Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
AGSA SAJIDA
NIM. 091000142
ABSTRAK
Kulit adalah salah satu bagian tubuh yang cukup sensitif terhadap berbagai
macam penyakit. Lingkungan yang kotor akan menjadi sumber munculnya berbagai
macam penyakit kulit. Faktor- faktor yang mempengaruhi tingginya prevalensi
penyakit kulit adalah iklim yang panas dan lembab, kebersihan perorangan yang
kurang baik yaitu kebersihan kulit, kebersihan rambut dan kulit kepala, kebersihan
kuku, intesitas mandi selain itu faktor ekonomi yang kurang memadai juga
mempengaruhi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan personal hygiene
(kebersihan kulit, kebersihan tangan dan kuku, kebersihan pakaian, kebersihan
handuk dan kebersihan tempat tidur dan sprei dan sanitasi lingkungan dengan
keluhan penyakit kulit di Kelurahan Denai Kecamaatan Medan Denai Kota Medan
Tahun 2012.
Jenis penelitian ini adalah survei analitik dengan rancangan penelitian cross
sectional study. Populasi penelitian adalah seluruh penduduk yang berjenis kelamin
perempuan yang berumur 10-14 tahun dengan sebanyak 743 orang dan sampel dalam
penelitian ini sebanyak 88 orang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara
kebersihan kulit (p=0,009), kebersihan tangan dan kuku (p=0,001), kebersihan
pakaian (p=0,011), kebersihan handuk (p=0,001), kebersihan tempat tidur dan sprei
(p=0,025), kebersihan sanitasi lingkungan (p=0,014) dengan keluhan penyakit kulit
Nama
: Agsa Sajida
Tempat/Tanggal Lahir
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Anak ke
: 4 dari 6 bersaudara
Status Perkawinan
: Belum Kawin
Alamat Rumah
Riwayat Pendidikan
1.
2.
3.
4.
Tahun 1997-2003
Tahun 2003-2006
Tahun 2006-2009
Tahun 2009-2013
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Hubungan
Personal Hygiene dan Sanitasi Lingkungan dengan Keluhan Penyakit Kulit di
Kelurahan Denai Kecamtan Medan Denai Kota Medan Tahun 2012, guna memenuhi
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat.
Selama penyusunan skripsi mulai dari awal hingga akhir selesainya
skripsi ini penulis banyak mendapat bimbingan, dukungan dan bantuan dari berbagai
pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1.
Dr. Surya Utama, M.S, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara (FKM USU).
2.
dr. Devi Nuraini Santi, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing I skripsi sekaligus
sebagai Ketua Penguji yang telah banyak meluangkan waktu, tulus dan sabar
memberikan saran, dukungan, nasihat bimbungan serta arahan dalam
penyelesaian skripsi ini.
3.
Ir. Evi Naria, M.Kes, selaku Ketua Departemen Kesehatan Lingkungan, Dosen
Pembimbing II skripsi sekaligus Penguji I yang telah banyak memberikan
bimbingan, Pengarahan, dukungan serta saran dalam penyelesaian skripsi ini.
4.
5.
Ibu Kepala Puskesmas Medan Denai yang telah memberikan izin memperoleh
data-data yang mendukung penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.
6.
Bapak Lurah Kelurahan Denai yang telah memberikan izin memperoleh datadata yang mendukung penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.
7.
Bapak Kepala Balitbang yang telah memberikan izin penelitian di Kelurah Denai
Kota Medan.
8.
Seluruh Dosen dan Staf di FKM USU yang telah memberikan bekal ilmu selama
penulis mengikuti pendidikan.
9.
10. Terkhusus untuk Febri yang selalu sabar dan bersedia meluangkan waktu untuk
membimbing, memberikan saran serta motivasi kepada penulis.
11. Teman-temanku (Hadiah Kurnia Putri, Christna Uly S, Fathia Amanda, Veni
Hardianti, Cahya Elika, Atina Travianita) yang selalu memberikan hiburan,
semangat, motivasi kepada penulis.
12. Rekan-rekan stambuk 2009 dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu
per satu yang telah banyak membantu, meberikan semangat, dukungan dan doa
selama ini.
Penulis menyadari masih ada kekurangan dalam penulisan skripsi ini, untuk
itu penulis mengaharaokan kritik dan saran yang membangaun dari semua pihak
dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap skripsi ini
dapat bermanfaat bagi kita semua terutama untuk kemajuan ilmu pengetahuan.
Agsa Sajida
DAFTAR ISI
Abstrak ................................................................
........................................................................................... ii
Daftar Riwayat Hidup .......................................
vi
Kata Pengantar...................................................
........................................................................................... vii
Daftar Isi ...........................................................................................................
xiii
BAB I
PENDAHULUAN ........................................................................
1.1.
1.2.
1.3.
Latar Belakang...................................................................
Perumusan Masalah...........................................................
Tujuan Penelitian ...............................................................
1.3.1. Tujuan Umum .......................................................
1.3.2. Tujuan Khusus.......................................................
1.4.
Manfaat Penelitian ............................................................
TINJAUAN PUSTAKA ...............................................................
1
4
4
4
5
5
6
2.1.
BAB II
2.2.
10
13
Sanitasi Lingkungan...........................................................
13
2.2.1.
14
2.2.2.
14
2.2.3.
15
2.2.4.
17
2.1.5.
18
2.1.6.
18
2.1.7.
25
27
2.3.1.
Anatomi Kulit.......................................................
27
2.3.2.
28
2.3.3.
Penyakit Kulit.......................................................
29
2.3.4.
31
2.3.5.
32
2.3.6.
36
2.3.7.
37
2.4.
38
2.5.
Hipotesis Penelitian............................................................
39
2.3.
BAB III
40
3.1.
40
3.2.
40
3.2.1.
40
3.2.2.
40
40
3.3.1
Populasi.................................................................
40
3.3.2
Sampel ..................................................................
40
43
3.4.1.
Data Primer...........................................................
43
3.4.2.
43
43
3.5.1.
43
3.5.2.
43
3.5.3.
44
3.6.
45
3.7.
48
3.7.1.
48
3.7.2.
48
49
3.3.
3.4.
3.5.
4.1.
49
4.1.1.
Demografi .............................................................
49
4.1.2.
49
4.2.
4.3.
52
4.2.1
52
4.2.2.
53
53
54
56
57
58
4.2.3.
Sanitasi Lingkungan.............................................
60
4.2.4.
61
63
4.3.1.
4.3.2.
63
65
.............................................................................
66
5.1.
Karakteristik Responden....................................................
67
5.2.
BAB V PEMBAHASAN
Kulit
.............................................................................
5.2.1.
5.2.2.
67
67
69
5.2.3.
5.2.4.
5.2.5.
70
5.3.
70
71
72
5.3.1.
72
5.3.2.
Jamban ..................................................................
74
5.3.3.
75
5.3.4.
76
77
78
5.4.
6.1.
Kesimpulan .........................................................................
79
6.2.
Saran
80
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
.............................................................................
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin .............
Tabel 4.2. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin per..........
Lingukngan ........................................................................
Tabel 4.3. Komposisi Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin ..........
Perempuan umur 10-14 Per Lingkungan .........................
Tabel 4.4. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan .......
Tabel 4.5. Kondisi Prasarana Kesehatan ...........................................
Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di ...........
Kelurahan Denai Kota Medan Tahun 2012 .....................
Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Kebersihan Kulit Responden di .................
Kelurahan Denai Kecamatan Medan Denai Kota .......................
Medan Tahun 2012 ........................................................................
Tabel 4.8. Kategori Kebersihan Kulit Responden di Kelurahan ..................
Denai Kecamatan Medan Denai Kota Medan tahun ...................
2012 ................................................................................................
Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Kebersihan Tangan dan Kuku....................
Responden di Kelurahan Denai Kecamatan Medan ....................
Denai Kota Medan Tahun 2012....................................................
Tabel 4.10. Kategori Kebersihan Tangan dan Kuku Responden ...................
di Kelurahan Denai Kecamatan Medan Denai Kota ...................
Medan tahun 2012 .........................................................................
Tabel 4.11. Distribusi Frekuensi Kebersihan Pakaian Responden.................
di Kelurahan Denai Kecamatan Medan Denai Kota ...................
Medan Tahun 2012 ........................................................................
Tabel 4.12. Kategori Kebersihan Pakaian Responden di Kelurahan .............
Denai Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun..................
2012 ................................................................................................
Tabel 4.13. Distribusi Frekuensi Kebersihan Handuk Responden.................
di Kelurahan Denai Kecamatan Medan Denai Kota ...................
Medan Tahun 2012 ........................................................................
Tabel 4.14. Kategori Kebersihan Handuk Responden di Kelurahan .............
Denai Kecamatan Medan Denai Kota Medan tahun ...................
2012 ................................................................................................
Tabel 4.15. Distribusi Frekuensi Kebersihan Tempat Tidur dan ...................
Sprei Responden di Kelurahan Denai Kecamatan.......................
Medan Denai Kota Medan Tahun 2012 .......................................
Tabel 4.16. Kategori Kebersihan Tempat Tidur dan Sprei .............................
Responden di Kelurahan Denai Kecamatan Medan ....................
Denai Kota Medan Tahun 2012....................................................
Tabel 4.17. Distribusi Frekuensi Sanitasi Lingkungan Responden ...............
di Kelurahan Denai Kecamatan Medan Denai Kota ...................
Medan Tahun 2012 ........................................................................
50
50
51
51
52
51
53
54
54
55
56
57
57
58
58
59
60
61
62
63
66
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup, Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan
semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya,
yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan
manusia serta makhluk hidup lain. Bila ditinjau lebih jauh mengenai Undang-Undang
tersebut, maka manusia dengan lingkungan tidak bisa dipisahkan.
Masalah kesehatan sangat kompleks dan saling berkaitan dengan masalahmasalah di luar kesehatan itu sendiri. Demikian pula untuk mengatasi masalah
kesehatan masyarakat tidak hanya dilihat dari segi kesehatan itu sendiri tapi harus
dari seluruh segi yang ada pengaruhnya terhadap kesehatan tersebut (Notoatmodjo,
1997).
Menurut
Winslow
dalam
Slamet
(2007),
usaha
masyarakat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Personal Hygiene
2.1.1. Definisi
Menurut Wartonah (2003), personal hygiene berasal dari bahasa
yunani yaitu personal yang artinya perorangan dan hygiene berarti sehat. Kebersihan
perorangan adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan
seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis.
Menurut Perry (2005), personal hygiene adalah suatu tindakan untuk
memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis,
kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan
perawatan kebersihan untuk dirinya.
2.1.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Personal Hygiene
Menurut Wartonah (2003), faktor-faktor yang mempengaruhi personal
hygiene adalah:
1. Body image, yaitu gambaran individu terhadap dirinya yang mempengaruhi
kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak
peduli dengan kebersihan dirinya.
2. Praktik sosial, yaitu pada anak anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka
kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
3. Status sosial ekonomi, yaitu personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti
sabun, pasta gigi, sikat gigi, sampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang
untuk menyediakannya.
kesehatan gigi adalah menggosok gigi secara benar dan teratur dianjurkan setiap
sehabis makan, memakai sikat gigi sendiri, menghindari makan-makanan yang
merusak gigi, membiasakan makan buah-buahan yang menyehatkan gigi dan
memeriksa gigi secara teratur.
d. Kebersihan Telinga
Hal yang diperhatikan dalam kebersihan telinga adalah membersihkan telinga
secara teratur, dan tidak mengorek-ngorek telinga dengan benda tajam.
e. Kebersihan Tangan, Kaki, dan Kuku
Seperti halnya kulit, tangan kaki, dan kuku harus dipelihara dan ini tidak
terlepas dari kebersihan lingkungan sekitar dan kebiasaan hidup sehari-hari. Tangan,
kaki, dan kuku yang bersih menghindarkan kita dari berbagai penyakit. Kuku dan
tangan yang kotor dapat menyebabkan bahaya kontaminasi dan menimbulkan
penyakit-penyakit tertentu. Untuk menghindari bahaya kontaminasi maka harus
membersihkan tangan sebelum makan, memotong kuku secara teratur, membersihkan
lingkungan, dan mencuci kaki sebelum tidur.
2.1.6. Hal-Hal yang Mencakup Personal Hygiene
Kegiatan-kegiatan yang mencakup personal hygiene adalah:
a. Mandi
Mandi merupakan bagian yang penting dalam menjaga kebersihan diri. Mandi
dapat menghilangkan bau, menghilangkan kotoran, merangsang peredaran darah,
memberikan kesegaran pada tubuh. Sebaiknya mandi dua kali sehari, alasan utama
ialah agar tubuh sehat dan segar bugar. Mandi membuat tubuh kita segar dengan
membersihkan seluruh tubuh kita (Stassi, 2005).
Menurut Irianto (2007), urutan mandi yang benar adalah seluruh tubuh dicuci
dengan sabun mandi. Oleh buih sabun, semua kotoran dan kuman yang melekat
mengotori kulit lepas dari permukaan kulit, kemudian tubuh disiram sampai bersih,
seluruh tubuh digosok hingga keluar semua kotoran atau daki. Keluarkan daki dari
wajah, kaki, dan lipatan- lipatan. Gosok terus dengan tangan, kemudian seluruh tubuh
disiram sampai bersih sampai kaki.
b. Perawatan mulut dan gigi
Mulut yang bersih sangat penting secara fisikal dan mental seseorang.
Perawatan pada mulut juga disebut oral hygiene. Melalui perawatan pada rongga
mulut, sisa-sisa makanan yang terdapat di mulut dapat dibersihkan. Selain itu,
sirkulasi pada gusi juga dapat distimulasi dan dapat mencegah halitosis (Stassi,
2005). Maka penting untuk menggosok gigi sekurang-kurangnya 2 kali sehari dan
sangat dianjurkan untuk berkumur-kumur atau menggosok gigi setiap kali selepas
kita makan (Sharma, 2007).
Kesehatan gigi dan rongga mulut bukan sekedar menyangkut kesehatan di
rongga mulut saja. Kesehatan mencerminkan kesehatan seluruh tubuh. Orang yang
giginya tidak sehat, pasti kesehatan dirinya berkurang. Sebaliknya apabila gigi sehat
dan terawat baik, seluruh dirinya sehat dan segar bugar. Menggosok gigi sebaiknya
dilakukan setiap selesai makan. Sikat gigi jangan ditekan keras-keras pada gigi
kemudian digosokkan cepat-cepat. Tujuan menggosok gigi ialah membersihkan gigi
dan seluruh rongga mulut. Dibersihkan dari sisa-sisa makanan, agar tidak ada sesuatu
yang membusuk dan menjadi sarang bakteri (Irianto, 2007).
c. Cuci tangan
Tangan adalah anggota tubuh yang paling banyak berhubungan dengan apa
saja. Kita menggunakan tangan untuk menjamah makanan setiap hari. Selain itu,
sehabis memegang sesuatu yang kotor atau mengandung kuman penyakit, selalu
tangan langsung menyentuh mata, hidung, mulut, makanan serta minuman. Hal ini
dapat menyebabkan pemindahan sesuatu yang dapat berupa penyebab terganggunya
kesehatan karena tangan merupakan perantara penularan kuman (Irianto, 2007).
Berdasarkan penelitan WHO dalam National Campaign for Handwashing
with Soap (2007) telah menunjukkan mencuci tangan pakai sabun dengan benar pada
5 waktu penting yaitu sebelum makan, sesudah buang air besar, sebelum memegang
bayi, sesudah menceboki anak, dan sebelum menyiapkan makanan dapat mengurangi
angka kejadian diare sampai 40%. Cuci tangan pakai sabun dengan benar juga dapat
mencegah penyakit menular lainnya seperti tifus dan flu burung.
Langkah yang tepat cuci tangan pakai sabun adalah seperti berikut (National
Campaign for Handwashing with Soap, 2007):
1. Basuh tangan dengan air mengalir dan gosokkan kedua permukaan tangan dengan
sabun secara merata, dan jangan lupakan sela-sela jari.
2. Bilas kedua tangan sampai bersih dengan air yang mengalir.
3. Keringkan tangan dengan menggunakan kain lap yang bersih dan kering.
d. Membersihkan Pakaian
Pakaian yang kotor akan menghalangi seseorang untuk terlihat sehat dan segar
walaupun seluruh tubuh sudah bersih. Pakaian banyak menyerap keringat, lemak dan
kotoran yang dikeluarkan badan. Dalam sehari saja, pakaian berkeringat dan
berlemak ini akan berbau busuk dan menganggu. Untuk itu perlu mengganti pakaian
dengan yang besih setiap hari. Saat tidur hendaknya kita mengenakan pakaian yang
khusus untuk tidur dan bukannya pakaian yang sudah dikenakan sehari-hari yang
sudah kotor. Untuk kaos kaki, kaos yang telah dipakai 2 kali harus dibersihkan.
Selimut, sprei, dan sarung bantal juga harus diusahakan supaya selalu dalam keadaan
bersih sedangkan kasur dan bantal harus sering dijemur (Irianto, 2007).
2.1.7. Tujuan Personal Hygiene
Menurut Wartonah (2003), tujuan dari personal hygiene adalah untuk
meningkatkan derajat kesehatan, memelihara kebersihan diri, memperbaiki personal
hygiene yang kurang, mencegah penyakit, menciptakan keindahan, dan meningkatkan
rasa percaya diri.
2.2. Sanitasi Lingkungan
Menurut Notoadmojo (2003), sanitasi lingkungan adalah status
kesehatan suatu lingkungan yang mencakup perumahan, pembuangan kotoran,
penyediaan air bersih, dan sebagainya. Banyak sekali permasalahan lingkungan yang
harus dicapai dan sangat mengganggu terhadap tercapainya kesehatan lingkungan.
Kesehatan lingkungan bisa berakibat positif terhadap kondisi elemen-elemen hayati
dan non hayati dalam ekosistem. Bila lingkungan tidak sehat maka sakitlah
elemennya, tapi sebaliknya jika lingkungan sehat maka sehat pulalah ekosistem
tersebut. Perilaku yang kurang baik dari manusia telah mengakibatkan perubahan
ekosistem dan timbulnya sejumlah masalah sanitasi.
2. Waterwashed mechanism
Mekanisme penularan berkaitan dengan kebersihan umum dan perseorangan. Pada
mekanisme ini terdapat tiga cara penularan, yaitu:
a. Infeksi melalui alat pencernaan, seperti diare pada anak-anak.
b. Infeksi melalui kulit dan mata.
c. Penularan melalui binatang pengerat seperti pada penyakit leptospirosis.
3. Water-based mechanism
Penyakit ini ditularkan dengan mekanisme yang memiliki agent penyebab
yang menjalani sebagian siklus hidupnya di dalam tubuh vektor atau sebagai
intermediate host yang hidup di dalam air. Contohnya skistosomiasis dan penyakit
akibat Dracunculucmedinensis.
4. Water-related insect vector mechanism
Agent penyakit ditularkan melalui gigitan serangga yang berkembang biak
di dalam air. Contoh penyakit dengan mekanisme penularan sepert ini adalah
filariasis, dengue, malaria, dan yellow fever.
Menurut Suriawiria (1998), kelompok kehidupan di dalam air memiliki
faktor-faktor biotis yaitu terdiri dari bakteria, fungi atau jamur, mikroalge atau
ganggang-mikro, protozoa atau hewan bersel tunggal, dan virus. Kehadiran mikroba
di dalam air, mungkin akan mendatangkan keuntungan, tetapi juga mendatangkan
kerugian dan menghasilkan toksin seperti yang hidup anaerobik seperti Clostridium,
yang hidup aerobik seperti Pseudomonas, Salmonella, Staphylococcus, dan
sebagainya.
Pembuangan tinja yang tidak saniter akan menyebabkan terjadinya berbagai penyakit
seperti diare, kolera, disentri, ascariasis, dan sebagainya. Kotoran manusia merupakan
buangan padat, selain menimbulkan bau, mengotori lingkungan juga merupakan
media penularan penyakit pada masyarakat. Perjalanan agen penyebab penyakit
melalui cara transmisi seperti dari tangan, maupun dari peralatan yang terkontaminasi
ataupun melalui mata rantai lainnya. Dimana memungkinkan tinja atau kotoran yang
mengandung agent penyebab infeksi masuk melalui saluran pernafasan ( Dirjen P2M
& PL, 1998).
2.2.5. Sarana Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL)
Air limbah adalah sisa air yang di buang yang berasal dari rumah tangga,
industri dan pada umumya mengandung bahan atau zat yang membahayakan. Sesuai
dengan zat yang terkandung didalam air limbah, maka limbah yang tidak diolah
terlebih dahulu akan menyebabkan gangguan kesehatan masyarakat dan lingkungan
hidup antara lain limbah sebagai media penyebaran penyakit (Notoadmodjo, 2003).
Keadaan saluran pembuangan air limbah yang tidak mengalir lancar, dengan
bentuk SPAL yang tidak tertutup dibanyak tempat sehingga air limbah menggenang
ditempat terbuka berpotensi sebagai tempat berkembang biak vektor dan bernilai
negatif dari aspek estetika (Soejadi, 2003).
2.2.6. Sarana Pembuangan Sampah
Sampah ialah suatu bahan atau benda yang terjadi karena berhubungan
dengan aktifitas manusia yang tidak terpakai lagi, tidak disenangi dan dibuang
dengan cara-cara saniter kecuali buangan yang berasal dari tubuh manusia
(Kusnoputranto, 2000).
Jenis-jenis sampah terdiri dari beberapa macam yaitu: sampah kering, sampah
basah, sampah berbahaya beracun (Pansimas, 2011).
a. Sampah kering
Sampah kering, yaitu sampah yang tidak mudah membusuk atau terurai seperti
gelas, besi, plastik.
b. Sampah basah
Sampah basah, yaitu sampah yang mudah membusuk seperti sisa makanan,
sayuran, daun, ranting, dan bangkai binatang.
c. Sampah berbahaya beracun
Sampah berbahaya beracun, yaitu sampah yang karena sifatnya dapat
membahayakan manusia seperti sampah yang berasal dari rumah sakit, sampah
nuklir, batu baterai bekas.
Pengelolaan sampah di suatu daerah akan membawa pengaruh bagi
masyarakat maupun lingkungan daerah itu sendiri. Pengaruhnya tentu saja ada yang
positif dan ada juga yang negatif.
a. Pengaruh Positif
Pengelolaan sampah yang baik akan memberikan pengaruh yang positif
terhadap masyarakat maupun lingkungannya, seperti berikut :
1. Sampah dapat dimanfaatkan untuk menimbun lahan semacam rawa-rawa dan
dataran rendah.
2. Sampah dapat dimanfaatkan sebagai pupuk.
c. Penyakit sesak nafas dan penyakit mata disebabkan bau sampah yang
menyengat yang mengandung Amonia Hydrogen, Solfide dan Metylmercaptan.
d. Penyakit saluran pencernaan (diare, kolera dan typus) disebabkan banyaknya
lalat yang hidup berkembang biak di sekitar lingkungan tempat penumpukan
sampah.
e. Insidensi penyakit kulit meningkat karena penyebab penyakitnya hidup dan
berkembang biak di tempat pembuangan dan pengumpulan sampah yang
kurang baik. Penularan penyakit ini dapat melalui kontak langsung ataupun
melalui udara.
f. Penyakit kecacingan.
g. Terjadi kecelakaan akibat pembuangan sampah secara sembarangan misalnya
luka akibat benda tajam seperti kaca, dan besi.
h. Gangguan psikomatis, misalnya insomnia, stress, dan lain-lain
2. Pengaruh terhadap lingkungan
a. Pengelolaan sampah yang kurang baik menyebabkan estetika lingkungan
menjadi kurang sedap dipandang mata misalnya banyaknya tebaran-tebaran
sampah sehingga mengganggu kesegaran udara lingkungan masyarakat.
b. Pembuangan sampah ke dalam saluran pembuangan air akan menyebabkan
aliran air akan terganggu dan saluran air akan menjadi dangkal.
c. Proses pembusukan sampah oleh mikroorganisme akan menghasilkan gas-gas
tertentu yang menimbulkan bau busuk.
d. Adanya asam organic dalam air serta kemungkinan terjadinya banjir maka akan
cepat terjadinya pengerusakan fasilitas pelayanan masyarakat antara lain jalan,
jembatan, saluran air, fasilitas jaringan dan lain-lain.
e. Pembakaran sampah dapat menimbulkan pencemaran udara dan bahaya
kebakaran lebih luas.
f. Apabila musim hujan datang, sampah yeng menumpuk dapat menyebabkan
banjir dan mengakibatkan pencemaran pada sumber air permukaan atau sumur
dangkal.
g. Air banjir dapat mengakibatkan kerusakan pada fasilitas masyarakat, seperti
jalan, jembatan, dan saluran air.
3. Pengaruh terhadap sosial ekonomi dan budaya masyarakat
a. Pengelolaan sampah yang kurang baik mencerminkan keadaan sosial-budaya
masyarakat setempat.
b. Keadaan lingkungan yang kurang baik dan jorok, akan menurunkan minat dan
hasrat orang lain (turis) untuk datang berkunjung ke daerah tersebut.
c. Dapat menyebabkan terjadinya perselisihan antara penduduk setempat dan pihak
pengelola.
d. Angka kesakitan meningkat dan mengurangi hari kerja sehigga produktifitas
masyarakat menurun.
e. Kegiatan perbaikan lingkungan yang rusak memerlukan dana yang besar
sehingga dana untuk sektor lain berkurang.
adalah
sarana
untuk
memelihara
kondisi
atmosfer
yang
menyenangkan dan menyehatkan bagi manusia. Suatu ruangan yang terlalu padat
penghuninya dapat memberikan dampak yang buruk terhadap kesehatan pada
penghuni tersebut, untuk itu pengaturan sirkulasi udara sangat diperlukan (Chandra,
2007).
Lubang penghawaan pada bangunan harus dapat menjamin pergantian udara
didalam kamar atau ruang dengan baik. Luas lubang penghawaan yang
dipersyaratkan minimal 20% dari luas lantai (Soejadi, 2003).
b. Kelembaban
Kelembaban sangat berperan penting dalam pertumbuhan kuman penyakit.
Kelembaban yang tinggi dapat menjadi tempat yang disukai oleh kuman untuk
pertumbuhan dan perkembangannya. Keadaan yang lembab dapat mendukung
terjadinya penularan penyakit (Notoatmodjo, 2007).
udara dalam rumah mengalami pencemaran oleh karena CO2 dalam rumah akan cepat
meningkat dan akan menurunkan kadar O2 yang diudara (Sukini, 1989).
Menurut Kepmenkes RI (1999), kepadatan dapat dilihat dari kepadatan hunian
ruang tidur yaitu luas ruangan tidur minimal 8 m2 dan tidak dianjurkan lebih dari dua
orang dalam satu ruangan tidur, kecuali anak dibawah usia 5 tahun.
2.3. Definisi Kulit
Kulit merupakan selimut yang menutupi permukaan tubuh dan mempunyai
fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan dan rangsangan luar.
Fungsi perlindungan ini terjadi melalui sejumlah mekanisme biologis, seperti
pembentukan lapisan tanduk secara terusmenerus (keratinisasi dan pelepasan sel-sel
yang sudah mati), respirasi dan pengaturan suhu tubuh, serta pembentukan pigmen
untuk melindungi kulit dari bahaya sinar ultraviolet matahari. Selain itu kulit juga
berfungsi sebagai peraba, perasa serta pertahanan terhadap tekanan dan infeksi dari
luar (Azhara, 2011).
Kulit sangat kompleks, elastis dan sensitif, bervariasi pada keadaan iklim,
umur, seks, ras dan juga bergantung pada lokasi tubuh. Warna kulit juga berbedabeda, dari kulit yang berwarna terang ( fair skin ), pirang, hitam, warna merah muda
pada telapak tangan dan kaki bayi, serta warna hitam kecoklatan pada genitalia orang
dewasa (Azhara, 2011).
2.3.1. Anatomi Kulit
Kulit terletak pada bagian tubuh yang paling luar. Luas kulit orang dewasa 1,5
m2 dengan berat kira kira 15% berat badan. Rata rata tebal kulit 1-2 mm.
Paling tebal 6 mm yaitu ada di telapak tangan dan kaki dan yang paling tipis ada di
penis. Kulit terbagi atas tiga lapisan pokok yaitu epidermis , dermis atau korium dan
jaringan subkutan atau subkutis ( Harahap, 2000).
Kulit terbagi atas tiga lapisan pokok yaitu:
a. Epidermis, terbagi atas empat lapisan yaitu basal atau stratum germinativum,
lapisan malphigi atau stratum spinosum, lapisan granular atau stratum granulosum
dan lapisan tanduk atau stratum korneum.
b. Dermis atau korium merupakan lapisan di bawah epidermis dan di atas jaringan
subkutan.
c. jaringan subkutan ( subkutis atau hipodermis) merupakan lapisan yang langsung
dibawah dermis (Harahap, 2000).
2.3.2. Fungsi Kulit
Menurut Harahap (2000), Kulit mempunyai fungsi bermacam-macam untuk
menyesuaikan tubuh dengan lingkungan. Fungsi kulit adalah sebagai berikut:
a. Pelindung
Jaringan tanduk sel epidermis paling luar membatasi masuknya benda-benda
dari luar dan keluarnya cairan berlebihan dari dalam tubuh. Melanin yang memberi
warna pada kulit dari akibat buruk sinar ultra violet.
b. Pengatur Suhu
Di waktu suhu dingin peredaran di kulit berkurang guna mempertahankan
suhu badan. Pada waktu suhu panas, peredaran darah di kulit meningkat dan terjadi
penguapan keringat dari kelenjar keringat, sehingga suhu tubuh dapat dijaga tidak
terlalu panas.
c. Penyerapan
Kulit dapat menyerap bahan tertentu seperti gas dan zat larut dalam lemak
lebih mudah masuk kedalam kulit dan masuk ke peredaran darah, karena dapat
bercampur dengan lemak yang menutupi permukaan kulit masuknya zat-zat tersebut
melalui folikel rambut dan hanya sekali yang melalui muara kelenjar keringat.
d. Indera Perasa
Indera perasa di kulit karena rangsangan terhadap sensoris dalam kulit. Fungsi
indera perasa yang utama adalah merasakan nyeri, perabaan, panas dan dingin.
2.3.3. Penyakit Kulit
Salah satu bagian tubuh yang cukup sensitif terhadap berbagai macam
penyakit adalah kulit .Kulit merupakan pembungkus yang elastik yang melindungi
tubuh dari pengaruh lingkungan. Lingkungan yang sehat dan bersih akan membawa
efek yang baik bagi kulit. Demikian pula sebaliknya, lingkungan yang kotor akan
menjadi sumber munculnya berbagai macam penyakit antara lain penyakit kulit
(Harahap, 2000).
Faktor- faktor yang mempengaruhi tingginya prevalensi penyakit kulit adalah
iklim yang panas dan lembab yang memungkinkan bertambah suburnya jamur,
kebersihan perorangan yang kurang baik dan faktor ekonomi yang kurang memadai
(Harahap, 2000).
Salah satu faktor yang menyebabkan penyakit kulit adalah kebersihan
perorangan yang meliputi kebersihan kulit, kebersihan rambut dan kulit kepala,
kebersihan kuku, intensitas mandi dan lain- lain (Potter, 2005).
Zat kimia dapat menyebabkan penyakit kulit. Zat kimia tersbut anatar lain
adalah kromium, nikel, cobalt, dan merkuri.
2.3.5. Jenis-Jenis Penyakit Kulit
1. Penyakit kulit karena infeksi bakteri adalah skrofuloderma, tuberkolosis kutis
verukosa, kusta (lepra), patek. Gangguan kulit karena infeksi bakteri pada kulit
yang paling sering adalah pioderma.
3. Penyakit kulit karena jamur adalah Pitariasis Versikolor (panu), tinea nigra
palmaris, tinea kapitis, tinea barbae, tinea korporis, tinea imbrikata, tinea
pedis,tinea manus, tinea kruris, kandidiasis, sporotrikosis, aktinomikosis,
kromomikosis, fikomikosis, misetoma.
Lesi Pitariasis Versikolor dijumpai di bagian atas dada dan meluas ke lengan
atas, leher dan perut atau tungkai atas/bawah. Lesi khususnya dijumpai pada bagian
yang tertutup atau mendapat tekanan pakaian, misalnya pada bagian yang tertutup
pakaian dalam. Keluhan Pitariasis Versikolor yang di alami penderita adalah adanya
bercak/ macula berwarna putih (hipopigmentasi) atau kecoklatan (hiperpigmentasi)
dengan rasa gatal ringan yang munculnya saat berkeringat. Pada kulit hitam atau
coklat umumnya berwarna putih sedang pada kulit putih atau terang cenderung
berwarna coklat atau kemerahan (Soebono, 2001).
Gangguan kulit karena infeksi bakteri pada kulit yang paling sering adalah
dermatofitosis (kurap) (Harahap, 2000). Dermatofitosis (kurap) yang terdiri atas tinea
kapitis menyerang kulit kepala, tinea korporis pada permukaan kulit, tinea kruris
pada lipatan kulit, tinea pedis pada sela jari kaki (athlete's foot), tinea manus pada
kulit telapak tangan, tinea imbrikata berupa sisik pada kulit di daerah tertentu, dan
Tinea Ungium (pada kuku) (Wed, 2004).
Umumnya berbentuk sisik kemerahan pada kulit atau sisik putih. Pada kuku,
terjadi peradangan di sekitar kuku, dan bisa menyebabkan bentuk kuku tak
rata permukaannya, berwarna kusam, atau membiru. Keluhan yang dialami penderita
tinea kapitis, tinea korporis, tinea imbrikata, tinea pedis dan tinea kruris adalah rasa
gatal.
4. Penyakit kulit alergi adalah dermatitis kontak toksik, dermatitis kontak alergik,
dermatitis okupasional, dermatitis atopic, dermatitis stasis, dermatitis numularis,
dermatitis solaris, pompliks, eritema nodosum dan lain-lain. (Harahap, 1990).
Sumber penularan bisa dari tanah (geophilic), hewan (zoophilic), atau manusia
(antrophilic) (Harahap, 2000).
2.3.6. Patofisiologi Penyakit Kulit
Personal Hygiene yang kurang dan menurunnya daya tahan tubuh
menyebabkan bakteri, virus, jamur dan parasit mudah masuk ke dalam tubuh. Pada
penyakit kulit yang disebabkan oleh bakteri dan virus, infeksi dapat menyebar ke
seluruh tubuh melalui aliran darah. Sedangkan pada penyakit kulit akibat infestasi
parasit seperti sarcoptes scabiei yang hidup dirambut dan bertelur disana. Siklus
hidupnya melalui stadium telur, larva, nimfa dan dewasa. Kelainan kulit yang timbul
akibat dari garukan gatal akibat sensitisasi terhadap sekret dan exkret sarcoptes
kurang lebih sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai
dermatitis dengan ditemukannya papul, vesikel, urtika. Gerukan dapat menimbulkan
erosi, ekskoriasi, krusta dan infeksi sekunder (Ganong, 2006).
Pada dermatitis eksfoliatif terjadi pelepasan stratum korneum (lapisan kulit
yang paling luar) yang mencolok yang menyebabkan kebocoran kapiler,
hipoproteinemia dan keseimbangan nitrogen yang negatif. Karena dilatasi pembuluh
darah kulit yang luas, sejumlah besar panas akan hilang jadi dermatitis eksfoliatifa
memberikan efek yang nyata pada keseluruh tubuh. Pada eritroderma terjadi eritema
dan skuama yaitu pelepasan lapisan tanduk dari permukaan kulit selsel dalam
lapisan basal kulit membagi diri terlalu cepat dan selsel yang baru terbentuk
bergerak lebih cepat ke permukaan kulit sehingga tampak sebagai sisik/ plak jaringan
epidermis yang profus.
Variabel Dependen
Personal
Hygiene:
1.
2.
3.
4.
5.
Kebersihan kulit
Kebersihan tangan dan kuku
Kebersihan pakaian
Kebersihan handuk
Kebersihan tempat tidur dan
Sanitasi Lingkungan
Kepmenkes
RI/No.829/Menkes/SK/
Keluhan penyakit
kulit
Ada hubungan kebersihan tangan dan kuku dengan keluhan penyakit kulit pada
penduduk di Kelurahan Denai Kecamatan Medan Denai Kota Medan
3. Ada hubungan kebersihan pakaian dengan keluhan penyakit kulit pada penduduk
di Kelurahan Denai Kecamatan Medan Denai Kota Medan
4. Ada hubungan kebersihan handuk dengan keluhan penyakit kulit pada penduduk
di Kelurahan Denai Kecamatan Medan Denai Kota Medan
5. Ada hubungan kebersihan tempat tidur dan sprei dengan keluhan penyakit kulit
pada penduduk di Kelurahan Denai Kecamatan Medan Denai Kota Medan
6.
Ada hubungan sanitasi lingkungan dengan keluhan penyakit kulit pada penduduk
di Kelurahan Denai Kecamatan Medan Denai Kota Medan
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah survei analitik dengan rancangan penelitian
cross sectional study yang bertujuan untuk mengetahui hubungan personal hygiene
dan sanitasi lingkungan dengan keluhan penyakit kulit di Kelurahan Denai
Kecamatan Medan Denai Kota Medan tahun 2012.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di Kelurahan Denai Kecamatan Medan
Denai Kota Medan dengan memiliki total 9 lingkungan.
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan dari September November 2012.
3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penduduk yang berjenis
kelamin perempuan dan berumur 10-14 tahun di Kelurahan Denai Kecamatan Medan
Denai Kota Medan yang berjumlah 743.
3.3.2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah perempuan berusia 10-14 tahun adapun
alasan pemilihan sampel penelitian, berdasarkan laporan bulanan selama 6 bulan
terakhir yaitu Januari-Juni 2012 dan diketahui bahwa kunjungan terbanyak adalah
pada jenis kelamin dan usia tersebut. Besar sampel dalam penelitian ini dihitung
dengan menggunakan rumus (Sastroasmoro, 2008) sebagai berikut :
(z
+z
)2
n=
(Pa-Po)2
Keterangan :
n = Besar sampel
Po = proporsi dari pustaka didapat 0,5
Pa = proporsi dari clinical judgment ditetapkan 0,6
Qo = 1-Po
Qa = 1-Pa
Tingkat kemaknaan () 0,01 maka z bernilai 2,575
Power atau z ditetapkan 1,282
(2,575 0,5(0,5) +1,282 0,7(0,3))2
n=
(0,7-0,5)2
(2,575
0,25+1,2820,21))2
n=
(0,2)2
x 100%
x 100%
= 11,84 %
1. LK I
= 78 x 11,84 % = 9,23
2. LK II
= 98 x 11,84 % = 11,60
12
3. LK III
= 64 x 11,84 % = 7,57
4. LK IV
= 79 x 11,84 % = 9,35
5. LK V
= 81 x 11,84 % = 9,59
10
6. LK VI
14
7. LK VII
= 97 x 11,84 % = 11,48
11
8. LK VIII
= 54 x 11,84 % = 6,39
9. LK IX
= 73 x 11,84 % = 8,64
perempuan yang berusia 10-14 tahun dan bersedia menjadi responden dalam
penelitian.
3.4. Metode Pengumpulan Data
3.4.1. Data Primer
Data primer berupa personal hygiene dan sanitasi lingkungan penduduk di
Kelurahan Denai melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner dan observasi.
3.4.2. Data Sekunder
Data sekunder di dapat dari hasil penelusuran dokumen dan laporan data
Puskesmas Medan Denai yang terkait dengan keluhan penyakit kulit dan data
kependudukan dari Kantor Kelurahan Denai Kecamatan Medan Denai Kota Medan.
3.5. Variabel dan Definisi Operasional
3.5.1. Variabel Independen
Variabel independen dalam penelitian ini adalah personal hygiene dan sanitasi
lingkungan yang dilihat dari kebersihan kulit, kebersihan tangan dan kuku,
kebersihan pakaian, kebersihan handuk, kebersihan tempat tidur dan sprei, sarana air
bersih, sarana pembuangan kotoran (jamban), sarana pembuangan air limbah (SPAL),
sarana pembuangan sampah, pencahayaan, dan kepadatan hunian ruangan tidur.
3.5.2. Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah keluhan penyakit kulit infeksi.
5.
6. Kebersihan tempat tidur dan sprei adalah perilaku individu berdasarkan frekuensi
menjemur kasur dan bantal, mengganti sprei dan sarung bantal.
7. Sanitasi lingkungan adalah pengawasan lingkungan fisik yaitu sarana air bersih,
saluran pembuangan air limbah (SPAL), sarana pembuangan kotoran (jamban)
dan sarana pembuangan sampah.
8. Keluhan penyakit kulit adalah adanya salah satu keluhan dari adanya rasa gatalgatal pada kulit, bercak kemerahan, bentol-bentol dan kulit yang mengelupas
seperti sisik.
3. Kebersihan Pakaian
Pengukuran variabel kebersihan pakaian dengan menjumlahkan skor dari tiaptiap pertanyaan/kuesioner sebanyak 3 pertanyaan yang telah diberi bobot dengan
kriteria:
1. Jawaban baik = 3
2. Jawaban buruk = 0
Maka didapat skor tertinggi 9 dan terendah 0, kemudian dikategorikan berdasarkan
jumlah skor yang diperoleh dengan kategori sebagai berikut:
a) Baik, jika skor yang diperoleh responden > 75 % (nilai 8- 9)
b) Buruk, jika skor yang diperoleh responden 75 % (nilai 0-7)
4. Kebersihan Handuk
Pengukuran variabel kebersihan handuk dengan menjumlahkan skor dari tiaptiap pertanyaan/kuesioner sebanyak 3 pertanyaan yang telah diberi bobot dengan
kriteria:
1. Jawaban baik = 3
2. Jawaban buruk = 0
Maka didapat skor tertinggi 9 dan terendah 0, kemudian dikategorikan berdasarkan
jumlah skor yang diperoleh dengan kategori sebagai berikut:
a) Baik, jika skor yang diperoleh responden > 75 % (nilai 8- 9)
b) Buruk, jika skor yang diperoleh responden 75 % (nilai 0-7)
Penilaian
sanitasi
lingkungan
menggunakan
Kepmenkes
RI
Nomor
penyakit kulit.
3.7. Metode Analisa Data
3.7.1. Analisa Univariat
Analisa data dengan mendistribusikan variabel personal hygiene dan sanitasi
lingkungan di Kelurahan Denai yang disajikan dalam bentuk tabel dan distribusi
frekuensi.
3.7.2. Analisa Bivariat
Analisa bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan dari masing-masing
variabel independen yaitu personal hygiene dan sanitasi lingkungan dengan variabel
dependen (keluhan penyakit kulit). Uji analisa dengan menggunakan uji chi-square
pada taraf kepercayaan 95% sehingga diketahui hubungan antar variabel penelitian.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
dengan luas wilayah yang terdiri dari berbagai etnis (suku), agama dan budaya dan
tingkat pendidikan yang berbeda.
Jumlah penduduk Kelurahan Denai yang tersebar di 9 lingkungan sejumlah
19.991 jiwa diantaranya adalah Rumah Tangga Miskin sebanyak 537 KK, secara
lengkap komposisi penduduk menurut struktur dapat dilihat pada tabel
Tabel 4.1. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
Jumlah
o.
Laki-laki
9.246
.
Perempuan
10.745
Jumlah
19.991
.
Sumber: Laporan tahunan Kelurahan Denai Tahun 2011
kungan
Ju
mlah
L
aki-
Pere
mpuan
Lak
i-laki
laki
Pere
mpuan
495
970
II
658
32
1.40
III
406
IV
517
.208
895
522
1.34
VI
817
02
1.80
2
2.61
1
1.59
7
VII
646
1.36
VIII
331
.042
IX
464
1.46
79
1.04
.366
873
.206
1.39
99
2.38
7
2.34
0
2.83
2
2.24
8
1.67
2
1
.
2.50
.112
Total
4.8
10.7
19.9
56
.246
45
91
o.
I
78
II
98
III
64
IV
79
81
VI
119
VII
97
VIII
54
IX
73
.
Total
743
4.889
SMP
5.243
SMA
5.630
.
Sarjana Muda (D-1)
355
110
357
.
Sarjana (S-1)
2.014
Sarjana (S-2)
25
Sarjana (S-3)
10
.
Belum Sekolah
1.358
0.
Total
19.991
Jumlah
o.
Puskesmas
Posyandu
.
13
Apotik
Toko Obat
.
Total
24
Responden
Karakteristik
Juml
ah
Responden
pada
Persentase
(%)
Umur
.
10-11
55
62,5
12-14
33
37,5
Total
88
100,0
SD
68
77,2
SMP
20
22,8
Total
88
100,0
Pendidikan
.
Adapun gambaran kebersihan kulit respoden pada penelitian ini dapat dilihat
pada tabel 4.7. dibawah ini.
Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Kebersihan Kulit Responden pada
Kelurahan Denai Kecamatan Medan Denai Kota Medan
Kebersihan Kulit
Ju
Persentase
o.
mlah
(%)
a. 1 kali
2,3
b. 2 kali
86
97,7
Total
88
100,0
8,0
81
92,0
88
100,0
28
31,8
60
68,2
88
100,0
Cara Mandi
.
seluruh
tubuh
disiram
dan
Berdasarkan tabel 4.7. diatas dapat diketahui bahwa responden mandi 1 kali
sehari sebanyak 2 orang (2,3%) sedangkan mandi 2 kali sebanyak 86 orang (97.7%).
Untuk mandi dengan air saja sebanyakn 7 orang (8,0%), sedangkan menggunakan
sabun sebanyak 81 orang (92,0%). Untuk kebiasaan menggunakan sabun sendiri
sebanyak 28 orang (31.8%) sedangkan memakai sabun bergantian dengan keluarga
sebanyak 60 orang (68,2%).
Berdasarkan perhitungan jumlah skor kebersihan kulit, maka dapat
dikategorikan baik dan buruk. Hasil penelitian dapat dilihat dalam tabel 4.8.
Tabel 4.8. Kategori Kebersihan Kulit pada Responden Kelurahan Denai
Kecamatan Medan Denai Kota Medan
Kebersihan Kulit
Jumlah
Persentase
o.
(%)
Baik
23
Buruk
65
Total
88
26,1
73,9
.
100,0
Dari tabel 4.8. diatas diketahui bahwa kebersihan kulit pada responden
di Kelurahan Denai termasuk kategori buruk yaitu terdapat 65 orang (73,9 %).
4.2.2.2. Kebersihan Tangan dan Kuku
Adapun gambaran kebersihan tangan dan kuku respoden pada penelitian ini
dapat dilihat pada tabel 4.9. dibawah ini.
100,0
50
38
56,8
43,2
88
100,0
65
23
73,9
26,1
88
100,0
88
kuku
dengan
a. Ya
b. Tidak
Total
Berdasarkan tabel 4.9 diketahui bahwa responden yang mencuci kedua tangan
dengan air memakai wadah/ mangkuk lalu tangan dikeringkan dengan lap sebanyak
13 orang (14,8%), sedangkan responden membasuh kedua tangan dengan air yang
mengalir dan menggosok kedua permukaan tangan dan sela-sela jari dengan sabun
dan disiram dengan air mengalir lalu tangan dikeringkan dengan lap yang bersih
sebanyak 75 orang (85,2 %). Frekuensi memotong kuku sekali dalam seminggu
sebanyak 50 orang (56,8%), sedangkan lebih dari 1 minggu sebanyak 38 orang
(43,2%). Menyikat kuku dengan sabun saat mandi sebenyak 65 orang (73,9%),
sedangkan tidak menyikat kuku dengan sabun
(26,1%).
Berdasarkan perhitungan jumlah skor kebersihan tangan dan kuku, maka
dapat dikategorikan baik dan buruk. Hasil penelitian dapat dilihat dalam tabel 4.10.
Tabel 4.10. Kategori Kebersihan Tangan dan Kuku pada responden
Kelurahan Denai Kecamatan Medan Denai Kota Medan
Kebersihan Tangan
Jumlah
Persentase
o.
dan Kuku
(%)
Baik
39
44,3
Buruk
49
55,7
Total
88
100,0
Dari tabel 4.10. diatas diketahui bahwa kebersihan tangan dan kuku
pada responden di Kelurahan Denai termasuk kategori buruk yaitu 49 orang (55,7 %).
(%)
Frekuensi
mengganti
Total
84
95,5
4,5
88
100
82
93,2
6,8
88
100,0
64
72,7
24
27,3
Total
Mengganti baju setelah
.
berkeringat?
a. Ya
b. Tidak
Total
88
100,0
1.
Kebiasaan
memakai
handuk?
a. Memakai handuk bergantian
dengan keluarga
b. Memakai handuk sendiri
Total
2.
33
55
37,5
62,5
88
100,0
38
50
43,2
56,8
88
100,0
40
48
45,5
54,5
88
100
3.
No.
Kebersihan Handuk
Jumlah
Persentase (%)
1.
Baik
17
19,3
2.
Buruk
71
80,7
Total
88
100,0
Berdasarkan tabel 4.14. diatas diketahui bahwa kebersihan handuk pada
responden di Kelurahan Denai termasuk kategori buruk yaitu 71 orang (80,7 %).
4.2.2.3. Kebersihan Tempat Tidur dan Sprei
Adapun gambaran kebersihan Tempat Tidur dan Sprei Respoden pada
penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.15. dibawah ini.
Tabel 4.15. Distribusi Frekuensi Kebersihan Tempat Tidur dan Sprei
Responden pada Kelurahan Denai Kecamatan Medan Denai Kota Medan
No. Kebersihan Tempat Tidur dan Sprei
Jumlah
Persentase (%)
1.
Frekuensi mengganti sprei?
63
71,6
a. 2 minggu sekali
25
28,4
b. lebih dari 2 minggu
Total
88
100,0
2.
85
3
96,6
3,4
a. Ya
b. Tidak
Total
88
100,0
bantal?
64
24
72,7
27,3
a. 2 minggu sekali
b. Lebih dari 2 minggu
Total
88
100,0
3.
sedangkan tidak membersihkan sprei sebelum tidur sebanyak 3 orang (3,4%). Untuk
responden yang menjemur kasur dan bantal 2 minggu sekali sebanyak 64 orang
(72,7%), sedangkan lebih dari 2 minggu sebanyak 24 orang (27,3%).
Berdasarkan perhitungan jumlah skor kebersihan tempat tidur dan sprei, maka
dapat dikategorikan baik dan buruk. Hasil penelitian dapat dilihat dalam tabel 4.16.
Tabel 4.16. Kategori Kebersihan Tempat Tidur dan Sprei pada responden
Kelurahan Denai Kecamatan Medan Denai Kota Medan
No. Kebersihan Tempat Tidur dan Sprei
Jumlah
Persentase (%)
1. Baik
48
54,5
2. Buruk
40
45,5
Total
88
100,0
Berdasarkan tabel 4.16. diatas diketahui bahwa kebersihan tempat tidur dan
sprei pada responden di Kelurahan Denai termasuk kategori baik yaitu 48 orang (54,5
%).
4.2.3. Sanitasi Lingkungan
Adapun gambaran sanitasi lingkungan respoden pada penelitian ini dapat
dilihat pada tabel 4.17. dibawah ini
Tabel 4.17. Distribusi Frekuensi Sanitasi Lingkungan Responden pada
Kelurahan Denai Kecamatan Medan Denai Kota Medan
No.
Sanitasi Lingkungan
Jumlah
Persentase (%)
1.
Sarana Air Bersih
0
0,0
a. Tidak ada
4
4,5
b. Ada, bukan milik sendiri,
berbau, berwarna dan berasa
0
0,0
c. Ada, milik sendiri, berbau,
berwarna dan berasa
85
95,5
d. Ada, bukan milik sendiri, tidak
berbau, tidak berwarna, tidak
berasa
0
0,0
e. Ada, milik sendiri, tidak berbau,
tidak berwarna, tidak berasa
Total
88
100,0
0
16
5
0,0
18,2
5,7
47
53,4
20
22,7
88
100,0
0,0
25
28,4
7
40
8,0
45,5
16
18,2
88
100,0
2.
Jamban
a. Tidak ada
4.
Sarana
Pembuangan
Sampah
a. Tidak ada
b. Ada, tetapi tidak kedap air dan
tidak ada tutup
c. Ada, kedap air, dan tidak
bertutup
d. Ada, kedap air dan bertutup
Total
19
30
21,6
34,1
12
3,6
27
30,7
88
100,0
2.
3.
4.
66
22
88
75,0
25,0
100,0
gatal dengan frekuensi berulang sebanyak 45 orang (51,1%), sedangkan yang tidak
merasakan
dengan menggunakan uji chi-square pada taraf kepercayaan 95% disajiakan pada
tabel 4.17. berikut ini.
Tabel 4.20. Hubungan Personal Hygiene dengan Keluhan
Penduduk di Kelurahan Denai Kecamatan Medan Denai
2012
Personal Hygiene
Keluhan Kesehatan
Tidak
Ya
N
%
N
%
Kebersihan Kulit
1. Baik
2. Buruk
12
52,2
11 47,8
15
23,1
50 76,9
Kebersihan
Tangan dan kuku
1. Baik
2. Buruk
19
4
20 51,3
Kebersihan
8
41 83,7
Pakaian
1. Baik
8,7
2. Buruk
23
16,3
35 60,3
Kebersihan
4
26 86,7
Handuk
1. Baik
2. Buruk
39,7
11
13,3
6 35,3
Kebersihan
16
55
77,5
Tempat
Tidur
dan Sprei
1. Baik
21
64,7
32 60,4
2. Buruk
6
22,5
29 82,9
p-value
6,763
0,009*
10,713
0,001*
6,441
0,011*
11,469
0,001*
5,009
0,025*
39,6
17,1
*) Signifikan pada < 0,05
Hasil penelitian menunjukkan proporsi kebersihan kulit yang baik tidak
mengalami keluhan penyakit kulit sebanyak 52,2%, kebersihan kulit yang baik
mengalami keluhan penyakit kulit sebanyak 47,8%, sedangkan kebersihan kulit yang
buruk dengan tidak mengalami keluhan penyakit kulit sebanyak 23,1%, dan
kebersihan kulit yang buruk dengan mengalami keluhan penyakit kulit sebesar
76,9%. Berdasarkan uji chi square menunjukkan pada nilai X2=6,763; p=0,009
menunjukkan kebersihan kulit mempunyai hubungan signifikan dengan keluhan
penyakit kulit pada respoden.
Hasil penelitian menunjukkan proporsi kebersihan tangan dan kuku yang baik
dengan tidak mengalami keluhan penyakit kulit sebanyak 48,7%, kebersihan tangan
dan kuku yang baik mengalami keluhan penyakit kulit sebanyak 51,3%, sedangkan
kebersihan tangan dan kuku yang buruk dengan tidak mengalami keluhan penyakit
kulit sebanyak 16,3%, dan kebersihan tangan dan kuku yang buruk dengan
mengalami keluhan penyakit kulit sebesar 83,7%. Berdasarkan uji chi square
menunjukkan pada nilai X2=10,713; p=0,001 menunjukkan kebersihan tangan dan
kuku mempunyai hubungan signifikan dengan keluhan penyakit kulit pada respoden.
Hasil penelitian menunjukkan proporsi kebersihan pakaian yang baik dengan
tidak mengalami keluhan penyakit kulit sebanyak 38,7%, kebersihan pakaian yang
baik dengan mengalami keluhan penyakit kulit sebanyak 60,3%, sedangkan
kebersihan kulit yang buruk dengan tidak mengalami keluhan penyakit kulit sebanyak
13,3%, dan kebersihan kulit yang buruk dengan mengalami keluhan penyakit kulit
sebesar 86,7%. Berdasarkan uji chi square menunjukkan pada nilai X2=6,441;
p=0,011 menunjukkan kebersihan pakaian mempunyai hubungan signifikan dengan
keluhan penyakit kulit pada respoden.
Hasil penelitian menunjukkan proporsi kebersihan handuk yang baik dengan
tidak mengalami keluhan penyakit kulit sebanyak 64,7%, kebersihan handuk yang
baik dengan mengalami keluhan penyakit kulit sebanyak 35,3%, sedangkan
kebersihan handuk yang buruk dengan tidak mengalami keluhan penyakit kulit
sebanyak 22,5%, dan kebersihan handuk yang buruk dengan mengalami keluhan
penyakit kulit sebesar 77,5%. Berdasarkan uji chi square menunjukkan pada nilai
X2=11,469; p=0,001 menunjukkan kebersihan handuk mempunyai hubungan
signifikan dengan keluhan penyakit kulit pada respoden.
Hasil penelitian menunjukkan proporsi kebersihan tempat tidur dan sprei yang
baik dengan tidak mengalami keluhan penyakit kulit sebanyak 39,6%, kebersihan
pakaian yang baik dengan mengalami keluhan penyakit kulit sebanyak 60,4%,
sedangkan kebersihan kulit yang buruk dengan tidak mengalami keluhan penyakit
kulit sebanyak 17,1%, dan kebersihan kulit yang buruk dengan mengalami keluhan
penyakit kulit sebesar 82,9%. Berdasarkan uji chi square menunjukkan pada nilai
X2=5,009; p=0,025 menunjukkan kebersihan tempat tidur dan sprei mempunyai
hubungan signifikan dengan keluhan penyakit kulit pada respoden.
BAB V
PEMBAHASAN
Notoatmodjo
(2003),
tingkat
pendidikan
seseorang
dapat
eksogen berasal dari bakteri dan jamur. Penyakit ini juga bisa terjadi karena
kebersihan perorangan yang salah satunya adalah kebersihan kulit.
Hasil penelitian bahwa proporsi kebersihan kulit yang baik tidak mengalami
keluhan penyakit kulit sebanyak 52,2%, kebersihan kulit yang baik mengalami
keluhan penyakit kulit sebanyak 47,8%, sedangkan kebersihan kulit yang buruk
dengan tidak mengalami keluhan penyakit kulit sebanyak 23,1%, dan kebersihan kulit
yang buruk dengan mengalami keluhan penyakit kulit sebesar 76,9%.
Secara statistik dapat dibuktikan dengan uji chi square diperoleh nilai
hitungnya sebesar 6,763 dan nilai p=0,009 (p < 0,05) artinya kebersihan kulit
mempunyai hubungan signifikan dengan keluhan penyakit kulit pada respoden di
Kelurahan Denai.
Menurut Tarwoto dan Martonah (2003), Kebersihan diri termasuk kebersihan
kulit sangat penting dalam usaha pemeliharaan kesehatan seperti mandi 2 kali sehari
menggunakan sabun agar terhindar dari penyakit menular.
Bagi Kenyamanan tubuh kita sendiri, mandi 2 kali sehari seharusnya
merupakan suatu keharusan. Disamping tujuan membersihkan mandi akan sangat
menyegarkan dan melepaskan dari rasa gelisah, tidak enak dan bau badan yang
kurang sedap. Selain kenyamanan fisik juga merupakan kebutuhan integritas kulit,
maka perawatan lahiriah yang sesuai dengan apa yang dikehendaki sangat penting
artinya dan juga tubuh akan terhindar dari penyakit infeksi (Wolf, 2004).
5.2.2. Hubungan Kebersihan Tangan dan Kuku dengan keluhan penyakit kulit
Kebersihan tangan dan kuku sangatlah penting karena apabila penderita
memiliki kebersihan tangan yang buruk dan kuku yang panjang dapat menyebabkan
perkembangan kuman penyakit kulit akibat garukan pada kulit yang infeksi. Hal ini
sejalan dengan penelitian Desi (2005) bahwa penyakit kulit bisa tejadi akibat
kebersihan tangan dan kuku yang kurang baik.
Menurut Wolf (2000), Tangan harus dicuci sebelum dan sesudah melakukan
kegiatan apapun seperti sebelum makan, sesudah makan, sesudah buang air besar
ataupun buang air kecil ini dapat mencegah terjadinya perkembangan kuman penyakit
dan mengurangi kesempatan infeksi.
Menurut Stevens (2000), adapun tujuan perawatan kuku yaitu membersihkan
kuku, mengembalikan batas-batas kulit ditepi kuku ke keadaan normal serta
mencegah terjadinya perkembangan kuman penyakit maka dari itu perlu perawatan
kuku dengan cara menggunting kuku sekali seminggu dan menyikat kuku
menggunakan sabun.
Hasil penelitian bahwa proporsi kebersihan tangan dan kuku yang baik
dengan tidak mengalami keluhan penyakit kulit sebanyak 48,7%, kebersihan tangan
dan kuku yang baik mengalami keluhan penyakit kulit sebanyak 51,3%, sedangkan
kebersihan tangan dan kuku yang buruk dengan tidak mengalami keluhan penyakit
kulit sebanyak 16,3%, dan kebersihan tangan dan kuku yang buruk dengan
mengalami keluhan penyakit kulit sebesar 83,7%.
Secara statistik dapat dibuktikan dengan uji chi square diperoleh nilai
hitunganya sebesar 10,713 dengan nilai p=0,001 (p<0,05) menunjukkan kebersihan
tangan dan kuku mempunyai hubungan signifikan dengan keluhan penyakit kulit
pada respoden.
5.2.3. Hubungan Kebersihan Pakaian dengan Keluhan Penyakit Kulit
Pakaian banyak menyerap keringat dan kotoran yang di keluarkan oleh badan.
Pakaian bersentuhan langsung dengan kulit sehingga apabila pakaian yang yang
basah karena keringat dan kotor akan menjadi tempat berkembangnya bakteri di kulit.
Pakaian yang basah oleh keringat akan menimbulkan bau (Irianto, 2007).
Dari hasil penelitian proporsi kebersihan pakaian yang baik dengan tidak
mengalami keluhan penyakit kulit sebanyak 38,7%, kebersihan pakaian yang baik
dengan mengalami keluhan penyakit kulit sebanyak 60,3%, sedangkan kebersihan
kulit yang buruk dengan tidak mengalami keluhan penyakit kulit sebanyak 13,3%,
dan kebersihan kulit yang buruk dengan mengalami keluhan penyakit kulit sebesar
86,7%.
Secara statistik dapat dibuktikan dengan uji chi diperoleh nilai hitungnya
sebesar 6,441 dan nilai p=0,011 (p<0,05) menunjukkan kebersihan pakaian
mempunyai hubungan signifikan dengan keluhan penyakit kulit pada respoden.
5.2.4. Hubungan Kebersihan Handuk dengan Keluhan Penyakit Kulit
Secara kontak tidak langsung penyakit kulit disebabkan karena sering
bertukaran handuk dengan orang lain dan tidak dijemur dibawah terik matahari. Hal
ini sejalan dengan penelitian Sidit (2004) bahwa sebagian besar orang yang menderita
penyakit kulit sering bertukaran handuk dengan orang lain.
yang belum memenuhi syarat kesehatan. Dari 4 responden ini menguluhkan airnya
berbau, berwarna dan berasa.
Menurut Santoso (2010) Air yang berkualitas harus memenuhi persyaratan
fisik sebagai berikut :
a. Tidak berwarna
Air untuk keperluan rumah tangga harus jernih. Air yang berwarna berarti
mengandung bahan-bahan koloid dan bahan-bahan yang terlarut dalam air yang
berbahaya bagi kesehatan.
b. Tidak berasa
Secara fisik air bisa dirasakan oleh lidah, air yang terasa asam, pahit atau asin
menunjukkan air tersebut tidak baik. Air yang biasanya berbau,dan berasa terjadi
akibat adanya dekomposisi bahan organic didalam air. Rasa asin disebabkan adanya
garam garam tertentu yang larut dalam air. Sedangkan rasa asam diakibatkan
adanya asam organik maupun asam anorganik.
c. Tidak berbau
Air yang memenuhi standar kualitas harus bebas dari bau, air yang berbau
biasanya disebabkan oleh bahan-bahan organik sedang mengalami dekomposisi
(penguraian) oleh mikroorganisme air.
Air merupakan hal yang paling esensial bagi kesehatan, tidak hanya dalam
upaya produksi tetapi juga untuk konsumsi domestik dan pemanfaatannya (minum,
masak, mandi, dll). Promosi yang meningkat dari penyakit -penyakit infeksi yang
bisa mematikan maupun merugikan kesehatan ditularkan melalui air yang sudah
tercemar.Sebagian penyakit yang berkaitan dengan air yang bersifat menular,
Kotoran manusia merupakan buangan padat yang selain menimbulkan bau, mengotori
lingkungan, juga merupakan media penularan penyakit pada masyarakat. Oleh sebab
itu perlu sekali menjaga kebersihan jamban dan kamar mandi, sehinggan tidak terjadi
penularan penyakit yang diakibatkan oleh tinja (Azwar, 1995).
5.3.3. Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL)
Berdasarkan hasil observasi pada responden terdapat pembuangan saluran air
limbah tetapi ada saluran air limbah dengan jarak pada sumber air <10m sehingga
limbah cair dapat mencemari sumber air bersih, dan ada juga responden yang air
limbahnya dialirkan ke
limbah
ini
juga
menimbulkan bau
dan
ketidaknyamanan
penduduk.
Berdasarkan tabel 4.21. dapat dilihat proporsi sanitasi lingkungan yang sehat
tidak mengalami keluhan penyakit kulit sebanyak 56,3%, sanitasi lingkungan yang
sehat mengalami keluhan penyakit kulit sebanyak 43,8%, sedangkan sanitasi
lingkungan yang tidak sehat dengan tidak mengalami keluhan penyakit kulit
sebanyak25,0%, dan sanitasi lingkungan yang tidak sehat dengan mengalami keluhan
penyakit kulit sebesar 75,0%.
Secara statistik dapat dibuktikan pada uji chi square diperoleh nilai sebesar
6,011 dan p=0,014 (p<0.05) menunjukkan sanitasi lingkungan mempunyai hubungan
signifikan dengan keluhan penyakit kulit pada respoden.
5.4. Keluhan Penyakit Kulit
Keluhan penyakit kulit disebabkan oleh berbagai faktor . Penyakit kulit karena
infeksi bakteri adalah skrofuloderma, tuberkolosis kutis verukosa, kusta (lepra),
patek. Gangguan kulit karena infeksi bakteri pada kulit yang paling sering adalah
pioderma.
Ada juga penyakit kulit karena parasit dan insekta sepert scabies, pedikulosis
kapitis, pedikulosis korporis, pedikulosis pubis, creeping eruption, amebiasis kutis,
gigitan serangga, trikomoniasis. Garukan dari kulit yang sudah terinfeksi parasit
tersebut akan menular dan berpindah-pindah ke bagian kulit yang lain. Sangat di
anjurkan pada penderita untuk mencuci tangan memakai sabun apabila telah
menggaruk kulit yang terinfeksi dan tidak bertukaran pakaian dan handuk dengan
orang lain (Soebono, 2001).
Adapun dari hasil observasi kulit terasa gatal dengan frekuensi yang berulang
sebanyak 43 responden (48,9%), responden mengeluhkan kulit yang gatal sepanjang
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Ada hubungan yang bermakna antara kebersihan kulit responden dengan keluhan
penyakit kulit (p = 0,009)
2. Ada hubungan yang bermakna antara kebersihan tangan dan kuku responden
dengan keluhan penyakit kulit ( p= 0,001)
3. Ada hubungan yang bermakna antara kebersihan pakaian responden dengan
keluhan penyakit kulit (p= 0,011)
4. Ada hubungan yang bermakna antara kebersihan handuk dengan keluhan penyakit
kulit (p=0,001)
5. Ada hubungan yang bermakna antara kebersihan tempat tidur dan sprei dengan
keluhan penyakit kulit (p=0,025)
6. Ada hubungan yang bermakna antara sanitasi lingkungan dengan keluhan penyakit
kulit (p=0,014)
6.2. Saran
1. Bagi Puskesmas Medan Denai diharapkan dapat memberikan informasi lebih lanjut
tentang penyakit kulit melalui penyuluhan dan pelatihan kepada tenaga kesehatan
di Kelurahan Denai Kecamtan Medan Denai Kota Medan.
2. Bagi penduduk Kelurahan Denai perlu meningkatkan kebersihan diri dengan
memotong kuku sekali seminggu, mandi 2x sehari, mengganti baju apabila sudah
berkeringat, tidak bergantian memakai handuk dengan keluarga, menjemur
pakaian, handuk, sprei dibawah terik matahari dan menjaga kebersihan lingkungan
dengan membuang sampah pada tempatnya membersihkan SPAL agar terhindar
dari keluhan-keluhan penyakit kulit.
3. Bagi pengembangan ilmu kesehatan lingkungan, yaitu memberikan kontribusi
referensi untuk pengembangan pengetahuan dan penelitian selanjutnya yang
berkaitan dengan keluhan penyakit kulit dan sanitasi lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran 1
KUESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI LINGKUNGAN
DENGAN KELUHAN PENYAKIT KULIT DI KELURAHAN DENAI
KECAMATAN MEDAN DENAI KOTA MEDAN TAHUN 2012
1.
2.
3.
1.
2.
3.
1.
2.
3.
No. Urut:
Kota
: Medan
Kecamatan
: Medan Denai
Kelurahan
: Denai
Lingkungan
:
Tanggal Wawancara :
IDENTITAS RESPONDEN
Nama
:
Umur
:
tahun
Alamat
:
Personal Hygiene
Kebersihan Kulit
Berapa kali anda mandi dalam sehari?
a. 1 kali
b. 2 kali
Bagaimana cara anda mandi?
a. Mandi dengan air lalu menggosok kulit kemudian seluruh tubuh disiram
dengan air secukupnya
b. Mandi dengan air dan sabun dan menggosok kulit kemudian seluruh tubuh
disiram sampai bersih
Bagaimana kebiasaan anda dalam penggunaan sabun?
a. Memakai sabun sendiri
b. Memakai sabun bergantian dengan keluarga
Kebersihan Tangan dan Kuku
Bagaimana cara anda mencuci tangan?
c. Membasuh kedua tangan dengan air memakai wadah/ mangkuk lalu tangan
dikeringkan dengan lap
d. Membasuh kedua tangan dengan air yang mengalir dan menggosok kedua
permukaan tangan dan sela-sela jari dengan sabun dan disiram dengan air
mengalir lalu tangan dikeringkan dengan lap yang bersih
Berapa kali anda memotong kuku?
c. Sekali seminggu
d. Dipotong saat sudah panjang
Apakah anda menyikat kuku menggunakan sabun saat mandi ?
a. Ya
b. Tidak
Kebersihan Pakaian
1. Berapa kali anda mengganti baju dalam sehari?
c. 1 kali dalam sehari
d. Tidak pernah
2. Apakah anda menjemur pakaian yang dicuci dibawah terik matahari?
c. Ya
d. Tidak
3. Apakah anda mengganti baju setelah berkeringat?
c. Ya
d. Tidak
Kebersihan Handuk
1. Bagaimana kebiasaan anda memakai handuk?
c. Memakai handuk bergantian dengan keluarga
d. Memakai handuk sendiri
2. Bagaimana anda meletakkan handuk yang telah dipakai mandi?
c. Digantung dalam kamar
d. Dijemur di luar/ dijemuran
3. Bagaimana keadaan handuk anda ketika mandi?
c. Kering
d. Lembab
Kebersihan Tempat Tidur dan Sprei
1. Berapa kali anda mengganti sprei?
c. 2 minggu sekali
d. Lebih dari 2 minggu
2. Apakah sprei yang anda gunakan sebelum tidur sudah dibersihakan terlebih
dahulu?
c. Ya
d. Tidak
3. Berapa kali anda menjemur kasur dan bantal?
c. 2 minggu sekali
d. Lebih dari 2 minggu
yang dinilai
Sarana
25
Sanitasi
Sarana Air f. Tidak ada
.
Bersih
h. Ada,
milik
sendiri, berbau,
berwarna
dan
berasa
i. Ada, bukan
sendiri,
berbau,
berwarna,
berasa
milik
tidak
tidak
tidak
Jamban
.
(Sarana
Pembuangan
a. Tidak ada
Kotoran)
Sarana
f. Tidak
sehingga
Pembuangan Air
tergenang
teratur
Limbah (SPAL)
halaman
ada,
tidak
di
g. Ada, diresapkan
tetapi mencemari
sumber air (jarak
dengan sumber
air <10 meter)
h. Ada,
dialirkan
keselokan terbuka
i. Ada, diresapkan
dan
tidak
mencemari
sumber air (jarak
dengan sumber
air >10 m
Sarana
.
Pembuangan
Sampah
j. Ada, dialirkan ke
selokan tertutup
(saluran
kota)
untuk
dioalah
lebih lanjut
a. Tidak ada
ya
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Tidak
ya
Tidak