak di atas 1 tahun) ; 50.000 IU (untuk anak di
bawah 1 tahun).
e. Probiotik : 1 kapsul / 1 sachet per hari
f. Pada umumnya tidak diperlukan anti microbial
Penggunaan anti microbial hanya pada kasus kasus tertentu dan kasus resiko
tinggi, misalnya pada bayi yang sangat muda, gizi kurang, dan ada penyakit
penyerta.
g. Pengobatan problem penyerta.
h. Obat obat diare tidak dianjurkan.
i. Suplementasi Zinc
Pemakaian zinc sebagai obat pada diare didasarkan pada alasan ilmiah bahwa
zinc mempunyai efek pada fungsi kekebalan saluran cerna dan berpengaruh
pada fungsi dan struktur saluran cerna serta mempercepat proses penyembuhan
epitel selama diare. Dosis yang digunakan untuk anak-anak:
- Anak dibawah usia 6 bulan : 10 mg (1/2 tablet) per hari
- Anak diatas usia 6 bulan : 20 mg (1 tablet) per hari
Zinc diberikan selama 10-14 hari berturut-turut, walaupun anak sudah sembuh.
Cara pemberian zinc pada bayi, dapat dilarutkan dengan air matang, ASI, atau
oralit. Untuk anak-anak yang lebih besar, zinc dapat dikunyah atau dilarutkan
dalam air matang atau oralit.
Komplikasi
Gangguan Asam basa : asidosis metabolik
Gangguan keseimbangan cairan : dehidrasi
Gangguan elektrolit : kejang ( karena hipo/hiper natremia), kembung ( karena
Prognosis
12
Baik, jika penanganan dilakukan secara cepat dan tepat terutama penanganan pada
pasien yang mengalami dehidrasi berat yang dapat mengakibatkan renjatan (shock)
hipovolemik
DAFTAR PUSTAKA
Alfa Yasmar, Prasetyo Dwi, Martiza Iesye. Gastrohepatologi. Dalam: Herry Garna, Hida
Melinda D Nataprawira, editor. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak.
Ed 3. Bandung: Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas
Padjadjaran RS Dr Hasan Sadikin; 2009. hal 271-8.
Ardhani punky, 2008, Art of Theraphy: Ilmu Penyakit Anak, Pustaka Cendekia Press:
Jogjakarta
Behrman Richard et all, 2009, Nelson textbook of Pediatrics, Sanders: Phyladelpia.
Frye, Richard E. 2008. Diarrhea. Melalui <http://www.emedicine.com/> [14/12/13].
Karras, David. 2008. Diarrhea. Melalui <http://www.emedicinehealth.com/articles/591710.asp> [14/12/13].
Mansjoer, Arif. 2008. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Edisi 3. hal 470-477. Jakarta :
Media Aesculapius FKUI.
Patrick Davey. Diare Akut dan Kronik. Dalam: Amalia Safitri, editor. Annisa Rahmalia,
Cut Novianty, alih bahasa. At a Glance Medicine. Jakarta: Erlangga; 2010. hal 32-33.
Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak FK UNAIR RSUD Dr Soetomo.
2008.
Sunoto. 2009. Penyakit Radang Usus : Infeksi dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak
FKUI editor A.H. Markum dkk. Hal 448-466. Jakarta : FKUI.
Tim Pendidikan Medik Pemberantasan Diare (PMPD). Buku Ajar Diare. Pegangan bagi
Mahasiswa. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal
Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman. 2009.
13