Professional Documents
Culture Documents
zainul_ulum@encona.co.id
2.2.1 Hitungan Jarak dan Azimuth dari Dua Titik Koordinat .................................................. 14
2.2.2 Hitungan Koordinat dari Jarak dan Azimuth yang diketahui ........................................ 17
3.2.3 Hitungan Sudut, Jarak, Beda Tinggi Rata-Rata dan Standard Deviasi ........................... 29
6.1 Hitungan Detail Situasi dengan Input Koordinat Station dan Backsight ............................... 81
6.2 Hitungan Detail Situasi dengan Koordinat Station dan Backsight dari List Koordinat .......... 83
"." ","
Tabel 1-1: Pebedaan Penulisan Rumus di Excel karena Perbedaan Setting Pemisah Desimal
Simbol desimal dalam Excel secara default adalah tanda titik (“.”) sedangkan untuk pemisah
ribuan adalah tanda koma (“,”). Apabila komputer telah diatur dengan regional setting
Indonesia, maka symbol untuk pemisah angka desimalnya adalah tanda koma (“,”) sedangkan
untuk pemisah ribuan adalah tanda titik (“.”)
Salah satu cara sederhana untuk mengetahui tanda pemisah angka desimal yang dipakai dalam
excel adalah:
• Jika hasilnya adalah 12.3 maka pemisah desimalnya adalah tanda titik (“.”)
• Jika hasilnya adalah 12,3 maka pemisah desimalnya adalah tanda koma (“,”)
Penulis memilih menggunakan setting pemisah desimal menggunakan titik (“.”) dengan
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
Pertimbangan pertama: Fasilitas bantuan (Help) di excel dalam menerangkan fungsi atau rumus
excel menggunakan tanda pemisah koma “,” antar argumennya. Contoh keterangan
penggunaan fungsi ATAN2() dari Excel Help
Karena secara default setting pemisah desimal adalah titik, maka fungsi ATAN2 menggunakan
pemisah koma “,” antar argumennya. Jika setting desimal adalah koma “,” maka pemisah antar
argument dipisahkan dengan tanda atau titik koma (“;”).
Pertimbangan kedua: saat kita mendownload koordinat atau data ukuran dari alat-alat survey
digital seperti total station, gps maupun waterpass digital data hasil download menggunakan
tanda titik (“.”) sebagai pemisah angka desimal.
Tahapan untuk merubah simbol pemisah desimal menjadi symbol titik (“.”) melalui control panel
adalah:
Click tombol [Start] atau pilih symbol [Windows] kemudian pilih [Control Panel]
Pada [Control Panel] dalam setting [View by: Category], pilih [Clock, Language, and Region]
Pada pilihan [Language and Region], click [Change the date, time, or number format]
Simbol desimal juga bisa dirubah melalui menu [Option] di Microsoft Excel :
Click Office icon atau menu [File] jika menggunakan Microsoft Excel 2010, kemudian pilih
[Option]
Jika [Use system separators] ter [check], maka simbol pemisah desimal akan mengikuti regional
setting di control panel.
Jika [Use system separators] tidak terpilih atau [unchek], maka simbol pemisah desimal akan
mengikuti setting di Microsoft Excel. Jika diinginkan simbol pemisah desimal adalah koma,
masukkan simbol koma di isian [Decimal separator] kemudian di [Thousands separator],
dimasukkan tanda titik. Apabila sudah dilakukan perubahan click tombol [OK]
Keluar dari Microsoft Excel, kemudian jalankan Microsoft Excel lagi untuk update perubahan di
atas.
BAB 2
Pengukuran Jarak dan Sudut
Data hasil survey atau pengukuran yang sering dipakai adalah jarak dan sudut. Data jarak bisa
ditulis atau dinyatakan dalam unit atau dalam satuan yang berbeda-beda misalkan dalam meter,
feet, inch, dan jarak lainnya lainya. Sedangkan untuk sudut bisa dinyatakan dalam satuan
desimal derajat, derajat-menit-detik, radian dan satuan sudut lainnya.
Pada saat pengolahan data pengukuran tidak bisa dihindari untuk melakukan proses konversi
satuan baik untuk jarak dan sudut. Misalnya fungsi trigonometri dalam Microsoft Excel seperti
SIN(), COS() dan TAN() akan menghasilkan nilai yang benar jika input sudut dalam satuan
RADIAN sehingga apabila hasil pengukuran adalah mempunyai satuan derajat-menit-detik,
maka peru di rubah atau dikonversi menjadi radian. Sedangkan untuk pengukuran jarak
misalnya kita menjumpai gambar design dalam unit imperial (feet dan inch) yang harus di stake-
out ke lapangan dengan system koordinat meter, maka jarak dalam gambar tersebut harus
dioknversi menjadi meter agar proses stake-out menjadi benar dan akurat.
Tabel berikut adalah "simbol text unit" khusus untuk konversi pengukuran jarak yang sering
dipakai:
Meter "m"
Inchi "in"
Foot "ft"
Tabel 2-1: Simbol Text Unit untuk konversi Jarak dalam fungsi CONVERT()
3
Pada cell [B7] terdapat jarak 12 inch yang dikonversi ke meter dan foot. Cara penulisan
8
pecahan tersebut dalam Microsoft Excel adalah isikan di cell [B2] angka 12 3/8, maka secara
otomatis Microsoft Excel akan menghitung nilai desimalnya 12.375 tetapi tampilan angka tetap
12 3/8.
Kadang dalam gambar atau hasil hitungan satuan jarak dinyatakan dalam satuan feet-inch
misalkan lebar jembatan dinyatakan dalam 30'3" atau dibaca 30 feet – 3 inch jika diinginkan
satuan dalam meter, maka proses konversi dilakukan dua kali. Konversi pertama adalah
merubah satuan inch (3") ke meter, kemudian yang kedua konversi satuan feet (30') ke meter.
Hasil penjumlahan konversi pertama dan kedua adalah hasil akhir konversi ke meter. Atau
dengan cara lainnya juga bisa tetapi intinya harus menyamakan unitnya dalam feet atau inchi
sebelum dilakukan konversi ke meter.
Berikut adalah contoh konversi yang dimaksud dengan menggunakan tiga metode :
Contoh sederhana penggunaan konversi sudut dari derajat-menit-detik ke derajat dan radians
adalah:
=SUMPRODUCT(B5:D5/{1,60,3600}) adalah
bentuk lain dari formula =
B5/1+C5/60+D/3600
Tabel 2-3: Rumus Microsoft Excel untuk konversi derajat, menit dan detik ke derajat dan radians.
Cara penulisan atau format angka bisa berbeda-beda tergantung dari output software
pengukuran atau cara penulisannya.
Misalkan untuk menyatakan besaran sudut 30 derajat, 3 menit dan 3.5 detik bisa dituliskan
dengan beberapa cara antara lain
30.03035 angka sebelum titik adalah derajat, dua (2) angka d.mmss0
setelah titik adalah menit dan dua angka sisanya
adalah detik/10.
Konversi format sudut di atas ke satuan derajat dan radians dengan menggunakan fungsi
Microsoft Excel adalah sebagai berikut:
Sudut dalam kolom [J] dipecah atau diurai menjadi satuan derajat, menit dan detik masing-
masing kolom [K], [L] dan [M] kemudian dalam di kolom [N] adalah konversi derajat, menit dan
detik ke satuan derajat menggunakan rumus yang telah diuraikan di Tabel 2-3.
Uraian rumus:
Langkah-1: FIND("°",J3) menentukan posisi
simbol derajat (°)
Uraian rumus:
Uraian rumus:
Uraian rumus:
Uraian rumus:
Uraian rumus:
Uraian rumus:
Uraian rumus:
Uraian rumus:
+(J5*100-TRUNC(J5*100))/36
Tabel 2-5: Rumus Microsoft Excel untuk merubah beberapa format sudut ke satuan unit derajat
desimal
Untuk merubah sudut dari satuan derajat desimal ke satuan derajat-menit –detik:
Tabel 2-6: Rumus Microsoft Excel untuk merubah derajat desimal menjadi derajat-menit-detik
Selain menggunakan rumus yang telah dijelaskan di atas, ada juga cara merubah format sudut
dari derajat desimal yaitu dengan menggunakan manipulasi / customize setting format number
category [Time].
Kolom [B] adalah sudut dalam satuan derajat desimal, sedangkan untuk kolom [C] dan [D]
adalah hasil tampilan dalam format derajat-menit-detik. Kolom [E], [F] dan [G] adalah
menguraikan atau memecah sudut dalam derajat, menit dan detik dalam kolom yang berbeda-
beda.
Uraian rumus:
Uraian rumus:
Tabel 2-7: Konversi sudut ke satuan derajat, menit dan detik dengan format number.
Agar cell [C12] ditampilkan seperti contoh format di atas lakukan langkah merubah format
number sebegai berikut:
Jika diinginkan nilai detik ditampilkan dua desimal, tambahkan angka nol di belakang format
number di atas
Untuk cell [D12], lakukan langkah seperti di atas tetapi untuk langkah nomer 4 masukkan Type
[h]°mm'ss.0\".
Cara membuat simbol derajat (°) adalah dengan menggunakan kombinasi tombol Alt+248 yaitu
saat masih menekan tombol Alt kemudian secara berturut menekan angka 2,4 dan 8 di numeric
pad kemudian tombol Alt dilepas. Jika anda menggunakan laptop tombol numeric harus
diaktifkan terlebih dahulu. Contoh di laptop saya untuk mengaktifkan numeric pad adalah
dengan menekan tombol Fn+NumLk. Angka 2, 4 dan 8 terletak masing-masing di keyboard K, U
dan 8.
Kelemahan menggunakan manipulasi format number di atas adalah proses konversi hanya bisa
dilakukan pada angka derajat desimal yang bernilai POSITIF. Jika angka yang akan ditampilkan
bernilai negative, maka akan muncul ERROR.
Y
B
YB AZBA
(YB-YA)
AZAB
A
YA (XB-XA)
X
XA XB
Jika koordinat titik A adalah (XA,YA) dan koordinat B adalah (XB,YB) maka jarak antara dari
titik A ke titik B atau DAB adalah :
Persamaan 2-1
Sedangkan azimuth dari titik A ke titik B atau AZAB diturunkan dari persamaan berikut:
(𝑋𝐵 − 𝑋𝐴)
tan(𝐴𝑍𝐴𝐵 ) =
(𝑌𝐵 − 𝑌𝐴)
Persamaan 2-2
𝑋𝐵 − 𝑋𝐴
𝐴𝑍𝐴𝐵 = tan−1 ( )
𝑌𝐵 − 𝑌𝐴
Persamaan 2-3
Harga atau nilai dari azimuth ada di rentang 0-360° tergantung dari posisi titik yang dituju atau
tergantung dari kwadran (KW) titik yang dituju. Seperti pada gambar Gambar 2-1, azimuth dari
titik B ke titik A atau AZBA=AZAB+180°. Gambar berikut adalah beberapa kemungkin hasil
perhitungan azimuth di tiap kwadran:
KW I
KW IV
E B
DX<0 DX>0
DY>0 DY>0
DX<0 DX>0
DY<0 DY<0
D
C
KW III KW II
Apabila koordinat awal adalah (XAWAL,YAWAL) dan koordinat yang dituju adalah (XTUJUAN,YTUJUAN),
maka nilai DX dan DY yang dimaksud adalah DX=XTUJUAN-XAWAL dan DY=YTUJUAN-YAWAL. Berdasarkan
nilai DX dan DY, maka sesuai dengan Gambar 2-2 akan diketahui letak kwadran azimuth yang
akan dihitung.
1. Hitung DX dan DY
2. Tentukan letak kwadran sesuai dengan Gambar 2-2
3. Hitung azimuth (AZ)
𝐷𝑋
𝐴𝑍 = tan−1 ( )+C
𝐷𝑌
Persamaan 2-4
KW I DX>0 DY>0 0
Pada Microsoft Excel, rumus untuk menghitung jarak menggunakan kombinasi fungsi SQRT()
untuk melakukan perhitungan akar dan tanda "^" untuk perhitungan pangkat. Sedangkan untuk
perhitungan azimuth menggunakan fungsi ATAN() atau ATAN2(). Penggunaan fungsi-fungsi
tersebut diuraikan dalam gambar dan tabel di bawah:
Uraian rumus:
+IF(D5-D3<0,180,IF(C5-C3<0,360))
Uraian rumus:
Uraian rumus:
Tabel 2-9: Rumus Microsoft Excel untuk perhitungan jarak dan azimuth
Karena hasil dari fungsi ATAN() dan ATAN2() adalah sudut dengan satuan radian, maka
digunakan fungsi DEGREES() untuk merubah sudut dari radiansderajat.
Y
B
YB
A
YA DAB Sin(AZAB)
X
XA XB
Gambar 2-3: Hitungan Koordinat dari jarak dan azimuth yang diketahui
Dari gambar di atas, koordinat titik B (XB,YB) bisa dihitung dengan persamaan:
𝑋𝐵 = 𝑋𝐴 + 𝐷𝐴𝐵 . sin(𝐴𝑍𝐴𝐵 )
Persamaan 2-5
𝑌𝐵 = 𝑌𝐴 + 𝐷𝐴𝐵 . cos(𝐴𝑍𝐴𝐵 )
Persamaan 2-6
SUMPRODUCT(D13:F13/{1,60,3600})))
Persamaan 2-5
SUMPRODUCT(D13:F13/{1,60,3600})))
Persamaan 2-6
Uraian rumus:
Tabel 2-10: Rumus Microsoft Excel untuk hitungan koordinat dari jarak dan azimuth yang diketahui
BAB 3
Pengolahan Data Lapangan
Pada Bab ini akan diuraikan cara memecah atau parsing text file tersebut dengan Microsoft Excel
walaupun beberapa program bawaan Total Station biasanya sudah ada fasilitas untuk memecah
data jarak dan sudutnya sampai keluar hitungan koordinatnya. Keuntungan menggunakan
Microsoft Excel dalam parsing ini adalah memudahkan dalam pengolahan secara statistic
misalnya untuk menghitung sudut atau jarak rata-rata, standard deviasi dan juga mempermudah
dalam koreksi data ukuran seperti koreksi tinggi alat dan tinggi target.
Format raw data tergantung dari jenis, merk dan type total stationya. Contoh dalam bab ini
hanya menampilkan beberapa type raw data saja dan hanya mengambil beberapa informasi
yang dibutuhkan seperti nomor station, backsight, hasil ukuran jarak, sudut, tinggi alat, tinggi
target. Parsing lebih detail untuk informasi tekanan udara, suhu, factor skala, jam, nomer seri
alat, PPM tidak dibahas dalam bab ini.
Tanda * di awal baris menandakan bahwa format gsi data adalah GSI16. Satu baris tersebut
terdiri dari beberapa block yang diawali dengan dua huruf kode Word Index (WI):
13 Type Instrument
Jarak 59 ppm
33 Beda Tinggi
Koordinat
83 Elevation (Target)
84 Easting (Station)
85 Northing (Station)
86 Elevation (Station)
Selanjutnya akan dijelaskan cara menggunakan fungsi atau rumus di Microsoft Excel untuk
mengambil informasi tersebut berdasarkan kode WI di atas.
Misalkan file hasil download raw data leica (gsi) disimpan dalam sheet [gsi] dan diletakkan
dalam kolom [A]:
Rumus atau formula untuk parsing atau memisahkan gsi ke kolom adalah sebagai berikut:
Uraian rumus:
Uraian rumus:
Uraian rumus:
Uraian rumus:
Langkah-1: MID(gsi!$A1, mengambil data pengukuran
sesuai dengan WI di cell [E1].
SEARCH(E$1&"????+",gsi!$A1)+7,E$2)
Karena cell [E1] berisi angka
16, maka data yang diambil
adalah jarak miring
Uraian rumus:
+(C4*100-TRUNC(C4*100))/36,"")
+(D4*100-TRUNC(D4*100))/36,"")
Copy rumus atau formula [A4:K4] ke bawah sampai batas akhir data GSI.
Contoh kode WI dalam raw data total station Nikon beserta keterangannya :
Word Keterangan
Index
Infromasi bisa berupa unit yang dipakai, type azimuth, type alat, no seri alat, tekanan
udara dll.
Susunan koordinat mengikuti keterangan dalam baris WI comment. Jika dalam baris
comment:
MP,1,,9293061.0000,767913.0000,40.0000,P0
ST,2,,1,,1.4310,16.00037,16.00040
F1,1,1.5870,142.2680,0.00000,90.02110,08:25:48
SS,3,1.5870,142.2680,16.00040,90.02120,08:26:00,P0
Tabel 3-3: Keterangan Word Index (WI) Raw Data Total Station Nikon
Sebelum dibahas bagaimana cara parsing dengan rumus Microsoft Excel untuk raw data total
station Nikon, perlu diulas terlebih dahulu rumus untuk mengambil data dalam baris text yang
dipisahkan dengan tanda koma (,). Misalnya untuk mengambil data sudut horizontal (16.00040)
dalam baris text SS,3,1.5870,142.2680,16.00040,90.02120,08:26:00,P0 maka perlu rumus atau
formula yang bisa mengambil text setelah koma ke-4 dan sebelum koma ke-5 karena sudut
horizontal dalam text tersebut ada di posisi tersebut.
Misal text yang akan diambil datanya ada di [A4], maka rumus atau formulanya adalah:
[A4] SS,3,1.5870,142.2680,16.00040,90.02120,08:26:00,P0
Uraian rumus:
SS[spasi 99x]3[spasi
99x]…….[spasi 99x]P0
MID([Langkah-1],1*99,99)+0
atau
MID([Langkah-1],1*99,99)*1
Berikut adalah contoh penerapan rumus pada Tabel 3-4 untuk parsing raw data total station
Nikon.
Uraian rumus:
Copy rumus [B29:L29] ke bawah sampai baris akhir raw data total station Nikon
Tabel 3-5: Rumus Microsoft Excel untuk Parsing Raw Data Total Station Nikon.
Contoh raw data berikut adalah hasil konversi dengan software Survey Pro dari raw data Nikon
Nivo:
MID(TRIM(MID(SUBSTITUTE($A22,",",
REPT(" ",99)),L$2*99,99)),3,99),"-")
Copy rumus di [B22:L22] sampai akhir baris raw data
Tabel 3-6: Rumus Microsoft Excel untuk Parsing Raw Data Hasil Konversi Software Survey Pro
ARAH PENGUKURAN
HBS HFS
BS β
FS
BS: Backsight
ST: Station
FS: Foresight HBS: Bacaan Piringan Horisontal saat Backsight
HFS: Bacaan Piringan Horisontal saat Foresight
ST
β=HFS- HBS
Dari gambar di atas, apabila BS adalah nama titik Backsight, ST adalah nama titik station atau
tempat berdiri alat dan FS adalah nama titik Foresight atau nama titik tujuan sedangkan HBS dan
HFS adalah masing-masing bacaan piringan horizontal saat backsight dan foresight, maka sudut
horizontal (β) dihitung dengan rumus:
𝛽 = 𝐻𝐹𝑆 − 𝐻𝐵𝑆
Persamaan 3-1
𝛽 = 𝛽 + 360
Persamaan 3-2
3.2.2 Hitungan Jarak Datar dan Beda Tinggi
HD
TH
VD
SD
Z B
DH
IH
Data hasil pengukuran saat alat berdiri di titik A mengarah ke titik B adalah sudut veritkal atau
zenith (Z), jarak miring (SD), tinggi alat (IH) dan tinggi target (TH). Jarak horizontal (HD) dan
jarak vertical (VD) dihitung dengan rumus:
𝐻𝐷 = 𝑆𝐷 sin(𝑍)
Persamaan 3-3
𝑉𝐷 = 𝑆𝐷 cos(𝑍)
Persamaan 3-4
𝐷𝐻 = 𝑉𝐷 + 𝐼𝐻 − 𝑇𝐻
Persamaan 3-5
3.2.3 Hitungan Sudut, Jarak, Beda Tinggi Rata-Rata dan Standard Deviasi
Saat pengukuran titik kontrol misalnya pengukuran polygon, sudut dan jarak miring diukur
berulang kali atau beberapa seri untuk mendapatkan data pengukuran lebih. Pengukuran lebih
ini berguna untuk mengecek simpangan hasil pengukuran. Misalkan suatu sudut polygon atau
jarak sisi polygon diukur sebanyak 10 (sepuluh) kali, maka jika pengukurannya tidak
mengandung kesalahan, hasil pengukuran pertama, kedua, ketiga sampai ke sepuluh tidak akan
menyimpang jauh. Dalam ilmu statistik simpangan ini disebut dengan standar deviasi. Semakin
kecil standar deviasi, maka semakin kecil penyimpangannya.
Dari gambar spreadsheet di atas, kolom [A] sampa [L] diisikan manual atau dicopy dari hasil
parsing data total station, sedangkan dari kolom [M] sampai [AD] dihitung dengan menggunakna
rumus Excel sebagai berikut:
Uraian rumus:
Uraian rumus:
Persamaan 3-1
Persamaan 3-2
Copy rumus [Q6:T6] ke bawah di tiap bacaan horizontal ke-3 dan ke-4 di tiap station
Persamaan 3-4
Persamaan 3-5
Uraian rumus:
Uraian rumus:
Copy rumus [X7:AD7] ke bawah di tiap bacaan horizontal ke-4 di tiap station
Tabel 3-7: Rumus Microsoft Excel untuk Menghitung Rata-Rata Sudut, Jarak dan Beda Tinggi pada
Pengukuran Satu Seri Rangkap
Tahap selanjutnya adalah menghitung standard deviasi untuk masing-masing pengukuran sudut
horizontal, jarak datar, jarak vertical dan beda tinggi.
Cell Rumus Keterangan
copy rumus [AE7:AK7] ke bawah di tiap bacaan horizontal ke-4 di tiap station
Tabel 3-8: Rumus Microsoft Excel untuk Menghitung Standar Deviasi Sudut, Jarak dan Beda Tinggi
pada Pengukuran Satu Seri Rangkap
Contoh perhitungan jika dilakukan pengkuran dengan metode dua seri rangkap yang
menghasilkan nilai sudut horizontal empat (4x) kali:
Pada pengukuran dua (2) seri rangkap, rumus dari kolom [M] sampai [P] sama dengan rumus
pengukuran satu (1) seri rangkap. Rumus yang berbeda untuk pengukuran dua seri rangkap ada
di kolom [Q:T] dan [X:AK]. Uraian rumus di kolom tersebut adalah:
copy rumus [Q8:T8] ke bawah di tiap bacaan sudut foresight ke-5, 6, 7 dan 8 pada tiap
stationnya
Tabel 3-9: Rumus Microsoft Excel untuk Perhitungan Rata-Rata, Standard Deviasi Sudut, Jarak dan
Beda Tinggi pada Pengukuran Dua Seri Rangkap
Copy range [AL8:AL11] ke [AL16] untuk mendapatkan simpangan untuk sudut berikutnya
Berdasarkan data di atas, nilai standard deviasi terbesar ada di cell [AE11] yaitu 5.32",
sedangkan simpangan terbesar ada di [AL9] yaitu nilai sudut horizontal di station #3 pada saat
bernilai 217° 23' 2" dan 217° 23' 14". Nilai sudut inilah yang perlu dicek lebih lanjut.
Berikut contoh perhitungan analisa data jarak datar hasil pengukuran dua seri rangkap:
Masih dari contoh data yang sama, berikut adalah contoh perhitungan analisa jawak vertikald an
beda tinggi:
Copy [AN8:AN15] ke [AN8:AN15] untuk menghitung simpangan beda tinggi pertama sampai ke
delapan
Tabel 3-12: Rumus Microsoft Excel untuk Analisa Jarak Vertikal dan Beda Tinggi
Walaupun simpangan di jarak vertical berada dalam rentang 5-7 mm tetapi hasil beda tinggi
didapat simpangan maksimal 1mm.
BAB 4
Poligon atau Traverse
Poligon atau traverse terdiri dari rangkaian garis lurus dimulai dari titik yang diketahui
koordinatnya menuju titik baru yang akan dicari koordinatnya. Pada sepanjang garis lurus
dilakukan pengukuran jarak horizontal sedangkan apabila garis berubah arah, maka dilakukan
pengukuran sudut horizontal. Pengukuran ini berakhir di titik yang sudah diketahui koordinatnya.
Jika akhir titik koordinat sama dengan awal titik awalnya maka dinamakan poligon tertutup dan
jika sebaliknya disebut dengan poligon terbuka.
d1 fL dy
AZAB
1' S2
d2 2 dx
B d3 C'
2' D
Keterangan:
A, B , C dan D : titik yang sudah diketahui koordinatnya
1 dan 2: titik baru setelah dikoreksi jarak dan sudut
1' dan 2' : titik baru sebelum dikoreksi jarak dan sudut
S0, S1….,S3:pengukuran sudut horsontal
d1,d2,…,d3: pengukuran jarak datar
Persamaan 4-1
Kemudian koordinat titik 1' dihitung dengan Persamaan 2-5 dan Persamaan 2-6.
Apabila i adalah nama titik backsight, j adalah nama titik station/berdiri alat dan k adalah titik
foresight/target, maka bentuk umum Persamaan 4-1, Persamaan 2-5 dan Persamaan 2-6 untuk
perhitungan polygon adalah:
Persamaan 4-2
𝑋𝑘 = 𝑋𝑗 + 𝐷𝑗𝑘 . 𝑆𝑖𝑛(𝐴𝑍𝑗𝑘 )
Persamaan 4-3
𝑌𝑘 = 𝑌𝑗 + 𝐷𝑗𝑘 . 𝐶𝑜𝑠(𝐴𝑍𝑗𝑘 )
Persamaan 4-4
Kembali lagi ke Gambar 4-1, azimuth dari hasil pengukuran dari titik C' ke titik D dapat dihitung
dengan Persamaan 4-2 :
Karena titik C dan D telah mempunyai koordinat tetap yaitu (XC,YC) dan (XD,YD), maka dengan
Persamaan 2-4 dapat dihitung azimuth fix (tetap) dari titik C ke D (AZCD).
𝐴𝑍′𝐶′𝐷 = 𝐴𝑍𝐶𝐷
Jika jumlah kesalahan sudut disimbolkan fS, maka persamaan di atas menjadi
𝐴𝑍′𝐶′𝐷 + 𝑓𝑆 = 𝐴𝑍𝐶𝐷
𝑓𝑆 = 𝐴𝑍𝐶𝐷 − 𝐴𝑍′𝐶′𝐷
Bentuk umum persamaan untuk menghitung Ketelitian Sudut (fS) dapat disimpulkan sebagai
berikut:
Persamaan 4-5
Dengan Persamaan 4-3 dan Persamaan 4-4 digunakan untuk menghitung koordinat C':
𝑋𝐶′ + 𝑑𝑥 = 𝑋𝐶
Persamaan 4-6
Dengan cara yang sama, maka Ketelitian Ordinat (Y) dihitung dengan rumus:
Persamaan 4-7
Ketelitian Linear dinyatakan dengan perbandingan antara fL dengan Jumlah Jarak Datar Poligon
𝑓𝐿
(ΣD) atau
∑𝐷
.. Nilai fL dihitung dengan persamaan:
𝑓𝐿 = �𝑑𝑥 2 + 𝑑𝑦 2
Persamaan 4-8
Setelah diketahui nilai Ketelitian Sudut dan Ketelitian Linear, maka koreksi untuk sudut (cS) ,
koreksi untuk koordinat X (cX) dan koordinat Y (cY) dihitung dengan persamaan:
𝑓𝑆
𝑐𝑆 =
𝑛
𝑛 = 𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑠𝑢𝑑𝑢𝑡 ℎ𝑜𝑟𝑖𝑠𝑜𝑛𝑡𝑎𝑙
Persamaan 4-9
𝑑𝑥
𝑐𝑋𝑘 = .𝐷
∑ 𝐷 𝑗𝑘
𝑑𝑦
𝑐𝑌𝑘 = .𝐷
∑ 𝐷 𝑗𝑘
Persamaan 4-10
Persamaan 4-2, Persamaan 4-3 dan Persamaan 4-4, setelah ada koreksi sudut dan koordinat
menjadi
Persamaan 4-11
Persamaan 4-12
Persamaan 4-13
Metode koreksi data ukuran pada persamaan di atas disebut dengan perhitungan poligon Metode
Bouditch atau Metode Compass.
Batas Ketelitian Sudut dan Ketelitian Linear poligon mengacu ke SNI 19-6724-2002 : Jaring
Kontrol Horisontal adalah:
Tabel 4-1: Ketelitian Sudut dan Linear Poligon dalam SNI 19-6724-2002
BM.1
239°40'39"
90°51'46" BM.5
81°03'18"
1
106.042 119.250 135.520
104°23'18"
BM.2
2
Keterangan:
Koordinat titik tetap (X ; Y):
BM.1 : 234 608.270 ; 821 932.766
BM.2 : 234 677.687 ; 821 801.717
BM.5 : 234 954.388 ; 821 926.984
BM.6 : 234 847.371 ; 822 010.817
Kolom [B:D] berisi data pengukuran sudut horizontal dengan masing-masing sudut juga
dipisahkan dengan baris kosong. Sudut di titik BM.2 dengan backsight dari titik BM.1 dan
foreshight ke titik 1 dimasukkan di cell [B7:D7] sedangkan sudut di titik 1 dengan backsight dari
BM.2 dan foresight ke titik 2 dimasukkan di cell [B9:D9] dan seterusnya.
Kolom [K] berisi data pengukuran jarak horisontal. Jarak horisontal antara dari titik BM.2 ke titik
1 dimasukkan di baris antara titik BM.2 dan 1 yaitu di kolom [K] yaitu [K8] sedangkan jarak
horisontal dari titik 1 ke titik 2 dimasukkan di cell [K10] dan seterusnya.
Koordinat Tetap atau Titik Fix dimasukkan di kolom [S] dan [T]
Uraian rumus Microsoft Excel yang dipakai dalam spreadsheet di atas adalah:
Cell Rumus Keterangan
copy rumus [E7] ke bawah dengan selang satu barus berakhir di [E13]
copy rumus [U6] ke [U14] untuk menghitung azimuth fix akhir yaitu azimuth dari BM.5 ke BM.6
copy rumus [F7] ke bawah dengan selang satu baris sampai ke sudut terakhir [F13]
Uraian Rumus
[L8] =K8*SIN(RADIANS(G8))
[N7] =K8*COS(RADIANS(G8))
=N23=O17
Copy rumus [P9] ke bawah selang satu baris sampai ke [P13]. Nilai [P13] harus sama dengan
nilai koordinat X BM.5 atau persamaan =P13=S13 harus bernilai TRUE
Copy rumus [Q9] ke bawah selang satu baris sampai ke [Q13]. Nilai [Q13] harus sama dengan
nilai koordinat Y BM.5 atau persamaan =Q13=T13 harus bernilai TRUE
3
1 135.510
53°08' 41"
106.042 119.245 104°23'18"
139.779
262°25'40"
BM.1
2
94.241
4 258°41'00"
134.966
7 5
112.907 6 97.686
212°24'13" 182°14'41"
Keterangan: 242°14'50"
Koordinat tetap BM.1: 5000 ; 10000
Azimuth Awal: 53°08' 41"
Koordinat baru titik 1-7
Ada dua jenis sudut horisontal dalam pengukuran poligon tertutup yaitu sudut dalam dan sudut
luar. Jenis sudut yang didapat dari pengukuran ini tergantung dari arah pengukuran poligon.
Pada Gambar 4-3 adalah contoh pengukuran poligon dengan jenis sudut luar. Apabila arah
pengukuran dibalik, maka akan didapat pengukuran poligon dengan jenis sudut dalam.
Jika pengukuran dimulai dari Titik-1, 2, 3 ,…,7 dan BM.1 maka didapat poligon dengan jenis
sudut luar. Sebaliknya jika dimulai dari Titik-7, 6, 5, …. ,1 dan BM.1 maka didapatkan poligon
jenis sudut dalam.
Rumus yang telah diuraikan pada Tabel 4-2 dipakai untuk menghitung poligon jenis sudut dalam
maupun sudut luar.
Rumus Microsoft Excel untuk perhitungan poligon tertutup adalah:
Rumus yang lain masih mengikuti pola seperti telah diuraikan di Tabel 4-2
Khusus dalam simulasi ini, agar dapat diperbandingkan hasil hitungan antara poligon sudut luar
dan sudut dalam, maka azimuth awal dari BM.1 ke Titik-7 diambil dari hasil perhitungan poligon
dengan sudut luar sebelumnya. Pada perhitungan sebelumnya azimuth dari Titik-7 ke BM.1
setelah dikoreksi adalah 330°43' 0.87" maka azimuth dari BM.1 ke Titik-7 adalah 330°43' 0.87"-
180°=150°43' 0.87"
Apabila ternyata titik yang diukur dengan GPS Geodetic adalah di titik BM.1 dan Titik-4, Gambar
4-4, maka azimuth awal tidak bisa menggunakan Persamaan 4-1 karena antara titik BM.1 ke
Titik-4 tidak saling terlihat.
ARAH PENGUKURAN
297°55'38"
239°40'39"
3
1 135.510
50°00' 00"
106.042 119.245 104°23'18"
139.779
262°25'40"
BM.1
2
94.241
4 258°41'00"
134.966
7
5
112.907 6 97.686
212°24'13" 182°14'41"
Keterangan: 242°14'50"
Koordinat BM.1 : 742257.651 ; 171349.328
Koordinat Titik 4: 742593.132; 171347.780
Azimuth Pendekatan: 50°00' 00"
Pertama, poligon tertutup dihitung dengan input koordinat azimuth pendekatan dan koordinat
pendekatan seperti yang telah dijelaskan di Bab 4.2
Apabila hasil Ketelitian Sudut dan Ketelitian Linear memenuhi kriteria sesuai dengan Tabel 4-1,
maka dilanjutkan tahap berikutnya. Jika tidak memenuhi, maka perlu dicek lagi pengukuruan
dan input data poligonnya.
Kedua, titik awal poligon (BM.1) diganti dengan titik tetap sehingga secara otomatis Microsoft
Excel menghitung koordinat Titik-4 yang masih merupakan koordinat pendekatan. Hasil
perbandingan azimuth dari BM.1 ke “Titik-4 Fix” dengan azimuth dari BM.1 ke “Titik-4
Pendekatan” akan didapatkan nilai koreksi azimuth pendekatan.
Tabel 4-4: Rumus Microsoft Excel untuk Menghitung Azimuth di Poligon Tertutup
Setelah didapatkan nilai azimuth awal dikoreksi, hitungan poligon tertutup menjadi :
BAB 5
Pemotongan
Pemotongan baik pemotongan ke depan (intersection) ataupun pemotongan ke belakang
(resection) biasa digunakan untuk menentukan posisi suatu titik atau lokasi yang tidak bisa di
akses secara langsung. Titik baru tersebut diikatkan atau direferensikan ke dua atau lebih titik
tetap dengan melakukan pengukuran sudut atau jarak.
Jika alat berdiri di dua atau lebih titik fix sedangkan pengukuran sudut atau jarak diarahkan ke
titik baru, maka dinamakan pemotongan ke depan atau intersection. Sebaliknya jika alat berdiri
di titik baru sedangkan pengukuran sudut atau jarak diarahkan ke dua atau lebih titik tetap,
maka dinamakan pemotongan ke belakang.
Pada bidang konstruksi pemotongan ke depan biasa dipakai untuk "menyimpan" koordinat pada
obyek-obyek yang mudah dikenali di sekitar proyek misalnya di tiang listrik, pada tembok tetap
atau di bangunan tinggi gedung tinggi di sekeliling kontruksi. Titik simpanan ini akan sangat
berguna sekali jika titikbencmark (titik fix) sebelumnya rusak atau hilang karena kegiatan
konstruksi.
B
AZAL
α A
AZLA
β
AZLB
L
Azimuth fix dari titik A ke L (AZAL) dihitung dengan Persamaan 2-3 sedangkan untuk jarak fix A
ke L (DAL) dihitung dengan Persamaan 2-1:
𝑋𝐿 − 𝑋𝐴
𝐴𝑍𝐴𝐿 = tan−1 ( )
𝑌𝐿 − 𝑌𝐴
Berdasarkan jarak fix DAL tersebut dan sudut horisontal di titik L dan A maka jarak datar dari titik
L ke B (DLB) dan jarak datar dari A ke B (DAB) dapat dihitung rumus pebandingan sinus sebagai
berikut:
𝐷𝐴𝐿 𝐷𝐿𝐵
=
sin (180 − (∝ +𝛽)) sin (𝛼)
𝐷𝐴𝐿 𝑆𝑖𝑛(𝛼)
𝐷𝐿𝐵 =
𝑆𝑖𝑛�180 − (𝛼 + 𝛽)�
𝐷𝐴𝐿 sin (𝛼)
𝐷𝐿𝐵 =
sin(𝛼 + 𝛽)
Persamaan 5-1
𝐷𝐴𝐿 𝑆𝑖𝑛(𝛽)
𝐷𝐴𝐵 =
𝑆𝑖𝑛(𝛼 + 𝛽)
Persamaan 5-2
Azimuth dari L ke B (AZLB) dan azimuth dari A ke B (AZAB) dihitung dengan persamaan:
Persamaan 5-3
𝐴𝑍𝐴𝐵 = 𝐴𝑍𝐴𝐿 + 𝛼
𝐴𝑍𝐴𝐵 = 𝐴𝑍𝐿𝐴 + 𝛼 − 180
Persamaan 5-4
Persamaan 5-1 dan Persamaan 5-3 digunakan jika proses perhitungan dimulai titik A-L-B atau
searah dengan jarum jam. Sedangkan jika proses perhitungan dimulai dari titik L-A-B atau
berlawan dengan arah jarum jam menggunakan Persamaan 5-2 dan Persamaan 5-4.
𝑋𝐵 = 𝑋𝐿 + 𝐷𝐿𝐵 . sin(𝐴𝑍𝐿𝐵 )
𝑌𝐵 = 𝑌𝐿 + 𝐷𝐿𝐵 . cos(𝐴𝑍𝐿𝐵 )
atau
𝑋𝐵 = 𝑋𝐿 + 𝐷𝐴𝐵 . sin(𝐴𝑍𝐴𝐵 )
𝑌𝐵 = 𝑌𝐿 + 𝐷𝐴𝐵 . cos(𝐴𝑍𝐴𝐵 )
Gambar 5-2 adalah contoh pengikatan ke depan yang melibatkan dua (2) segitiga untuk
menghitung koordinat titik B.
S AZSA
122°21'43"
AZAL
B 29°34'50"
39°01'16"
A
KOORDINAT TETAP
S : 1309.652 1170.503
A : 1395.454 1078.806
L : 1268.855 1028.419 105°20'36"
AZLB
L
copy rumus [D6:H6] ke [D12:H12] untuk menghitung azimuth fix dan jarak fix dari titik A ke
titik L
Tabel 5-1: Rumus Microsoft Excel untukPerhitungan Azimuth dan Jarak Fix di Pemotongan ke Depan
Proses perhitungan bisa dilakukandengan dua cara yaitu searah jarum jam dan berlawanan arah
jarum jam.
copy rumus [N5] ke titik [N7] untuk melakukan konversi sudut di titik L
copy rumus [O6:P6] ke [O12:P12] untuk menghitung azimuth dan jarak fix dari titik S ke A
copy rumus [O8:P8] ke [O14:P14] untuk menghitung azimuth dan jarak dari titik A ke B
Tabel 5-2: Rumus Microsoft Excel Pemotongan ke Depan Searah Jarum Jam
Langah perhitungan dengan Microsoft Excel hampir sama dengan yang telah diuraikan di
Tabel 5-2 yang membedakan hanya di rumus perhitungan azimuth dan jarak dari titik A ke B
Tabel 5-3: Rumus Microsoft Excel Pemotongan ke Depan Berlawanan Arah Jarum Jam
Hasil koordinat rata-rata Titik B antara metode searah jarum jam dan berlawanan arah jarum jam
memberikan hasil yang sama.
Seperti halnya pengukuran poligon, pada umumnya saat pengukuran sudut horisontal posisi alat
di titik fix, backcsight juga di titik fix sedangkan untuk titik baru sebagai target foresight.
Sehingga seperti terlihat di Gambar 5-3 jika alat di titik L dengan backsight di titik A, maka sudut
horisontalnya adalah sudut luar θ. Sebaliknya pada saat alat berpindah ke titik A dengan
backsight ke titik L, maka sudut horisontalnya adalah sudut α.
δ A
α
AZLA
β
Gambar 5-3: Pemotongan ke depan dengan sudut luar dan sudut dalam
"Sudut dalam" di titik L (β) bisa dihitung dengan persamaan β=360-θ, kemudian koordinat titik B
dihitung dengan langkah-langkah seperti yang telah diuraikan sebelumnya di bagian A.
Pengukuran Sudut Dalam.
sin(𝛼) sin(𝛼)
𝐷𝐿𝐵 = 𝐷𝐿𝐴 = −𝐷𝐿𝐴
sin(𝛿) sin (𝜃 − 𝛼)
𝑋𝐵 = 𝑋𝐿 + 𝐷𝐿𝐵 sin(𝐴𝑍𝐿𝐵 )
sin(𝛼)
𝑋𝐵 = 𝑋𝐿 − 𝐷𝐿𝐴 sin(𝐴𝑍𝐿𝐵 )
sin(𝜃 − 𝛼)
sin(𝛼)
𝑋𝐵 = 𝑋𝐿 − 𝐷𝐿𝐴 sin(𝐴𝑍𝐿𝐴 + 𝜃)
sin(𝜃 − 𝛼)
sin(𝛼)
𝑋𝐵 = 𝑋𝐿 − 𝐷𝐿𝐴 (sin(𝐴𝑍𝐿𝐴 ) cos(𝜃) + cos(𝐴𝑍𝐿𝐴 ) sin(𝜃))
sin(𝜃 − 𝛼)
sin(𝛼)
𝑋𝐵 = 𝑋𝐿 − (𝐷 sin(𝐴𝑍𝐿𝐴 ) cos(𝜃) + 𝐷𝐿𝐴 cos(𝐴𝑍𝐿𝐴 ) sin(𝜃))
sin(𝜃 − 𝛼) 𝐿𝐴
sin(𝛼)�(𝑋𝐴 − 𝑋𝐿 ) cos(𝜃� + (𝑌𝐴 − 𝑌𝐿 ) sin(𝜃))
𝑋𝐵 = 𝑋𝐿 −
sin(𝜃) cos(𝛼) − cos(𝜃) sin(𝛼)
bagian pecahan disederhanakan dengan membagi pembilang dan penyebut dengan sin(α)sin(θ)
sin(∅) 1
tan(∅) = 𝑑𝑎𝑛 cot(∅) =
cos(∅) tan(∅)
maka:
Persamaan 5-5
𝑌𝐵 = 𝑌𝐿 + 𝐷𝐿𝐵 cos(𝐴𝑍𝐿𝐴 + 𝜃)
𝐷𝐿𝐴 sin(𝛼) cos(𝐴𝑍𝐿𝐴 + 𝜃)
𝑌𝐵 = 𝑌𝐿 −
sin(𝜃 − 𝛼)
𝐷𝐿𝐴 sin(𝛼) {cos(𝐴𝑍𝐿𝐴 ) cos(𝜃) − sin(𝐴𝑍𝐿𝐴 ) sin(𝜃)}
𝑌𝐵 = 𝑌𝐿 −
sin(𝜃 − 𝛼)
𝐷𝐿𝐴 cos(𝐴𝑍𝐿𝐴 sin(𝛼) cos(𝜃) − 𝐷𝐿𝐴 sin(𝐴𝑍𝐿𝐴 ) sin(𝛼) sin(𝜃)
)
𝑌𝐵 = 𝑌𝐿 −
sin(𝜃) cos(𝛼) − cos(𝜃) sin(𝛼)
(𝑌𝐴 − 𝑌𝐿 ) sin(𝛼) cos(𝜃) − (𝑋𝐴 − 𝑋𝐿 ) sin(𝛼) sin(𝜃)
sin(𝛼) sin(𝜃)
𝑌𝐵 = 𝑌𝐿 −
sin(𝜃) cos(𝛼) − cos(𝜃) sin(𝛼)
sin(𝛼) sin(𝜃)
Persamaan 5-6
A
39°01'16"
AZLA
KOORDINAT TETAP
A : 1395.454 1078.806
L : 1268.855 1028.419 L
254°39'24"
Gambar 5-4: Pengukuran Pemotongan ke Depan dengan Sudut Dalam dan Luar
Range [L4:J5] adalah proses hitungan pemotongan ke depan dengan acuan titik L menggunakan
Persamaan 5-5 dan Persamaan 5-6. Sedangkan untuk range [L7:J8] sebagai cek hitungan
koordinat B dengan referensi titik A.
Tabel 5-4: Rumus Microsoft Excel untuk Perhitungan Pemotongan ke Depan Cara Langsung
5.1.2 Data pengukuran azimuth
A AZAL
α
AZAB
AZLA
θ L
AZLB
Saat alat berdiri di titik L dan backsight ke titik A bacaan piringan horisontal diset ke azimuth fix
AZLA sehingga saat alat mengarah (foresight) ke titik B akan didapat azimuth ukuran AZLB.
Azimuth ukuran AZAB didapat saat alat berdiri di titik A dengan backsight ke titik L dan bacaan
piringan horisontal diset ke azmuth fix AZAL.
Koordinat titik B dihitung dengan terlebih dahulu sudut horisontal θ dan α dihitung dengan
persamaan:
𝜃 = 𝐴𝑍𝐿𝐵 − 𝐴𝑍𝐿𝐴
𝛼 = 𝐴𝑍𝐴𝐵 − 𝐴𝑍𝐴𝐿
Koordinat titik B kemudian dihitung dengan Persamaan 5-5 dan Persamaan 5-6.
B
A
287°19'06"
L
322°57'14" KOORDINAT TETAP
A : 1395.454 1078.806
L : 1268.855 1028.419
Tabel 5-5: Rumus Microsoft Excel untuk Pemotongan ke Depan dari Pengukuran Azimuth
Pada metode perhitungan sebelumnya, untuk menentukan koordinat titik B terlebih dahulu
dihitung sudut luar (θ) dan sudut dalam (α). Rumus yang diuraikan di bawah adalah salah satu
metode menghitung koordinat titik B hanya dengan memasukkan azimuth ukuran AZLB, AZAB dan
koordinat tetap A dan L.
𝛼 = 𝐴𝑍𝐴𝐵 − 𝐴𝑍𝐴𝐿
karena 𝑌𝐿 − 𝑌𝐴 = 𝐷𝐴𝐿 cos(𝐴𝑍𝐴𝐿 ) dan 𝑋𝐿 − 𝑋𝐴 = 𝐷𝐴𝐿 sin(𝐴𝑍𝐴𝐿 ), maka jarak DLB menjadi:
𝑋𝐵 = 𝑋𝐿 + 𝐷𝐿𝐵 . sin(𝐴𝑍𝐿𝐵 )
Persamaan 5-7
𝑌𝐵 = 𝑌𝐿 + 𝐷𝐿𝐵 . cos(𝐴𝑍𝐿𝐵 )
Persamaan 5-8
copy rumus di [I3:J3] ke [I7:J7] untuk menghitung koordinat B dengan referensi titik A
5.1.3 Data pengukuran jarak
B
DAB
A
α
DLB
β
θ L
Pada Gambar 5-7 jarak DAB dan DLB didapat dari pengukuran mulai dari titik tetap A dan L ke titik
yang akan dicari koordinatnya (titik B). Sudut horisontal a dan b dihitung dengan persamaan
cosinus:
2 2 2
𝐷𝐿𝐵 = 𝐷𝐴𝐵 + 𝐷𝐿𝐴 − 2𝐷𝐴𝐵 𝐷𝐿𝐴 cos(𝛼)
2 2 2
𝐷𝐴𝐵 = 𝐷𝐿𝐵 + 𝐷𝐿𝐴 − 2𝐷𝐿𝐵 𝐷𝐿𝐴 cos(𝛽)
2 2 2
𝐷𝐴𝐵 + 𝐷𝐿𝐴 − 𝐷𝐿𝐵
𝛼 = cos −1 � �
2𝐷𝐴𝐵 𝐷𝐿𝐴
2 2 2
𝐷𝐿𝐵 + 𝐷𝐿𝐴 − 𝐷𝐴𝐵
𝛽 = cos −1 � �
2𝐷𝐿𝐵 𝐷𝐿𝐴
𝜃 = 360 − 𝛽
Setelah didapatkan sudut horisontal a dan b, koordinat titik B dihitung dengan Persamaan 5-5
dan Persamaan 5-6.
Metode yang dibahas pada bab ini dibatasi hanya untuk pengukuran sudut. Beberapa metode
untuk perhitungan pemotongan ke belakang dari pengukuruan data sudut antara lain:
• Metode Collins
• Metode Tienstra
Pada bab ini hanya dibahas cara perhitungan dengan metode Collins, Tienstra dan AddIn Solver.
Pada gambar di atas, titik P adalah titik yang akan dihitung koordinatnya berdasarkan
pengukuran sudut horisontal a1 dan a2 dengan mengacu ke koordinat titik tetap A, B dan C.
1. Buat lingkaran melalui titik P dan dua titik tetap misal A dan C
2. Buat garis lurus dari titik P melalui titik ketiga (B) sampai memotong di lingkaran. Pada
gambar di atas titik tersebut memotong di titik H. Titik ini disebut dengan Titik Collins
3. Sesuai dengan sifat sudut dalam lingkaran, maka sudut HAC = sudut BAC, sedangkan
sudut HCA = sudut APB
9. Hitung koordinat P dengan pemotongan ke depan dari data azimuth AZAP dan AZCP
menggunakan Persamaan 5-5 dan Persamaan 5-6.
[H31:I31] Koordinat A
[H33:I33] Koordinat B
[H35:I35] Koordinat C
Tabel 5-6: Rumus Microsoft Excel untuk Pemotongan ke Belakang Metode Collins Kondisi Sudut
Ukuran <180
4. Hitung koordinat Collins (H) dengan pemotongan ke muka menggunakan Persamaan 5-5
dan Persamaan 5-6.
Tabel 5-7: Rumus Microsoft Excel untuk Pemotongan ke Belakang Metode Collins Kondisi Sudut
Ukuran >180
Urutan perhitungan pemotongan ke belakang Metode Tienstra adalah sama untuk kondisi
α1+α2<180 dan α1+α2>180:
<A=AZAC-AZAB
<B=AZBA-AZBC
<C=AZCB-AZCA
1
𝑊1 =
(cot 𝐴 − 𝑐𝑜𝑡 ∝1 )
1
𝑊2 =
(cot 𝐵 − 𝑐𝑜𝑡 ∝3 )
1
𝑊3 =
(cot 𝐶 − 𝑐𝑜𝑡 ∝2 )
Persamaan 5-9
𝑌𝐴 𝑊1 + 𝑌𝐵 𝑊2 + 𝑌𝐶 𝑊3
𝑌𝑃 =
𝑊1 + 𝑊2 + 𝑊3
Persamaan 5-10
copy rumus di [S20:T20] ke bawah sampai di [S22:T22] untuk menghitung nilai cot(α2),
cot(α3), cot(B) dan cot(C)
Tabel 5-8: Rumus Microsoft Excel untuk Pemotongan ke Belakang Metode Tienstra
Proses perhitungan dengan Microsoft Excel sama dengan Metode Tienstra α1+α2<180
BAB 6
Hitungan Detail Situasi
Hitungan detail situasi yang dimaksud di sini adalah proses perhitungan koordinat 3D (3
Dimensi) dari hasil pengukuran situasi. Perhitungan detail situasi dilakukan setelah perhitungan
titik kontrol seperti perhitungan polygon, pemotongan ke muka atau pemotongan ke belakang
sudah dilakukan. Syarat untuk perhitungan detail situasi adalah posisi titik berdiri alat dan
backsight harus sudah diketahui koordinatnya atau azimuth arah ke backsight sudah diketahu
inilainya.
Apabila sudut dari backsight ke titik detail diketahui (dari pengukuran lapangan), maka
koordinat 2D (X,Y) titik detail tersebut dapat dihitung dengan Persamaan 2-5 dan Persamaan
2-6. Sedangkan untuk elevasi (Z) dihitung dengan Persamaan 3-3, Persamaan 3-4 dan
Persamaan 3-5.
Pada Gambar 6-1, adalah contoh skets pengukuran detail situasi saat posisi alat berdiri di titik
ST dengan backsight di titik BS untuk menentukan koordinat titik detail 1001. Koordinat ST dan
BS sudah diketahui koordinatnya.
1. Hitung azimuth dari titik berdiri alat (ST) ke titik backsight (BS) dengan Persamaan 2-4
𝐴𝑍𝑆𝑇−𝑆𝑆 = 𝐴𝑍𝑆𝑇−𝐵𝑆 + 𝛽
4. Hitung jarak datar / Horizontal Distance (HD) dan jarak vertical / Vertical Distance (VD)
dengan Persamaan 3-3 dan Persamaan 3-4.
5. Dari nilai AZST-SS, dan HD hitung koordinat X dan Y dengan Persamaan 2-5 dan
Persamaan 2-6.
6. Hitung beda tinggi (DH) antara station (ST) ke titik detil (SS) dengan Persamaan 3-5
𝑍𝑆𝑆 = 𝑍𝑆𝑇 + 𝐷𝐻
Metode perhitungan dengan Microsoft Excel pada bab ini diuraikan dua tipe yaitu metode dengan
input koordinat station dan backsight dan metode dengan list koordinat.
Apabila titik station dan titik backsight berubah atau berpindah, maka perlu dibuatkan form di
sheet baru untuk perhitungan koordinat detail selanjutnya.
Berikut contoh spread sheet saat ada perpindahan posisi station dan backsight.
Nilai koordinat station dan backsight di sheet [6.1. Detail Situasi (2)] diambil dari hasil hitungan
dari sheet [6.1. Detail Situasi]
Contoh table koordinat yang disimpan pada sheet [BM] dengan format data ID, X, Y , Z dan
Description / Keterangan:
ID harus berupa angka bulat dan digunakan sebagai kunci utama (primary ke) saat pencarian
titik koordinat menggunakan funsi VLOOKUP() dalam Microsoft Excel.
Tahap pertama adalah membuat sheet yang berisi table koordinat melalui fasilitas [Name
Manager] dengan cara sebagai berikut:
2. Saat [A2:E5] masih terblock atau terpilih, pada menu [Formulas] click [Define Name] di
group [Define Names]
4. Click OK
5. Apabila akan menambah list koordinat baru, maka lakukan insert rows di atas garis
merah atau [E5] sehingga nilai range [_ListBM] akan otomatis bertambah. Jika
penambahan di bawah garis merah, maka nilai range [_ListBM] tidak akan berubah.
Tahap selanjutnya adalah membuat sheet hitungan detail dengan susunan form sebagai berikut:
Cell Rumus Keterangan
Copy rumus di range [AF6:AM6] ke bawah sampai batas akhir data pengukuran
Tabel 6-2: Rumus Microsoft Excel untuk Menghitung Koordinat Detail dengan Referensi List Koordinat
BAB 7
Transformasi Koordinat
BAB 8
Hitungan Koordinat Universal Traverse Mercator
(UTM)