Professional Documents
Culture Documents
Pembimbing:
dr. Wahdi Sdj, Sp.OG
Dr.dr. Anto Sawarno, Sp.OG (K) FER
dr. Trestyawaty, Sp.OG
Oleh
Farida Hakim Lamuhammad, S. Ked
1518012191
I.
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS
Nama
Istri
Ny.Dewi
Suami
Robahatus Tn. Sueli Yanto
Umur
Suku/ Bangsa
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
Alamat
Masuk
Soleha
22 thn
Lampung/ Indonesia
Islam
SMA
Ibu Rumah Tangga
Bumi Nabung Timur
22 Maret 2016
RSUD
Pukul: 06.50WIB
23 thn
Lampung/ Indonesia
Islam
SMP
Petani
Bumi Nabung Timur
-
B. ANAMNESIS
Autoanamnesis dilakukan tanggal 21Maret 2016 pukul 21.55 WIB
a. Keluhan Utama
Kejang
b. Keluhan tambahan
Tidak didapatkan keluhan tambahan
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke ugdRS Ahmad Yanitanggal 21 Maret 2016 pukul
21.55 karena mengalami kejang. Kejang awalnya pada tangan lalu
menjalar ke seluruh tubuh, lamanya kejang sekitar 15 menit.
Kejang sebanyak 2x kejang pertama pada pukul 19.00 dan kejang
kedua pada pukul 21.30. Tidak ada yang memperberat dan
memperingan kejang. Kejang menyebabkan penuruan kesadaran
pada pasien.
Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak ada
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada
2
e.
Riwayat Menstruasi
Menarche
: 15 tahun
Siklus haid
: 28 hari
Jumlah
Lamanya
: 7 hari
HPHT
: 7Juni 2015
TP
: 14Maret 2016
f. Riwayat Perkawinan
Menikah satu kali, status masih menikah
g. Riwayat obstetri (kehamilan, persalinan,nifas)
Tidak ada
h. Riwayat KB
Tidak memakai kb
i. Riwayat Operasi
Pasien belum pernah operasi sebelumnya
j. Riwayat ANC
Pasienkontrol ke bidan. Hamil saat ini mulas (+), mual (-), muntah
(-), perdarahan (-), riwayat trauma (-), riwayat infeksi(-),
suplementasi zat besi (+).
k. Riwayat Ginekologi
Tidak ada
l. Kebiasaan Hidup
Merokok (-), alkohol (-), minum obat-obatan & jamu (-)
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. STATUS PRESENT
a. Keadaan Umum
Kesadaran
b. Status Emosional
c. Tanda Vital
KU
: Sakit sedang
: Somnolen
:
Stabil
Labil
Kesadaran
: Somnolen
Tekanan Darah
: 140/90mmHg
Nadi
: 104 x/menit
3
RR
: 23 x/menit
Temperatur
: 37,20C
2. STATUS GENERALIS
Kepala
Mata
THT
Leher
Thorax :
Mammae : Simetris,
membesar,
aerolar
mammae
hiperpigmentasi
Pulmo
Cor
Abdomen
Ekstremitas
Ekstremitas
3. STATUS OBSTETRI
Inspeksi
Palpasi
:
Leopold I
TFU 28 cm, teraba satu bagian besar yaitu satu bagian
bulat dan lunak.
Leopold II
Kiri
papan
Leopold III
Leopold IV
Divergen
His
: 2x/10/20
Pemeriksaan Genitalia
Inspeksi
vulva
Uretra
oedema (-)
Vaginal Toucher :
Pembukaan 5cm
Preskep 3/5
Ketuban +
Portio tipis kaku
Blood slym
4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium :
Hematologi
Hb
10,9g/dL
Eritrosit
4.50 jt/ul
Ht
34 %
MCV
75.6 fL
MCH
24.2 pg
WBC
27.800/uL
PLT
232.000/ uL
Kimia Darah
GDS
186 mg/dl
SGOT
33 U/L
SGPT
14 U/L
Ureum
16 mg/dl
Creatinin
1.08 mg/dl
Urinalisis
Warna
:
PH
:
Berat jenis :
Glukosa
Keton
Bilirubin
Urobilirubin
Darah samar
Protein/Albumin
Leukosit
Nitrit
Kuning jernih
6
1025
:
:
+
:
:
N
:
+
:
+++
:
:
-
5. RESUME
Pasien G1P0A0 umur 22 tahun hamil 41 minggu datang ke ugd
RS Ahmad Yani karena mengeluh kejang 2x SMRS. Pada
pemeriksaan fisik didapat tanda-tanda vital tekanan darah
meningkat nadi dan nafas serta suhu juga meningkat, pada
pemeriksaan obstetri didapatkan TFU 28 cm,janin tunggal hidup
intrauterin,presentasi
kepala,
posisi
punggung
kiri,
DJJ
Bayi lahir hidup jenis kelamin laki-laki bbl 3,8 kg pbl 50cm
7. PROGNOSIS
Ibu
: Dubia ad Malam
Janin
: Dubia ad Malam
8. PENATALAKSANAAN
Tatalaksana obstetri
Follow up
Tanggal
21/3/2016
Ku/Kes:
G1P0A0 Umur
-Observasi
21.55
mengeluh Kejang
Tampak sakit
22
jika
2xpada
sedang/
Hamil
somnolen
Minggu,
Janin
St. Generalis:
tunggal
Hidup
T:
Intrauterin,
SC cito
mmHg
Presentasi
-Antisipasi
N : 104x/mnt
Kepala,
HPP
S : 37,20 C
Punggung Kiri.
-O2
P : 23 x/mnt
Dengan
-IVFD
St. Obstetri :
dan eklampsia
pukul
140/90
Tahun,
41
PEB
terjadi
perburukan
-TTV
-Persiapkan
RL
15gtt/mnt
Perut tampak
-MgSo4
membuncit
bolus
dan
drip
memanjang,
protap
TFU 28 cm.
-Nifedipin
DJJ
dan
sesuai
4x10gr (per
156x/menit
6 jam)
dan
-Cefotaxim
His
2x1gr
2x/10/20
Tanggal
Keterangan
22/3/2016
Lahir neonatus tunggal pervaginam dengan presentasi kepala, air ketuban hijau
05.00
22/3/2016
Lahir plasenta lengkap lalu dilakukan perineum hecting namun ibu tidak
05.15
kooperatif
22/3/2016
Ibu kejang post partum durasi 15 menit RR:32x/menit SpO2:90% TD: 180/110
05.20
Tanggal
22/3/2016
Kejang post
Post partum
06.00
partum
1x
berat/koma
dengan
Sp.OG
durasi
15
St. Generalis :
eklampsia
-O2 sungkup 10
menit
post
T : 180/100 mmHg
Lpm
kejang tidak
N : 150 x/mnt
-nifedipin 10 gr
sadarkan
P : 30 x/mnt
- 2 jalur iv line
diri
consent
keluarga
-konsul
9
dr.
Hartawan
Sp.Anastesi untuk
dibawa ke ICU
Tanggal
22/3/2016
ICU
-HPP + Syok
- Cairan guyur
07.00
Pasca
berat/koma
Hipovolemik
-stop MgSo4
Eklampsia
St. Generalis :
-Post
-Transfusi
T : 180/100 mmHg
Eklampsia
500cc
N : 150 x/mnt
post partum
-Metergin 1 amp
P : 30 x/mnt
-PEB
-Misoprostol
PRC
ku
stabil
lanjutkan MgSo4
Tanggal
10
22/3/2016
Keluar
12.30
darah
dari
anus
Fistula
-Inform
berat/koma
rektovaginal
keluarga
consent
St. Generalis :
-vulva hygine
T : 180/100 mmHg
-kompres
N : 150 x/mnt
P : 30 x/mnt
-repair
Pembukaan
1cm
dengan
fistula
vagina-rektum
Perdarahan aktif (-)
Tanggal
23/3/2016
Keluar
-H2
sedang/ CM
partum
perdarahan
St. Generalis :
eklampsia
-Cefotaxim 2x1 gr
T : 150/90 mmHg
-riw
-Transfusi PRC 1
N : 82 x/mnt
hipovolemik
kolf
R : 20 x/mnt
-riw HPP
-Nifedipin 4x1gr
Sat : 100%
-PEB
-Mobilisasi
-Fistula
-Vulva
Rektovaginal
kompres
-Anemia
betadin
darah
anus
dari
P
Post
syok
-obs
TTV
dan
Hygine
kasa
KU
pindah ruang
11
stabil
Tanggal
24/3/2016
Keluhan (-)
-H3
berat/koma
partum
ulang DL
St. Generalis :
eklampsia
-cefotaxim 2x1 gr
T : 180/100 mmHg
-riw
-Ranitidin 2x1 gr
N : 150 x/mnt
hipovolemik
-vulva hygine
P : 30 x/mnt
-riw HPP
-kompres
-PEB
vagina-rektum
-Fistula
Rektovaginal
gr
Pembukaan
1cm
P
Post
syok
-Cek
TTV,
cek
dengan
-Anemia
Tanggal
25/3/2016
Keluhan (-)
-H4
berat/koma
partum
-cefotaxim 2x1 gr
St. Generalis :
eklampsia
-vulva hygine
T : 160/90 mmHg
-riw
-kompres
N : 104 x/mnt
hipovolemik
P : 24 x/mnt
-riw HPP
S : 38,9
-PEB
Pembukaan
Tanggal
1cm
P
Post
syok
-Cek TTV
-Fistula
vagina-rektum
Rektovaginal
-Anemia
dengan
12
26/3/2016
Keluhan (-)
-H4
berat/koma
partum
-vulva hygine
St. Generalis :
eklampsia
-kompres
T : 160/90 mmHg
-riw
N : 100 x/mnt
hipovolemik
P : 20 x/mnt
-riw HPP
S : 35,4
-PEB
Pembukaan
II.
I.
1cm
Post
syok
-Cek TTV
-Fistula
vagina-rektum
Rektovaginal
-Anemia
ANALISIS KASUS
Permasalahan
1. Apakah anamnesa, pemeriksaan fisik dan penunjang sudah sesuai?
2. Apakah diagnosis untuk kasus ini sudah tepat?
3. Apakah penatalaksanaan pada kasus ini sudah tepat?
II.
Analisa Kasus
1. Apakah anamnesa, pemeriksaan fisik dan penunjang sudah sesuai?
Anamnesis telah mencakup keluhan utama dan keluhan tambahan,
dilengkapi dengan identitas pasien, riwayat haid, riwayat perkawinan,
riwayat kehamilan, riwayat persalinan, riwayat penyakit pasien terdahulu,
riwayat penyakit keluarga, riwayat operasi dan riwayat kontrasepsi.
Anamnesis
Pada kasus ini Ny.D, 22 tahunmengeluhkan kejang 2 kali pada pukul 19.00
dan pukul 21.30 SMRS dan tidak didapatkan keluhan tambahan.
13
dengan
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan sudah tepat, yaitu dilakukan
pemeriksaan fisik tanda tanda vital khususnya untuk menilai tekanan darah
apakah terjadi peningkatan atau tidak, kemudian dilakukan pemeriksaan
obstetri. Pemeriksaan obstetri yang dilakukan mencakup pemeriksaan luar.
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan:
Status Present
Keadaan umum
: Sakit sedang
Kesadaran
: Somnolen
Tekanan darah
:140/90 mmHg
Nadi
:104 x/menit
Respiratory Rate
: 23 x/menit
Suhu
: 37,2oC
Status obstetri
Inspeksi
Palpasi
Leopold I
TFU 28 cm, teraba satu bagian besar yaitu satu bagian bulat dan lunak.
Leopold II
Kiri : teraba bagiankeras melebar seperti papan
Leopold III
Teraba satu bagian besar yaitu satu bagian bulat dan melenting
Leopold IV
Divergen
His
: 2x/10/20
14
ditujukan untuk melihat kadar sel darah. Kimia darah untuk melihat kadar
gula darah serta urinalisis untuk melihat proteinuri. Didapatkan:
Hematologi
Hb
Eritrosit :
4.50 jt/ul
Ht
MCV
75.6 fL
MCH
24.2 pg
WBC
27.800/uL
PLT
10,9g/dL
34 %
232.000/ uL
Kimia Darah
GDS
186 mg/dl
SGOT
33 U/L
SGPT
14 U/L
Ureum
16 mg/dl
Creatinin
1.08 mg/dl
Urinalisis
proteinuria +++
2. Apakah diagnosa untuk kasus ini sudah tepat?
Diagnosis eklampsia post partum dapat ditegakkan dari keadaan umum
pasien post partum lemah dan kesadaran menurun lalu diikuti dengan
kejang tonik klonik selama 15 menit lalu pasien masuk kedalam keadaan
koma atau tidak sadarkan diri. Dan dari pemeriksaan fisik dan penunjang
didapatkan tekanan darah tinggi serta proteinuri +++. Dengan adanya
tanda dan gejala preeklampsia yang disusul oleh serangan kejang seperti
telah diuraikan, diagnosis eklampsia sudah tidak diragukan
Lalu diagnosis fistula rektovaginal didapatkan karena perdarahan keluar
melalui anus pasien. Fistula terjadi karena ruptur perinemum derajat 4
yang disebabkan karena bayi besar dan juga saat persalinan dilakukan
kristeller selain itu saat melakukan hecting perineum post partum pasien
sangat tidak kooperatif sehingga penolong kesulitan untuk menatalaksana
pasein tersebut sehingga jahitan tidak sempurna.
15
16
III.
3.1
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Eklampsia merupakan keadaan dimana ditemukan serangan kejang tibatiba yang dapat disusul dengan koma pada wanita hamil, persalinan atau
masa nifas yang menunjukan gejala preeklampsia sebelumnya. Kejang
disini bersifat grand mal dan bukan diakibatkan oleh kelainan neurologis.
Istilah eklampsia berasal dari bahasa Yunani yang berarti halilintar. Katakata tersebut dipergunakan karena seolah-olah gejala eklampsia timbul
dengan tiba-tiba tanpa didahului tanda-tanda lain.
Eklampsia
dibedakan
(antepartum),eklampsia
menjadi
partuirentum
eklampsia
(intrapartum),
gravidarum
dan
eklampsia
17
atau 30 mg/dl dari urin acak tengah yang tidak menunjukkan tanda-tanda
infeksi saluran kencing.
3.2
Epidemiologi
Frekuensi eklampsia bervariasi antara satu negara dengan negara yang
lain. Frekuensi rendah pada umumnya merupakan petunjuk tentang adanya
pengawasan antenatal yang baik, penyediaan tempat tidur antenatal yang
cukup, dan penanganan preeklampsia yang sempurna. Di negara-negara
berkembang frekuensi eklampsia berkisar antara 0,3% - 0,7%, sedangkan
di negara-negara maju angka tersebut lebih kecil, yaitu 0,05% - 0,1 %.
3.3
Faktor Resiko
Faktor risiko preeklampsia, yaitu :
1) Usia
Duckitt melaporkan peningkatan risiko preeklampsia dan eklampsia
hampir dua kali lipat pada wanita hamil berusia 40 tahun atau lebih pada
primipara maupun multipara. Usia muda tidak meningkatkan risiko secara
bermakna. Robillard dkk melaporkan bahwa risiko preeklampsia dan
eklampsia pada kehamilan kedua meningkat dengan peningkatan usia ibu.
Choudhary P dalam penelitiannya menemukan bahwa eklampsia lebih
banyak (46,8%) terjadi pada ibu dengan usia kurang dari 19 tahun.
2) Nulipara
Hipertensi gestasional lebih sering terjadi pada wanita nulipara. Duckitt
melaporkan nulipara memiliki risiko hampir tiga kali lipat
3) Kehamilan pertama oleh pasangan baru
18
Patofosiologi
Etiologi dan Patofisiologi Hipertensi dalam Kehamilan Hingga saat ini
etiologi dan patogenesis dari hipertensi dalam kehamilan masih belum
diketahui dengan pasti. Telah banyak hipotesis yang diajukan untuk
mencari etiologi dan patogenesis dari hipertensi dalam kehamilan namun
hingga kini belum memuaskan sehinggan Zweifel menyebut preeklampsia
19
Bukti
yang
mendukung
berperannya
faktor
genetik
20
tipis,
lemas
dan
berbentuk
seperti
kantong
yang
yang meningkat
pada kehamilan.
Pada
Disamping itu juga terjadi arterosis akut (lesi seperti atherosklerosis) pada
arteri spiralis yang dapat menyebabkan lumen arteri bertambah kecil atau
bahkan mengalami obliterasi. Hal ini akan menyebabkan penurunan aliran
darah ke plasenta dan berhubungan dengan luasnya daerah infark pada
21
berasal
dari
asamarakidonat
dengan
bantuan
enzim
menurunnya
produksi
prostasiklin
karena
endotel
dengan
ketidakseimbangan
antara
tromboksan
dan
22
mikrovaskuler
(trombositopenia)
serta
peningkatan
23
Manifestasi Klinis
Pada umumnya kejang didahului oleh makin memburuknya preeklampsia
dan terjadinya gejala-gejala nyeri kepala di daerah frontal, gangguan
penglihatan, mual yang hebat, nyeri epigastrium, dan hiperreflexia. Bila
keadaan ini tidak dikenal dan tidak segera diobati, akan timbul kejang.
Konvulsi eklampsia dibagi dalam 4 tingkat, yakni :
1. Stadium Invasi (tingkat awal atau aura)
Mula-mula gerakan kejang dimulai pada daerah sekitar mulut dan
gerakan-gerakan kecil pada wajah. Mata penderita terbuka tanpa
melihat, kelopak -mata dan tangan bergetar. Setelah beberapa detik
seluruh tubuh menegang dan kepala berputar ke kanan dan ke kiri. Hal
ini berlangsung selama sekitar 30 detik.
2. Stadium kejang tonik
Seluruh otot badan menjadi kaku, wajah kaku, tangan menggenggam
dan kaki membengkok ke dalam, pernafasan berhenti, muka mulai
kelihatan sianosis, dan lidah dapat tergigit. Stadium ini berlangsung
kira-kira 20 - 30 detik.
3. Stadium kejang klonik
Spasmus tonik menghilang. Semua otot berkontraksi berulang-ulang
dalam tempo yang cepat. Mulut terbuka dan menutup, keluar ludah
berbusa, lidah dapat tergigit, mata melotot, muka kelihatan kongesti, dan
sianotik. Kejang klonik ini dapat demikian hebatnya hingga penderita
24
Diagnosis
Seluruh
kejang
eklampsia
didahului
dengan
preeklampsia.
25
26
Prognosis
Kriteria Eden adalah kriteria untuk menentukan prognosis eklampsia.
Kriteria Eden antara lain:
1. koma yang lama (prolonged coma)
2. nadi diatas 120
3. suhu 39,4C atau lebih
4. tekanan darah di atas 200 mmHg
5. konvulsi lebih dari 10 kali
6. proteinuria 10 g atau lebih
7. tidak ada edema, edema menghilang
Bila tidak ada atau hanya satu kriteria di atas, eklampsia masuk ke kelas
ringan; bila dijumpai 2 atau lebih masuk ke kelas berat dan prognosis akan
lebih buruk. Tingginya kematian ibu dan bayi di negara-negara
berkembang disebabkan oleh kurang sempurnanya pengawasan masa
antenatal dan natal. Penderita eklampsia sering datang terlambat sehingga
terlambat memperoleh pengobatan yang tepat dan cepat. Biasanya
preeklampsia dan eklampsia murni tidak menyebabkan hipertensi
menahun.
III.8
Tatalaksana
Penanganan preeklampsia berat dan eklampsia sama, kecuali bahwa
persalinan harus berlangsung dalam 6 jam setelah timbulnya kejang pada
eklampsia. Antikonvulsan Magnesium sulfat merupakan obat pilihan untuk
27
28
DAFTAR PUSTAKA
99.
Available
from
http://web.squ.edu.om/medLib/med/net/ETALC9
/html/clients/lancet/pdf/PIIS0140673605179872.pdf
Pratiknya, W. A., 2010. Dasar Dasar Metodologi Penelitian Kedokteran
danKesehatan, Jakarta: Raja Grafindo Persada
29
30
Cunningham FG, Lenovo KJ, Bloom SL, Hauth JC, Gilstrap LC, Wenstrom KD.
Hypertensive Disorder in pregnancy. Williams Obstetrics, 22nded,
McGraw-Hill, 2005: 761 808
Brooks MD. Pregnancy, Preeclampsia, Available at: http://www.emedicine.com,
Department of Emergency Medicine, St MaryCorwin Medical Center 2011.
Benson and Pernolls (2009), Buku Saku Obstetri dan Ginekologi, Jakarta: EGC
31