You are on page 1of 16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Status Anemia
1.

Pengertian Status Anemia


Status anemia adalah keadaan keseimbangan antara asupan (intake)

zat gizi yang berperan dalam pembentukan haemoglobin seperti Fe,


protein, piridoksin (Vitamin B6), Vitamin C, Vitamin E dan Vitamin B12
dalam tubuh yang diukur dengan indikator kadar haemoglobin darah dan
pengukuran jumlah serta ukuran sel darah merah. (Almatsier, 2002 ).
Anemia gizi disebabkan oleh kekurangan zat gizi yang berperan
dalam pembentukan haemoglobin, baik karena kekurangan konsumsi atau
karena gangguan absorbsi. Zat gizi yang sangat bersangkutan adalah besi,
protein, piridoksin (Vitamin B6) yang berperan sebagai katalisator dalam
sintesis hem di dalam molekul haemoglobin, Vitamin C, yang
mempengaruhi absorbsi dan pelepasan besi dari transferin ke dalam
jaringan tubuh, dan Vitamin E yang mempengaruhi stabilitas membran sel
darah merah. (Almatsier, 2002 ).
Perlu diketahui bahwa orang dengan status anemia kurang baik
tidak dapat difonis, mengalami defisiensi Fe. Indikasi ini dapat dilihat
dengan begitu kompleksnya faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya
anemia. Selain dipengaruhi oleh asupan makanan juga dipengaruhi oleh
infeksi atau investasi parasit, dan inhibitor faktor yang mempengaruhi
penyerapan vitamin dan trace element yang berperan. Namun demikian
indikator kadar haemoglobin dapat memberikan gambaran akan beratnya
anemia yang sedang dialami orang tersebut. Nilai haemoglobin yang
rendah menggambarkan kekurangan besi yang sudah lanjut. Disamping
kekurangan besi, juga kekurangan protein dan Vitamin B6. Kelebihan besi
jarang terjadi karena makanan, tetapi dapat disebabkan oleh suplemen besi.

Gejalanya adalah mual, diare, denyut jantung meningkat, sakit kepala,


mengigau dan pingsan. (Tan dan Almatsier, 2002 ).
2.

Konsep Pengertian Anemia


Ada beberapa konsep pengertian anemia seperti yang dikemukakan
oleh beberapa pendapat di bawah ini.
a.

Menurut Wirakusumah (1999), anemia adalah suatu

keadaan dengan kadar haemoglobin yang lebih rendah dari nilai normal
atau suatu kondisi ketika terdapat defisiensi ukuran atau jumlah
eritrosit atau kandungan haemoglobin.
b.

Menurut World Health Organisation ( WHO, 1975 ),

anemia adalah kondisi dimana kadar haemoglobin dalam darah dibawa


11 gr/100 ml.
c.

Menurut Health Media Nutrition Series terjemahan

Anthony Tan (2002) anemia adalah pengurangan dalam jumlah, warna


atau ukuran sel-sel darah merah.
d.

Menurut Jeamnesmith dan Instant Medical Adviser

(1999), anemia adalah berkurangnya sel darah merah atau haemoglobin


dalam tubuh hingga di bawah standart normal untuk umur tertentu.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa anemia
merupakan suatu kondisi atau keadaan dimana terjadi defisiensi
haemoglobin dan eritrosit dari jumlah, warna, ukuran sel-sel darah di
bawah standart nilai normal untuk umur tertentu. Di bawah ini dapat dilihat
tabel batas normal haemoglobin darah.
a.

Batas Normal haemoglobin darah yang direkomendasikan oleh

WHO (1975) dapat dilihat pada Tabel 1.


TABEL 1
BATAS NORMAL HAEMOGLOBIN DARAH
Kelompok
Bayi/Balita

Batas Nilai Hb
11 g/dl

Usia Sekolah

12 g/dl

Ibu Hamil

11 g/dl

Pria dewasa

13 g/dl

ii

Wanita dewasa
Sumber : Wirakusumah, (1999)
b.

12 g/dl

Di Indonesia berdasarkan rekomendasi Departemen Kesehatan

Republik Indonesia (1995) ditetapkan batas nilai haemoglobin (Hb)


normal dapat dilihat pada Tabel 2 .
TABEL 2
BATAS NORMAL HAEMOGLOBIN DARAH
Kelompok
Anak Bayi/Balita

Batas Nilai Hb
11 g/dl

Anak Usia Sekolah

12 g/dl

Ibu Hamil

11 g/dl

Pria dewasa

13 g/dl

Wanita dewasa

12 g/dl

Ibu menyusui > 3 bulan


Sumber : Wirakusumah (1999)

12 g/dl

B. Klasifikasi Anemia
Secara morfologi, anemia dapat diklasifikasikan menurut ukuran sel
dan haemoglobin yang dikandung.
1.

Anemia Makrositik
Pada anemia makrositik ukuran sel darah merah bertambah besar

dan jumlah haemoglobin tiap sel juga bertambah. Ada dua jenis anemia
makrositik, yaitu anemia megaloblastik dan anemia non-megaloblastik.
Kekurangan Vitamin B12, asam folat, atau gangguan sintesis DNA
merupakan penyebab anemia megaloblastik. Hal ini terjadi oleh
eritropoesis yang dipercepat dan peningkatan luas permukaan membran.
Anemia ini ditunjukkan dengan data laboratorium dimana ukuran eritrosit
lebih dari 5,5 juta / ml. Yang mana normalnya untuk laki-laki 4,5-6,2 juta /
ml, sedangkan untuk perempuan 4-5,5 juta / ml. Jumlah ukuran besarnya
sel darah merah mean corpuscular volume (MCV) meningkat lebih dari 94
Cu micron sedangkan diketahui normalnya antara 80-94 Cu micron, Mean
Corpuscular Hb Concentration (MCHC) atau ukuran konsentrasi

iii

haemoglobin dalam tiap sel (ukuran kromisitas) tetap normal yaitu antara
32 38 %. (Wirakusumah ,1999 ).
2.

Anemia Mikrositik
Mengecilnya ukuran sel darah merah merupakan salah satu tanda

anemia mikrositik. Penyebabnya adalah definisi besi, gangguan sintesis


globin, porfirin dan hem, serta gangguan metabolisme besi lainnya.
Data laboratorium memperlihatkan ukuran eritrosit kurang dari

juta/ml, jumlah Hb kurang dari 11 g/100ml MCV kurang dari 80 Cu micron,


dan MCHC kurang dari 32 %. ( Wirakusumah, 1999 ).
Zat besi dipakai dalam dua bentuk, zat besi hem (zat besi yang
didapati dalam makanan hewani) dan zat besi non hem (zat besi yang
didapati dalam bahan makanan nabati, misalnya padi-padian, buncis,
kacang polong yang dikeringkan, buah-buahan dan sayur-sayuran). Zat besi
hem menyumbangkan sejumlah kecil zat besi pada jumlah diet, bahkan diet
yang mengandung bagian daging yang besar hanya mendapatkan 10 %
hinga 15 % dari jumlah zat besi yang dimakan dari zat besi hem. Namun
demikian zat besi hem diserap dengan baik diantaranya 10 % dan 35 % dari
jumlah yang dimakan melewati rintangan usus dan memasuki peredaran
darah. Zat besi non-hem atau zat besi dari sumber-sumber nabati
merupakan bagian yang besar dari jumlah zat besi yang dimakan seharihari, namun diserap dengan buruk, hanya kira-kira 2 % hingga 10 %
diserap dari diit. Karena zat besi non-hem adalah bagian yang besar dari zat
besi yang dimakan sehari-hari, setiap hal yang akan meningkatkan
penyerapannya adalah penting. (Kartasa poetra, 2003 ).
Zat besi hem dalam makanan dari sumber-sumber hewani
menambah penyerapan zat besi non-hem. Jika keduanya dimakan bersamasama prosentase zat besi yang diserap dari kacang merah bertambah
sebanyak empat kali jika kacang dimakan dengan sejumlah kecil daging
ayam atau daging sapi yang tak mengandung lemak.
Beberapa faktor diet menghindari penyerapan zat besi sedangkan
yang lainnya membantu. Makanan yang tinggi kadar Vitamin C-nya

iv

meningkatkan penyerapan baik zat besi hem maupun zat besi non hem.
Namun dekimian, dimasukkannya teh hitam atau etilenadiamina tetrasetik
(EDTA) pada makanan dapat mengurangi tersedianya zat besi non-hem
sebesar 50 %. EDTA ditambahkan pada beraneka ragam makanan termasuk
bumbu ,salad, mentega, kerang kalengan dan beberapa buah-buahan dan
sayur-sayuran yang diproses. Telur, produk-produk kacang kedelai, dan
kopi pun menghambat penyerapan zat besi. Faktor diit lainnya yang
membatasi tersedianya zat besi adalah fitat, sebuah zat yang ditemukan
dalam gandum. Jika gandum diberi ragi, seperti pada roti beragi, efek yang
mengganggu pada fitat dikurangi. Ini menjadikan roti yang beragi lebih
unggul dari jenis-jenis yang tidak beragi.
Untuk menambah penyerapan zat besi dari makanan :
a.

Memasukkan makanan yang mengandung Vitamin C

pada setiap hidangan.


b.

Masukkan

sejumlah

kecil

daging

yang

tidak

mengandung lemak daging ayam, atau daging ikan dengan hidangan.


c.

Menghindari minum teh atau minum kopi pada

waktu makan.
d.

Menghindari makanan yang mengandung EDTA.

e.

Memasak dalam panci besi. (Emmah, 1999).


Dosis-dosis besar dari zat besi yang diserap oleh perut yang kosong

dapat menyebabkan gangguan perut, seperti mual, distensi, sembelit, atau


diare, dan rasa panas dalam perut. Gejala-gejala ini dapat diredakan dengan
memulai penambahan dengan dosis kecil zat besi dan menambah dosis
perlahan-lahan selama beberapa hari atau beberapa minggu.
Konsumsi Vitamin B12 juga sangat dibutuhkan untuk membantu
pembentukan Hb dalam tubuh. Kekurangan asam folik atau Vitamin B12
dapat diakibatkan dari diet yang rendah dalam sayur-sayuran yang berdaun
hijau gelap atau makanan dari sumber hewani, penyerapan yang buruk atau
meningkatnya kebutuhan zat hara. Penyimpanan asam folik dalam tubuh
dapat berkurang dalam beberapa minggu jika diet rendah dalam Vitamin B

ini. Selain itu, survey nasional menunjukkan kadar asam folik dari diet
Amerika kira-kira setengah dari jumlah yang disarankan, karena itu kurang
mengalami anemia
Kekurangan Vitamin B12 lebih kurang cenderung terjadi karena
tubuh dapat menyimpan vitamin ini untuk berbulan-bulan atau bertahuntahunnya.
Asam folik dan Vitamin B12 adalah perlu untuk perkembangan sel yang
normal. Tidak memadainya jumlah kedua vitamin yang dimakan
mengakibatkan terganggunya pembentukan sel darah merah. Sel-sel darah
merah tidak berkembang dengan baik, sel-sel darah merah mudah rapuh,
mudah pecah, dan tidak efisien untuk mengangkut oksigen ke jaringanjaringan, akibatnya adalah anemia.
Asam

folik

mudah

dihancurkan

oleh

penyimpanan

yang

berkepanjangan, cahaya, panas dalam memasak atau memproses, dan


hilang jika air memasak dibuang. Pemanasan kembali sayur-sayuran
menyebabkan kerusakan lebih lanjut dari asam folik. Buah-buahan dan
sayur-sayuran harus dimakan segar dengan sedikit mungkin memasaknya
atau menyimpannya ( Anthony Tan, 2002 ).
3.

Anemia Normositik
Pada anemia normostik ukuran sel darah merah tidak berubah.

Penyebab anemia jenis ini adalah kehilangan darah yang parah,


peningkatnya

volume

plasma secara berlebihan,

penyakit-penyakit

hemolitik, gangguan endokrin, ginjal dan hati. Dari hasil laboratorium dapat
dilihat eritrositnya normal (4,5 5,5 juta/ml), jumlah Hb normal (11 13
g/100ml), MCV dan MCHC normal (80 90 Cu micron dan

32-38 %).

Penyebabnya bisa terjadi karena peredaran akut, hemolisis, penyakit kronik


atau infeksi, adanya investasi parasit, dan kegagalan sumsum tulang.
(Wirakusumah,1999 ).

vi

C. Penyebab Anemia
Zat besi yang paling berperan dalam proses terjadinya anemia gizi
adalah besi. Defisiensi besi merupakan penyebab utama anemia gizi dibanding
defisiensi zat gizi lain, seperti asam folat, Vitamin B12, protein, Vitamin C dan
Zat mikro lainnya.
Secara umum, faktor utama yang menyebabkan anemia gizi sebagai berikut :
1.

Banyak kehilangan darah

2.

Rusaknya sel darah merah

3.

Kurangnya produksi sel darah merah

4.

Kurangnya kandungan zat besi dalam hidangan sehari-

hari, terutama dari golongan hem (sumber zat besi dari bahan makanan
hewani) seperti hati, daging, kuning telur, tiram, udang, salem, ikan dan
lain-lain.
5.

Penyerapan zat besi, mineral lain dan Vitamin yang sangat

rendah.
6.

Adanya inhibitor faktor (adanya zat-zat yang menghambat

penyerapan zat besi) seperti asam fitat, tannin pada teh, kopi dan bekatul.
Tingkat keasaman lambung atau kekurangan asam klorida di dalam
lambung, penggunaan obat-obatan yang bersifat basa seperti antasid,
menghalangi absorbsi besi.
7.

Adanya parasit di dalam tubuh, misalnya cacing tambang

dan penyakit infeksi lainnya. (Wirakusumah, 1999 ).


D. Dampak Anemia
Anemia yang berhubungan dengan defisiensi besi merupakan suatu
masalah gizi yang paling umum terdapat diseluruh dunia, Defisiensi besi
terutama menyerang golongan rentan, seperti anak-anak, remaja putri, anak
sekolah, ibu hamil dan menyusui serta pekerja berpenghasilan rendah. Secara
klasik defisiensi besi dikaitkan dengan anemia gizi besi. Namun, sejak 25
tahun terakhir banyak bukti menunjukkan bahwa defisiensi besi berpengaruh

vii

luas terhadap kualitas sumber daya manusia, yaitu terhadap kemampuan belajar
dan produktivitas kerja. (Almatsier, 2002 ).
Pengaruh daya tahan terhadap infeksi. Keadaan gizi yang buruk serta
kekurangan zat besi dapat dijumpai pada penderita anemia gizi pada umumnya,
pengaruh pada produktivitas kerja. Anemia ringanpun ternyata dapat
menurunkan kemampuan kerja buru diperkebunan dan pemberian tablet Fe
diikuti oleh peningkatan produktivitas mereka.
Secara klinis dapat dilihat dampak anemia sebagai berikut :
1.

Lelah, lesu, lemah, letih, loyo (5L)

2.

Bibir tampak pucat

3.

Nafas pendek

4.

Lidah licin

5.

Denyut jantung meningkat

6.

Susah buang air besar

7.

Nafsu makan berkurang.

8.

Kadang-kadang pusing

9.

Mudah mengantuk
Untuk mendeteksi organ tubuh secara fisik akan adanya gejala anemia

dapat dilihat pada beberapa organ.


1.

Selaput mata

Selaput mata terlihat pucat, pemeriksaan selaput mata sering dilakukan


merupakan salah tanda yang sangat berguna.
2.

Kuku

Kering dan tidak bercahaya, kemudian lebih pipih dan tipis tampak bentuk
sendok (Koilonyehia).
3.

Mulut, bibir dan lidah

Terdapat stomatis angularis dan atropi papil-papil lidah. Lidah terasa


panas, kering, sakit bila kena makanan.
4.

Disfagia

viii

Rasa sakit waktu menelan karena terdapat kerusakan pada epitel lambung,
sekresi getah lambung menurun yang mengkibatkan terganggunya absorbsi
besi dan memperberat penyakit, (Wirakusumah dan Tan, 2002 ).
E. Penanggulangan Anemia
1.

Meningkatkan konsumsi zat besi dari makanan.

2.

Suplementasi Zat Besi

3.

Fortifikasi Zat Besi

4.

Penanggulangan Penyakit Infeksi dan Parasit

(Almatsier, 2002 ).

F.

Metode Penilaian Kadar Haemoglobin


Melalui pemeriksaan kadar haemoglobin (Hb)
Ada beberapa metode penilaian kadar haemoglobin darah yang
sering digunakan yaitu metode hematin Asam, metode Wong, dan metode
okshihemoglobin. Dari ketiga metode tersebut jarang digunakan karena
mempunyai tingkat validitas yang sering bias, karena itu banyak penilaian
kadar haemoglobin darah menggunakan metode syanmethemoglobin,
mempunyai tingkat validitas yang akurat, dan kesalahan dari pengukuran
ini dapat diminimalisir dengan menstabilkan syanmet Hb sehingga dapat
mengabsorsi sinar pada 540 nano meter.
Pada pemeriksaan ini prinsipnya, darah dicampur dengan larutan
Drabkins Kalium Ferri Cianida, larutan drabkins akan mengoksidasi
Haemoglobin menjadi met Hb dan met Hb kemudian bereaksi dengan
kalium sianida menjadi sianmet Hb. Sianmet Hb sangat stabil dan saintmet
Hb mengabsorbsi sinar 540 nanometer. (S. Dawiesah 1, 1989).

G. Prestasi Belajar
1.

Pengertian Prestasi Belajar

ix

Ada beberapa konsep pengertian prestasi belajar yang dikemukakan


oleh beberapa pendapat di bawah ini :
a.

Menurut Syaiful Bahri (1994), Prestasi Belajar

adalah penilaian pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan siswa


akan pelajaran dan nilai yang terdapat dalam kurikulum yang mengarah
pada tingkat pemahaman dan aplikasi untuk mencapai tujuan kecakapan
seseorang.
b.

Menurut Abdurrachman Saleh (1981), prestasi

belajar adalah hasil yang dicapai siswa dari mempelajari tingkat


penguasaan ilmu pengetahuan tertentu dengan alat ukur berupa evaluasi
yang dinyatakan dalam bentuk angka, huruf, kata atau simbol.
c.

Menurut Thursan Hakim (2004), prestasi belajar

adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan


perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan
kuantitas tingkah laku, seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan,
sikap, kebiasaan, pemahaman, ketrampilan, daya pikir dan kemampuan
lainnya.
Dari beberapa pengertian prestasi belajar jelaslah bahwa prestasi
belajar secara umum merupakan suatu hasil belajar yang dimiliki oleh
seorang siswa dalam memenuhi tujuan nya indikator ini dapat diukur
dengan indeks prestasi atau nilai-nilai lain dalam bentuk huruf, angka, atau
bilangan lain akan kualitas dan kuantitas potensi diri yang sudah dicapai
atau dimilikinya.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
Menurut Thursan Hakim (2004) faktor-faktor yang mempengaruhi
prestasi belajar terdiri atas faktor internal dan faktor eksternal.
a. Faktor internal
Faktor ini merupakan faktor yang berasal dari dalam diri
individu sendiri. Faktor internal terdiri dari faktor biologis dan faktor
psikologis.
1. Faktor biologis (jasmaniah)

Faktor biologis meliputi segala hal yang berhubungan


dengan keadaan fisik atau jasmani individu yang besangkutan.
Keadaan jasmani yang perlu diperhatikan sehubungan dengan
faktor biologis ini diantaranya sebagai berikut :
a.

Kondisi fisik yang normal

b.

Kondisi kesehatan fisik

2. Faktor psikologis (rohaniah)


Faktor psikologis yang mempengaruhi keberhasilan belajar
ini meliputi segala hal yang berkaitan dengan kondisi mental
seseorang. Kondisi mental yang dapat menunjang keberhasilan
belajar adalah kondisi mental yang mantap dan stabil. Kondisi
mental yang mantap dan stabil ini tampak dalam bentuk sikap
mental yang positif dalam menghadapi segala hal, terutama hal-hal
yang berkaitan dengan prestasi belajar, yaitu intelegensi, kemauan,
bakat, dan daya ingat.
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor yang bersumber dari luar
individu itu sendiri. Faktor eksternal meliputi ingkungan keluarga,
lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat dan faktor waktu (Thursan
Hakim, 2004 ).
3. Penilaian Prestasi Belajar
Penilaian prestasi belajar pada dasarnya untuk mengetahui tingkat
prestasi yang dicapai seorang siswa dalam materi pelajaran tertentu, dengan
cara

dilakukan

suatu

evaluasi.

Evaluasi dapat mencakup beberapa aspek yaitu aspek psikologis, kognitif


dan afektif. ( Slameto,2003).
Sistem penilaian di SMU sama antara satu dengan yang lainnya.
Secara garis besar, sistem penilaian tidak terlepas dari kemampuan
menjawab soal ujian, kehadiran dikelas,dan pengerjan tugas. Semua nilai
dengan prosentase tertentu akan digabungkan, sehingga diperoleh nilai

xi

akhir dari mata pelajaran tersebut. Masing-masing bagian dari penilaian


bisa menolong dalam proses kelulusan mata pelajaran tersebut. Nilai-nilai
tersebut akan digabungkan untuk menentukan indeks prestasi (IP) (Anwar
idochi, 2004).
Indeks prestasi adalah angka yang menunjukkan prestasi atau
kemjuan belajar siswa dalam satu semester, yang dihitung setiap akhir
semester. Dengan adanya indeks prestasi, dapat diketahui kemampuan
siswa dalam satu semester. Semakin tinggi indeks prestasit siswa, semakin
besar peluang siswa untuk menempuh kejenjang berikutnya. Memiliki
IP/nilai raport yang baik dapat mengantarkan siswa menyelesaikan proses
belajar dengan cepat pada waktu yang telah ditentukan (Thursan Hakim,
2004 )
Kategori nilai raport berdasarkan Depdiknas dapat dilihat pada
Tabel 3.
TABEL 3
KATEGORI NILAI RAPORT
Huruf
A

Angka
79 100

Baik Sekali

Keterangan

68 78

Baik

56 67

Cukup

50 55

Kurang

0 49

Kurang Sekali

Sumber : Buku Laporan Studi SMU Santo Michael Semarang


Indeks prestasi berguna untuk :
1. Mengetahui kemampuan siswa dalam satu semester, siswa akan
mengetahui hasil studi setelah mengikuti UTS dan UAS. Dengan
mengetahui secara dini maka dapat membantu siswa dalam pengaturan
belajar. Jika hasil belajar siswa sesuai dengan yang diharapkan maka siswa
tinggal mempertahankan cara belajar yang telah dilakukan. Tetapi jika

xii

hasilnya jauh dari harapan maka harus memperbaiki atau mengubah cara
belajarnya.
2. Prestasi belajar yang baik dapat menyelesaikan jenjang yang lebih tinggi
dengan cepat dari waktu yang ditentukan. Nilai yang diperoleh bergantung
pada cara belajar siswa sendiri. (Sudarman, 2004 ).
H. Hubungan Status Anemia dengan Prestasi Belajar
Haemoglobin dalam darah membawa oksigen dari paru-paru keseluruh
jaringan tubuh dan membawa kembali karbon dioksida dari seluruh sel ke
paru-paru untuk dikeluarkan dari tubuh. Mioglobin berperan sebagai reservoir
oksigen ; menerima, menyimpan dan melepas oksigen di dalam sel-sel otot
sebanyak kurang lebih 80% besi tubuh berada di dalam haemoglobin.
Selebihnya terdapat di dalam .mioglobin dan protein lain yang mengandung
besi. Menurun nya produktivitas kerja di sebabkan oleh kekurangan enzimenzim mengandung besi sebagai kofaktor enzim-enzim yang terlibat dalam
metabolisme energi di dalam otot terganggu dan terjadi penumpukan asam
laktat yang menyebabkan rasa lelah. (Evelync Pearce, 2000).
Penelitian-penelitian di Indonesia oleh Soemantri (1985) dan Almatsier
(1989) menunjukkan prestasi belajar pada anak-anak sekolah dasar bila
diberikan

suplemen

besi

mengalami

peningkatan

sebanding

dengan

tercukupinya kadar besi dalam tubuh. Hubungan defisiensi besi dengan fungsi
otak dijelaskan oleh Lozoff dan Yodium pada tahun 1988. Beberapa bagian dari
otak mempunyai kadar besi tinggi yang diperoleh dari transport besi yang
dipengaruhi oleh reseptor transferin. Kadar besi dalam darah meningkat selama
pertumbuhan hingga remaja. Kadar besi otak yang kurang pada masa
pertumbuhan tidak dapat diganti setelah dewasa. Defisiensi besi berpengaruh
negatif terhadap fungsi otak, terutama terhadap fungsi sistem neurotransmitter
(pengantar saraf) akibatnya, kepekatan reseptor saraf dopamin berkurang yang
dapat berakhir dengan hilangnya reseptor tersebut. Daya konsentrasi, daya
ingat dan kemampuan belajar terganggu, ambang batas rasa sakit meningkat,

xiii

fungsi kelenjar tiroid dan kemampuan mengatur suhu tubuh menurun.


(Almatsier, 2002 ).
Pengujian terhadap mental dan motorik anak menunjukkan bahwa anak
yang menderita anemia gizi besi lebih rendah skornya dibandingkan anak yang
normal. Setelah diberi suplemen besi terjadi kenaikkan skor yang berarti pada
kelompok yang tadinya

menderita anemia gizi besi. Di Indonesia telah

dilakukan uji kognitif untuk melihat pengaruh defisiensi besi terhadap


kecerdasan. Pada awalnya, anak yang menderita anemia gizi besi mempunyai
skor kognitif yang lebih rendah dibandingkan dengan anak yang normal.
Setelah diberi preparat besi, status besi anak yang tadinya difisiensi menjadi
normal dan terdapat skor kognitif yang cukup berarti.
Uji prestasi belajar juga dilakukan untuk melihat pengaruh pemberian
suplemen besi terhadap anak yang defisiensi besi. Ternyata setelah diberi zat
besi, prestasi anak yang tadinya menderita anemia gizi besi dapat ditingkatkan
seiring dengan membaiknya status besi anak. Pemberian zat besi kepada anak
dapat membantu meningkatkan kemampuan berkonsentrasi, logika berpikir,
dan daya tangkap terhadap pelajaran yang diberikan. Untuk memperoleh
prestasi belajar yang baik kebutuhan zat besi anak harus diperhatikan begitu
juga dengan remaja putri. Anak sekolah, serta wanita usia produktif yang tidak
jarang mengalami haid dan pengaruh aktivitas lain yang akan mengurangi
konsentrasi haemoglobin dan Fe dalam tubuh. (Wirakusumah, 1999 ).
Untuk meningkatkan prestasi belajar maka diharuskan mengkonsumsi
makanan yang bergizi dan seimbang disamping itu perlu pemenuhan zat gizi
yang berperan dalam pembentukan kadar haemoglobin, agar dapat mengantar
oksigen sebagai sumber energi utama organ-organ vital di dalam tubuh
termasuk fungsi otak untuk berkonsentrasi, dan daya serap, serta .daya simpan
informasi yang masuk ke otak dapat bertahan lama, sehingga tidak mengalami
gangguan kelambatan berpikir. ( Wirakusumah, 1999 ).

xiv

I. Kerangka Teori
GAMBAR 1
HUBUNGAN STATUS ANEMIA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA
SMU DISEMARANG YANG BERASAL DARI PAPUA
Sumber : Modivikasi dari Yayuk Farida Baliwati, Ali Khomsan, C Meti
Dwiriani, (2004).

Ketersediaan
Pangan Wilayah

Sosial Budaya

Daya Beli

Persediaan Pangan
Rumah Tangga
Asupan

Status Anemia

Konsentrasi Belajar

Lingkungan

Prestasi Belajar

xv

Infeksi

J. Kerangka Konsep

Status Anemia

Prestasi Belajar

K. Hipotesis
-

Ada hubungan antara status anemia dengan

prestasi belajar.

xvi

You might also like