You are on page 1of 17

HAMIL DENGAN PENYAKIT JANTUNG

Penyakit jantung masih merupakan salah satu penyebab kesakitan dan kematian yang tinggi pada
kehamilan/persalinan. Frekuensi penyakit jantung dalam kehamilan kira-kira 1 4%. Di
Indonesia, angka kematian ibu akibat penyakit jantung dalam kehamilan berkisar antara 1 2%.
Penyakit jantung rematik merupakan jenis penyakit jantung terbanyak, dan lebih dari
90% biasanya dengan kelainan katup mitral (stenosis katup mitral), disusul penyakit jantung
kongenital dan penyakit otot jantung.
Pasien dengan penyakit jantung biasanya dibagi dalam 4 golongan. Klasifikasi fungsional
yang diajukan oleh New York Heart Association adalah:
Klas I : aktivitas tidak terganggu (tidak usah membatasi kegiatan fisik).
Klas II:
aktivitas fisik terbatas, namun tak ada gejala saat istirahat (bila melakukan
aktifitas fisik maka terasa capai, jantung berdebar-debar, sesak nafas atau terjadi
angina pektoris).
Klas III: aktivitas ringan sehari-hari terbatas (kalau bekerja sedikit saja merasa capai,
sesak
nafas dll).
Klas IV:
waktu istirahat sudah menimbulkan keluhan (memperlihatkan gejala-gejala
dekompensasio walaupun dalam istirahat).
Penyakit jantung yang berat dapat menyebabkan partus prematurus atau kematian
intrauterin karena oksigenasi janin terganggu. Dengan kehamilan pekerjaan jantung menjadi
sangat berat sehingga klas I dan II dalam kehamilan dapat masuk ke dalam klas III atau IV.
Etiologi kelainan jantung dapat primer maupun sekunder. Kelainan primer akibat kelainan
kongenital, katup, iskemik dan kardiomiopati. Sedangkan sekunder akibat penyakit lain seperti
hipertensi, anemia berat, dll.
EVALUASI PASIEN DENGAN PENYAKIT JANTUNG.
A. ANAMNESIS.
Pada pasien dengan penyakit jantung yang telah terdiagnosis sebelum kehamilannya,
harus dicari data-data mengenai: usia saat pertama kali diagnosis ditegakkan, gejala-gejala
sebelumnya dan komplikasi yang ada, prosedur diagnostik sebelumnya termasuk kateterisasi
jantung, excercise test (treadmill) atau ekokardiografi, riwayat pengobatan sebelumnya, riwayat
operasi, derajat kesembuhan, gejala sisa, obat-obat yang dipakai, diet, pembatasan-pembatasan
aktifitas, serta sedapat mungkin didapatkan catatan medis mengenai perawatan rumah sakit,
prosedur diagnostik dan pengobatan sebelumnya.
Pada pasien tanpa riwayat penyakit jantung sebelumnya, harus ditanyakan mengenai
riwayat demam rematik atau penyakit-penyakit lainnya yang berhubungan dengan penyakit
jantung seperti demam scarlet, sistemik lupus eritematosus, penyakit paru-paru, penyakit ginjal,
difteri atau pneumonia, riwayat perawatan di Rumah sakit dan riwayat operasi besar
sebelumnya.
Perlu ditanyakan juga mengenai tanda-tanda dan gejala penyakit jantung seperti sianosis
pada waktu lahir atau waktu aktivitas, squatting pada masa kanak-kanak, infeksi saluran napas
berulang, gangguan irama jantung, dispnu pada saat istirahat atau aktifitas, batuk-batuk lama,
hemoptisis, asma, nyeri dada, riwayat keluarga dengan penyakit jantung dan kelainan-kelainan
kongenital.

B. PEMERIKSAAN FISIK.
Pada pemeriksaan fisik perlu dievaluasi mengenai Berat Badan dan Tinggi Badan,
kelainan pada wajah, jari-jari dan tubuh yang menunjukkan kelainan kongenital dan perubahanperubahan pada kulit seperti sianosis, pucat, angioma, xantelasma, dan xanthoma. Tekanan darah
harus diukur secara hati-hati dengan cuff yang sesuai, kalau perlu pada kedua lengan dan pada
beberapa posisi. Denyut nadi radial harus dinilai dengan cermat, pada Aorta Insufisiensi dapat
dijumpai denyut yang kollaps (Collapsing pulse), denyut yang lemah pada cardiac output yang
rendah, pulsus alternans atau pulsus paradoksus.
Inspeksi pada kepala dan wajah untuk mencari adanya tanda-tanda kelainan kongenital,
pengukuran JVP dan penilaian denyut karotid dan kelenjar thyroid. Inspeksi dan palpasi pada
dada untuk mencari adanya kelainan bentuk dinding toraks seperti pectus excavatum, precordial
bulging, denyut apeks kordis, thrill.
Pada auskultasi perlu dinilai bunyi jantung I, II, III,
IV, murmur jantung, opening snap, gallop dsb. Selanjutnya juga perlu dilakukan pemeriksaan
pada paru-paru, abdomen dan ekstremitas serta sistim-sistim organ tubuh lainnya.

1.
2.
3.
4.
5.

C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium rutin, seperti hematologis, kimia darah, gula darah, dsb.
EKG, bila perlu dapat dilakukan monitor 24 jam.
Phonokardiogram, untuk menilai bunyi jantung dan murmur.
Ekokardiografi.
Lain-lain, seperti kultur tenggorok (throat culture), C-reactive protein, ASTO, kultur darah.
DIAGNOSIS
Diagnosis biasanya dapat ditegakkan bila ditemukan adanya satu diantara gejala-gejala
berikut :
1. Bising diastolik, presistolik, atau bising jantung terus-menerus;
2. Bising jantung yang nyaring, terutama bila disertai thrill;
3. Pembesaran jantung yang jelas pada gambaran foto toraks;
4. Aritmia yang berat.
Kadang-kadang penyakit jantung dalam kehamilan baru diketahui kalau sudah terjadi
dekompensasio seperti adanya sesak nafas, sianosis, edema atau ascites.

PENANGANAN
Pada penderita penyakit jantung diusahakan untuk membatasi penambahan berat badan
yang berlebihan, anemia secepat mungkin diatasi, infeksi saluran pernafasan atas dan
preeklampsia sedapat-dapatnya dijauhkan karena sangat memberatkan pekerjaan jantung.
Saat-saat berbahaya adalah pada kehamilan 28 32 minggu karena merupakan puncak
hemodilusi, partus kala II karena venous return yang meningkat saat mengedan, dan masa
postpartum sebagai akibat kembalinya cairan tubuh ke dalam sistim sirkulasi sehingga beban
jantung bertambah berat.

Penanganan ibu hamil dengan penyakit jantung membutuhkan kerja sama tim yang
kompak dan terpadu dari berbagai disiplin ilmu seperti obstetri ginekologi, kardiologi, ilmu
penyakit dalam, dan anestesi.
A. KELAS I DAN II
Umumnya penderita dapat meneruskan kehamilan sampai cukup bulan dan melahirkan
pervaginam. Namun tetap harus diwaspadai terjadinya gagal jantung pada kehamilan, persalinan
dan nifas. Faktor pencetus utama terjadinya gagal jantung adalah endokarditis, oleh karena itu
semua wanita hamil dengan penyakit jantung harus sedapat mungkin dicegah terjadinya infeksi
terutama infeksi saluran napas atas .
Dalam penanganan penyakit jantung selama kehamilan terdapat 4 hal yang perlu
diperhatikan, yaitu :
1. cukup istirahat ( 10 jam istirahat malam, jam setiap kali setelah makan ) dan hanya
pekerjaan ringan yang diizinkan.
2. harus dilakukan pencegahan terhadap kontak dengan orang-orang yang dapat menularkan
infeksi saluran nafas atas, merokok, penggunaan obat-obat yang memberatkan pekerjaan
jantung.
3. tanda-tanda dini dekompensasio harus cepat diketahui, seperti adanya batuk, ronki basal,
dispnoe dan hemoptoe.
4. sebaiknya pasien masuk rumah sakit 2 minggu sebelum persalinan untuk istirahat.
Persalinan biasanya pervaginam, kecuali ada indikasi obstetri untuk seksio sesarea.
Penggunaan teknik analgesia untuk menghilangkan nyeri persalinan sangat dianjurkan, yang
umum dipakai adalah analgesia epidural. Apabila akan dilakukan seksio sesarea, kebanyakan
klinikus menyukai analgesia epidural namun penggunaan harus hati-hati pada hipertensi
pulmonar. Anestesi umum dengan tiopental, suksinil kolin, N2O dan 30 % O2 juga memberikan
hasil yang memuaskan.
Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan pada persalinan pervaginam adalah :
1. ibu harus dalam posisi setengah duduk (kepala dan dada ditinggikan) dan miring ke kiri.
2. Penolong persalinan harus memberikan pendekatan psikologis supaya ibu tetap tenang
dan merasa aman.
3. Untuk mencegah timbulnya dekompensasio kordis sebaiknya dibuat daftar pengawasan
khusus untuk mencatat nadi dan pernapasan secara berkala
(tanda-tanda vital harus
dimonitor diantara tiap his, dalam kala I setiap
10-15 menit dan dalam kala II setiap
10 menit. Apabila terdapat peningkatan denyut nadi lebih dari 115 x/mt atau peningkatan
respirasi lebih dari 28 x/mt dan disertai dispnu merupakan tanda-tanda dini kegagalan
ventrikel, dan pasien perlu diberikan morfin, digitalis, oksigen dan diuretik).
4. Bila dibutuhkan oksitosin, berikan dalam konsentrasi tinggi (20 U/ltr) dengan tetesan
rendah dan pengawasan keseimbangan cairan.
5. Nyeri persalinan dapat diatasi dengan pemberian obat seperti Tramadol
100 mg
supositoria, pethidin 50 mg IM, atau morphin 10-15 mg IM.
6. Persalinan kala II biasanya diakhiri dengan ekstraksi forseps atau ekstraksi vakum dan
sedapat mungkin ibu dilarang mengedan.

7. Penanganan kala III dilakukan secara aktif, namun pemakaian preparat ergometrin
merupakan kontraindikasi, karena kontraksi uterus yang dihasilkan bersifat tonik dengan
akibat terjadi pengembalian darah ke dalam sirkulasi sistemik kurang lebih 1 liter.
8. Setelah kala III selesai, harus dilakukan pengawasan yang ketat untuk mengetahui
kemungkinan terjadinya gagal jantung atau edema paru, karena saat tersebut merupakan
saat yang paling kritis selama hamil, pemasangan gurita dengan kantong pasir di dinding
perut dapat dilakukan untuk mencegah perubahan mendadak sirkulasi (kolaps
postpartum).
Dalam kondisi sehari-hari, apabila ditemukan pasien dengan kegagalan jantung maka
penanganan awal harus mencakup langkah-langkah standar resusitasi, termasuk diantaranya:
Perhatikan airway, breathing dan circulation.
Bagi ibu hamil, posisi yang dianjurkan adalah setengah duduk miring ke kiri, untuk
mencegah efek hipotensi akibat penekanan vena cava inferior oleh uterus gravidarum.
Pemberian Morfin / petidin, Bloker atau diuretik.
Digitalisasi.
Antibiotika untuk profilaksis terhadap endokarditis.
B. KELAS III DAN IV
Bila seorang ibu hamil dengan kelainan jantung kelas III dan IV ada dua kemungkinan
penatalaksanaan yaitu : terminasi kehamilan atau meneruskan kehamilan dengan tirah baring
total dan pengawasan ketat, dan ibu dalam posisi setengah duduk.
Kelas III sebaiknya tidak hamil, kalau hamil pasien harus dirawat di Rumah Sakit selama
kehamilan, persalinan dan nifas, dibawah pengawasan ahli penyakit dalam dan ahli kebidanan,
atau dapat dipertimbangkan untuk dilakukan abortus terapeutikus. Persalinan hendaknya
pervaginam dan dianjurkan untuk sterilisasi.
Kelas IV tidak boleh hamil. Kalau hamil juga, pimpinan yang terbaik ialah
mengusahakan persalinan pervaginam.
C. PENGAWASAN NIFAS
Pengawasan nifas sangat penting diperhatikan, mengingat kegagalan jantung dapat terjadi
pada saat nifas, walaupun pada saat kehamilan atau persalinan tidak terjadi kegagalan jantung.
Komplikasi-komplikasi nifas seperti perdarahan post partum, anemia, infeksi dan
tromboemboli akan lebih berbahaya pada pasien-pasien dengan penyakit jantung.
Sebaiknya penderita penyakit jantung dirawat di rumah sakit sekurang-kurangnya 14 hari
setelah melahirkan dengan istirahat dan mobilisasi tahap demi tahap serta diberi antibiotika
untuk mencegah endokarditis.
Laktasi dibolehkan bagi wanita yang sanggup secara fisik, namun bagi penderita penyakit
jantung kelas III dan IV tetap dilarang untuk menyusui.
KONSELING PRAKONSEPSI, ASUHAN ANTENATAL DAN KONTRASEPSI
Sebagian besar wanita hamil dengan penyakit jantung sudah mengetahui tentang kelainan
jantung yang dialaminya dan biasanya sudah mendapat pengobatan atau bahkan telah menjalani
operasi jantung, jauh sebelum kehamilannya. Oleh karena itu konseling prakonsepsi memegang
peranan penting dalam manajemen penyakit jantung dalam kehamilan.

Dalam konseling prakonsepsi, kepada calon ibu hamil dan partnernya harus diberikan
penjelasan yang menyeluruh tentang kondisi penyakit jantung yang dialami dan risiko-risiko
yang akan terjadi dalam kehamilannya.
Kepada pasien jantung kelas I dan II yang menginginkan kehamilan, harus dilakukan
optimalisasi kondisi jantung sehingga komplikasi yang dapat terjadi dapat diminimalisasi.
Sedangkan bagi pasien dengan kelas III dan IV dianjurkan untuk tidak menikah, atau bila
menikah dianjurkan menghindari kehamilan. Apabila telah terjadi kehamilan sangat dianjurkan
untuk dilakukan terminasi kehamilan, sebaiknya sebelum minggu ke 12 dimana risikonya masih
minimal.
Kebanyakan pasien juga menginginkan informasi tentang risiko bagi janin yang
dikandung, terutama apakah janinnya akan mengalami penyakit jantung kongenital juga. Pada
ibu hamil dengan penyakit jantung berat, hipoksia berat dan cardiac output yang rendah sering
menyebabkan insiden abortus spontan, lahir mati, bayi berat lahir rendah atau bayi dengan
kelainan kongenital lain.
Pada asuhan antenatal, penting sekali diupayakan supaya ibu mendapat istirahat yang
cukup, sekurang-kurangnya 8-10 jam, dan istirahat baring sekurang-kurangnya jam setiap kali
setelah makan dengan diit rendah garam, tinggi protein, dan pembatasan masuknya cairan.
Kenaikan berat badan yang berlebihan juga harus diwaspadai, dan total kenaikan berat badan
sebaiknya tidak melebihi 12 kg. Untuk mencegah peningkatan volume darah yang berlebihan
dapat diberikan diuretik. Aktivitas fisik harus dibatasi oleh karena pada wanita hamil dengan
penyakit jantung biasanya tidak dapat meningkatkan cardiac output seperti pada orang normal
sehingga jaringan akan mengambil lebih banyak oksigen dari darah arteri dengan akibat aliran
darah uteroplacenta akan berpindah ke organ-organ lain.
Status hemodinamik juga harus dipantau secara teratur dan peningkatan tekanan darah
seperti pada preeklampsia harus dihindari. Pada setiap kunjungan harus ditentukan kelas
fungsional pasien, apabila terjadi dekompensasio kordis maka pasien digolongkan dalam satu
kelas lebih tinggi.
Pemberian suplementasi besi dan asam folat secara dini dan teratur dapat mencegah
anemia yang memperberat kerja jantung. Juga harus dilakukan pencegahan terhadap infeksi yang
dapat mencetuskan terjadinya gagal jantung. Pemeriksaan antenatal dilakukan 2 minggu sekali
dan setelah kehamilan
28 minggu, seminggu sekali.
Konseling tentang kontrasepsi selama konseling prakonsepsi harus mencakup
keseluruhan informasi tentang metode kontrasepsi yang tersedia serta efek samping yang dapat
ditimbulkan. Secara umum preparat hormonal kurang disukai, oleh karena resiko tromboemboli
yang dapat terjadi. Namun pemberian preparat progestin parenteral masih dianjurkan.

KASUS 1
Kepada YTH
Dr Jaga Obstetri dan Ginekologi
RS Hasan Sadikin
Kami kirimkan 25 tahun, G1P0A0, hamil 29 minggu. Mengeluh sesak nafas bila aktivitas berat
ditempat bekerja.
Terima kasih
Bd Kikin
Kompetensi yang diharapkan :

Menegakkan diagnosis

Patofisiologi

Penanganan pada kehamilan

Penanganan pada persalinan

Penanganan komplikasi

Kemampuan umum

PERTEMUAN 1
Peran pasien

Tempat : poliklinik

Penguji
Saudara dikunjungi Ny. Titin di poliklinik. Saya sebagai pasien, anda adalah seorang SpOG.
Selamat siang dokter, saya dikirim bidan Puskesmas (disurat pengantar tertulis G1P0A0, hamil
29 mg). Keluhan saya adalah sejak 1 minggu yang lalu saya merasakan sesak nafas bila
melakukan aktivitas berat, seperti naik turun tangga tempat bekerja.

Dokter
Primary survey : kasus non emergency
Memperkenalkan diri, menjelaskan rencana penanganan : anamnesis, pemeriksaan fisik yang
akan dikerjakan.
Anamnesis :
1. Keluhan utama :

Keadaan yang memperparah sesak : aktivitas berat, berjalan jauh, naik turun
tangga

Keadaan yang meringankan keluhan : istirahat

Keluhan lain yang dirasakan : batuk, gampang lelah sejak 4 minggu lalu, rasa
berdebar.

2. Riwayat pencetus : menurut penderita dan keluarga penderita pernah demam dengan
persendian bengkak saat anak-anak.
3. Riwayat penyakit jantung : tidak jelas
4. Riwayat kehamilan : 1. ini.
5. Riwayat ANC sebelumnya : bidan
Pemeriksaan Fisik :

Tanda vital :

Keadaan umum baik


T = 130 / 70 mmHg

N = 100 x/mnt

R = 30 x/mnt

t 0 = 37,20 C

BB = 49 kg

TB = 147 cm

Fisik umum : Mata

= anemis (-)

Leher = dalam batas normal


Thorak = Jantung : S I II tunggal, reg. murmur (+) systole
Paru-paru : vesikuler +/+, Rh -/- , Wh - / Ektremitas = edema + / +

Obstetri

: Abdomen =

Fut 3 jari atas pusat (24 cm) let kep


His (-)

Vagina

DJJ 168 x/mnt

dalam batas noemal

Kesimpulan sementara : G1P0-0, 29-30mg, susp.kelainan jantung / FC II


Dokter :

Menjelaskan kepada pasien tentang hasil pemeriksaan yang didapat

Menjelaskan tentang diagnosis sementara dan rencana pemeriksaan selanjutnya.


Direncanakan

pemeriksaan

laboratorium,

EKG,

ekokardiografi,

pemeriksaan

kesejahteraan janin (USG, KTG), foto thorak.


Hasil pemeriksaan penunjang :

Laboratorium : Hb = 12,4 gr% ; PLT = 168 k/uL ; WBC = 12,1 k/uL

EKG = tampak gambaran MSI, Ekokardiografi = pembesaran jantung (+)

USG = sesuai umur kehamilan 29 30mg , plasenta fundus-korpus, AK normal

konsul penyakit dalam.


Klasifikasi : menurut New York Heart Association
1. Klas I

: tanpa pembatasan aktivitas, aktivitas normal tidak menimbulkan keluhan

2. Klas II

: Aktivitas melebihi normal menimbulkan keluhan. Istirahat normal.

3. Klas III

: Aktivitas normal menimbulkan keluhan. Istirahat normal.

4. Klas IV

: Tidak mempu beraktivitas. Keluhan timbul walaupun dalam keadaan


istirahat

Perubahan hemodinamik yang penting :

Hemodilusi darah berupa peningkatan volume plasma dan sel darah merah yang
mencapai puncaknya pada umur kehamilan 32 36mg

Desakan kehamilan pada diafragma menimbulkan pelebaran jantung dan perubahan


posisi pembuluh darah.

Kondisi ini menimbulkan usaha kompensasi jantung berupa :

Peningkatan nadi 80 88 x/mnt

Hubungan langsung antara arteri dan vena pada sirkulasi retroplasenter

Pada penyakit jantung, upaya kompensasi menghadapi masa kritis pada

Puncak hemodilusi pada kehamilan 32 34 mg

Persalinan kala II akibat mengejan

Segera setelah post partum, kembalinya darah ke jantung yang tiba-tiba karena
terhentinya sirkulasi uteroplasenter

Masa nifas kemungkinan terjadinya infeksi (endokarditis bakterial)

Dokter : Menjelaskan tentang rencana penanganan setelah diagnosis ditegakkan


Penanganan :
1. Penderita dipulangkan dengan obat-obatan :

Digoxin 1 x 0,25mg

Furosemide 1 x 10mg

Roboransia 1 x 1 tab

2. KIE :

Batasi aktivitas

Hindari kontak penderita saluran nafas, termasuk influensa

Bila sesak bertambah segera datang ke RS

PERTEMUAN 2 :
Penderita datang 1 minggu kemudian dengan keluhan sesak bertambah keras. Aktivitas ringan
merasakan sesak nafas, tidur sesak (+). Keluhan sakit perut (-), keluar air (-), gerak anak (+).

Pemeriksaan Fisik :

Tanda vital :

Keadaan umum sedang


T

= 100 / 70 mmHg

N = 116 x/mnt

= 32 x/mnt

t 0 = 37,50 C

BB

= 47 kg

Fisik umum : Mata

= anemis (-)

Leher = tampak vena jugularis menonjol


Thorak = Jantung : S I II tunggal, reg. murmur (+) systole
Paru-paru : vesikuler +/+, Rh +/+ , Wh - / Ektremitas = edema + / +

Obstetri

: Abdomen =

Fut 3 jari atas pusat (24 cm) let kep


His (-)

Vagina

Laboratorium : Laboratorium :

DJJ 168 x/mnt

dalam batas normal


Hb = 13,4 gr% ;

PLT = 168 k/uL ;

WBC = 12,1 k/uL

HCT = 41%

Kesimpulan : G1P0-0, 30-31mg, susp.kelainan jantung / FC IV, odema paru


Penanganan :

Penderita dirawat Bed rest

Pemberian O2 4 lt/mnt

IVFD NaCL 0,9% (batasi tetesan hanya untuk IV line)

Diit tinggi protein, rendah garam

Vitamin dan zat besi

Perawatan dengan Penyakit Dalam

Pemberian obat-obat digitalis cepat

Hindari kontak dengan penderita infeksi saluran nafas

PERTEMUAN 3
Ruang Perawatan
Penderita menanyakan keadaan penyakitnya, bayi dalam kandungan dan rencana persalinan.
Dokter :
Penanganan pada persalinan :

Kala I :
Induksi persalinan atas indikasi obstetri (bukan karena DC)
Berikan digitalisasi cepat bila ada tanda-tanda akut DC seperti :
a. Nedi lebih dari 110 kali per menit
b. Sesak, RR > 28 30 x/mnt
c. Ronki basal paru-paru
d. Suara jantung (S1) mengeras
e. Gallop rhythm
f. Paroksismal atrial tachycardia

Kala II :
Dipercepat dengan ekstraksi forceps
Hindari trauma berlebihan dan infeksi
Didampingi seorang kardiolog

Kala III :
Cegah akut refluks darah ke jantung dengan cara Fowler dan pemasangan
tourniquet pada kedua tungkai

Penanganan Puerperium

Bed rest, dirawat 5 10 hari mengingat bahaya DC akut dan SBE

Kalau perlu berikan sedative

Cegah konstipasi

Laktasi dibatasi untuk DC kelas III dan IV oleh karena :

a. Menyusui dapat mengakibatkan lecet pada nipple infeksi mastitis SBE


Menyusui keseimbangan cairan berubah dehidrasi memperberat DC
Keluarga Berencana :

MOW/MOP

Sebaiknya anak tidak lebih dari dua

IUD.

KEY POINT
Lakukan survey primer, krn soal penyakit
jantung ada dua tipe:
Datang dengan keadaan sesak nafas,
inpartu
Datang msh dlm keadaan bagus, masih
belum aterm
Anamnesis :
1. Keluhan utama :

Keadaan yang memperparah


sesak

aktivitas

berat,

berjalan jauh, naik turun


tangga

Keadaan yang meringankan


keluhan : istirahat

Keluhan

lain

yang

dirasakan : batuk, gampang


lelah, rasa berdebar.
2. Riwayat pencetus : apakah pernah
demam?

Nyeri

sendi?

Untuk

menyingkirkan endokarditis
3. Riwayat penyakit jantung ? kapan
didiagnosis?

Terapi

yang

sudah

pernah

hamil,

didapat?
4. Riwayat kehamilan ?
Jika

sebelumnya

bagaimana

kisah

persalinannya?

Bagaimana bayinya?
5. Riwayat ANC sebelumnya ?
Pemeriksaan Fisik :
Vital sign : KU, TD, N, RR, T
Berat badan tinggi badan
Fisik umum :
mata anemis?
Pulmo ronkhi ? (edema paru)
Cor mur mur ?
Tungkai/ekstremitas edema? Clubbing
finger?
Pemeriksaan Obstetri
PL:
Buat Diagnosis

Insp:
Contoh :
G1P0A0 hamil 30 minggu dgn dekomp kordis
NYHA III blm inpartu janin tunggal hidup
presentasi kepala
Pemeriksaan penunjang:

Laboratorium darah rutin, GDS, elektrolit


EKG
X-foto thorak
Ekokardiografi
USG- dgn BPP
KTG
Konsultasi PDL (pada NYHA III dan IV)
Penatalaksanaan (antepartum)
1. Penderita dipulangkan dengan obatobatan

Digoxin 1 x 0,25mg

Furosemide 1 x 10mg

Roboransia 1 x 1 tab

2. KIE

Batasi aktivitas

Hindari

kontak

penderita

saluran

nafas,

termasuk

influensa

Bila sesak bertambah segera


datang ke RS

Biasanya soal akan berlanjut dengan


kunjungan ke II, dimana pasien dating dengan
keadaan sesak (NYHA III /NYHA IV/
hipertensi pulmonal)
Anamnesis tidak perlu diulang lagi lengkap
seperti pertemuan pertama, tanyakan saja
yang penting2, seperti:
Mulai sesak hebat sejak kapan
Tanda2 inpartu
Saat penderita datang segera dinilai:

Status present?
KU, sens, TD, N, RR, T)
TB, BB,
konjungtiva
ekstremitas

Bila terdapat tanda gagal jantung lakukan


tindakan:
Ibu posisi setengah duduk
Pasang infus dan berikan cairan
terbatas/mikrodrip (NaCl/RL)
Beri 02 dgn masker 6 L/mnt
Observasi nadi, TD dan RR
Obat: furosemide, digoksin
Konsultasi dengan PDL
Penanganan intrapartum

Kala I :
Induksi persalinan atas indikasi obstetri
(bukan karena DC)
Berikan digitalisasi cepat bila ada
tanda-tanda akut DC seperti :
a. Nadi lebih dari 110 kali per menit
b. Sesak, RR > 28 30 x/mnt
c. Ronki basal paru-paru
d. Suara jantung (S1) mengeras
e. Gallop rhythm
f. Paroksismal atrial tachycardia

Kala II :
Dipercepat dengan ekstraksi forceps
Hindari trauma berlebihan dan
infeksi
Anestesi epidural
Didampingi seorang kardiolog

Kala III :
Cegah akut refluks darah ke jantung
dengan cara Fowler dan pemasangan

tourniquet pada kedua tungkai


Penanganan Puerperium

Bed rest, dirawat 5 10 hari mengingat


bahaya DC akut dan SBE

Kalau perlu berikan sedative

Cegah konstipasi

Laktasi dibatasi untuk DC kelas III dan


IV oleh karena :
a. Menyusui

dapat

mengakibatkan

lecet pada nipple infeksi


mastitis SBE
Menyusui keseimbangan cairan berubah
dehidrasi memperberat DC
Keluarga Berencana :

MOW/MOP

Sebaiknya anak tidak lebih dari dua

IUD.

You might also like