You are on page 1of 3

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Eliminasi merupakan proses pembuangan sisa-sisa metabolisme tubuh.
Pembuangan dapat melalui urine ataupun bowel (Wartonah, 2006). Pembuangan
normal urine merupakan suatu fungsi dasar yang sering dianggap enteng oleh
kebanyakan orang. Apabila sistem perkemihan tidak dapat berfungsi dengan baik,
sebenarnya semua sitem organ pada akhirnya akan terpengaruh. Klien yang
mengalami perubahan eliminasi urine juga dapat menderita secara emosional
akibat oerubahan citra tubuhnya (Potter dan Perry, 2005).
Sedangkan insiden terjadinya retensi urin pada, menurut hasil penelitian
Saultz et al berkisar 1,7% sampai 17,9%. Penelitian yang dilakukan oleh Yip et al
menemukan insidensi retensi urin sebesar 4,9 % dengan volume residu urin 150
cc sebagai volume normal paska berkemih spontan. Penelitian lain oleh Andolf et
al menunjukkan insidensi retensi urin sebanyak 1,5%, dan hasil penelitian dari
Kavin G et al sebesar 0,7%.
Membuang urine dan alvi (eliminasi) merupakan salah satu aktivitas pokok
yang harus dilakukan oleh setiap manusia. Karena apabila eliminasi tidak
dilakukan setiap manusia akan menimbulkan berbagai macam gangguan seperti
retensi urine, inkontinensia urine, enuresis, perubahan pola eliminasi urine,
konstipasi, diare dan kembung. Selain berbagai macam yang telah disebutkan
diatas akan menimbulkan dampak pada system organ lainnya seperti: system
pencernaan, ekskresi (Pradana, 2011)
Pada retensi urin akut tidak dapat berkemih sama sekali, walaupun kandung
kemihnya sudah penuh. Pasien tersebut mengalami peningkatan rasa nyeri

suprapubik yang terus menerus bersama dengan keinginan untuk berkemih yang
hebat dan mungkin dengan meneteskan jumlah yang sedikitdari urin. Retensi urin
akut adalah suatu keadaan emergenci medis yangmenuntut tindakan yang cepat.
Bilamana retensi urin tidak ditangani sebagaimana mestinya, akan mengakibatkan
terjadinya penyulit yang memperberat morbiditas penderita yang bersangkutan.
Pada dasarnya tidak diperlukan peralatan maupun ketrampilan yang khusus
untuk mendeteksi dan menangani penderita dengan retensi urin, apapun yang
menyebabkan terjadinya kelainan tersebut (Potter dan Perry, 2005). Salah satu
tindakan yang dapat dilakukan dalam mengatasi retensi urine adalah dengan
menggunakan metode bladder trainning. Bladder training adalah salah upaya
untuk mengembalikan fungsi kandung kencing yang mengalami gangguan ke
keadaan normal atau ke fungsi optimal neurogenik. Bladder training merupakan
salah satu terapi yang efektif diantara terapinonfarmakologis.
Berdasarkan masalah di atas maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan
penelitian tentang pengaruh bladder trainning terhadap kemampuan berkemih
pada pasien retnsi urine di ruang penyakit dalam RSUD Bitung.
1.2 Rumusan Masalah \
1.2.1 Pernytaan masalah
Retensi urin akut adalah suatu keadaan emergenci medis yang menuntut
tindakan yang cepat. Bilamana retensi urin tidak ditangani sebagaimana mestinya,
akan mengakibatkan terjadinya penyulit yang memperberat morbiditas penderita
yang bersangkutan. Pada dasarnya tidak diperlukan peralatan maupun
ketrampilan yang khusus untuk mendeteksi dan menangani penderita dengan
retensi urin, apapun yang menyebabkan terjadinya kelainan tersebut salah satunya
adalah dengan metode bladder training.
1.2.2 Pertanyaan Masalah
1. Bagaimana jumlah kasus retensi urine di Ruang Penyakit dalam RSUD
Bitung

2. Bagaimana kemampuan pengosongan urine pada pasien retnsi urine


setelah diberikan bladder training
3. Apakah ada pengaruh pengaruh bladder trainning terhadap
kemampuan berkemih pada pasien retnsi urine
1.3 Tujuan
1.3.1 Umum
Mengidentifikasi pengaruh bladder trainning terhadap kemampuan
berkemih pada pasien retnsi urine
1.3.2 Khusus
1 Mengidentifikasi jumlah kasus retensi urine di Ruang Penyakit dalam
2
3

RSUD Bitung
Mengidentifikasi pelaksanaan Bladder training pada pasien retensi urine
Mengidentifikasi pengaruh pengaruh bladder trainning terhadap

kemampuan berkemih pada pasien retnsi urine


1.4 Manfaat
1. Untuk institusi Pendidikan
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan ilmu keperawatan
2

khususnya dibidang keperawatan medikal bedah


Untuk lokasi penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk masukan dalam rangka
meningkatkan pemahaman perawat terhadap metode bladder training pada

pasien dengan retnsi urine khsusunya di RSUD Bitung


Untuk Peneliti
Penelitian ini menambah wawasan peneliti tentang penerapan teknik
bladder training

You might also like