Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
A. Status Anemia
1.
keadaan dengan kadar haemoglobin yang lebih rendah dari nilai normal
atau suatu kondisi ketika terdapat defisiensi ukuran atau jumlah
eritrosit atau kandungan haemoglobin.
b.
Batas Nilai Hb
11 g/dl
Usia Sekolah
12 g/dl
Ibu Hamil
11 g/dl
Pria dewasa
13 g/dl
ii
Wanita dewasa
Sumber : Wirakusumah, (1999)
b.
12 g/dl
Batas Nilai Hb
11 g/dl
12 g/dl
Ibu Hamil
11 g/dl
Pria dewasa
13 g/dl
Wanita dewasa
12 g/dl
12 g/dl
B. Klasifikasi Anemia
Secara morfologi, anemia dapat diklasifikasikan menurut ukuran sel
dan haemoglobin yang dikandung.
1.
Anemia Makrositik
Pada anemia makrositik ukuran sel darah merah bertambah besar
dan jumlah haemoglobin tiap sel juga bertambah. Ada dua jenis anemia
makrositik, yaitu anemia megaloblastik dan anemia non-megaloblastik.
Kekurangan Vitamin B12, asam folat, atau gangguan sintesis DNA
merupakan penyebab anemia megaloblastik. Hal ini terjadi oleh
eritropoesis yang dipercepat dan peningkatan luas permukaan membran.
Anemia ini ditunjukkan dengan data laboratorium dimana ukuran eritrosit
lebih dari 5,5 juta / ml. Yang mana normalnya untuk laki-laki 4,5-6,2 juta /
ml, sedangkan untuk perempuan 4-5,5 juta / ml. Jumlah ukuran besarnya
sel darah merah mean corpuscular volume (MCV) meningkat lebih dari 94
Cu micron sedangkan diketahui normalnya antara 80-94 Cu micron, Mean
Corpuscular Hb Concentration (MCHC) atau ukuran konsentrasi
iii
haemoglobin dalam tiap sel (ukuran kromisitas) tetap normal yaitu antara
32 38 %. (Wirakusumah ,1999 ).
2.
Anemia Mikrositik
Mengecilnya ukuran sel darah merah merupakan salah satu tanda
iv
meningkatkan penyerapan baik zat besi hem maupun zat besi non hem.
Namun dekimian, dimasukkannya teh hitam atau etilenadiamina tetrasetik
(EDTA) pada makanan dapat mengurangi tersedianya zat besi non-hem
sebesar 50 %. EDTA ditambahkan pada beraneka ragam makanan termasuk
bumbu ,salad, mentega, kerang kalengan dan beberapa buah-buahan dan
sayur-sayuran yang diproses. Telur, produk-produk kacang kedelai, dan
kopi pun menghambat penyerapan zat besi. Faktor diit lainnya yang
membatasi tersedianya zat besi adalah fitat, sebuah zat yang ditemukan
dalam gandum. Jika gandum diberi ragi, seperti pada roti beragi, efek yang
mengganggu pada fitat dikurangi. Ini menjadikan roti yang beragi lebih
unggul dari jenis-jenis yang tidak beragi.
Untuk menambah penyerapan zat besi dari makanan :
a.
Masukkan
sejumlah
kecil
daging
yang
tidak
waktu makan.
d.
e.
ini. Selain itu, survey nasional menunjukkan kadar asam folik dari diet
Amerika kira-kira setengah dari jumlah yang disarankan, karena itu kurang
mengalami anemia
Kekurangan Vitamin B12 lebih kurang cenderung terjadi karena
tubuh dapat menyimpan vitamin ini untuk berbulan-bulan atau bertahuntahunnya.
Asam folik dan Vitamin B12 adalah perlu untuk perkembangan sel yang
normal. Tidak memadainya jumlah kedua vitamin yang dimakan
mengakibatkan terganggunya pembentukan sel darah merah. Sel-sel darah
merah tidak berkembang dengan baik, sel-sel darah merah mudah rapuh,
mudah pecah, dan tidak efisien untuk mengangkut oksigen ke jaringanjaringan, akibatnya adalah anemia.
Asam
folik
mudah
dihancurkan
oleh
penyimpanan
yang
Anemia Normositik
Pada anemia normostik ukuran sel darah merah tidak berubah.
volume
penyakit-penyakit
hemolitik, gangguan endokrin, ginjal dan hati. Dari hasil laboratorium dapat
dilihat eritrositnya normal (4,5 5,5 juta/ml), jumlah Hb normal (11 13
g/100ml), MCV dan MCHC normal (80 90 Cu micron dan
32-38 %).
vi
C. Penyebab Anemia
Zat besi yang paling berperan dalam proses terjadinya anemia gizi
adalah besi. Defisiensi besi merupakan penyebab utama anemia gizi dibanding
defisiensi zat gizi lain, seperti asam folat, Vitamin B12, protein, Vitamin C dan
Zat mikro lainnya.
Secara umum, faktor utama yang menyebabkan anemia gizi sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
hari, terutama dari golongan hem (sumber zat besi dari bahan makanan
hewani) seperti hati, daging, kuning telur, tiram, udang, salem, ikan dan
lain-lain.
5.
rendah.
6.
penyerapan zat besi) seperti asam fitat, tannin pada teh, kopi dan bekatul.
Tingkat keasaman lambung atau kekurangan asam klorida di dalam
lambung, penggunaan obat-obatan yang bersifat basa seperti antasid,
menghalangi absorbsi besi.
7.
vii
luas terhadap kualitas sumber daya manusia, yaitu terhadap kemampuan belajar
dan produktivitas kerja. (Almatsier, 2002 ).
Pengaruh daya tahan terhadap infeksi. Keadaan gizi yang buruk serta
kekurangan zat besi dapat dijumpai pada penderita anemia gizi pada umumnya,
pengaruh pada produktivitas kerja. Anemia ringanpun ternyata dapat
menurunkan kemampuan kerja buru diperkebunan dan pemberian tablet Fe
diikuti oleh peningkatan produktivitas mereka.
Secara klinis dapat dilihat dampak anemia sebagai berikut :
1.
2.
3.
Nafas pendek
4.
Lidah licin
5.
6.
7.
8.
Kadang-kadang pusing
9.
Mudah mengantuk
Untuk mendeteksi organ tubuh secara fisik akan adanya gejala anemia
Selaput mata
Kuku
Kering dan tidak bercahaya, kemudian lebih pipih dan tipis tampak bentuk
sendok (Koilonyehia).
3.
Disfagia
viii
Rasa sakit waktu menelan karena terdapat kerusakan pada epitel lambung,
sekresi getah lambung menurun yang mengkibatkan terganggunya absorbsi
besi dan memperberat penyakit, (Wirakusumah dan Tan, 2002 ).
E. Penanggulangan Anemia
1.
2.
3.
4.
(Almatsier, 2002 ).
F.
G. Prestasi Belajar
1.
ix
b.
dilakukan
suatu
evaluasi.
xi
Angka
79 100
Baik Sekali
Keterangan
68 78
Baik
56 67
Cukup
50 55
Kurang
0 49
Kurang Sekali
xii
hasilnya jauh dari harapan maka harus memperbaiki atau mengubah cara
belajarnya.
2. Prestasi belajar yang baik dapat menyelesaikan jenjang yang lebih tinggi
dengan cepat dari waktu yang ditentukan. Nilai yang diperoleh bergantung
pada cara belajar siswa sendiri. (Sudarman, 2004 ).
H. Hubungan Status Anemia dengan Prestasi Belajar
Haemoglobin dalam darah membawa oksigen dari paru-paru keseluruh
jaringan tubuh dan membawa kembali karbon dioksida dari seluruh sel ke
paru-paru untuk dikeluarkan dari tubuh. Mioglobin berperan sebagai reservoir
oksigen ; menerima, menyimpan dan melepas oksigen di dalam sel-sel otot
sebanyak kurang lebih 80% besi tubuh berada di dalam haemoglobin.
Selebihnya terdapat di dalam .mioglobin dan protein lain yang mengandung
besi. Menurun nya produktivitas kerja di sebabkan oleh kekurangan enzimenzim mengandung besi sebagai kofaktor enzim-enzim yang terlibat dalam
metabolisme energi di dalam otot terganggu dan terjadi penumpukan asam
laktat yang menyebabkan rasa lelah. (Evelync Pearce, 2000).
Penelitian-penelitian di Indonesia oleh Soemantri (1985) dan Almatsier
(1989) menunjukkan prestasi belajar pada anak-anak sekolah dasar bila
diberikan
suplemen
besi
mengalami
peningkatan
sebanding
dengan
tercukupinya kadar besi dalam tubuh. Hubungan defisiensi besi dengan fungsi
otak dijelaskan oleh Lozoff dan Yodium pada tahun 1988. Beberapa bagian dari
otak mempunyai kadar besi tinggi yang diperoleh dari transport besi yang
dipengaruhi oleh reseptor transferin. Kadar besi dalam darah meningkat selama
pertumbuhan hingga remaja. Kadar besi otak yang kurang pada masa
pertumbuhan tidak dapat diganti setelah dewasa. Defisiensi besi berpengaruh
negatif terhadap fungsi otak, terutama terhadap fungsi sistem neurotransmitter
(pengantar saraf) akibatnya, kepekatan reseptor saraf dopamin berkurang yang
dapat berakhir dengan hilangnya reseptor tersebut. Daya konsentrasi, daya
ingat dan kemampuan belajar terganggu, ambang batas rasa sakit meningkat,
xiii
xiv
I. Kerangka Teori
GAMBAR 1
HUBUNGAN STATUS ANEMIA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA
SMU DISEMARANG YANG BERASAL DARI PAPUA
Sumber : Modivikasi dari Yayuk Farida Baliwati, Ali Khomsan, C Meti
Dwiriani, (2004).
Ketersediaan
Pangan Wilayah
Sosial Budaya
Daya Beli
Persediaan Pangan
Rumah Tangga
Asupan
Status Anemia
Konsentrasi Belajar
Lingkungan
Prestasi Belajar
xv
Infeksi
J. Kerangka Konsep
Status Anemia
Prestasi Belajar
K. Hipotesis
-
prestasi belajar.
xvi