Professional Documents
Culture Documents
MANAJEMEN KEBIDANAN
A. ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL PATOLOGI
1. ABORTUS
a. Prinsip Dasar
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat akibat
tertentu) pada atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau
buah kehamilan belum mampu untuk hidup diluar kandungan.
Abortus spontan adalah abortus yang terjadi secara alamiah tanpa
intervensi luar (buatan) untuk mengakhiri kehamilan tersebut. Terminology
umum untuk masalah ini adalah keguguran atau miscarriage.
Abortus buatan adalah abortusa yang terjadi akibat intervensi
tertentu yang bertujuan untuk mengakhiri proses kehamilan. Terminology
untuk keadaan ini adalah pengguguran, aborsi, atau abortus provokatus.
b. Penanganan Umum
1) Lakukan penilaian awal untuk segera menentukan kondisi pasien
( gawat darurat, komplikasi berat, atau masih cukup stabil )
2) Pada kondisi gawat darurat, segera upayakan stabilisasi paien
sebelum melakukan tindakan lanjutan ( evaluasi medis atau merujuk )
3) Penilaian medik untuk menentukan kelaikan tindakan di fasilitas
kesehatan setempat atau dirujuk ke rumah sakit.
a)
b)
c)
fasilitas
kesehatan
dengan
saran
terbatas,
uteri dapat
(3) Apabila tidak terdapat tanda tanda infeksi, tidak perlu diberi
antibiotika, atau apabila khawatir akan infeksi, dapat diberi
antibiotika profilaksis.
e) Abortus Infeksiosa
Abortus infeksiosa adalah abortusa yang disertai komplikasi
infeksi. Adanya penyebaran kuman atau toksin ke dalam sirkulasi
dan kavum peritoneum dapat menimbulkan setikemia, sepsis, atau
peritonitis.
Penanganan :
(1) Kasus ini beresiko tinggi untuk terjadi sepsis, apabila fasilitas
kesehatan setempat tidak mempunyai fasilitas yang memadai,
ujuk pasien ke rumah sakit.
(2) Sebelum merujuk pasien, lakukan restorasi cairan yang hilang
dengan NS atau RL melalui infuse dan berikan antibiotika. ( mis
: ampisilin 1 gr dan metronidazole 500 mg
(3) Jika ada riwayat abortus yang tidak aman, beri ATS dan TT.
f)
tidak
dapat
ditentukan
hanya
dalam
satu
kali
kejadian
komplikasi
hipofibrinogenemia
yang
2. HIPEREMESIS GRAVIDARUM
a. Pengertian
Mual dan muntah yang berlebihan pada wanita hamil sampai
mengganggu pekerjaan sehari hari arena keadaan pada umumnya
menjadi buruk, karena terjadi dehidrasi.
b. Etiologi
Sebab pasti belum diketahui. Tetapi Altern predisposisi dapat
dijabarkan sebagai berikut :
1) Sering terjadi pada primi gravida, molahidatidosa, DM, dan kehamilan
ganda akibat peningkatan kadar HCG.
2) ltern organic, karena masuknya vili khoriales dalam sirkulasi maternal
dan perubahan metabolic.
3) ltern psikologi, keretakan rumah tangga, kehilangan pekerjaan, rasa
takut
terhadap
kehamilan
dan
persalinan,
takut
memikul
kehamilan,
muntah
berlebihan
sampai
menimbulkan
Penanganan
1) Pencegahan, dengan memberikan informasi dan edukasi tentang
kehamilan kepada ibu ibu dengan maksud menghilangkan Altern
psikis rasa takut, juga tentang ibu hamil, makan jangan sekaligus
banyak, tetapi dalam porsi sedikit sedikit namun sering. Jangan tiba
tiba berdiri waktu bangun pagi, akan terasa oyong, mual, dan
muntah. Defekasi hendaknya diusahakan teratur.
2) Terapi obat, menggunakan sedative (luminal, stesolid), vitamin (B1 dan
B6). Anti muntah (Mediamer B6, Drammamin, Avopreg, Avonim,
Torecan), Antarida dan anti mulas.
3) Hiperemesis Gravidarum tingkat II dan III harus dirawat inap di rumah
sakit.
a) Kadang kadang pada beberapa wanita, hanya tidur di rumah sakit
saja, telah banyak mengurangi mual muntahnya.
b) Isolasi jangan terlalu banyak tamu, kalau perlu hanya perawat dan
dokter saja yang boleh masuk. Kadang kala hal ini saja, tanpa
pengobatan khusus telah mengurangi mual dan muntah.
c) Terapi psikologik : Berikan pengertian bahwa kehamilan adalah suatu
hal yang wajar, normal dan fisiologis. Jadi tidak perlu takut dan
khawatir. Cari dan coba hilangkan Altern psikologis seperti keadaan
sosioekonomi dan pekerjaan serta lingkungan.
d) Penambahan cairan, berikan infuse dekstrose atau glucose 5%
sebanyak 2 sampai 3 liter dalam 24 jam.
e) Berikan obat obatan seperti : sedative (luminal, sfesolid), vitamin
( B1 dan B6), anti muntah (Mediamer B6, Drammamin, Auopreg,
Avomin Terecam), Antasid dan anti mulas.
f) Beberapa kasus bila terapi tidak dapat dengan cepat memperbaiki
keadaan umum penderita dapat dipertimbangkan abortus buatan,
g. Prognosis dan Sikap Bidan
Sebagian besar Hiperemesis Gravidarum dapat diatasi dengan
berobat jalan sehingga sangat sedikit memerlukan pengobatn rumah
sakit. Pengobatan penderita Hiperemesis Gravidarum yang dirawat di
rumah sakit, lntern seluruhnya dapat dipulangkan dengan memuaskan,
sehingga kehamilannya dapat diteruskan.
3. MOLAHIDATIDOSA
a. Prinsip Dasar
Hamil mola adalah suatu keadaan dimana kehamilan hasil
konsepsi tidak berkembang menjadi embrio tetapi terjadi proliferasi vili
koriales disertai dengan degenerasi hidropik, uterus melunak dan
berkembang lebih cepat dari usia gestasi yang normal. Tidak dijumpai
adanya janin. Kavum uteri hanya terisi oleh jaringan seperti rangkaian
buah anggur.
b. Masalah
1) Pergarahan pada kehamilan muda yang disertai dengangejala mirip
pre eklamsia
2) Resiko tinggi untuk terjadi keganasan (koriokarsinoma)
c. Penilaian Klinik
1) Hampir
sebagian
besar
kehamilanmola
akan
disertai
dengan
4. PRE EKLAMSIA
a. Pengertian
Penyakit hipertensi yang khas untuk kehamilan merupakan penyakit
hipertensi yang akut pada wanita hamil dan wanita dalam nifas. Pada
tingkat tanpa kejang disebut pre eklamsia dan pada tingkat dengan
kejang disebut eklamsia (obstetric unpad) tahun 1997.
Pre eklamsia memperlihatkan gejala hipertensi dengan proteinuri
atau hipertensi dengan oedema. Eklamsi sama gejala-gejalanya dengan
pre eklamsia ditambah dengan kejang dan coma.
Jadi pre eklamsi dan eklamsi baru timbul sesudah minggu ke 20
dan makin tus kehamilan, makin besar kemungkinan timbulnya penyakit
tersebut. Pada mola hidatidosa, penyakit dapat menjelma sebelum
minggu ke 20.
Setelah persalinan, gejala-gejalanya berangsur hilang sendiri. Untuk
diagnosa pre eklamsi pada wanita yang hamil 20 minggu atau lebih, harus
diketemukan hipertensi dengan proteinuria dan oedema atau sekurangkurangnya hipertensi dan proteinuria,
1) Tekanan sistolik 140 mmHg atau lebih, atau kenaikan 30 mmHg di atas
tekanan yang biasa. Tekanan diastolic 90 mmHg atau lebih, atau
kenaikan 15 mmHg di atas tekanan biasa. Tekanan darah yang
meninggi ini sekurangnya diukur 2 x dengan jarak 6 jam.
2) Proteinuria adalah lebih dari 0,3 gl data urin 24 jam atau lebih dari 1 gl
pada urin yang sembarangan atau urin yang diperoleh dengan
penyadapan proteinuria ini harus ada pda 2 hari berturut-turut atau
lebih.
3) Oedema yang tetap pada jari tangan dan mata.
Pre eklamsia disebut berat bila :
1) Tekanan darah sistolik 160 atau lebih atau diastolic 110 atau lebih,
diukur 2x dalam 6 jam, dan pasien dalam istirahat rebah.
2) Proteinuria 5 gram atau lebih dalam 24 jam.
3) Olagoria 400 cc atau kurang, dalam 24 jam
4) Gangguan cerebral atau gangguan penglihatan.
5) Oedema paru paru atau sianosis.
b. Penyebab
Sebab pre eklamsia belum diketahui, tapi pada penderita yang
meninggal karena eklamsia terdapat [erubahan yang khas pada berbagai
alat / organ. Tapi kelainan yang menyertai penyakit ini ialah spasmus
artetole, retensi Na dan air dan coagulasi intravaskuler. Walaupun
vasospasmus mungkin bukan merupakan sebab primer penyakit ini. Akan
Penanganan
1) Kemandirian bidan meliputi :
a) Pantau tekanan darah proteinuria reflek dan kondisi janin.
b) Lebih banyak istirahat diet biasa
c) Tidak perlu diberi obat obatan
d) Jika rawat jalan tak mungkin di rumah sakit.
e) Diet biasa
f) Pantau tekanan darah 2x sehari, proteinuria 1x sehari
g) Tak perlu obat obatan
h) Tak perlu diuretic, kecuali tidak terdapat oedema paru, decompensasi
cordis, atau gagal ginjal acist.
i) Jika tekanan diastolic turun sampai normal, pasien dapat dipulangkan
:
(1.)
(2.)
(3.)
b)
c)
d)
Cara
pemberiannya
dapat
dilihat
dibawah
ini
Dosis awal
MgSO4
(a.)
gr
IV
Diikuti
dengan
Lanjutkan sampai
24 jam pasca persalinan atau kejang terakhir
Sebelum
(3.)
MgSO4, periksa :
(a.)
(b.)
Pemberian
RR min 16x/menit
Refleks
patella
(+/+)
(c.)
Urin minimal 30
ml/jam
(4.)
Bantu ventilator
Beri
kalsium
Dosis awal
(a.)
Diazepam 10 mg
IV pelan pelan selama 2 menit
(b.)
Jika
kejang
Dosis pemeliharaan
(a.)
Diazepam 40 mg
dalam 500 ml larutan RL per Altern
(b.)
(c.)
Depresi
pernafasan ibu mungkin terjadi jika dosis > 30 mg / jam
Jangan berikan
jika > 100 mg / jam.
g)
(2.)
(3.)
h)
Antihipertensi
(1.)
(2.)
(3.)
Nifedipine 5 mg
sublingual, jika respon tidak bail setelah 10 menit, beri
tambahan 5 mg sublingual
(b.)
Labetolol 10 mg
IV, yang jika respons tidak baik setelah 10 menit, berikan
lagi labetolol 20 mg IV.
i)
Rujukan
Rujuk ke fasilitas yang lebih lengkap jika :
(1.)
(2.)
(3.)
5. SOLUSIO PLASENTA
a. Pengertian
Istilah lain dari solusio plasenta adalah ablation plasentae,
abruption plasentae, accidental haemorrhage, dan premature separation
of the normally implanted placenta.
Solusio plasenta adalah suatu keadaan dimana plasenta yang
letaknya normal, terlepas dari perlekatannya sebelum janin lahir.
Biasanya dihitung sejak kehamilan 18 minggu.
b. KLASIFIKASI
Menurut derajat lepasnya plasenta :
1) Solusio plasenta lateralis : Bila hanya sebagian saja plasenta terlepas
dari tempat perlekatannya.
2) Solusio plasenta totalis (complet) : Bila seluruh plasenta sudah
terlepas dari perlekatannya.
3) Kadang kadang plasenta ini turun ke bawah dan dapat teraba pada
pemeriksaan dalam, disebut prolapsus plasenta.
c. ETIOLOGI
Sebab yang jelas terjadinya solusio plasenta belum diketahui, hanya
para ahli mengemukakan teori :
Akibat turunnya tekanan darah secara tiba tiba oleh spasme dari
arteri yang menuju ke ruangan interviler, maka terjadilah anoksemia dari
jaringan bagian distalnya. Sebelum ini menjadi nekrosis, spasme hilang,
dan darah kembali mengalir ke dalam intervili, namun pembuluh darah
distal tadi sudah demikian rapuhnya serta mudah pecah, sehingga terjadi
hematoma yang lambat laun melepaskan plasenta dari rahim. Darah yang
berkumpul di belakang plasenta disebut hematoma retroplasenter
Faktor Altern yang mempengaruhi antara lain :
1) ltern vaskuler (80-90%), yaitu toksemia gravidarum, glomerulonefritis
kronika dan hipertensi esensial. Karena desakan darah tinggi, maka
pembuluh
darah
udah
pecah,
kemudian
terjadi
haematoma
3) Faktor paritas
4) Auskultasi
Sulit, karena uterus tegang. Bila DJJ terdengar, biasanya diatas
140, kemudian turun di bawah 100, dan akhirnya hilang, bila plasenta
yang terlepas lebih dari 1/3 .
5) Pemeriksaan dalam
a) Serviks telah terbuka atau masih tertutup
b) Kalau
ketuban
sudah
pecah,
dan
plasenta
sudah
terlepas
uterus
terjadi
perubahan
retroplasenter
yang
hebat,
karena
berbagai
teori,
perubahan
toksik,
adanya
uterus
yang
terlalu
antara lain
hematoma
regang,
atau
ahipofibrinogenemia.
Hal hal tersebut menyebabkan pembuluh darah dinding uterus pecah.
f.
DIAGNOSIS BANDING
1) Solusio Plasenta
2) Plasenta Previa
3) Ruptura Uteri
g. KOMPLIKASI
1) Langsung
a) Perdarahan
b) Infeksi
c) Emboli dan syok Alternati
2) Komplikasi tidak langsung
a) couvelair uterus, sehingga kontraksi tidak baik, menyebabkan
perdarahan post partum
b) Ahipofibrinogenemia dengan perdarahan post partum
c) Nekrosis korteks renalis, menyebabkan anuria dan uremia
d) Kerusakan kerusakan organ seperti hati, hipofisis, dll
h. PROGNOSIS
1) Terhadap Ibu
Mortalitas menurut kepustakaan 5 10%, sedangkan di RS Pringadi
Medan dilaporkan 6,7%.
Hal ini dikarenakan adanya perdarahan ante partum dan post partum,
toksemia gravidarum, kerusakan organ, terutama nekrosis korteks
ginjal, dan infeksi.
2) Terhadap Anak
Mortalitas anak tinggi, menurut kepustakaan 70-80%, sedangkan di RS
Pringadi Medan mortalitas anak 77,7%.
Hal ini tergantung pada derajat pelepasan dari plasenta, bila yang
terlepas lebih dari 1/3 maka kemungkinan kemaatian anak 100%.
Selain itu juga tergantung pada prematuritas dan tindakan persalinan.
3) Terhadap kehamilan berikutnya
Biasanya bila telah menderita penyakit vaskuler dengan solusio
plasenta, maka pada hamil berikutnya sering terjadi solusio plasenta
yang lebih hebat dengan partus prematurus / immaturus.
i.
TERAPI
1) Terapi konservatif
Prinsipnya kita hanya menunggu sampai perdarahan berhenti dan
kemudian partus berlangsung spontan.
Sambil menunggu . mengawasi, kita berikan :
a) Suntikan morfin, sub cutan
b) Stimulasi dengan kardiotonika seperti caramine, cardizol, pentazol
c) Transfusi darah
2) Terapi Aktif
Prinsipnya kita mencoba melakukan tindakan dengan meksud agar
anak segera dilahirkan dan perdarahan berhenti, misalnya dengan
operatif obstetric.
a) Amniotomi (pemecahan ketuban) dan pemberian oxitosin, kemudian
diawasi, serta pimpin partus spontan.
b) Accouchement force, yaitu pelebaran dan peregangan servis, diikuti
dengan pemasangan cunam Willet Gausz atau versi Braxton-Hick
c) Bila pembukaan sudah lengkap, dan kepala sudahturun sampai
Hodge IV, maka bila janin hidup, lekukan ekstraksi vakum atau
forsep. Tetapi bila janin mati, lakukan embriotomi.
d) Seksio Sesarea biasanya dilakukan pada keadaan :
(1.)
(2.)
(3.)
6. PLASENTA PREVIA
a. Pengertian
Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi
pada tempat abnormal, yaitu pada segmen bawah rahim, sehingga
menutupi sebagian atau seluruh permukaan jalan lahir (ostium uteri
internal)
b. Klasifikasi
Belum ada kata sepakat diantara para ahli, terutama mengenai
berapa pembukaan jalan lahir. Oleh karena itu, pembagian tidak di
dasarkan kepada anatomi, melainkan pada keadaan fisiologis yang dapat
berubah ubah, maka klasifikasi akan berubah setiap waktu. Misalnya,
pada pembukaan yang masih kecil, seluruh pembukaan ditutupi jaringan
plasenta (plasenta previa totalis), namun pada pembukaan yang lebih
besar, keadaan ini akan menjadi pasenta previa lateralis.
Ada juga penulis yang menganjurkan bahwa menegakkan diagnosa
sewaktu moment opname, yaitu tatkala penderita diperiksa.
1) Menurut de Snoo, berdasarkan pada pembukaan 4-5 cm :
a) Plasenta previa sentralis (totalis), bila pembukaan 4-5 cm, teraba
b) plasenta menutupi seluruh ostium.Plasenta previa lateralis, bila
pada pembukan 4-5 cm, sebagian pembukaan ditutupi oleh
plasenta, dibagi 2, yaitu :
c) Plasenta previa lateralis posterior : bila sebagian menutupi
ostium bagian belakang.
d) Plasenta previa lateralis anterior : bila menutupi ostium bagian
depan.
e) Plasenta previa marginalis : bila sebagian kecil atau hanya
pinggir ostium yang ditutupi plasenta.
2) Menurut penulis buku buku Amerika Serikat :
a) Plasenta previa totalis : seluruh ostium ditutupi plasenta
b) Plaenta previa partialis : sebagian ditutupi plasenta
c) Plasenta letak rendah (low-lying placenta) : tepi plasenta berada
3-4 cm di atas pinggir pembukaan, pada pemeriksaan dalam
tidak teraba.
3) Menurut Browne :
a) Tingkat I
Lateral placenta previa, pinggir bawah plasenta berinsersi
sampai kesegmen bawah rahim, namun tidak sampai ke pinggir
bawah pembukaan.
b) Tingkat 2
etiologinya.
mengatakan
bahwa
Altern
terpenting
adalah
25 tahun.
Penanganan
1) Penanganan pasif
Perhatian : Tiap tiap perdaraham trimester III yang lebih dari show
(perdarahan inisial), harus dikirim ke rumah sakit tanpa dilakukan
manipulasi apapun, baik rectal, apalagi vaginal (Eastman).
2) Cara persalinan
Faktor Altern yang mementukan sikap atau tindakan persalinan
mana yang akan dipilih adalah :
a) Jenis plasenta previa
b) Perdarahan : banyak atau sedikit tetapi berulang ulang
c) Keadaan umum ibu hamil.
d) Keadaan janin : hidup, gawat, atau meninggal.
e) Pembukaan jalan lahir.
f) Paritas atau jumlah anak hidup
g) Fasilitas penolong dan rumah sakit.
7. SEROTINUS
a. Pengertian
Yang disebut kehamilan lewat waktu ( serotinus ) dalah kehamilan
yang umur kehamilannya lebih dari 42 minggu. Masalah penentuan usia
kehamilan tidak selalu mutlak.
1) Masalah Ibu
a)
b)
Kecemasan Ibu
c)
d)
e)
2) Masalah Janin
a)
b)
Oligohodramnion
Kelainan cairan amnion ini mengakibatkan :
c)
Gawat janin
d)
Keluarnya mekoneum
e)
lewat
waktu
berhubungan
dengan
meningkatnya
untuk
memperoleh
umur
krhamilan
yang
benar.
kehamilan
lewat
direncanakan
untuk
tidak
segera
berikut
ini
dimungkinkan
di
tingkat
Rumah
Sakit
Kabupaten :
a) Pemeriksaan ultrasonografi
(1) Pemeriksaan biometri untuk menaksir berat janin
(2) Pemeriksaan derajat kematangan plasenta dan keadaan cairan
amnion.
Cairan amnion < 2 cm atau indeks cairan amnion < 5 cm,
merupakan
indikasi
untuk
mengakhiri
kehamilan.
Perlu
3) Keluarnya
menkoneum
yang
dapat
menyebabkan
aspirasi
mekoneum.
d. Pencegahan
1) Konseling antenatal yang baik
2) Evaluasi ulang umur kehamilan bila ada tanda tanda berat badan
tidak naik, oligohidramnion, gerak anak menurun. Bila ragu, periksa
untuk konfirmasi umur kehamilan dan mencegah komplikasi.
e. Penanganan
Pengelolaan kehamilan lewat waktu, kita awali dari umur kehamilan
41 minggu. Hal ini disebabkan meningkatnya pengaruh buruk pada
keadaan perinatal setelah umur kehamilan 40 minggu dan meningkatnya
nsidensi janin besar.
Namun untuk mengurangi beban dan kepraktisan dari bidan dan
puskesmas, akan dirujuk bila umur kehamilan > 41 minggu. Bila
kehamilan > 40 minggu, ibu hamil dianjurkan menghitung gerak janin
dalam 24 jam ( tidak boleh kurang dari 10 x ), atau menghitung jumlah
gerakan janin per satuan waktu dan dibandingkan apakah mengalami
penurunan atau tidak.
g) Obat-obatan
4) Faktor janin
a) Prematuritas
b) Postmaturitas
c) Kelainan bawaan
d) Perdarahan otak
5) Faktor tali pusat
a) Prolapsus tali pusat
b) Lilitan tali pusat
c) Vassa praevia
d) Tali pusat pendek
c. Patofisiologi
Janin bisa juga mati di dalam kandungan (IUFD) karena beberapa
faktor antara lain gangguan gizi dan anemia dalam kehamilan, hal
tersebut menjadi berbahaya karena suplai makanan yang di konsumsi ibu
tidak mencukupi kebutuhan janin. Serta anemia, karena anemia
disebabkan kekurangan Fe maka dampak pada janin adalah irefersibel.
Kerja organ organ maupu aliran darah janin tidak seimbang dengan
pertumbuhan janin.
d. Manifestai Klinik
1) DJJ tidak terdengar
2) Uterus tidak membesar, fundus uteri turun
3) Pergerakan anak tidak teraba lagi
4) Palpasi anak tidak jelas
5) Reaksi biologis menjadi negative, setelah anak mati kurang lebih 10
hari
6) Pada rongen dapat dilihat adanya
a) Tulang-tulang tengkorak tutup menutupi
b) Tulang punggung janin sangat melengkung
c) Hiperekstensi kepala tulang leher janin
d) Ada gelembung-gelembung gas pada badan janin
e) Bila janin yang mati tertahan 5 minggu atau lebih, kemungkinan
Hypofibrinogenemia 25%
e. Klasifikasi
Kematian janin dapat dibagi menjadi 4 golongan yaitu :
1) Golongan I
minggu
penuh
2) Golongan II : kematian sesudah ibu hamil 20-28 minggu
3) Golongan III : kematian sesudah masa kehamilan > 28 minggu (late
fetal death)
4) Golongan IV : kematian yang tidak dapat digolongkan pada ketiga
f.
golongan diatas.
Diagnosa Dan Diagnosa Banding
1) Anamnesis
Ibu tidak merasakan gerakan janin dalam beberapa hari, atau
gerakan janin sangat berkurang. Ibu merasakan perutnya tidak
bertambah besar, bahkan bertambah kecil atau kehamilan tidak seperti
Gejala
selalu ada
kadang-kadang ada
Gerakan
berkurang
timbul
atau
atau
perdarahan
ada,
tanda
yang
janin
1.
hilang,
menetap,
Kemungkinan diagnosa
Solusio plasenta
terdengar
pervaginam
dan
perdarahan,
Syok,
perut
Ruptur Uteri
abdomen
nyeri,
Gerakan
3.
janin
Gawat janin
mekonium
Tanda-tanda
berhenti,
TFU
pembesaran
berkurang
kehamilan
berkurang,
uterus
Kematian janin
g. Penatalaksanaan
1) Selama menunggu diagnosa pasti, ibu akan mengalami syok dan
ketakutan memikirkan bahwa bayinya telah meninggal. Pada tahap ini
bidan berperan sebagai motivator untuk meningkatkan kesiapan
mental ibu dalam menerima segala kemungkinan yang ada.
2) Diagnosa pasti dapat ditegakkan dengan berkolaborasi dengan
dokter spesialis kebidanan melalui hasil USG dan rongen foto
abdomen, maka bidan seharusnya melakukan rujukan.
3) Menunggu persalinan spontan biasanya aman, tetapi penelitian oleh
Radestad et al (1996) memperlihatkan bahwa dianjurkan untuk
menginduksi sesegera mungkin setelah diagnosis kematian in utero.
Mereka menemukan hubungan kuat antara menunggu lebih dari 24
jam sebelum permulaan persalinan dengan gejala kecemasan. Maka
sering dilakukan terminasi kehamilan.
4) Pengakhiran kehamilan jika ukuran uterus tidak lebih dari 12 minggu
kehamilan, Persiapan:
a) Keadaan memungkinkan yaitu Hb > 10 gr%, tekanan darah baik.
b) Dilakukan
pemeriksaan
laboratorium,
yaitu:pemeriksaan
trombosit, fibrinogen, waktu pembekuan, waktu perdarahan, dan
waktu protombin, Tindakan:
(1) Kuretasi vakum
(2) Kuretase tajam
(3) Dilatasi dan kuretasi tajam.
c) Pengakhiran kehamilan jika ukuran uterus lebih dari 12 minggu
sampai 20 minggu.
d) Misoprostol 200mg intravaginal, yang dapat diulangi 1 kali 6 jam
sesudah pemberian pertama.
e) Pemasangan batang laminaria 12 jam sebelumnya. Kombinasi
pematangan
batang
laminaria
dengan
misoprostol
atau
janin mati. Kombinasi cara kedua dan ketiga untuk janin mati.
Catatan: dilakukakan histerotomi bila upaya melairkan
pervaginam dianggap tidak berhasil atau atas indikasi ibu,
dengan sepengetahuan konsulen.
h. Dampak
9. LETAK LINTANG
a. PENGERTIAN
Letak lintang adalah bila sumbu meanjang janin menyilang sumbu
panjang Ibu secara tegak lurus atau mendekati 90.
Jika sudut yang berbentuk kedua sumbu ini tajam, disebut oblique lie
yang terdiri presentation (letak bokong mengolak). Karena biasanya yang
paling rendah adalah baku, maka dalam hal ini disebut juga shoulder
presentation.
1) Menurut letak kepala terbagi atas :
a) Letak lintang 1 : kepala di kiri
b) Letak lintang 2 : kepla di kanan
2) Menurut posisi punggung terbagi atas :
a) Dorsio Anterior (di depan)
b) Dorsio Posterior (di belakang)
c) Dorsio Superior (di atas)
d) Dorsio Inferior (di bawah)
b. ETIOLOGI
Penyebab dari letak lintang merupakan kombinasi dari berbagai
ltern, sering pula penyebabnya tetap merupakan suatu misteri.
Faktor Altern tersebut adalah :
1) Fiksasi kepala tidak ada, karena punggung sempit. Hidrosephalus,
Anenchepalus, Plasenta previa, dan tumor tumor pelvis.
2) Janin sudah bergerak pada hidramnion multiparitas anak kecil, atau
sudah mati.
3) Gemeli (kehamilan ganda)
4) Kelainan uterus, seperti arkuatus, bikornus, atau sptum.
5) Lumbas scoliosis
6) Monster
7) Pelvil kudny dan kandung kemih serta rectum yang penuh.
c. DIAGNOSIS
1) Inspeksi
Perut membuncit kesamping
2) Palpasi
a)
b)
c)
3) Auskultasi
DJJ setinggi pusat kanan atau kiri
4) Pemeriksaan Dalam (VT)
a)
b)
c)
d)
5) Foto Rongent
Tampak janin dalam letak lintang
d. MEKANISME PERSALINAN
Beberapa cara janin lahir spontan :
1) Menurut DENMAN
Setelah bahu lahir, kemudian diikuti bokong, perut, dada, dan
akhirnya kepala.
2) Menurut DOUGLAH
Bahu diikuti oleh dada, bokong, dan akhirnya kepala pada letak
lintang biasanya :
a)
b)
c)
d)
e)
b)
e. PROGNOSA
1) Bagi Ibu
PENANGANAN
1) Sewaktu Hamil
Usahakan jadi letak membujur (kepala atau bokong) dengan
melakukan versi luar pada primi dengan usia 34 minggu atau multi
pada kehamilan 36 minggu.
2) Sewaktu Partus
Janin dapat dilahirkan dengan cara pervaginam, yaitu dengan versi
dan ekstraksi atau embriotomi (delapitasi eviserasi) bila janin sudah
meninggal atau perabdominal seksio sesarea.
3) Tingkat Pertolongan
a)
b)
(2.)
(3.)
dan ekstraksi
Lama pecah, lakukan section sesarea
Letak lintang kasep anak hidup, lakukan seksio
sesarea
Letak lintang kasep anak mati, laparatomi atau kalau fasilitas kurang,
embriotomi secara hati hati.
Pengertian
Asma bronkiale merupakan salah satu penyakit saluran nafas yang
sering dijumpai dalam kehamilan dan persalinan. Penderita biasanya
pernah berobat ke dokter lain.
Pengaruh kehamilan terhadap timbulnya serangan asma tidaklah
selalu sama pada setiap penderita, bahkan pada seorang penderita
asma, serangannya tidak sama pada kehamilan pertama dan berikutnya.
Kurang dari sepertiga penderita asma akan membaik dalam kehamilan,
lebih dari sepertiga akan mnetap, serta kurang dari 1/3 lagi akan menjadi
buruk atau serangan bertambah. Biasanya serangan akan timbul pada
usia kehamilan 24 36 minggu, dan pada akhir kehamilan serangan
sering terjadi.
Pemeriksaan yang dilakukan oleh tim ahli asma Kalifornia (th 1983)
pada 120 kasus asma yang hamil, dan terkontrol baik, terdapat 90 % dari
penderita tidak pernah dapat serangan dalam persalinan. 2,2% menderita
serangan ringan dan hanya 0,2% yang menderita asma berat yang dapat
diatasi dengan obat obat intravena. Pengaruh asma pada ibu dan janin
sangat tergantunng dari sering dan beratnya serangan, karena ibu dan
janin akan kekurangn oksigen (O2) atau hipoksia. Keadaan hipoksia bila
tidak segera diatasi tentu akan berpengaruh pada janin, dan sering terjadi
keguguran, persalinan premature atau berat janin tidak sesuai dengan
usia kehamilan ( gangguan pertumbuhan janin ).
Faktor pencetus timbulnya asma, antara lain zat-zat alergi, infeksi
saluran nafas, pengaruh udara dan Altern psikis. Pendeita selama
kehamilan perlu mendapat pengawasan yang baik, biasanya penderita
mengeluh nafas pendek, berbunyi, sesak, dan batuk-batuk. Diagnosis
dapat ditegakkan seperti asma diluar kehamilan.
Asma bronkiale sering dijumpai dalam kehamilan dan persalinan.
Pengaruh penyakit ini terhadap kehamilan, persalinan, dan nifas serta
sebaliknya adalah bervariasi. Asma bronkiale seing merupakan penyakit
keturunan.
Diagnosis bisanya mudah didapat, karena wanita lebih sring berobat
kepada dokter atau pengobatan non-medis.
1)
Asma
bronkiale
dapat
berkurang
atu
bertambah
dalam
kehamilan.
2)
3)
4)
5)
6)
b.
Penanganan
1) Mencegahtimbulnya stress
2) Menghindari Altern resiko (pencetus) yang sudah diketahui, secara
intensif.
3) Mencegah penggunaan obat, seperti aspirin dan semacam yang
dapat menjadi pencetus timbulnya serangan.
4) Pada asma yang ringan dapat digunakan obat-obat local yang
berbentuk inhalasi, atau per oral seperti isoproterenol.
5) Pada keadaan lebih berat, penderita harus dirawat dan serangan
dapat dihilangkan dengan satu atau lebih dari obat dibawah ini :
a) Epinefrin yang telah dilarutkan (1:1000), 0,2 0,5 ml, disuntikkan
sub cutis.
b) Isoproterenol (1:100) berupainhalasi 3 7 hari.
c) Oksigen
d) Aminofilin 250 500 mg (6 mg/kg) dalam infuse glukosa 5 %
e) Hidrokortison 260 1000 mg IV pelan pelanatau per infuse
dalamdekstrose 10 %
Hindari penggunaan obat obat yang mengandung iodium karena
dapat membuat gangguan pada janiin, dan berikan antibiotika kalau ada
sangkaan terdapat infeki. Persalinan biasanya dapat berlangsung spontan
akan tetapi bila penderita masih dalam serangan dapat diberi pertolongan
dengan tindakan seperti dengan ekstraksi vakum dan forsep. Tindakan
seksio sesarea atas indikasi asma jarang atau tak pernah dilakukan.