You are on page 1of 2

Rokok adalah kertas berbentuk silinder yang berisi daun-daun tembakau.

Cara
mengonsumsinya dengan dibakar pada salah satu ujungnya dan dihirup dengan mulut melalui
ujung yang lainnya. Rokok adalah benda beracun yang memberi efek santai dan sugesti
merasa lebih jantan (Abhinimpuno, 2007). Farhan (2007) menyatakan bahwa racun utama
pada rokok adalah tar, nikotin, dan karbon monoksida, yang masing-masing mempunyai
pengertian sebagai berikut.
Tar adalah substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan menempel pada paru-paru.
Nikotin adalah zat adiktif yang mempengaruhi syaraf dan peredaran darah. Zat ini bersifat
karsinogen, dan mampu memicu kanker paru-paru yang mematikan. Karbon monoksida
adalah zat yang mengikat hemoglobin dalam darah, membuat darah tidak mampu mengikat
oksigen.
Pada umumnya kebiasaan merokok dapat menyebabkan datangnya berbagai penyakit
diantaranya kanker, jantung, penyakit pernafasan, efek buruk bagi kelahiran, dll. Menurut
Nawawi (dalam Triyanti, 2006), merokok merupakan hak asasi manusia, namun merokok
merugikan kesehatan tidak hanya bagi perokok sendiri tapi juga bagi orang lain di sekitarnya
(perokok pasif). Ini berarti bahwa orang yang tidak merokok tapi berada dalam jarak yang
relatif dekat dengan orang yang sedang merokok mempunyai resiko kesehatan sama seperti
orang yang sedang merokok itu.
Berbagai usaha telah dilakukan guna menekan kebiasaan merokok. Salah satunya, melalui
peringatan yang diperlihatkan pada bungkus rokok. Namun pada kenyataanya peringatan itu
hanya hiasan saja, jarang dipedulikan. Sosialisasi-sosialisasi yang dilakukan untuk menekan
kebiasaan merokok tampaknya juga tidak begitu efektif. Allen (dalam Triyanti, 2006)
menyatakan bahwa terdapat 7 (tujuh) hambatan bagi penanggulangan masalah rokok di
Indonesia, yaitu:
1. Tidak ada pengetahuan dikalangan perokok tentang resiko merokok
2. Tidak cukupnya pengetahuan badan-badan pemerintah dan LSM, yaitu pengendalian rokok
bagi kesehatan dan perekonomian, serta taktik-taktik menyesatkan yang dipakai oleh industri
rokok
3. Tidak adanya komitmen oleh para politisi dan departemen pemerintah
4. Adanya kerancuan wewenang Badan Pengawasan Obat dan Makanan (POM) dan
Departemen Kesehatan dan Departemen Kesejahteraan Sosial
5. Kuatnya sektor industri rokok
6. Desentralisasi dan tidak adanya kerangka kerja di daerah untuk mengimplementasikan
perangkat pengendalian rokok
7. Tak ada dana untuk membuat kampanye tandingan dan program pengendalian lainnya.
semoga bermanfaat..
http://dhimasgoblog.blogdetik.com/rokok-dan-kesehatan/

Published By dhimasgoblog On Sabtu, Maret 9th 2013. Under Kesehatan

You might also like