Professional Documents
Culture Documents
INTERPERSONAL
A. Interaksi
Adanya aktivitas-aktivitas dalam kehidupan sosial menunjukkan bahwa
manusia mempunyai naluri untuk hidup bergaul dengan sesamanya (disebut
gregariousness). Naluri ini merupakan salah satu yang paling mendasar
dalam kebutuhan hidup manusia, disamping kebutuhan akan; afeksi
(kebutuhan akan kasih sayang), inklusi (kebutuhan akan kepuasan), dan
kontrol (kebutuhan akan pengawasan). Dalam pemenuhan kebutuhankebutuhan hidup tersebut akan mendorong manusia untuk melakukan
interaksi dengan sesamanya, baik untuk mengadakan kerjasama
(cooperation) maupun untuk melakukan persaingan (competition).
Kata interaksi berasal dari Bahasa Inggris interaction artinya suatu tindakan
yang berbalasan. Dengan kata lain suatu proses hubungan yang saling
pengaruh mempengaruhi. Jadi interaksi sosial (social interaction) adalah
suatu proses berhubungan yang dinamis dan saling pengatuh mempengaruhi
antar manusia.
Menurut Kimball Young dan Raymond W. Mack dalam buku Sociology ang
Social Life menyatakan bahwa : Interaksi sosial adalah kunci dari semua
kehidupan sosial, oleh karena tanpa interaksi sosial tidak akan mungkin ada
kehidupan bersama.
Sementara itu Soerjano Soekamto dalam buku Sosiologi Suatu Pengantar
menyatakan bahwa : Interaksi sosial (yang juga dinamakan proses sosial)
merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial.
Interaksi antar manusia dimaksud adalah :
a) interaksi antara individu dengan individu,
b) interaksi antara individu dengan kelompok, dan
c) interaksi antara kelompok dengan kelompok.
Hasil dari pada interaksi sosial ada dua sifat kemungkinan :
Bersifat positif; suatu interaksi yang mengarah kerjasama dan
menguntungkan. Contoh persahabatan.
Bersifat negatif; suatu interaksi yang mengarah pada suatu pertentangan
yang berakibat buruk atau merugikan. Contoh perselisihan, pertikaian, dan
sebagainya.
Berdasarkan hasil interaksi yang negatif tersebut di atas maka itulah yang
f. Untuk Membantu
Ahli-ahli kejiwaan, ahli psikologi klinis dan terapi menggunakkan komunikasi interpersonal
dalam kegiatan profesional mereka untuk mengarahkan kliennya. Kita semua juga
berfungsi membantu orang lain dalam interaksi interpersonal kita sehari-hari. Kita
berkonsultasi dengan seorang teman yang putus cinta, berkonsultasi dengan mahasiswa
tentang mata kuliah yang sebaiknya diambil dan lain sebagainya.
Efektivitas Komunikasi Interpersonal
Efektivitas Komunikasi Interpersonal dimulai dengan lima kualitas umum yang
dipertimbangkan yaitu keterbukaan (openness), empati (empathy), sikap
mendukung (supportiveness), sikap positif (positiveness), dan kesetaraan
(equality).( Devito, 1997, p.259-264 ).
1. Keterbukaan (Openness)
Kualitas keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari komunikasi interpersonal.
Pertama, komunikator interpersonal yang efektif harus terbuka kepada orang yang
diajaknya berinteraksi. Ini tidaklah berarti bahwa orang harus dengan segera
membukakan semua riwayat hidupnya.memang ini mungkin menarik, tapi biasanya tidak
membantu komunikasi. Sebaliknya, harus ada kesediaan untuk membuka diri
mengungkapkan informasi yang biasanya disembunyikan, asalkan pengungkapan diri ini
patut.
Aspek keterbukaan yang kedua mengacu kepada kesediaan komunikator untuk bereaksi
secara jujur terhadap stimulus yang datang. Orang yang diam, tidak kritis, dan tidak
tanggap pada umumnya merupakan peserta percakapan yang menjemukan. Kita ingin
orang bereaksi secara terbuka terhadap apa yang kita ucapkan. Dan kita berhak
mengharapkan hal ini. Tidak ada yang lebih buruk daripada ketidak acuhan, bahkan
ketidaksependapatan jauh lebih menyenangkan.
Kita memperlihatkan keterbukaan dengan cara bereaksi secara spontan terhadap orang
lain.
Aspek ketiga menyangkut kepemilikan perasaan dan pikiran (Bochner dan Kelly, 1974).
Terbuka dalam pengertian ini adalah mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang anda
lontarkan adalah memang milik anda dan anda bertanggungjawab atasnya. Cara terbaik
untuk menyatakan tanggung jawab ini adalah dengan pesan yang menggunakan kata
Saya (kata ganti orang pertama tunggal).
2. Empati (empathy)
Henry Backrack (1976) mendefinisikan empati sebagai kemampuan seseorang untuk
mengetahui apa yang sedang dialami orang lain pada suatu saat tertentu, dari sudut
pandang orang lain itu, melalui kacamata orang lain itu. Bersimpati, di pihak lain adalah
merasakan bagi orang lain atau merasa ikut bersedih. Sedangkan berempati adalah
merasakan sesuatu seperti orang yang mengalaminya, berada di kapal yang sama dan
merasakan perasaan yang sama dengan cara yang sama.
Orang yang empatik mampu memahami motivasi dan pengalaman orang lain, perasaan
dan sikap mereka, serta harapan dan keinginan mereka untuk masa mendatang.
Kita dapat mengkomunikasikan empati baik secara verbal maupun non verbal. Secara
nonverbal, kita dapat mengkomunikasikan empati dengan memperlihatkan (1)
keterlibatan aktif dengan orang itu melalui ekspresi wajah dan gerak-gerik yang sesuai;
(2) konsentrasi terpusat meliputi komtak mata, postur tubuh yang penuh perhatian, dan
kedekatan fisik; serta (3) sentuhan atau belaian yang sepantasnya.
3. Sikap mendukung (supportiveness)
Hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan dimana terdapat sikap mendukung
(supportiveness). Suatu konsep yang perumusannya dilakukan berdasarkan karya Jack
Gibb. Komunikasi yang terbuka dan empatik tidak dapat berlangsung dalam suasana yang
tidak mendukung. Kita memperlihatkan sikap mendukung dengan bersikap (1) deskriptif,
bukan evaluatif, (2) spontan, bukan strategic, dan (3) provisional, bukan sangat yakin.
4. Sikap positif (positiveness)
Kita mengkomunikasikan sikap positif dalam komunikasi interpersonal dengan sedikitnya
dua cara: (1) menyatakan sikap positif dan (2) secara positif mendorong orang yang
menjadi teman kita berinteraksi. Sikap positif mengacu pada sedikitnya dua aspek dari
komunikasi interpersonal. Pertama, komunikasi interpersonal terbina jika seseorang
memiliki sikap positif terhadap diri mereka sendiri.
Kedua, perasaan positif untuk situasi komunikasi pada umumnya sangat penting untuk
interaksi yang efektif. Tidak ada yang lebih menyenangkan daripada berkomunikasi
dengan orang yang tidak menikmati interaksi atau tidak bereaksi secara menyenangkan
terhadap situasi atau suasana interaksi.
5. Kesetaraan (Equality)
Dalam setiap situasi, barangkali terjadi ketidaksetaraan. Salah seorang mungkin lebih
pandai. Lebih kaya, lebih tampan atau cantik, atau lebih atletis daripada yang lain. Tidak
pernah ada dua orang yang benar-benar setara dalam segala hal. Terlepas dari
ketidaksetaraan ini, komunikasi interpersonal akan lebih efektif bila suasananya setara.
Artinya,, harus ada pengakuan secara diam-diam bahwa kedua pihak sama-sama bernilai
dan berharga, dan bahwa masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang penting untuk
disumbangkan. Dalam suatu hubungan interpersonal yang ditandai oleh kesetaraan,
ketidak-sependapatan dan konflik lebih dillihat sebagai upaya untuk memahami perbedaan
yang pasti ada daripada sebagai kesempatan untuk menjatuhkan pihak lain.kesetaraan
tidak mengharuskan kita menerima dan menyetujui begitu saja semua perilaku verbal dan
nonverbal pihak lain. Kesetaraan berarti kita menerima pihak lain, atau menurut istilah
Carl rogers, kesetaraan meminta kita untuk memberikan penghargaan positif tak
bersyarat kepada orang lain.
Komunikasi Interpersonal
KATA PENGANTAR
Assalamu Alaikum Wr. Wb
Puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan kita kesehatan dan keselamatan
sehingga penuls dapat menyelesaikan makalah tepat waktu.
penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dosen yang telah memberikan penulis tugas dan
sekaligus mebimbing penulis dalam pembuatan makalah ini sehingga makalah ini dapat penulis
selesaikan,penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah mendukung
penulis dalam pembuatan makalah ini.
makalah ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Komunikasi interpersonal
yang telah diberikan oleh Bapak Joe Nasrun untuk memenuhi nilai tugas harian.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kesalahan, oleh
karena itu penulis meminta maaf jika dalam penulisan makalah ini terdapat kata-kata yang
menyinggung perasaan para pembaca sekalian. Selain itu penulis juga senatiasa menunggu kritik
dan saran yang bersifat membangun dalam rangka penyempurnaan makalah ini
Akhir kata kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan makalah ini
penulis mengucapkan terma kasih, dan semoga makalah ini dapat berguna bagi penulis dan
pembaca sekalian.
Komunikasi Interpersonal
Menurut Wiryanto (2004), komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang
berlangsung dalam situasi tatap muka antara dua orang atau lebih, baik secara
terorganisasi maupun pada kerumunan orang. Sedangkan menurut Febrina
(2008), komunikasi interpersonal adalah interaksi orang ke orang, dua arah,
verbal dan non verbal. Saling berbagi informasi dan perasaan antara individu
dengan individu atau antar individu di dalam kelompok kecil.
Komunikasi interpersonal menunjuk kepada komunikasi dengan orang lain.
Komunikasi jenis ini dibagi lagi menjadi komunikasi diadik, komunikasi publik, dan
komunikasi kelompok-kecil.
Model Jendela Johari memusatkan pada keseimbangan komunikasi interpersonal.
Termasuk dalam komunikasi interpersonal adalah :
Pidato
Komunikasi nonverbal
Penyimpulan
Parafrase
Memiliki komunikasi interpersonal yang baik mendukung proses-proses seperti:
Perdagangan
Konseling
Pelatihan
Bimbingan
Pemecahan konflik
Komunikasi interpersonal merupakan subyek dari beberapa disiplin dalam bidang
psikologi, terutama analisis transaksional.
menghormati dia, dia tentu akan berbalik menghormati anda. Kalau sudah
begitu, maka urusan akan lebih mudah diselesaikan. Apabila kedua belah pihak
saling berdiri di titik-titik saling menghormati, menciptakan suasana yang sejuk,
maka semua persoalan akan lebih mudah didapatkan permufakatan ( kompromi )
bersama, menjadikan partner bicaranya akan lebih mudah menerima apa
pendapat dari anda.
Andaikata, dalam pembicaraan atau perdebatan selalu memutuskan
pembicaraan orang atau interupsi terus-menerus, itu adalah kurang sopan dan
akan dibenci orang lain, Juga tidak akan bisa menangkap pokok pikiran orang
yang berbicara sehingga makin berbicara makin hambar atau makin debat makin
menyimpang dari pokok pembicaraannya dan biasanya akan diakhiri dengan
tidak menyenangkan semua pihak.
Dalam perdebatan atau pembicaraan, andai kata anda tidak bisa menjadi
seorang pendengar yang baik, mana mungkin menangkap arah pikiran partner
bicaranya? Juga bagaimana bisa menyalurkan pendapat anda padanya?
Meskipun waktu itu konsep anda sangat indah, juga tidak akan mendapat simpati
orang lain apalagi diterimanya. Keadaan bisa menjadi begitu buruk, penyebabnya
adalah anda selalu merebut bicara terus dan tidak memberi kesempatan pada
orang lain untuk berbicara, juga tidak tenang mendengar pendapat orang lain.
Kesimpulan akhir: Bila berdebat atau berbicara harus bisa menjadi pendengar
yang baik dulu supaya partner bicara bisa lebih mudah menerima pengaruh atau
inspirasi atau argumentasi anda, guna menghindari benturan-benturan atau
gesekan-gesekan yang sama-sama tidak diinginkan.
Berbicara di depan umum atau di depan orang banyak kadang terasa sulit
bahkan sangat sulit bagi sebagian besar orang. Kadang perasaan kurang Pede
atau mungkin grogi menghinggapi diri kita saat harus berbicara di depan orang
banyak. Perasaan seperti itu sangat wajar, mengingat berbicara di depan orang
banyak itu memang membutuhkan suatu kesiapan mental atau sebuah
keyakinan bahwa kita bisa untuk melakukan hal tersebut. Bagaimana kiat-kiat
atau hal yang harus dipersiapkan dan dilakukan saat kita berbicara di depan
orang banyak ?
ada banyak hal yang mungkin perlu dipersiapkan dan diperhatikan saat kita
harus berbicara di depan orang banyak, terlebih kepada seorang pembicara, baik
seorang pembicara dalam seminar, workshop, pelatihan atau training dan lain
sebagainya. Sangat mudah menjadi seorang pembicara kalau kita melakukan halhal sebagai berikut :
Mengetahui target peserta
Mengetahui target peserta ini dapat dimaknai dengan mengenal mereka yang
akan menjadi peserta (audience). Mengetahui peserta atau sasaran ini sangat
penting mengingat hal ini sangat berpengaruh terhadap materi yang akan kita
berikan. Mengetahui target peserta ini dapat berupa jumlah peserta, umur, latar
belakang (background) dan lain sebagainya.
Sebaik apapun materi yang kita berikan atau sampaikan, tetapi kalau itu