You are on page 1of 7

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pasien jatuh merupakan insiden di RS yang sering terjadi dan dapat
mengakibatkan cedera serius dan kematian. Pasien jatuh merupakan adverse
event kedua terbanyak dalam institusi perawatan kesehatan setelah kesalahan
pengobatan / medication errors (AHRQ). Insiden pasien jatuh tidak hanya
berdampak kepada fisik pasien tetapi juga dampak keuangan yang ditanggung
pasien dan rumah sakit (RS).
Organisasi kesehatan dunia WHO juga telah menegaskan pentingnya
keselamatan dalam pelayanan kepada pasien: safety is a fundamental principle
of patient care and a critical component of quality management. (World Alliance
for Patient Safety, Forward Programme WHO, 2004), sehubungan dengan data
KTD di Rumah Sakit di berbagai Negara menunjukan angka 3-16% yang tiak
kecil.
Permasalahan pasien jatuh telah menjadi perhatian penting bagi
Pemerintah dalam pelayanan pasien di RS melalui Peraturan Menteri Kesehatan
No.1691/MENKES/PER/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit,
Bab 4 pasal 8 bahwa: setiap RS wajib mengupayakan pemenuhan sasaran
keselamatan pasien. Enam (enam) sasaran keselamatan pasien dan salah satunya
adalah pengurangan risiko pasien jatuh.
Keselamatan pasien akan banyak menggunakan prinsip dan metode
manajemen resiko yaitu pendekatan proaktif untuk mengidentifikasi, menilai dan
menyusun

prioritas

resiko,

dengan

tujuan

untuk

menghilangkan

atau

meminimalkan dampaknya.
Dalam rangka menurunkan risiko cedera akibat jatuh pada pasien, maka
petugas RS akan menilai dan melakukan penilaian ulang terhaap kategori resiko
jatuh pasien, serta bekerjasama dalam memberikan intervensi yang sesuai
prosedur.
B. Tujuan

Adapun tujuan melakukan manajemen resiko jatuh adalah sebagai


berikut:
1. Mendeskripsikan kebutuhan akan perlunya pemahaman faktor resiko jatuh
2. Menetapkan strategi intervensi dan rekomendasi pencegahan pasien jatuh
sesuai dengan level risiko asesmen.
3. Menerapkan standar komprehensif untuk penanganan pasien jatuh.

BAB II

RUANG LINGKUP
A. Definisi
Jatuh adalah suatu peristiwa dimana seorang mengalami jatuh
dengan atau tanpa disaksikan oleh orang lain, tak disengaja/ tak
direncanakan, dengan arah jatuh ke lantai, dengan atau tanpa mencederai
dirinya.
Jatuh adalah suatu peristiwa dimana seorang pasien mengalami
jatuh, dengan arah jatuh ke lantai, dengan atau tanpa ada yang
menyaksikan, dengan atau tanpa cedera.
Manajemen
resiko
adalah

pendekatan

proaktif

untuk

mengidentifikasi, menilai dan menyusun prioritas resiko, dengan tujuan


untuk menghilangkan atau meminimalkan dampaknya.
Manajemen resiko rumah sakit adalah kegiatan berupa identifikasi
dan evaluasi untuk mengurangi resiko cedera dan kerugian pada pasien,
karyawan rumah sakit, pengunjung dan organisasinya sendiri (The Joint
Commission on Accreditation of Healthcare Organizations/JCAHO).
B. FAKTOR RESIKO
Faktor-faktor risiko

yang dapat diantisipasi harus dicari untuk

mencegah jatuh. Faktor tersebut adalah :


a. Intrinsik/fisik/berhubungan dengan kondisi pasien:
Riwayat jatuh sebelumnya
Inkontinensia
Gangguan kognitif / psikologis
Usia>65 th
Osteoporosis
Status kesehatan yang buruk
Gangguan muskuloskletal
b. Ekstrinsik/lingkungan :
Lantai basah/silau, ruang berantakan, pencahayaan kurang,

handrail tidak adekuat, kabel lepas


Alas kaki tidak pas
Dudukan toilet yang rendah

Kursi dan tempat tidur beroda


Rawat inap berkepanjangan
Peralatan yang tidak aman
Peralatan rusak
Tempat tidur ditinggalkan dalam posisi tinggi

BAB III
TATALAKSANA
A. PETUGAS PENANGGUNGJAWAB
Keselamatan pasien merupakan tanggung jawab seluruh petugas rumah sakit
yaitu dokter, perawat, dan tenaga medis lainnya yang terlibat dalam perawatan
pasien resiko jatuh (seperti konsultan medis, fisioterafi, tim transfer, staf
administrasi).
B. DOKUMEN
Alat terkait yang harus tersedia sebagai berikut:
a. Kebijakan
b. SOP identifikasi penggunaan gelang dan klip pada pasien rawat inap
c. SOP penggunaan klip resiko jatuh pada pasien rawat inap
d. SOP asesmen risiko pasien jatuh
e. SOP manajemen risiko pasien jatuh, dll
C. PENGKAJIAN PASIEN RISIKO JATUH

1. Pengkajian awal / skrining


a. Perawat akan melakukan penilaian dengan Asesmen Resiko jatuh Morse
dalam waktu 4 jam dari pasien masuk RS dan mencatat hasil asesmen
kedalam komputer
b. Rencana intervensi akan segera disusun, diimplementasikan, dan dicatat
dalam Rencana Keperawatan interdisiplin dalam waktu 2 jam setelah
skrining
c. Skrining farmasi dan atau fisioterafi dilakukan jika terdapat adanya resiko
jatuh pada pasien.
2. Pengkajian ulang
a. Setiap pasien akan dilakukan asesmen ulang risiko jatuh setiap : dua kali
sehari, saat transfer ke unit lain, adanya perubahan kondisi pasien, adanya
kejadian jatuh pada pasien
b. Penilaian menggunakan Asesmen Resiko Jatuh Morse dan Rencana
Keperawatn Interdidiplin akan diperbaharui/dimodifikasi sesuai dengan
hasil asesmen
c. Untuk mengubah kategori dari resiko tinggi ke resiko rendah, diperlukan
skor <25 dalam 2 kali pemeriksaan berturut-turut.
3. Intervensi pencegahan pasien jatuh
- Pencegahan Umum (semua katagori)
a. Lakukan orientasi kamar inap kepada pasien
b. Posisikan tempat tidur serendah mungkin, roda terkunci, kedua sisi
pegangan tempat tidur yang baik
c. Ruangan rapi
d. Benda-benda pribadi berada dalam jangkauan(handphone, tombol
panggilan, air minum, kacamata)
e. Pencahayaan yang adekuat
f. Alat bantu berada dalam jangkauan (tongkat, penompang)
g. Pantau efek obat-obatan
h. Beri edukasi mengenai pencegahan jatuh pada pasien dan keluarga
- Pencegahan Khusus (sesuai katagori)
a. Beri penanda berupa klip berwarna kuning yang dipakaikan di gelang
identitas pasien
b. Tawarkan bantuan ke kamar mandi / penggunaan pispot
c. Kunjungi dan amati pasien setiap 2 jam oleh petugas medis
d. Nilai kebutuhan akan fisioterapi dan terapi okupasi, tempat tidur
rendah(khusus), lokasi kamar tidur berdekatan dengan nurse station.
D. MANAJEMEN JIKA PASIEN JATUH

a. Nilai apakah terdapat cedera akibat jatuh (abrasi, kontusio, laserasi, fraktur,
cedera kepala)
b. Nilai tanda vital
c. Nilai adanya keterbatasan gerak
d. Pantau pasien dengan ketat
e. Catat dalam status pasien
f. Laporkan kejadian jatuh kepada perawat yang bertugas dan lengkapi
laporan insidens
g. Modifikasi rencana keperawatan interdisiplin sesuai dengan kondisi pasien
E. EDUKASI PASIEN/KELUARGA
a. Informasikan pasien dan keluarga dalam semua aktivitas sebelum memulai
penggunaan alat bantu
b. Ajari pasien untuk menggunakan pegangan dinding
c. Informasikan pasien mengenai dosis dan frekuansi konsumsi obat-obatan,
efek samping, serta interaksinya dengan makanan/obat-obatan lain.

BAB IV
PENCATATAN DAN PELAPORAN
Pelaporan insiden adalah suatu sistem unruk mendokumentasikan laporan
insiden keselamatan pasien, analisis dan solusi untuk pembelajaran. System pelaporan
insiden dilakukan secara internal dan eksternal kepada Komite Keselamatan Pasien
Rumah Sakit (KKPRS) Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI)
sampai terbentuknya Komite Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
Laporan insiden keselatan pasien internal adalah pelaporan secara tertulis setiap
kondisi potensial cedera dan insiden yang menimpa pasien, keluarga pengunjung,
maupun karyawan yang terjadi di rumah sakit. Laporan insiden keselamatan pasien
eksternal KKPRS. Pelaporan secara anonim dan tertulis ke KKPRS setiap kondisi
potensial cedera dan insiden keselamatan pasien yang terjadi pada pasien dan telah
dilakukan analisa penyebab, rekomendasi dan solusinya.
Pelaporan insiden bertujuan untuk menurunkan insiden dan mengoreksi system
dalam rangka meningkatkan keselamatan pasien dan tidak untuk menyalahkan orang

(non blaming). Setiap insiden harus dilaporkan secara internal kepada TKPRS dalam
waktu paling 2x24 jam sesuai format laporan.
TKPRS melakukan analisis dan memberikan rekomendasi serta solusi atas
insiden yang dilaporkan dan melaporkan hasil kegiatannya kepada kepala rumah
sakit. Rumah sakit harus melaporkan insiden, anlisis, rekomendasi dan solusi
Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) secara tertulis kepada Komite Nasional
Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
Sistem pelaporan insiden kepada Komite Nasional Keselamatan Pasien Rumah
Sakit harus dijamin keamanannya, bersifat rahasia, anonym (tanpa identitas), tidak
mudah diakses oleh yang tidak berhak. Pelaporan insiden kepada Komite Nasional
Keselamatan Pasien Rumah Sakit mencakup KTD, KNC, dan KTC, dilakukan setelah
analisis dan mendapatkan rekomendasi dan solusi dari TKPRS. Komite Nasional
Keselamatan Pasien Rumah Sakit melakukan pengkajian dan memberikan umpan
balik (feedback) dan solusi atas laporan yang sampaikan oleh rumah sakit.

You might also like