Professional Documents
Culture Documents
Pembimbing:
dr. H. Wahdi Sdj, Sp.OG
Dr. dr. Anto Sawarno, Sp.OG (K) FER
dr. Trestyawaty, Sp.OG
Oleh
IVANI RIDWAN, S. Ked
1518012181
BAB I
PENDAHULUAN
Pada awalnya kelahiran secara Sectio Caserean (SC) dianggap akan menimbulkan
parut yang berbahaya dan merupakan kontraindikasi untuk melakukan persalinan
normal karena dapat mengakibatkan ruptur uterus. Bahkan, tahun 1916, Cragin
membuat pernyataannya yang dikenal Once a cesarean, always a cesarean.
Selain dari pada itu, pada tahun 70-an dan awal 80-an seksio sesarea meningkat
cepat. Di tahun 90-an dilaporkan di dunia ini wanita melahirkan dengan seksio
sesarea meningkat 4 kali dibandingkan 30 tahun sebelumnya. Namun, pemahaman
tersebut tidak lagi dipakai. Saat pernyataan tersebut dikeluarkan, seksio sesarea
dilakukan dengan sayatan vertikal pada korpus uteri (secara klasik). Sekarang
umumnya memakai teknik sayatan melintang pada segmen bawah rahim.
Antara 1970 dan 1988, tingkat kelahiran sesar di Amerika Serikat meningkat
drastis dari 5% menjadi hampir 25%. Penyebabnya diantaranya adalah praktek
forsep midpelvic menurun dan pengiriman kehamilan dengan letak sungsang,
meningkatkan keamanan melalui bedah caesar dan meningkatkan ketergantungan
terus menerus terhadap pemantauan FHR elektronik. VBAC adalah modalitas
terbaik untuk mengurangi tingkat seksio sesarea secara keseluruhan dan berbagai
pedoman yang dibingkai untuk mendorongnya.
Selama periode (1989-1996), tingkat VBAC meningkat, begitu pula jumlah
laporan publikasi mengenai ruptur rahim dan komplikasi lain dari VBAC. ACOG
maka memberi pedoman yang spesifik mengenai VBAC yang harus di lakukan di
setiap
fasilitas
kesehatan
dengan
tenaga
kesehatan
yang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Definisi
Vaginal Birth After Cesarean (VBAC) adalah proses persalinan per
vaginam yang dilakukan terhadap pasien yang pernah mengalami seksio
sesarea pada kehamilan sebelumnya atau pernah mengalami operasi pada
dinding rahim (misalnya satu atau lebih miomektomi intramural).
2.2
Epidemiologi
Merril dan Gibss (1978) melaporkan dari university of texas di san antonio
bahwa pelahiran pervaginam secara aman dapat dilakukan pada 83 persen
pasien yang pernah mengalami Seksio sesaria. Di amerika serikat VBAC
meningkat secara sangat bermakna sehingga pada tahun 1996 telah terjadi
peningkatan 14 kali lipat (menjadi 28 persen) wanita dengan riwayat
seksio sesar melahirkan pervaginam.
2.3
Parut Uterus
2.2.1
2.2.2
3.3
Indikasi VBAC
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Kontraindikasi Mutlak
a. Seksio sesarea terdahulu adalah seksio korporal (klasik)
b. Adanya hemoragia antepartum oleh sebab apapun
c. Terbukti bahwa seksio sebelumnya adalah karena cephalo
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
3.3.3
Kontraindikasi Relatif
a.
b.
c.
d.
3.4
pelvic
dysproportion (CPD).
Malpresentasi atau malposisi
Bayi besar (makrosomia)
Seksio sesaria lebih dari satu kali
Kehamilan post term (> 42 minggu) dengan pelvic score rendah
Terdapat tanda-tanda hipoksia intrauterin (dari frekuensi bunyi
jantung janin, non-stress testing atau contraction stress testing)
Kehamilan kembar/gemeli
Hipertensi dalam kehamilan, termasuk preeklampsia
Seksio terdahulu pasien dirawat lebih dari sewajarnya (> 7 hari)
Operasi terdahulu berupa miomektomi multipel
Cunningham
FG
(2001)
menyatakan
bahwa
seksio
sesarea
sebelumnya
akan
mempengaruhi
10
Troyer
(1992)
pada
penelitiannya
mendapatkan
Keberhasilan
80.5
80.7
100
100
79.6
63.4
11
4.3.5
Riwayat
Persalinan
Pervaginam
Karakteristik Maternal
Beberapa studi penelitian menunjukkan berat dan tinggi badan dari
ibu mempengaruhi penentuan jenis persalinan. Ibu dengan
perawakan pendek dan yang obesitas lebih cenderung untuk
menjalani jenis persalinan seksio sesarea. Berhubungan dengan
persalinan pervaginam pada parut uterus, beberapa penelitian
menunjukkan wanita dengan obesitas memiliki risiko tinggi untuk
terjadinya kegagalan dalam persalinan pervaginam. Usia maternal
12
4.3.8
4.3.9
Induksi Persalinan
Penggunaan oksitosin dan prostaglandin untuk menginduksi
persalinan pada pasien dengan parut uterus dapat meningkatkan
risiko ruptur uterus. Risiko ruptur uterus meningkat 2-3 kali pada
mereka yang menjalani persalinan dengan induksi.
13
Skor VBAC
Skor VBAC dinilai saat sudah inpartu, untuk mengevaluasi apakah VBAC
benar-benar dapat dilakukan. Bila dirasa tidak memungkinkan, tidak
menutup kemungkinan akan dilakukan SC kembali untuk keselamatan ibu
dan janin.
14
Skor Alami
Kriteria
Riwayat persalinan sebelumnya
Indikasi SC sebelumnya
Skor
2
4 cm
2 4 cm
< 2 cm
Station dibawah 2
Panjang serviks 1 cm
Persalinan timbul spontan
1
1
:0%
3, 6 4, 5
: 0, 6 %
2, 6 3, 5
: 6,6 %
< 2, 5
: 9, 8 %
Kemungkinan ruptur pada BSC juga berkaitan dengan tipe insisi SC.
Transversal
: 0, 3 2, 5 %
Klasik
:49%
15
Skor Weinstein
Nilai bishop 4
Persalinan pervaginam sebelumnya
Indikasi SC yang lalu:
A. Malpresentasi
Skor
4
2
6
HDK / PEB
Gemelli
B. Plasenta
previa/solusio 4
plasenta
Prematuritas
KPD
C. Gawat Janin
CPD/ distosia
D. Makrosomia
IUGR
Nilai:
4 58 %
6 67 %
8 78 %
10 85 %
12 88 %
4.5
Pelaksanaan VBAC
a. Pasien dirawat pada usia kehamilan 38 minggu atau lebih dan
dilakukan persiapan seperti persalinan biasa.
b. Dilakukan pemeriksaan NST atau CST (bila sudah inpartu), jika
memungkinkan lakukan continuous electronic fetal heart monitoring.
c. Kemajuan persalinan dipantau dan dievaluasi seperti halnya persalinan
biasanya, yakni menggunakan partograf standar.
d. Setiap patologi persalinan atau kemajuannya, memberikan indikasi
untuk segera mengakhiri persalinan itu secepatnya (yakni dengan
seksio sesarea kembali).
16
untuk
melakukan
eksplorasi/pemeriksaan
terhadap
4.6
Komplikasi VBAC
Risiko terhadap ibu yang melakukan persalinan pervaginam dibandingkan
dengan seksio sesarea ulangan elektif pada bekas seksio sesarea adalah
sebagai berikut:
a. Insiden demam lebih kecil secara bermakna pada persalinan
pervaginam yang berhasil dibanding dengan seksio sesarea ulangan
elektif
b. Pada persalinan pervaginam yang gagal yang dilanjutkan dengan
seksio sesarea insiden demam lebih tinggi
c. Tidak banyak perbedaan insiden dehisensi uterus pada persalinan
pervaginam dibanding dengan seksio sesarea elektif.
d. Dehisensi atau ruptur uteri setelah gagal persalinan pervaginam adalah
2.8 kali dari seksio sesarea elektif.
e. Mortalitas ibu pada seksio sesarea ulangan elektif dan persalinan
pervaginam sangat rendah
f. Kelompok persalinan pervaginam mempunyai rawat inap yang lebih
singkat, penurunan insiden transfusi darah pada paska persalinan dan
penurunan insiden demam paska persalinan dibanding dengan seksio
sesarea elektif.
17
18
Apabila terjadi ruptur uteri maka janin, tali pusat, plasenta atau bayi akan
keluar dari robekan rahim dan masuk ke rongga abdomen. Hal ini akan
menyebabkan perdarahan pada ibu, gawat janin dan kematian janin serta
ibu. Kadang-kadang harus dilakukan histerektomi emergensi. Kasus
ruptur uteri ini lebih sering terjadi pada seksio sesarea klasik dibandingkan
dengan seksio sesarea pada segmen bawah rahim. Ruptur uteri pada
seksio sesarea klasik terjadi 5-12 % sedangkan pada seksio sesarea pada
segmen bawah rahim 0,5-1 %.
Tanda yang sering dijumpai pada ruptur uteri adalah denyut jantung janin
tak normal dengan
Pada wanita dengan bekas seksio sesarea klasik sebaiknya tidak dilakukan
persalinan pervaginam karena risiko ruptur 2-10 kali dan kematian
maternal dan perinatal 5-10 kali lebih tinggi dibandingkan dengan seksio
sesarea pada segmen bawah rahim.
Alasan mengapa seseorang wanita seharusnya dibantu dengan persalinan
pervaginam. Hal ini disebabkan karena komplikasi akibat seksio sesarea
lebih tinggi. Pada seksio sesarea terdapat kecendrungan kehilangan darah
yang banyak, peningkatan kejadian transfusi dan infeksi, akan menambah
lama rawatan masa nifas di rumah sakit serta akan memperpanjang
19
DAFTAR PUSTAKA
Cunningham FG, Bangdiwala S, Brown SS, Dean TM, Frederiksen M, Rowland Hogue
CJ, et al. Vaginal Birth After Cesarean: New Insights. National Institutes of Health
Consensus Development Conference Statement. 2010; 115(6):12791295.
ACOG Practice Bulletin No. 54: vaginal birth after previous cesarean. Obstet Gynecol
2004;104:203-12. Iyer S, Handa PR, Basu SB. Delivery after one previous cesarean
section: one year prospective study. J Obstet Gynecol India 2001;51:51-4.
Chhabra S, Arora G. Delivery in women with previous cesarean section. J Obstet Gynecol
India 2006;56:304-7.
20
Bujold E, Hammoud AO, Hendler I et al. Trial of labor in patients with previous cesarean
section: does maternal age influence outcome? Am J Obstet Gynecol 2004;190:1113-8.
Shakti V, Behera RC, Sandhu GS et al. Vaginal birth after cesarean delivery. J Obstet
Gynecol India 2006;56:320-3.
Goer H. Obstetric myths versus research realities: a guide to the medical literature.
Greenwood Publishing Group, 1995:79.
Brill Y, Windrim R. Vaginal birth after cesarean sec- tion: review of antenatal predictors
of success. J Obstet Gynaecol Can 2003;25:275-86.
Saropala N, Suthutvoravut S. The outcome of the first VBAC program in Thailand. Int J
Gynaecol Obstet 1999;64:307-8.
Royal College of Obstetricians and Gynaecologists. Birth After Previous Caesarean
Birth. Green-top Guideline No. 45. London: RCOG; 2007.
Health and Social Care Information Centre. NHS Maternity Statistics - England, April
2012 to March 2013: Provider level analysis. [Leeds]: HSCIC; 2013 [http://www.hscic.
gov.uk/catalogue/PUB12744]. Accessed 2016 Mei 18.
Department of Health, Social Services & Public Safety. Northern Ireland Hospital
Statistics: Inpatient and Day Case Activity Statistics 2012/13. Belfast: DHSSPS; 2013
[http://www.dhsspsni.gov.uk/index/statistics/hospital_ statistics__inpatient_and_day_case_activity_2012 13. pdf]. Accessed 2016 Mei 18.
Information Services Division, NHS National Services Scotland. Births in Scottish
Hospitals. Edinburgh; Information Services Division, NHS National Services Scotland;
2014
[https://isdscotland.scot.nhs.uk/HealthTopics/Maternity-and-Births/Publications/20140826/2014-08-26-Births-Report.pdf?83330935240]. Accessed 2016 Mei 18.
21