You are on page 1of 12

INVENTARISASI PROTOZOA PADA DARAH HEWAN TERNAK

LAPORAN PRAKTIKUM PARASITOLOGI

OLEH
NAMA

: ONE SAFITRI

NIM

: J1C113047

KELOMPOK

: III (TIGA)

ASISTEN

: EMA TIAS ARUMSARI

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI BIOLOGI
BANJARBARU
2016

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Parasitologi adalah bidang ilmu yang mempelajari mengenai simbiosis,

terutama bentuk suatu organisme yang bersifat parasit. Dua organisme yang hidup
bersama dan menguntungkan bagi salah satu atau kedua simbiont tersebut. Biasanya
kedua simbiont adalah merupakan organisme yang berbeda spesies, tetapi juga dapat
dari spesies yang sama. Organisme parasit hidup di dalam hospes dan menyebabkan
sakit pada hospes. Ada dua bentuk parasit yaitu ektoparasit dan endoparasit
(Darwanto, 2008).
Tripanosomiasis yang disebabkan oleh Trypanosoma evansi (Trypanosoma
evansi) telah tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia merupakan salah satu
penyakit parasit darah yang penting dan secara sporadis menyebar di seluruh wilayah
Indonesia. Parasit ini telah ditemukan di Indonesia sejak 1808 tetapi patogenesis dan
epidemiologinya pada sapi dan kerbau belum banyak terungkap. Penyakit ini
ditularkan dari satu hewan ke hewan lainnya oleh gigitan lalat penghisap darah yang
bertindak sebagai vektor, terutama Tabanus sp. dan lalat Haematopota spp. (Harahap
dkk, 2013).
Infeksi Trypanosoma evansi dapat menimbulkan kerugian berupa penurunan
berat badan, kematian, dan daya reproduksi yang rendah. Selain dari itu, infeksi
Trypanosoma evansi dilaporkan dapat menimbulkan imunosupresi, atau menurunnya
tanggap kebal inang atau disebut juga keadaan alergi klinis. Mortalitas penyakit ini
rendah, tetapi morbiditasnya sangat tinggi. Kerugian akibat infeksi Trypanosoma
evansi adalah berupa penurunan berat badan, kematian, dan daya reproduksi yang
rendah. Selain dari itu, infeksi Trypanosoma evansi dilaporkan dapat menimbulkan
imunosupresi, atau menurunnya tanggap kebal inang atau disebut juga keadaan alergi
klinis. Mortalitas penyakit ini rendah, tetapi morbiditasnya sangat tinggi (Harahap
dkk, 2013).
1.1 Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengiventarisasi dan mengidentifikasi
jenis-jenis protozoa pada darah darah hewan ternak.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Protozoa berasal dari bahasa yunani, yaitu protos yang artinya pertama dan
zoon yang artinya hewan. Protozoa merupakan hewan yang bersifat uniseluler,
dimana setiap satu sel protozoa merupakan satu keseluruan dari organisme itu
sendiri. Protoplasma dari protozoa dapat mengadakan modifikasi-modifikasi atau
penonjolan-penonjolan yang dapat bersifat sementara atau tetap. Penonjolanpenonjolan yang bersifat sementara misalnya penonjolan yang berfungsi sebagai kaki
pseudopodia (Lahay, 2007).
Protozoa adalah organisme uniseluler, hidup di bebas atau parasit, beberapa
diantaranya bersimbiosis dengan mahluk hidup lain. Pencernaan secara intraseluler
di dalam vakuola makanan. Alat gerak berupa psedium, cilia, atau flagella
pengambilan makanan secara holozik, saprozoik dan holophitik. Umumnya
berkembang biak melalui pembelahan sel dan konjugasi. Alat gerak berupa kaki
semu, flagel dan silia. Terdiri atas 4 kelas yaitu 1). Mastigopora 2). Rhizopoda 3).
Sprozoa 4). Ciliata (Lahay, 2007).
Penonjolan menurut Lahay (2007), yang bersifat tetap dibagi menjadi dua
tipe yaitu :
1. Penonjolan-penonjolan yang berbentuk seperti campuk (flagellum) berjumlah
satu atau dua buah dan berfungsi sebagai alat gerak.
2. Penonjolan-penonjolan protoplasma yang berbentuk sedemikian rupa
sehingga merupakan benang- benang halus (cilium) yang terdapat pada
seluruh permukaan tubuh.
Habitat protozoa, selain di dalam usus (intestinal), juga pada darah dan
jaringan. Protozoa darah dan jaringan ini dibagi ke dalam 2 kelompok yaitu :
1. Flagelata darah dan jaringan. Kelompok parasit ini termasuk ke dalam famili
Trypanosomatidae, genus Leishmania dan Trypanosoma.
2. Sporozoa darah dan jaringan. Kelompok ini termasuk subkelas Coccidia,
terdapat 2 Subordo, yaitu :

Subordo Eimeriina, terdiri atas Genus Isospora, Sarcocystis, dan


Toxoplasma.

Subordo Haemosporina, genus Plasmodium (Natadisastra, 2009).

Dari sporozoa ini yang terpenting ada 2 genus, yaitu Toxoplasma (spesies T.
gondii) dan genus Plasmodium. T. gondii merupakan sporozoa yang habitatnya pada
semua jaringan. Jaringan yang sering menimbulkan gangguan serius adalah jaringan
otak dan mata. Infeksi T. gondii disebut toxoplasmosis, dikenal dua bentuk yaitu
toxoplasmosis didapat (aquisita) dan toxoplasmosis kongenital yang ditularkan dari
ibu yang menderita toxoplasmosis kepada janin dalam kandungan. Toxoplasmosis
kongenital ini sangat ditakuti karena janin yang dilahirkan dapat menderita cacat
bawaan yang berat. Penyakit malaria disebabkan oleh sporozoa darah genus
Plasmodium, yang patogen bagi manusia ada empat spesies yaitu P. vivax, P.
falciparum, P. malariae dan P. ovale. Parasit ini habitatnya dalam darah
(Natadisastra, 2009).
Upaya yang dilakukan pemerintah dalam menanggulangi berkurangnya
populasi fauna dilakukan dengan memeliharanya di habitat yang menyerupai keadaan
aslinya (ex-situ) salah satunya Taman Margasatwa. Satwa yang berada di Taman
Margasatwa (ex-situ) mempunyai dampak negatif, antara lain terjangkitnya satwa
dengan penyakit. Indonesia beriklim tropis dan memiliki kelembaban yang cukup
tinggi, sehingga dapat menunjang perkembangbiakan parasit. Infeksi oleh parasit
dapat mempengaruhi keadaan fisiologis satwa, misalnya penurunan bobot tubuh,
penurunan tingkat reproduksi, berkurangnya aktivitas, stress, luka dan menjadi lebih
agresi (Widodo, 2013). Parasit protozoa yang paling sering menyerang sapi-sapi di
Indonesia adalah trypanosoma. Trypanosomiasis, penyakit ini juga disebut surra.
Penyebabnya adalah infeksi parasit jenis protozoa darah yang termasuk dalam
Trypanosoma evansi. Penyakit ini menyerang semua hewan mamalia dan tersebar
luas di daerah tropic dan subtropik. Surra ditularkan secara mekanik melalui gigitan
vector lalat dair genus Tabanus. Trypanosoma dapat hidup pada bagian mulut lalat
selama 30 menit sampai 6 jam (Hala & Yusminah, 2007).
Tubuh hewan tersusun atas satu sel, sehingga ukuran protozoa adalah
mikrosampai beberapa millimeter. Umumnya protozoa hidup secara individual dan
ada jugayang berkoloni hidup secara bebasdi air juga yang parasit pada hewan lain,
protozoaberkembang biak dengan membelah diri dan ada juga yang berkonjugasi ada
pulayang membentuk spora (Hala & Yusmina, 2007).

BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1

Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis, 24 Maret 2016, pukul 14.40

17.10 WITA bertempat di Laboratorium Anatomi dan Fisiologi, Fakultas Matematika


dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru.
3.2

Alat dan Bahan


Alat yang digunakan adalah mikroskop, gelas objek, gelas penutup, pipet

pasteur, stopwatch, spiramix, spuit 1 cc, masker dan sarung tangan.


Bahan yang digunakan adalah sampel darah ayam (Gallus galus domesticus),
tissue bersih, alkohol 95%, larutan stok giemza, methanol 95% dan aquades.
3.3

Prosedur Kerja
1. Kaca objek dibersihkan dengan alkohol 95%
2. Apusan darah tipis dibuat dari darah ayam yang diambil melalui bagian
vena pectoralis yang berada di bawah sayap dengan spuit 1 cc.
3. Darah yang sudah diambil diteteskan diatas slide dengan mempergunakan
ujung slide yang lain, salah satu ujung slide disentuhkan pada tetesan darah
segar hingga darah menyebar rata pada permukaan, dengan membentuk
sudut 300-400 darah didorong ke belakang kemudian darah ditarik kedepan
sehingga membuat ulas darah tipis.
4. Apusan darah tipis dikeringkan kemudian difiksasi dengan methanol
absolute selama 2-3 menit dan dikeringkan.
5. Apusan darah tipis diwarnai dengan larutan giemza 10% selama 30 menit.
6. Slide dicuci dengan air aquades dan dikeringkan.
7. Hasil yang didapat diamati dan di dikumentasikan.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 1. Hasil pengamatan inventarisasi protozoa pada darah hewan ternak,
No.
1.

Gambar Pengamatan

GambarReferensi

Keterangan
Perbesaran :
40x40
Terdapat di
Preparat
Trypanosoma

Gambar

1.

Preparat

(Alamanda dkk., 2007).

evansi

Trypanosoma evansi.
2.

Perbesaran :
40x40
Tidak ditemukan
satu pun protozoa
Gambar 2. Darah ayam
penampakan

(Raad, 2015).

parasit yang ada

(Raad, 2015)

di darah ayam

secara

mikroskopis.
4.1 Pembahasan
Praktikum kali ini menggunakan darah ayam sebagai sampel dengan cara
diambil bagian vena pectoralis yang berada di bawah sayap dengan spuit 1 cc. Hasil
pengamatan pada darah ayam yang digunakan tidak ditemukan satu pun protozoa
parasit. Larutan yang digunakan pada praktikum ini antara lain alkohol 95%,
methanol absolute, dan giemza 10%. Pengamatan terhadap preparat awetan juga
dilakukan dengan perbesaran 40x40 yaitu Trypanosoma evansi. Alkohol berfungsi
untuk membersihkan kaca objek agar tidak ada yang menempel pada kaca objek
sehingga memudahkan pengamatan. Fungsi metanol adalah untuk memfiksasi darah
sehingga darah tidak hilang saat diamati. Selanjutnya sediaan diteteskan dengan

giemsa yang telah diencerkan dengan air dan dibiarkan dan membilasnya dengan air
dan mengeringkannya. Fungsi giemsa adalah untuk mewarnai darah sehingga mudah
dibedakan dan dapat terlihat jelas saat diamati. Waktu perendaman ini sebaiknya
jangan terlalu lama karena darah bisa tidak terlihat akibat pewarnaan yang terlalu
pekat.
Klasifikasi dari parasit Trypanosoma evansi. yaitu sebagai berikut :
Kingdom

: Protista

Filum

: Sarcomastigophora

Kelas

: Zoomastigophorasida

Ordo

: Kinetoplastorida

Famili

:Trypanosomadidae

Genus

: Trypanosomatidae

Spesies

: Trypanosoma evansi
Parasit ini dapat ditemukan di dalam sirkulasi darah pada fase infeksi akut. T.

evansi memiliki ukuran panjang 15 to 34 m dan dapat membelah (binary fission)


untuk memperbanyak diri. Bentuknya yang khas seperti daun atau kumparan
dicirikan dengan adanya flagella yang panjang sebagai alat gerak. Di bagian tengah
tubuh terdapat inti yang mengandung kariosoma (trofonukleus) yang besar dan
terletak hampir sentral. Salah satu ujung tubuh berbentuk lancip, sedangkan ujung
tubuh yang lain agak tumpul dan terdapat bentukan yang disebut kinetoplast.
Permukaan tubuh Trypanosoma evansi diselubungi oleh lapisan protein
tunggal yaitu glikoprotein yang dapat berubah-ubah bentuk (variable, surface,
glycoprotein). Dengan kemampuan glikoprotein yang dapat berubah bentuk, maka
Trypanosoma evansi dapat memperdaya sistem kekebalan tubuh inang (host).
Konsekuensinya akan terjadi variasi antigenik (antigenic variation) dimana tubuh
akan selalu berusaha membentuk antibodi yang berbeda-beda sesuai dengan protein
permukaan yang ditampilkan oleh Trypanosoma evansi.
Genus Trypanosoma terdapat di daerah tropis, menyebabkan penyakit tidur di
daerah Afrika Tengah, nagana pada ternak di Afrika, Surra pada ternak di Asia dan
Afrika dan sejumlah penyakit lainnya pada ternak. Trypanosoma evansi dapat
menginfeksi berbagai hewan inang yang secara ekonomis bernilai penting. Kuda
sangat rentan terhadap penyakit Surra. Hewan lain yang rentan terinfeksi adalah sapi,

kerbau, kambing, domba, rusa, babi, anjing, kucing dan beberapa jenis hewan liar.
Adapun tikus dan mencit merupakan hewan percobaan yang sangat rentan terinfeksi
Trypanosoma evansi sehingga digunakan dalam teknik inokulasi untuk mendeteksi
infeksi subklinis penyakit Surra.
Penyakit Surra disebabkan oleh protozoa yang merupakan parasit darah, yaitu
Trypanosoma evansi. Parasit ini dapat ditemukan di dalam sirkulasi darah pada fase
infeksi akut. Trypanosoma evansi memiliki ukuran panjang 15 sampai 34 m dan
dapat membelah (binary fission) untuk memperbanyak diri. Bentuknya yang khas
seperti daun atau kumparan dicirikan dengan adanya flagella yang panjang sebagai
alat gerak. Di bagian tengah tubuh terdapat inti yang mengandung kariosoma
(trofonukleus) yang besar dan terletak hampir sentral. Salah satu ujung tubuh
berbentuk lancip, sedangkan ujung tubuh yang lain agak tumpul dan terdapat
bentukan yang disebut kinetoplast.
Trypanosoma evansi hidup dan bergerak dalam plasma darah atau cairan
jaringan Para pellicle lapisan luar dari sitoplasma cukup fleksibel untuk
memungkinkan tingkat gerakan tubuh. Permukaan tubuh Trypanosoma evansi
diselubungi oleh lapisan protein tunggal yaitu glikoprotein yang dapat berubah-ubah
bentuk (variable surface glycoprotein). Dengan kemampuan glikoprotein yang dapat
berubah bentuk, maka Trypanosoma evansi dapat memperdaya sistem kekebalan
tubuh inang (host). Konsekuensinya akan terjadi variasi antigenik (antigenic
variation) dimana tubuh akan selalu berusaha membentuk antibodi yang berbedabeda sesuai dengan protein permukaan yang ditampilkan oleh Trypanosoma evansi
induk semang. Mereka memanjang, ramping dan meruncing dikedua ujungnya.
Penyakit Trypanosomiasis ditularkan secara mekanik melalui gigitan vektor
setelah ia menghisap darah penderita. Trypanosoma segera memperbanyak diri
secara biner, setelah memasuki peredaran darah. Dalam waktu pendek penderita
mengalami parasitemia dan suhu tubuh biasanya mengalami kenaikan. Penularan
penyakit Surra antar hewan terjadi melalui darah yang mengandung parasit
Trypanosoma evansi. Penularan yang paling utama terjadi secara mekanis oleh lalat
penghisap darah (hematophagous flies). Di Indonesia, vektor penular yang berperan
adalah lalat Tabanus, Haematopota, dan Chrysops. Jenis lalat lain seperti Stomoxys,
Musca, Haematobia juga dapat menjadi vektor pada saat populasi lalat tersebut

meningkat di suatu wilayah. Walaupun penularan terjadi melalui gigitan lalat, tetapi
agen Trypanosoma evansi tidak melakukan perkembangan siklus hidup di dalam
tubuh lalat. Hewan karnivora dapat terinfeksi Trypanosoma apabila memakan daging
yang mengandung Trypanosoma.

1b

1a

1.

2.

a. Hewan ternak yang terinfeksi T. evansi digigit oleh nyamuk.


b. Lalat membawa parasit T. evansi, kemudian mengigit manusia.
c. T. evansi berpindah ke manusia.
Manusia memakan
Gambar
daging
4.2.1hewan
Siklus
ternak
Hidup
yangTrypanosoma
terinfeksi T. evansi.
evansi.

Masa inkubasi Trypanosoma evansi adalah 4-13 hari dan diikuti dengan
demam. Infeksi parasit ini dapat terjadi melalui luka pada kulit akibat gigitan lalat.
Parasit ini masuk ke dalam aliran darah induk semang dan untuk kebutuhan hidupnya
parasit ini mengambil gula dalam darah sebagai bahan energi. Selanjutnya parasit ini
sampai ke dalam alat-alat tubuh seperti kelenjar limfe, limfa, hati, ginjal dan sumsum
tulang. Di dalam alat-alat tubuh tersebut parasit berkembangbiak sehingga
mengakibatkan banyaknya eritrosit yang rusak sehingga hospes menderita anemia,
terjadi anemia bukan hanya disebabkan oleh peruntuhan eritrosit saja akan tetapi
karena pembentukan eritropoiesis itu sendiri terganggu.
Gejala-gejala umum biasanya timbul setelah melewati masa inkubasi seperti
temperatur tubuh meningkat, lesu, letih dan nafsu makan terganggu. Pada umumnya
hewan dapat mengatasi keadaan tersebut meskipun dalam darahnya mengandung
parasit dan dapat bertahan bertahun-tahun. Apabila hewan tersebut menjadi sakit
maka gejala klinis yang nampak adalah demam naik turun, anemia, cermin hidung
kering, keluar cairan dari hidung dan mata, semakin kurus, oedema di bawah dagu
dan anggota gerak, bulu rontok dan selaput lendir menguning. Seringkali penderita
makan tanah. Apabila Trypanosoma evansi sudah masuk dalam cairan cerebrospinal

maka hewan akan menunjukkan gejala syaraf seperti jalan tidak tegap
(sempoyongan), berputar-putar, kejang-kejang atau kaku-kaku. Karena pengobatan
efektif tidak ada maka penting untuk mengendalikan vektor dengan insektisida
residuan dan pengrusakan habitat dan menghindarkan kontak dengan binatang
sumber parasit.

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan dari praktikum ini adalah :
1. Hasil pengamatan pada darah ayam yang digunakan tidak ditemukan satu pun
protozoa parasit.
2. Pengamatan terhadap preparat awetan juga dilakukan dengan perbesaran 40x40
yaitu Trypanosoma evansi.
5.2

Saran
Pada praktikum kali ini diharapkan mahasiswa lebih memahami cara kerjanya

dan meyimak dengan baik ketika asisten menerangkan.

DAFTAR PUSTAKA
Alamanda, I. E., N. S. Handajani& A. Budiharjo. 2007. Penggunaan Metode
Hematodologi dan Pengamatan Endoparasit Darah untuk Penetapan
Kesehatan Ikan Lele Dumbo (Clariasgeriepinus) di Kolam Budidaya Desa
Mangkubumen Boyolali. Biodeversitas. 8(1) : 34-38.
Hala & Yusminah. 2007. Dasar Biologi Umum II. Alauddin Press, Makassar.
Harahap, D.H., Y. Fahrimal, H. Budiman. 2013. Gambaran Darah Tikus yang
Diinfeksikan Trypanosoma evansi dan Diberi Ekstrak Daun Sernai (Wedelia
biflora). Jurnal medika Veterinaria. 7(2) :126-129.
Lahay, J. 2007. Zoologi Invertebrata. FMIPA Universitas Negeri Makassar,
Makassar.
Natadisastra, D. 2009. Parasitologi Kedokteran. EGC, Jakarta.
Raad, H. H. 2015. Haemosporidians Parasites of Gallus domesticus, Poultry in Iraq.
Internasional Journal of Advanced Research. 13(8): 1046-1054.
Widodo H. 2013. Parasitologi Kedokteran. Medika, Yogyakarta.

You might also like