Professional Documents
Culture Documents
ASCITES
OLEH:
KELOMPOK I
MEGA WIJAYA
150070300011007
ASCITES
1. LATAR BELAKANG
Asites merupakan komplikasi utama dari sirosis, terjadi pada 50%
pasien yang di ikuti selama lebih dari 10 tahun. Perkembangan asites
penting dalam perjalanan alamiah sirosis karena dikaitkan dengan mortalitas
50%
lebih
dari
dua
tahun
dan
menandakan
kebutuhan
untuk
lainnya.
Di
2. PENGERTIAN
Asites adalah
peritoneum.
gejala
yang
penimbunan
cairan
secara
abnormal
di
rongga
pada
peningkatan
jumlah
cairan
dapat
3. KLASIFIKASI
Asites Tanpa Komplikasi
Asites yang tidak
terinfeksi
dan
yang
tidak
terkait
dengan
Definisi
Terapi
asites
Tingkat 1
Tingkat 2
Asites
yang
sedang
terbukti Restriksi
masukan
Asites
dalam
ditandai
jumlah
dengan
abdomen
restriksi
masukan
Asites Refrakter
Asites yang tidak dapat dimobilisasi atau yang kambuh lebih awal
(yaitu, setelah terapi parasentesis) yang tidak dapat dicegah dengan terapi
medis. Asites refrakter terdiri dari dua subkelompok yang berbeda, yaitu :
Tabel 2. Definisi dan criteria diagnostic untuk asites refrakter pada sirosis
Diuretic-resistant ascites
Diuretic-intactable ascites
(spironolacton
400
mg/hari
dan
ensefalopathy
hepatic
peningkatan
dari
ginjal
creatinine
dengan
asites
yang
berespon
terhadap pengobatan
3. Diuretic-induced hiponatremia digambarkan
dengan penurunan serum sodium > 10
mmol/L menjadi <125 mmol/L
4. Diuretic-induced
hipo-hiperkalemia
digambarkan sebagai perubahan serum
potassium menjadi <3 mmol/L atau >6
mmol/L
Modified with permission from Moore KP, Wong F, Gines P, et. Al. The
Management of ascites in cirrhosis : report on consensus conference of the
International Ascites Club.
Journal of Hepatology 2010 Vol 53
4. ETIOLOGI
Secara morfologis, sirosis dibagi atas jenis mikronodular (poral),
mikrodonolar (pascanekrotik) dan jenis campuran, sedang dalam klinik dikenal
3 jenis, yaitu portal, pascanokretik, dan biller. Penyakit penyakit yang diduga
dapat menjadi penyebab sirosis hepatis antara lain mal nutrisi, alkoholesme,
virus hepatis, kegagalan jantung yang menyebabkan bendungan vena
hepatika, penyakit wilson, hemokromatosis, zat toksik, dan lain-lain.
5. PATOGENESIS PEMBENTUKAN ASCITES
Terdapat 2 ( dua ) faktor yang mempengaruhi terjadinya pembentukan
asites, yaitu retensi sodium dan air serta hipertensi portal.
a. Peran hipertensi portal
Hipertensi portal meningkatkan tekanan hidrostatik dalam sinusoid
hati dan menyebabkan transudasi cairan ke dalam rongga peritoneum.
Namun, pasien dengan hipertensi portal presinusoidal tanpa sirosis jarang
berkembang menjadi asites. Dengan demikian pasien tidak berkembang
menjadi asites pada oklusi vena portal ekstrahepatik kronis terisolasi atau
non-penyebab sirosis hipertensi portal seperti fibrosis hepatik kongenital,
kecuali bila diikuti kerusakan fungsi hati seperti pada perdarahan
gastrointestinal. Sebaliknya, trombosis vena hepatik akut, menyebabkan
mungkin
pembentukan
menjadi
kurang
dapat
berdistensi
dengan
terbaru
menunjukkan
protein plasma. Sebaliknya, kapiler splanknikus memiliki ukuran pori 50100 kali lebih rendah dari sinusoid hepatik. Akibatnya, gradien tekanan
onkotik trans-sinusoidal dalam hati hampir nol ketika dalam sirkulasi
splanknikus yaitu 0,8-0,9 (80% -90% dari maksimum). Gradien tekanan
onkotik seperti ujung ekstrim pada efek spektrum minimal terhadap
perubahan konsentrasi albumin plasma tersebut terhadap pertukaran
cairan transmicrovascular. Oleh karena itu, konsep lama yang menyatakan
asites dibentuk sekunder terhadap penurunan tekanan onkotik adalah
palsu, dan konsentrasi albumin plasma memiliki pengaruh kecil pada laju
pembentukan
ascites.
Hipertensi
portal
sangat
penting
terhadap
sisi
portacaval
shunt
menurunkan
tekanan
portal
sering
atau
overfill
yang
disederhanakan.
Pasien
sistemik,
yang
menyebabkan
penurunan
tidak
diketahui
tetapi
mungkin
melibatkan
prostasiklin,
yang
respon
peningkatan
sistem
homeostatis
aktivitas
yang
simpatik
melibatkan
ginjal
dan
aktivasi
distal
adalah
karena
peningkatan
konsentrasi
mungkin
terjadi
hipovolemia
terkompensasi,
pada
efektif.
tidak
Hipertensi
retensi
natrium
adanya vasodilatasi
portal
sinusoidal
dan
dapat
mengurangi aliran
perubahan
darah
hemodinamik
ginjal
bahkan
dalam
tanpa
adanya
sirkulasi sistemik,
menyebabkan
penurunan
kecepatan
filtrasi
glomerulus
dan
7. MANIFESTASI KLINIK
Asites sangat mudah dikenali pada inspeksi, akan tampak perut
membuncit pada umumnya kurang gizi, otot atrofi dan pada bagian besar
kasus dapat dijumpai, stigmata hati kronik. Pada saat pasien tidur terlentang,
pembesaran perut akan nampak mencolok kesamping kanan dan kiri seperti
perut kodok letak umbilikus tergeser kekaudal mendekati sismfisis pubis,
sering dijumpai hernia umbilikalis kiri tekanan intara abdomen yang meninggi
sedangkan otot-otot atrofi sehingga kekuatannya berkurang, tanda-tanda visis
lain menunjukkan adanya akumulasi cairan dalam rongga perut. Auskultasi
perut antara lain : pekak samping (Flank dullness) pekak alih (shiffing
dulinees)
8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Pemeriksaan awal
Penyebab asites sering terlihat jelas dari anamnesis, riwayat dan
pemeriksaan fisik. Namun, penting untuk mencari penyebab lain dari
asites. Seharusnya tidak diasumsikan bahwa pasien alkoholik memiliki
penyakit hati alkoholik. Oleh karena itu, pemeriksaan harus diarahkan pada
diagnosa penyebab asites. Investigasi ini penting untuk menegakkan
etiologi asites termasuk diagnostik parasentesis dengan pengukuran
albumin cairan asites atau protein, jumlah neutrofil, kultur cairan asites, dan
amilase cairan asites. Sitologi cairan asites harus diminta ketika ada
kecurigaan klinis kearah keganasan. Investigasi lain harus mencakup USG
abdomen untuk mengevaluasi penampakan dari pankreas, hati, dan
kelenjar
getah
bening
serta
adanya
splenomegali
yang
mungkin
titik tengah inguinalis dan harus dihindari. Untuk tujuan diagnostik, 10-20 ml
cairan asites harus dipungsi untuk inokulasi asites menjadi dua botol kultur
darah dan Tabung EDTA. Komplikasi pungsi asites terjadi pada sampai 1%
dari pasien (hematoma abdomen) tapi jarang serius atau mengancam
nyawa. Komplikasi lebih serius seperti haemoperitoneum atau perforasi
usus jarang terjadi (<1/1000 prosedur). Kontraindikasi parasentesis pada
pasien dengan profil koagulasi yang abnormal. Sebagian besar pasien
dengan asites karena sirosis memiliki perpanjangan waktu protrombin dan
beberapa tingkat trombositopenia. Tidak ada data yang mendukung
penggunaan fresh frozen plasma sebelum parasentesis meskipun jika
trombositopenia hebat (< 40.000) maka dokter akan memberikan trombosit
untuk mengurangi risiko perdarahan
- Investigasi cairan asites
Jumlah neutrofil dan kultur cairan asites
Semua pasien harus diskrining untuk mengetahui spontaneous bacterial
peritonitis (SBP), yang terdapat dalam sekitar 15% pasien dengan sirosis
dan asites yang dirawat di rumah sakit. Jumlah neutrofil asites >250
sel/mm3 (0,25x109 / l) adalah diagnostik SBP dengan adanya diketahui
perforasi viskus atau inflamasi organ intrabdominal. Konsentrasi sel darah
merah dalam asites sirosis biasanya, 1.000 sel/mm3 dan cairan asites
berdarah (>50.000 sel/mm3) terjadi pada sekitar 2% dari sirosis. Pada
sekitar
30%
sirosis
dengan
asites
berdarah,
terdapat
karsinoma
SA AG < 11 g/l
Sirosis hepatis
Keganasan
Gagal Jantung
Pankreatitis
Sindrom Nefrotik
Tuberkulosis
Istirahat pada pasien dengan sirosis dan asites, asumsi postur tegak
dikaitkan dengan aktivasi renin-angiotensin-aldosteron dan sistem saraf
simpatik, pengurangan di tingkat
natrium, serta respon menurun terhadap diuretik. Efek ini bahkan lebih
mencolok dalam hubungan dengan latihan fisik moderat. Data ini sangat
menyarankan bahwa pasien harus diobati dengan diuretik saat istirahat.
Namun, belum ada
studi
keberhasilan
untuk
manajemen
pasien
dengan
asites
tanpa
komplikasi.
b.
jika sesuai
c.
asites. Kebanyakan
ahli
setuju
bahwa
tidak
ada peran
e.
Diuretik 1,2,4
Diuretik telah menjadi andalan pengobatan asites sejak tahun 1940
ketika pertama kali tersedia. Banyak agen diuretik telah dievaluasi selama
bertahun-tahun tetapi dalam praktek klinis dalam hal ini Inggris telah
membatasi terutama spironolactone, amilorid, furosemid, dan bumetanide.
- Spironolactone
Spironolactone
terutama
merupakan
antagonis
aldosteron,
bekerja
signifikan berkurang
ketika
canrenoate
kalium
hidrofilik
simultan
meningkatkan
Furosemid
dan
spironolactone
efek natriuretik.
- Diuretik lain
Amiloride bekerja pada tubulus distal dan menginduksi diuresis
pada 80% pasien dengan dosis 15-30 mg/hari. Hal ini kurang efektif
dibandingkan dengan spironolakton
atau
kalium
canrenoate.
retriksi
natrium
makanan
harus
dipantau
dengan
maka
menanggapi
(4-6
l/hari)
dengan infus albumin (8 g/liter asites yang hilang) lebih efektif dan
berhubungan dengan komplikasi lebih sedikit dan durasi rawat inap
yang lebih singkat dibandingkan dengan terapi diuretik. Penelitian
ini diikuti oleh penelitian lain yang mengevaluasi efikasi, keamanan,
kecepatan parasentesis, perubahan hemodinamik setelah parasentesis,
dan kebutuhan terapi penggantian koloid. Parasentesis total umumnya
lebih aman dari parasentesis berulang, jika ekspansi volume diberikan
pasca-parasentesis. Jika ekspansi volume pasca- parasentesis
memberikan
volume
ekspansi
dapat
menyebabkan
gagal
gangguan
Gambar 2. Paracentesis
g.
yang ditempatkan
di
portocaval
atau
mesocaval
acak
prospektif
telah
efektif
dalam
mengendalikan
ekskresi natrium.
menunjukkan
asites
TIPS
dibandingkan
lebih
dengan
survival
paracentesis.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilynn E. 2010. Rencana Asuhan Keperawatan .Jakarta : EGC
Mansjoer, Arif. 2010. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ke III. Jilid Ke 2. FKUI :
Media Aesculapius.
Sloane, Ethel. 2013. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth.Jakarta : EGC.
Wong, Donna L. 2013. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC
Rudolf. 2016. Buku Ajar Pediatrik. Jakarta : EGC
Pho, Kevin. Ascites. www.nlm.nih.gov. 2004
Shah, Rahil. Ascites. www.emedicine.com. 2006
Wong F. And Blendis L. Ascites, First Principles of Gastroenterology, Chapter 14.
www.gastroresource.com. 2003
Price SA dan Wilson LM. Patofisiologi: Konsep-konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Jakarta. 2013
Kasper, et.al. Harrisons: Principles of Internal Medicine, Edition 16, Volume 1.
2005.
Hasan, Rupseno. 2015. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : FKUI