You are on page 1of 18

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI

OLEH :
VENNY RENCY MAROMON
PPN 15315

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XV


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IMMANUEL
BANDUNG
2016

A. Masalah Utama
Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi
B. Proses Terjadinya Masalah
1. Pengertian
Halusinasi merupakan kesalahan persepsi sensori tidak terkait dengan
stimuli eksternal secara nyata. Halusinasi dapat melibatkan beberapa dari
lima indera (Townsend, 2009).
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa di mana pasien
mengalamiperubahan sensori persepsi; merasakan sensasi palsu berupa
suara,

penglihatan,pengecapan

perabaan

atau

penghiduan.

Pasien

merasakan stimulus yang sebetulny tidak ada. Pasien merasa ada suara
padahal tidak ada stimulus suara. Melihat bayangan orang atau sesuatu
yang menakutkan padahal tidak ada bayangan tersebut. Membaui baubauan tertentu padahal orang lain tidak merasakan sensasi serupa.
Merasakanmengecap sesuatu padahal tidak sedang makan apapun.
Merasakan sensasi rabaan padahal tidak ada apapun dalam permukaan
kulit (Townsend, 2008).
2. Macam-macam Halusinasi
Halusinasi dapat diklasifikasikan menjadi 5 macam :
a. Halusinasi pendengaran, yaitu klien mendengar suara atau bunyi
yang

tidak

ada

hubungannya

dengan

stimulus

yang

nyata/lingkungan, dengan kata lain orang yang berada disekitar


klien tidak mendengar suara atau bunyi yang didengar klien.
b. Halusinasi penglihatan, yaitu klien menglihat gambaran yang jelas
atau samar tanpa adanya stimulus yang nyata dari lingkungan,
dengan kata lain orang yang berada disekitar klien tidak melihat
gambaran seperti apa yang dikatakan klien.
c. Halusinasi penciuman, yaitu klien mencium sesuatu

yang bau

yang mucul dari sumber tertentu tanpa stimulus yang artinya orang

yang berada disekitar klien tidak mencium sesuatu seperti apa yang
dirasakan klien.
d. Halusinasi pengecapan, yaitu klien merasa merasakan sesuatu yang
tidak nyata, biasnya merasakan rasa makanan yang tidak enak.
e. Halusinasi perabaan, yaitu klien merasakan sesuatu pada kulitnya
tanpa stimulus yang nyata.
2. Penyebab
a. Faktor Genetik
b. Virus
c. Auto antibody
d. Trauma
e. Malnutrisi
3. Tanda dan Gejala
a. Menarik diri, menghindari orang lain
b. Mudah tersinggung
c. Tersenyum, berbicara sendiri
d. Gelisah, ketakutan, wajah tegang
e. Pembicaraan kacau, kadang tidak masuk akal
f. Sikap curiga dan bermusuhan
g. Menyalahkan diri sendiri/orang lain
h. Dapat merusak diri, orang lain dan lingkungan
i. Tidak dapat membedakan hal yang nyata dan tidak nyata
j. Tidak dapat memusatkan perhatian/konsentrasi
k. Sulit membuat keputusan
l. Ketakutan
m. Muka merah kadang pucat
n. Tidak mau atau tidak mampu melaksanakan asuhan mandiri seperti
: mandi, gosok gigi, ganti pakaian

4. Rentang Respon
a. Tahap Comforting :
Timbul kecemasan ringan disertai gejala kesepian, perasaan
berdosa, klien biasanya mengkompensasikan stressornya dengan
coping imajinasi sehingga merasa senang dan terhindar dari
ancaman.
b. Tahap Condeming :
Timbul kecemasan moderate, cemas biasanya makin meninggi
selanjutnya klien merasa mendengarkan sesuatu, klien merasa takut
apabila orang lain ikut mendengarkan apa-apa yang ia rasakan
sehingga timbul perilaku menarik diri (With drawl)
c. Tahap Controling :
Timbul kecemasan berat, klien berusaha memerangi suara yang
timbul tetapi suara tersebut terusmenerus mengikuti, sehingga
menyebabkan klien susah berhubungan dengan orang lain. Apabila
suara tersebut hilang klien merasa sangat kesepian/sedih.
d. Tahap Conquering :
Klien merasa panik , suara atau ide yang datang mengancam
apabila tidak diikuti perilaku klien dapat bersipat merusak atau
dapat timbul perilaku suicide.
5. Dampak dan Akibat yang Terjadi
a. Kebutuhan Fisiologis
Nutrisi
Terjadi penurunan berat badan karena klien lebih berfokus pada
halusinasinya, terlebih jika halusinasi sudah ke tahap lanjut, maka
kebutuhan nutrisiklien akan terganggu karena halusinasi telah
menguasai sehingga klien sulit untuk beraktivitas lain termasuk
dalam memenuhi kebutuhan nutrisinya.
Istirahat tidur

Gangguan dalam istirahat tidur akan klien alami karena selain


klien akan terganggu karena suara-suara halusinasi klien juga
akan lebih berfokus pada halusinasinya itu yang pada akhirnya
klien akan mengalami kecemasan dan ketegangan dan hal tersebut
akan merangsang RAS (Reticular Activiting System), sehingga
klien akan sulit tidur.
Aktivitas sehari-hari
Klien yang mengalami halusinasi dengar sulit untuk melakukan
aktivitas baik yang berkaitan dengan perawatan diri maupun
aktivitas

sehari-hari

karena

perhatiannya

terganggu

oleh

halusinasi, baik pada tahap awal maupun lanjut ketika halusinasi


telah menguasainya.
b. Kebutuhan Rasa Aman dan Keselamatan
Tahap awal halusinasi, klien merasa aman dan nyaman dengan
halusinasinya,

karena

klien

menganggap

halusinasi

akan

mengurangi ketegangannya, namun pada tahap lanjut klien akan


merasa ketakutan karena halusinasi telah menguasainya.
c. Kebutuhan Rasa Cinta dan Memiliki
Klien akan mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan ini,
yaitu dengan membina hubungan interpersonal yang baik termasuk
hubungan untuk mencintai dan dicintai karena adanya perasaan
tidak percaya diri.
d. Kebutuhan Harga Diri
Klien

dengan

halusinasi

dengar

cenderung

tidak

mampu

melakukan fungsi perannya dengan baik, didasari oleh kegagalan


dalam waktu yang lama dan rasa tidak percaya mengakibatkan
klien merasa tidak berharga, tidak berguna sehingga harga diri
klien terganggu.

e. Kebutuhan Aktualisasi Diri


Umumnya klien dengan halusinasi tidak acuh tehadap diri sendiri
maupun lingkungan, ini dikarenakan klien tidak dapat berhubungan
dengan realita sehingga kebutuhan akan aktualisasi diri tidak
tepenuhi.
6. Pohon Masalah
Akibat

Resiko Tinggi Perilaku Kekerasan

Masalah

Perubahan Persepsi sensori : Halusinasi


Isolasi Sosial

Penyebab :

Harga Diri Rendah

C. Data Yang Perlu Dikaji


Halusinasi merupakan salah satu gejala yang ditampakkan oleh klien yang
mengalami psikotik, khususnya Schizofrenia. Pengkajian klien dengan
halusinasi demikian merupakan proses identifikasi data yang melekat erat
dengan pengkajian respon neurobiologi lainnya seperti yang terdapat juga pada
Schizofrenia.
1.

Faktor Predisposisi

Beberapa faktor predisposisi yang berkontribusi pada munculnya respon


neurobiologi
seperti halusinasi antara lain:
a. Faktor Genetik
Telah diketahui bahwa genetik schizofrenia diturunkan melalui
kromoson tertentu. Namun demikian kromoson yang keberapa yang
menjadi factor penentu gangguan ini sampai sekarang masih dalam
tahap penelitian. Diduga letak gen schizoprenia adalah kromoson

nomor enam, dengan kontribusi genetik tambahan No.4,8,5 dan 22


(Buchanan dan Carpenter,2002). Anak kembar identik memiliki
kemungkinan mengalami schizofrenia sebesar 50% jika salah satunya
mengalami schizofrenia, sementara jika di zygote peluangnya sebesar
15 %, seorang anak yang salah satu orang tuanya mengalami
schizofrenia berpeluang 15% mengalami schizofrenia, sementara bila
kedua orang tuanya schizofrenia maka peluangnya menjadi 35 %.
b. Faktor Neurobiologi.
Ditemukan bahwa korteks pre frontal dan korteks limbiks pada klien
schizofrenia tidak pernah berkembang penuh. Ditemukan juga pada
klien schizofrenia terjadi penurunan volume dan fungsi otak yang
abnormal. Neurotransmitter dopamin berlebihan, tidak seimbang
dengan kadar serotin
c. Studi neurotransmitter.
Schizofrenia diduga juga disebabkan oleh ketidak seimbangan
neurotransmitter dimana dopamin berlebihan, tidak seimbang dengan
kadar serotin.
d. Teori virus
Paparan virus influenza pada trimester ke-3 kehamilan dapat menjadi
factor predisposisi schizofrenia.
e. Psikologis.
Beberapa kondisi pikologis yang menjadi factor predisposisi
schizofrenia antara lain anak yang di pelihara oleh ibu yang suka
cemas, terlalu melindungi, dingin dan tak berperasaan, sementara ayah
yang mengambil jarak dengan anaknya.
2.

Faktor presipitasi
Faktor faktor pencetus respon neurobiologis meliputi :

Berlebihannya proses informasi pada system syaraf yang menerima

dan memproses informasi di thalamus dan frontal otak.


Mekanisme penghataran listrik di syaraf terganggu ( mekanisme

gateing abnormal)
Gejala-gejala pemicu kondisi kesehatan lingkungan, sikap dan
perilaku seperti yang tercantum pada tabel dibawah ini :
Kesehatan

Nutrisi Kurang
Kurang tidur
Ketidak siembangan irama sirkardian
Kelelahan infeksi
Obat-obatan system syaraf pusat
Kurangnya latihan
Hambatan unutk menjangkau pelayanan kesehatan
Lingkungan
Lingkungan yang memusuhi, kritis
Masalah di rumah tangga
Kehilangan kebebasan hidup, pola aktivitas sehari-hari
Kesukaran dalam berhubungan dengan orang lain
Isoalsi social
Kurangnya dukungan social
Tekanan kerja ( kurang keterampilan dalam bekerja)
Stigmasasi
Kemiskinan
Kurangnya alat transportasi
Ktidak mamapuan mendapat pekerjaan
Sikap/Perilaku
Merasa tidak mampu ( harga diri rendah
Putus asa (tidak percaya diri )
Mersa gagal ( kehilangan motivasi menggunakan keterampilan diri
Kehilangan kendali diri (demoralisasi)
Merasa punya kekuatan berlebihan dengan gejala tersebut.
Merasa malang ( tidak mampu memenuhi kebutuhan spiritual )
Bertindak tidak seperti orang lain dari segi usia maupun

kebudayaan
Rendahnya kemampuan sosialisasi
Perilaku agresif
Perilaku kekerasan
Ketidak adekuatan pengobatan
Ketidak adekuatan penanganan gejala.
Mekanisme Koping.
Mekanisme koping yang sering digunakan klien dengan halusinasi

adalah:
Register, menjadi malas beraktifitas sehari-hari
Proyeksi, mencoba menjelaskan gangguan persepsi dengan
mengalihkan tanggung
jawab kepada orang lain atau sesuatu benda.

Menarik diri, sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan


stimulus internal.
Keluarga mengingkari masalah yang dialami klien

Perilaku
Halusinasi

benar-benar

riil

dirasakan

oleh

klien

yang

mengalaminya, seperti mimpi saat tidur. Klien mungkin tidak


punya cara untuk menentukan persepsi tersebut nyata. Sama halnya
seperti seseorang mendengarkan suara- suara dan tidak lagi
meragukan

orang

yang

berbicara

tentang

suara

tersebut.

Ketidakmampuannya mempersepsikan stimulus secara riil dapat


menyulitkan kehidupan klien. Karenanya halusinasi harus menjadi
prioritas untuk segera diatasi. Untuk memfasilitasinya klien perlu
dibuat nyaman untuk menceritakan perihal haluinasinya.
Klien yang mengalami halusinasi sering kecewa

karena

mendapatkan respon negatif ketika mencoba menceritakan


halusinasinya kepada orang lain.Karenanya banyak klien enggan
untuk menceritakan pengalaman-pengalaman aneh halusinasinya.
Pengalaman halusinasi menjadi masalah untuk dibicarakan dengan
orang lain. Kemampuan untuk memperbincangkan tentang
halusinasi yang dialami oleh klien sangat penting untuk
memastikan dan memvalidasi pengalaman halusinasi tersebut.
Perawat harus memiliki ketulusan dan perhatian untuk dapat
memfasilitasi

percakapan

tentang

halusinasi.

Perilaku klien yang mengalami halusinasi sangat tergantung pada


jenis halusinasinya. Apabila perawat mengidentifikasi adanya
tanda tanda dan perilaku halusinasi maka pengkajian selanjutnya
harus dilakukan tidak hanya sekedar mengetahui jenis halusinasi
saja. Validasi informasi tentang halusinasi yang diperlukan
meliputi :
Isi Halusinasi.

Ini dapat dikaji dengan menanyakan suara siapa yang didengar,


apa yang dikatakan suara itu, jika halusinasi audiotorik. Apa
bentuk bayangan yang dilihat oleh klien, jika halusinasi visual,
bau apa yang tercium jika halusinasi penghidu, rasa apa yang
dikecap jika halusinasi pengecapan,dan apa yang dirasakan
dipermukaan tubuh jika halusinasi perabaan.
Waktu dan Frekuensi.
Ini dapat dikaji dengan menanyakan kepada klien kapan
pengalaman halusinasi muncul, berapa kali sehari, seminggu,
atau sebulan pengalaman halusinasi itu muncul. Informasi ini
sangat penting untuk mengidentifikasi pencetus halusinasi dan
menentukan bilamana klien perlu perhatian saat mengalami
halusinasi.
Situasi Pencetus Halusinasi.
Perawat perlu mengidentifikasi situasi yang dialami sebelum
halusinasi muncul. Selain itu perawat juga bias mengobservasi
apa yang dialami klien menjelang munculnya halusinasi untuk
memvalidasi pernyataan klien.
Respon Klien
Untuk menentukan sejauh

mana

halusinasi

telah

mempengaruhi klien bisa dikaji dengan apa yang dilakukan


oleh klien saat mengalami pengalaman halusinasi. Apakah
klien masih bisa mengontrol stimulus halusinasinya atau sudah
tidak berdaya terhadap halusinasinya.
D. Masalah Keperawatan yang Mungkin Muncul
1. Perubahan sensori persepsi : halusinasi
2. Perubahan proses fikir : waham
3. Kerusakan interaksi social
4. Isolasi Diri : menarik diri
5. Harga Diri Rendah
6. Resiko tinggi mencederai
7. Kerusakan Komunikasi

E. Analisa Data
Jenis halusinasi
Halusinasi Dengar

Data Obyektif
Bicara atau tertawa sendiri

Data Subyektif
Mendengar suara-suara atau

Marah-marah tanpa sebab

kegaduhan.

Menyedengkan telinga ke arah Mendengar

suara

yang

tertentu

mengajak bercakap-cakap.

Menutup telinga

Mendengar

suara

melakukan

sesuatu

yang

berbahaya.
Melihat
bayangan,

sinar,

Halusinasi

Menunjuk-nunjuk ke arah tertentu

Penglihatan

Ketakutan dengan pada sesuatu bentuk


yang tidak jelas.

menyuruh

geometris,

bentuk

kartoon, melihat hantu atau


seperti

monster
sedang Membaui

Halusinasi

Mengisap-isap

bau-bauan

seperti

Penghidu

membaui bau-bauan tertentu.

bau darah, urin, feses, kadang-

Halusinasi

Menutup hidung.
Sering meludah

kadang bau itu menyenangkan.


Merasakan rasa seperti darah,

Pengecapan
Halusinasi

Muntah
Menggaruk-garuk

Perabaan

kulit

urin atau feses


permukaan Mengatakan ada serangga di
permukaan kulit
Merasa seperti tersengat listrik

F. Asuhan Keperawatan
Diagnosa Keperawatan :
1. Resiko

mencederai

diri

sendiri,

orang

lain,

dan

lingkungan

berhubungan dengan halusinasi


2. Perubahan persepsi sensori: halusinasi berhubungan dengan menarik
diri.
Isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan intoleransi aktifitas.

G. Rencana Tindak Keperawatan


Tanggal

No Dx

Diagnosa
Keperawatan
Perubahan
persepsi sensori:
Halusinasi

Tujuan
Kriteria Evaluasi
SP 1:
Klien

dapat

mengidentifikasi
jenis halusinasi
SP 1:
Klien

dapat

halusinasi

dapat

mengidentifikasi
waktu halusinasi
SP 1:
Klien

Rasional

Setelah

...x... Identifikasi

Ungkapan

dari

klien

interaksi,

klien jenis halusinasi mengenai

jenis

dapat

halusinasi

menunjukan

mengidentifikasi

apa yang dibutuhkan dan

jenis halusinasi
dirasakan oleh klien.
Setelah
...x... Identifikasi isi Ungkapan dari klien

mengidentifikasi isi

SP 1:
Klien

Perencanaan
Intervensi

dapat

interaksi,

klien halusinasi

mengenai isi halusinasi

dapat

menunjukkan apa yang

mengidentifikasi isi

dibutuhkan dn dirasakan

halusinasi
Setelah

...x... Identifikasi

oleh klien.
Ungkapan

interaksi,

klien waktu

mengenai

dapat

halusinasi

dari

klien
waktu

halusinasi menunjukkan

mengidentifikasi

apa yang dibutuhkan dan

waktu halusinasi
Setelah
...x... Identifikasi

dirasakan klien.
Ungkapan dari

klien

Tanggal

No Dx

Diagnosa
Keperawatan

Tujuan
mengidentifikasi

Perencanaan
Kriteria Evaluasi
Intervensi
Rasional
interaksi,
klien frekuensi
mengenai
frekuensi

frekuensi

dapat

halusinasi

mengidentifikasi

menunjukkan apa yang

frekuensi

dibutuhkan

SP 1:
Klien

dapat

mengidentifikasi
situasi

yang

menimbulkan

SP 1:
Klien

dapat
klien

terhadap halusinasi
SP 1:

...x... Identifikasi

interaksi,

klien situasi

halusinasi
dan

dirasakan oleh klien.


Ungkapan dari klien

yang mengenai

situasi

dapat

menimbulkan

halusinasi menunjukkan

mengidentifikasi

halusinasi

apa yang dibutuhkan dan

yang

dirasakan oleh klien.

halusinasi
Setelah

...x... Identifikasi

Ungkapan

interaksi,

klien respon

menimbulkan

mengidentifikasi
respon

terjadinya

halusinasi
Setelah

situasi

halusinasi

halusinasi

dari

klien

klien mengenai respons klien

dapat

terhadap

saat

mengidentifikasi

halusinasi

menunjukkan apa yang

respon

klien

terhadap halusinasi
Setelah
...x... Latih

dibutuhkan

halusinasi
dan

dirasakan oleh klien.


klien Tindakkan menghardik

Tanggal

No Dx

Diagnosa
Keperawatan

Tujuan
Klien

Perencanaan
Kriteria Evaluasi
Intervensi
Rasional
dapat interaksi,
Klien untuk mampu merupakan salah satu

menghardik

dapat

halusinasi
SP 1:
Klien

halusinasi
Setelah

halusinasinya
halusinasi.
...x... Masukan cara Memasukan

interaksi,

Klien menghardik

dapat

memasukan

cara

menghardik
halusinasi
jadwal

dalam
kegiatan

harian

dapat

mengevaluasi

memasukan halusinasi

cara

menghardik dalam

halusinasi
jadwal

menghardik

kegiatan
halusinasi

ke dalam jadwal harian

jadwal klien

membantu

dalam kegiatan harian mempercepat klien dapat


kegiatan

mengontrol halusinasi.

Setelah

...x... Evaluasi

Evaluasi akan membantu

interaksi,

Klien jadwal

untuk

merencanakan

dapat mengevaluasi kegiatan harian selanjutnya.

kegiatan

harian klien
SP 2
Klien

dapat

upaya untuk mengontrol

harian

SP 2
Klien
jadwal

menghardik menghardik

dapat

mengendalikan

jadwal

kegiatan klien

harian klien
Setelah

...x... Latih

klien Bercakap-caakap dengan

interaksi,

Klien untuk

orang lain merupakan

dapat

mengendalikan salah satu tindakan yang

Tanggal

No Dx

Diagnosa
Keperawatan

Tujuan
Kriteria Evaluasi
dengan mengendalikan

halusinasi
cara

bercakap- halusinasi

cakap

dengan cara

orang lain

dengan dengan

dapat

memasukan dalam
kegiatan

jadwal

harian

Rasional
mengendalikan

cara halusinasi.

bercakap- bercakap-

cakap

SP 2
Klien

Perencanaan
Intervensi
halusinasi
dapat

dengan cakap dengan

orang lain
Setelah

orang lain
...x... Masukan

Memasukan

kegiatan

interaksi,

Klien bercakap-

menghardik

halusinasi

dapat

memasukan cakap dengan ke dalam jadwal harian

dalam

kegiatan orang lain ke klien.

jadwal harian

dalam

Membantu

jadwal mempercepat klien dapat

kegiatan harian mengontrol halusinasi.


SP 3
Klien

dapat

mengevauasi
jadwal

interaksi,

Klien kegiatan harian untuk

dapat mengevauasi

kegiatan

harian
SP 3
Klien

Setelah

klien
...x... Evauasi jadwal Evaluasi akan membantu

dapat

jadwal

mencanakan

selanjutnya.

kegiatan

harian
Setelah

...x... Latih

interaksi,

Klien mengendalikan RSJ yang sesuai dengan

klien Melakukan kegiatan di

Tanggal

No Dx

Diagnosa
Keperawatan

Tujuan
Kriteria Evaluasi
dapat

mengendalikan
halusinasi

dengan mengendalikan

melakukan
kegiatan

halusinasi
di

dengan
kegiatan

di

RSJ RSJ

biasa

dilakukan klien di rumah

dengan melakukan

RSJ melakukan

yang sesuai dengan kegiatan

Perencanaan
Intervensi
Rasional
halusinasi
kegiatan yang
merupakan
di tindakkan

salah satu
yang

dapat

yang mengendalikan.

kegiatan yang biasa yang sesuai dengan sesuai dengan


dilakukan

klien kegiatan yang biasa kegiatan yang

dirumah

dilakukan

klien biasa

dirumah

dilakukan
klien dirumah
...x... Masukan

SP 3
Setelah
Klien memasukan
interaksi,
Klien
kegiatan di atas ke
memasukan
dalam
jadwal
kegiatan di atas ke
kegiatan harian
dalam
jadwal
SP 4
Klien
mengevaluasi

dapat

kegiatan

Memasukan

di klien di RSJ ke dalam

atas ke dalam jadwal


jadwal

kegiatan

harian

klien.

Membantu mempercepat

kegiatan harian klien

mengontrol

kegiatan harian
Setelah
...x... Evaluasi

halusinasi.
Evaluasi akan membantu

interaksi,

untuk

Klien jadwal

merencanakan

Tanggal

No Dx

Diagnosa
Keperawatan

Tujuan
jadwal

Perencanaan
Kriteria Evaluasi
Intervensi
Rasional
kegiatan dapat mengevaluasi kegiatan harian selanjutnya.

harian

jadwal

SP 4
Klien

dapat

menggunakan obat
secara teratur
SP 4
Klien

harian
Setelah

...x... Dorong

interaksi,

Klien untuk

dapat

klien Menggunakan

dapat

menggunakan

kegiatan
secara teratur ke
jadwal

kegiatan harian

secara dapat

mengendalikan

halusinasi.
Memasukan

interaksi,

menggunakan

Klien kegiatan

memasukan menggunakan

kegiatan

menggunakan obat

salah satu tindakan yang

secara teratur
teratur
Setelah
...x... Masukan
dapat

obat

obat

secara teratur merupakan

menggunakan obat obat

memasukan

dalam

kegiatan klien

kegiatan
obat

secara teratur ke dalam

secara jadwal

harian

klien

menggunakan obat teratur

ke membantu mempercepat

secara teratur ke dalam

jadwal klien dapat mengontrol

dalam

jadwal kegiatan harian halusinasi.

kegiatan harian

DAFTAR PUSTAKA
Fitria. N. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP & SP). Jakarta :
Salemba Medika.
Townsent, M.C. 2008. Buku saku Diagnosis Keperawatan Psikiatri Rencana
Asuhan & Medikasi Psikotropik. Edisi 5. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran: EGC
. 2009. Buku saku Diagnosis Keperawatan Psikiatri Rencana
Asuhan & Medikasi Psikotropik. Edisi 5. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran: EGC

You might also like