You are on page 1of 101

STUDI TENTANG KONSUMSI PANGAN, STATUS GIZI DAN

AKTIVITAS FISIK SAAT PUASA DAN TIDAK PUASA PADA


MAHASISWA PUTRI TINGKAT PERSIAPAN BERSAMA INSTITUT
PERTANIAN BOGOR

Oleh :
LIA RIAWANTI
A 54104089

PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008

RINGKASAN
Lia Riawanti. A54104089. Studi tentang Konsumsi Pangan, Status Gizi, dan
Aktivitas Fisik Saat Puasa dan Tidak Puasa pada Mahasiswa Putri Tingkat
Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor. Di bawah bimbingan Prof. Dr.
Ir. Ali Khomsan,MS.

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisis konsumsi


pangan, status gizi dan aktivitas fisik puasa dan tidak puasa pada mahasiswa
putri Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor. Tujuan khusus
penelitian ini adalah (1) Mengetahui karakteristik mahasiswi (pendidikan orangtua,
asal daerah orang tua, status akademik, penerimaan uang saku per bulan, dan
pengetahuan gizi). (2) Mengetahui persepsi tubuh mahasiswi ketika berpuasa
Ramadan. (3) Menganalisis perubahan dan perbedaan status gizi mahasiswi
(berat badan dan Indeks Masa Tubuh) pada pra Ramadan, Ramadan, dan
pasca Ramadhan. (4) Menganalisis perbedaan konsumsi pangan (jumlah dan
tingkat kecukupan gizi) pra Ramadan, Ramadan, dan pasca Ramadan dan pola
konsumsi pangan (frekuensi makan dan preferensi makanan) pada pra Ramadan
dan Ramadan. (5) Menganalisis perbedaan durasi aktivitas fisik dan pola
aktivitas mahasiswi pada pra Ramadan dan Ramadan.
Desain penelitian adalah Longitudinal Survey. Penelitian dilaksanakan di
Asrama Putri TPB IPB. Waktu penelitian yaitu pada bulan Agustus hingga
November 2007. Metode penarikan sampel adalah gugus bertahap. Populasi
target merupakan seluruh mahasiswa putri yang tinggal dalam tiga gedung
asrama (A1, A2, dan A3). Tahap pertama dilakukan pemilihan satu gedung
asrama putri secara acak,dan terpilih gedung asrama A2. Tahap kedua dilakukan
pengambilan contoh secara acak dari setiap lorong asrama. Terdapat delapan
lorong asrama dari setiap gedung dan dilakukan pengambilan dua belas contoh
pada setiap lorong secara acak sehingga diperoleh 96 contoh pada pra
Ramadan. Sampel pada bulan Ramadan merupakan sampel pada pra Ramadan
dengan kriteria beragama muslim, melaksanakan puasa Ramadan minimal
empat hari, dan kondisi tubuh sehat. Selanjutnya, diperoleh 41 mahasiswi sesuai
kriteria inklusi pada pengambilan data kedua (Ramadan) dan ketiga (pra
Ramadan).
Jenis data yang dikumpulkan yaitu data primer. Data primer dikumpulkan
melalui pengisian kuesioner dan wawancara. Berat badan dan tinggi badan
mahasiswi diukur langsung menggunakan timbangan digital dan mikrotoise. Data
primer meliputi karakteristik mahasiswi, record konsumsi pangan 2x24 jam, pola
konsumsi pangan, dan record aktivitas mahasiswi selama 2x24 jam. Pengolahan
data menggunakan Microsoft Excel 2003 melalui editing, coding, entry, dan
cleaning. Selanjutnya analisis data menggunakan SPSS 13.0 for Windows
dengan paired t-test dan Willcoxon test dengan tingkat signifikansi 0.05.
Karakteristik mahasiswi tergolong remaja akhir (kisaran umur 16-18
tahun), rata-rata pendidikan orang tua Perguruan Tinggi (PT) dan Sekolah
Menengah Atas (SMA), orang tua berasal dari suku Jawa dan Sunda, jumlah
penerimaan uang saku per bulan sebesar Rp. 497.560 (65% uang saku
digunakan untuk pangan dan 35% untuk non pangan), dan lebih dari separuh
contoh memiliki pengetahuan gizi baik.
Hasil menunjukkan bahwa lebih dari separuh mahasiswi baik saat pra
Ramadan (61%) maupun Ramadhan (63%) merasa lelah pada kisaran pukul
12.01-15.00 dan tidak terdapat perbedaan waktu merasa lelah antara pra

Ramadan dan Ramadan (p>0.05). Persepsi tubuh saat puasa Ramadan,


sebanyak 56% mahasiswi menyatakan biasa saja seperti hari-hari sebelumnya.
Terdapat perbedaan yang signifikan berat badan dan IMT antara pra
Ramadan dengan Ramadan (p<0.01) dan antara Ramadan dengan pasca
Ramadan (p<0.01). Namun tidak terdapat perbedaan berat badan dan IMT pada
pra Ramadan dan pasca Ramadan. Rata-rata mahasiswi memiliki status gizi
normal baik saat pra Ramadan, Ramadan, dan pasca Ramadan.
Rata-rata konsumsi zat gizi mahasiswi (9.8%) mengalami penurunan saat
bulan Ramadan seperti energi, protein, lemak, besi, vitamin C, dan vitamin B.
Sedangkan konsumsi karbohidrat, kalsium, fosfor, dan vitamin A mengalami
kenaikan rata-rata sebesar 10.3%. Penurunan konsumsi gizi diduga karena
kuantitas dan frekuensi makan berkurang pada saat puasa dibandingkan pada
saat tidak puasa. Namun, hasil uji statistik menunjukkan tidak terdapat
perbedaan signifikan konsumsi pangan antara pra Ramadan, Ramadan, dan
pasca Ramadan. Selanjutnya, tidak terdapat perbedaan tingkat konsumsi pangan
antara pra Ramadan, Ramadan, dan pasca Ramadan.
Pola konsumsi pangan terdiri dari frekuensi makan utama, kebiasaan
konsumsi sayur, konsumsi buah, konsumsi susu dan air putih dalam sehari.
Sebanyak 71% contoh terbiasa makan utama tiga kali dalam sehari pada pra
Ramadan. Kebiasaan mengonsumsi sayur dan buah mengalami peningkatan
pada bulan Ramadan. Uji statistik menunjukkan adanya perbedaan konsumsi
sayur, buah dan susu antara pra Ramadan dan Ramadan (p<0.01) namun tidak
terdapat perbedaan yang signifikan pada konsumsi air putih pra Ramadan dan
Ramadan (p>0.05).
Aktivitas terdiri dari durasi mahasiswi melakukan aktivitas dan kebiasaan
melakukan aktivitas (pola aktivitas). Hasil menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan durasi mahasiswi dalam melakukan aktivitas, kebiasaan tidur siang,
durasi kuliah, waktu mengerjakan tugas, kebiasaan berjalan kaki menuju kampus,
dan kebiasaan berolahraga antara pra Ramadan dan Ramadan (p>0.05). Namun
puasa Ramadan menurunkan durasi tidur malam mahasiswi dan terdapat
perbedaan durasi tidur malam pra Ramadan dan Ramadan (p<0.01). Sebagian
besar mahasiswi (93%) tidur malam kurang dari enam jam saat bulan Ramadan.

Filename:
BAB;RINGKASAN
Directory:
C:\Documents and Settings\Ria\My
Documents\SOoN\SKRIPSI\intinya\PLG INTI
Template:
Normal.dot
Title:
RINGKASAN
Subject:
Author:
User
Keywords:
Comments:
Creation Date:
5/4/2008 11:33:00 PM
Change Number:
12
Last Saved On:
5/22/2008 11:37:00 AM
Last Saved By:
User
Total Editing Time: 204 Minutes
Last Printed On:
5/23/2008 11:42:00 AM
As of Last Complete Printing
Number of Pages: 2
Number of Words:
765 (approx.)
Number of Characters: 4,793 (approx.)

ABSTRACT
LIA RIAWANTI. Study of Food Consumption, Nutritional Status, and Physical
Activity During Pre Ramadan, Ramadan, and Post Ramadan Among Female
Students at Bogor Agriculture Institute. Under the Direction of PROF. DR. IR. ALI
KHOMSAN, MS.

The aim of this study to investigate the different of food consumption,


nutritional status, and physical activity. Fourty-one healthy woman (student at
Bogor Agriculture Institute Dormitory) who fasted in the month of Ramadan in
September 2007 were include in this longitudinal survey. Food consumption was
evaluate with food record 2x24 hours. Weight and height of all subject were
measured and Body Mass Index (BMI) was calculated. Physical activity was
record 2x24 hours. Both food consumption and body mass index is measured at
pra Ramadan, Ramadan, and pasca Ramadan fasting. The physical activity,
activity habbits, and food consumption patterns is record in pra Ramadan and
Ramadan fasting. The changes and different of all variable were evaluated with
paired t-test and wilcoxon test. There was a significant decrease in body weight,
body mass index, and duration of sleeping night between pra Ramadan and
Ramadan and so between Ramadan and pasca Ramadan (p<0.01) but not
between pra Ramadan and pasca Ramadan (p>0.05). And then a significant
increase in consumption vegetable, consumtion milk, consumption fruits,
consumption frequency between pra Ramadan and Ramadan. But no statistically
significant differences were found in all subjects between pra Ramadan and
Ramadan measurements (p>0.05), which include nutritional intakes, nutritional
level consumptions, duration for activity, consumption of water, consumption of
milk, washing clothes habbits, frecuency of washing clothes every one week,
college duration a day, feel tired time, exercise habbits, walking habbits goes to
campuss.

Filename:
ABSTRACT
Directory:
C:\Documents and Settings\Ria\My
Documents\SOoN\SKRIPSI\intinya\PLG INTI
Template:
Normal.dot
Title:
ABSTRACT
Subject:
Author:
User
Keywords:
Comments:
Creation Date:
5/16/2008 11:38:00 PM
Change Number:
6
Last Saved On:
5/23/2008 11:26:00 AM
Last Saved By:
User
Total Editing Time: 105 Minutes
Last Printed On:
5/23/2008 11:41:00 AM
As of Last Complete Printing
Number of Pages: 1
Number of Words:
271 (approx.)
Number of Characters: 1,581 (approx.)

STUDI TENTANG KONSUMSI PANGAN, STATUS GIZI DAN


AKTIVITAS FISIK SAAT PUASA DAN TIDAK PUASA PADA
MAHASISWA PUTRI TINGKAT PERSIAPAN BERSAMA INSTITUT
PERTANIAN BOGOR

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar
Sarjana Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga
Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor

Oleh :
LIA RIAWANTI
A 54104089

PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008

Judul

: STUDI TENTANG KONSUMSI PANGAN, STATUS GIZI


DAN AKTIVITAS FISIK SAAT PUASA DAN TIDAK
PUASA PADA MAHASISWA PUTRI TINGKAT
PERSIAPAN
BERSAMA
INSTITUT
PERTANIAN
BOGOR.

Nama Mahasiswa

: LIA RIAWANTI

Nomor Pokok

: A 54104089

Menyetujui :
Dosen Pembimbing,

Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan


NIP. 131 404 218

Mengetahui :
Dekan Fakultas Pertanian,

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr


NIP 131 124 019

Tanggal Lulus :

RINGKASAN
Lia Riawanti. A54104089. Studi tentang Konsumsi Pangan, Status Gizi, dan
Aktivitas Fisik Saat Puasa dan Tidak Puasa pada Mahasiswa Putri Tingkat
Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor. Di bawah bimbingan Prof. Dr.
Ir. Ali Khomsan,MS.
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisis konsumsi
pangan, status gizi dan aktivitas fisik puasa dan tidak puasa pada mahasiswa
putri Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor. Tujuan khusus
penelitian ini adalah (1) Mengetahui karakteristik mahasiswi (pendidikan orangtua,
asal daerah orang tua, status akademik, penerimaan uang saku per bulan, dan
pengetahuan gizi). (2) Mengetahui persepsi tubuh mahasiswi ketika berpuasa
Ramadan. (3) Menganalisis perubahan dan perbedaan status gizi mahasiswi
(berat badan dan Indeks Masa Tubuh) pada pra Ramadan, Ramadan, dan
pasca Ramadhan. (4) Menganalisis perbedaan konsumsi pangan (jumlah dan
tingkat kecukupan gizi) pra Ramadan, Ramadan, dan pasca Ramadan dan pola
konsumsi pangan (frekuensi makan dan preferensi makanan) pada pra Ramadan
dan Ramadan. (5) Menganalisis perbedaan durasi aktivitas fisik dan pola
aktivitas mahasiswi pada pra Ramadan dan Ramadan.
Desain penelitian adalah Longitudinal Survey. Penelitian dilaksanakan di
Asrama Putri TPB IPB. Waktu penelitian yaitu pada bulan Agustus hingga
November 2007. Metode penarikan sampel adalah gugus bertahap. Populasi
target merupakan seluruh mahasiswa putri yang tinggal dalam tiga gedung
asrama (A1, A2, dan A3). Tahap pertama dilakukan pemilihan satu gedung
asrama putri secara acak,dan terpilih gedung asrama A2. Tahap kedua dilakukan
pengambilan contoh secara acak dari setiap lorong asrama. Terdapat delapan
lorong asrama dari setiap gedung dan dilakukan pengambilan dua belas contoh
pada setiap lorong secara acak sehingga diperoleh 96 contoh pada pra
Ramadan. Sampel pada bulan Ramadan merupakan sampel pada pra Ramadan
dengan kriteria beragama muslim, melaksanakan puasa Ramadan minimal
empat hari, dan kondisi tubuh sehat. Selanjutnya, diperoleh 41 mahasiswi sesuai
kriteria inklusi pada pengambilan data kedua (Ramadan) dan ketiga (pra
Ramadan).
Jenis data yang dikumpulkan yaitu data primer. Data primer dikumpulkan
melalui pengisian kuesioner dan wawancara. Berat badan dan tinggi badan
mahasiswi diukur langsung menggunakan timbangan digital dan mikrotoise. Data
primer meliputi karakteristik mahasiswi, record konsumsi pangan 2x24 jam, pola
konsumsi pangan, dan record aktivitas mahasiswi selama 2x24 jam. Pengolahan
data menggunakan Microsoft Excel 2003 melalui editing, coding, entry, dan
cleaning. Selanjutnya analisis data menggunakan SPSS 13.0 for Windows
dengan paired t-test dan Willcoxon test dengan tingkat signifikansi 0.05.
Karakteristik mahasiswi tergolong remaja akhir (kisaran umur 16-18
tahun), rata-rata pendidikan orang tua Perguruan Tinggi (PT) dan Sekolah
Menengah Atas (SMA), orang tua berasal dari suku Jawa dan Sunda, jumlah
penerimaan uang saku per bulan sebesar Rp. 497.560 (65% uang saku
digunakan untuk pangan dan 35% untuk non pangan), dan lebih dari separuh
contoh memiliki pengetahuan gizi baik.
Hasil menunjukkan bahwa lebih dari separuh mahasiswi baik saat pra
Ramadan (61%) maupun Ramadhan (63%) merasa lelah pada kisaran pukul
12.01-15.00 dan tidak terdapat perbedaan waktu merasa lelah antara pra

Ramadan dan Ramadan (p>0.05). Persepsi tubuh saat puasa Ramadan,


sebanyak 56% mahasiswi menyatakan biasa saja seperti hari-hari sebelumnya.
Terdapat perbedaan yang signifikan berat badan dan IMT antara pra
Ramadan dengan Ramadan (p<0.01) dan antara Ramadan dengan pasca
Ramadan (p<0.01). Namun tidak terdapat perbedaan berat badan dan IMT pada
pra Ramadan dan pasca Ramadan. Rata-rata mahasiswi memiliki status gizi
normal baik saat pra Ramadan, Ramadan, dan pasca Ramadan.
Rata-rata konsumsi zat gizi mahasiswi (9.8%) mengalami penurunan saat
bulan Ramadan seperti energi, protein, lemak, besi, vitamin C, dan vitamin B.
Sedangkan konsumsi karbohidrat, kalsium, fosfor, dan vitamin A mengalami
kenaikan rata-rata sebesar 10.3%. Penurunan konsumsi gizi diduga karena
kuantitas dan frekuensi makan berkurang pada saat puasa dibandingkan pada
saat tidak puasa. Namun, hasil uji statistik menunjukkan tidak terdapat
perbedaan signifikan konsumsi pangan antara pra Ramadan, Ramadan, dan
pasca Ramadan. Selanjutnya, tidak terdapat perbedaan tingkat konsumsi pangan
antara pra Ramadan, Ramadan, dan pasca Ramadan.
Pola konsumsi pangan terdiri dari frekuensi makan utama, kebiasaan
konsumsi sayur, konsumsi buah, konsumsi susu dan air putih dalam sehari.
Sebanyak 71% contoh terbiasa makan utama tiga kali dalam sehari pada pra
Ramadan. Kebiasaan mengonsumsi sayur dan buah mengalami peningkatan
pada bulan Ramadan. Uji statistik menunjukkan adanya perbedaan konsumsi
sayur, buah dan susu antara pra Ramadan dan Ramadan (p<0.01) namun tidak
terdapat perbedaan yang signifikan pada konsumsi air putih pra Ramadan dan
Ramadan (p>0.05).
Aktivitas terdiri dari durasi mahasiswi melakukan aktivitas dan kebiasaan
melakukan aktivitas (pola aktivitas). Hasil menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan durasi mahasiswi dalam melakukan aktivitas, kebiasaan tidur siang,
durasi kuliah, waktu mengerjakan tugas, kebiasaan berjalan kaki menuju kampus,
dan kebiasaan berolahraga antara pra Ramadan dan Ramadan (p>0.05). Namun
puasa Ramadan menurunkan durasi tidur malam mahasiswi dan terdapat
perbedaan durasi tidur malam pra Ramadan dan Ramadan (p<0.01). Sebagian
besar mahasiswi (93%) tidur malam kurang dari enam jam saat bulan Ramadan.

ABSTRACT
LIA RIAWANTI. Study of Food Consumption, Nutritional Status, and Physical
Activity During Pre Ramadan, Ramadan, and Post Ramadan Among Female
Students at Bogor Agriculture Institute. Under the Direction of PROF. DR. IR. ALI
KHOMSAN, MS.

The aim of this study to investigate the different of food consumption,


nutritional status, and physical activity. Fourty-one healthy woman (student at
Bogor Agriculture Institute Dormitory) who fasted in the month of Ramadan in
September 2007 were include in this longitudinal survey. Food consumption was
evaluate with food record 2x24 hours. Weight and height of all subject were
measured and Body Mass Index (BMI) was calculated. Physical activity was
record 2x24 hours. Both food consumption and body mass index is measured at
pra Ramadan, Ramadan, and pasca Ramadan fasting. The physical activity,
activity habbits, and food consumption patterns is record in pra Ramadan and
Ramadan fasting. The changes and different of all variable were evaluated with
paired t-test and wilcoxon test. There was a significant decrease in body weight,
body mass index, and duration of sleeping night between pra Ramadan and
Ramadan and so between Ramadan and pasca Ramadan (p<0.01) but not
between pra Ramadan and pasca Ramadan (p>0.05). And then a significant
increase in consumption vegetable, consumtion milk, consumption fruits,
consumption frequency between pra Ramadan and Ramadan. But no statistically
significant differences were found in all subjects between pra Ramadan and
Ramadan measurements (p>0.05), which include nutritional intakes, nutritional
level consumptions, duration for activity, consumption of water, consumption of
milk, washing clothes habbits, frecuency of washing clothes every one week,
college duration a day, feel tired time, exercise habbits, walking habbits goes to
campuss.

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Cakung, Jakarta Timur, pada tanggal 28 Maret 1986.
penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara dari keluarga Bapak Suyadi dan
Ibu Sri Hartinah.
Pendidikan SD ditempuh dari tahun 1992 sampai 1998 di Sekolah Dasar
Negeri 05 Pagi Penggilingan Jakarta. Tahun 1998 penulis melanjutkan sekolah
di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 236 Jakarta hingga tahun 2001.
kemudian pada tahun yang sama, penulis melanjutkan studi di Sekolah
Menengah Atas Negeri 21 Jakarta dan lulus tahun 2004.
Pada bulan Agustus 2004 penulis diterima sebagai mahasiswa Institut
Pertanian Bogor di Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga melalui
jalur SPMB. Pada tingkat pertama, penulis masuk kedalam keanggotaan Korps
Sukarela Palang Merah Indonesia Unit I Institut Pertanian Bogor menjadi anggota
tetap angkatan 14 dan menjabat sebagai Kepala Divisi Rumah Tangga periode
tahun 2005-2006. Kemudian tahun kedua, penulis masuk kedalam keanggotaan
HIMAGITA (Himpunan Mahasiswa Gizi Pertanian) menjabat sebagai Sekretaris
Divisi Dana Usaha.

Penulis diterima dalam Program Kreativitas Mahasiswa

Kewirausahaan berkelompok yang diadakan oleh Dirjen Pendidikan Tinggi


Departemen Pendidikan Nasional Jakarta tahun 2005-2006. Produk yang dibuat
dan dipasarkan adalah sirup wortel dalam kemasan botol kaca.
Pada

tahun

yang

sama

(2006),

penulis

mengikuti

pelatihan

penanggulangan bencana selama tiga hari dan dikirim sebagai tim relawan
gempa bumi Yogyakarta selama satu bulan. Kegiatan tersebut diselenggarakan
oleh Ketua Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia,
IPB. Penulis juga pernah mengikuti Kuliah Kerja Profesi selama dua bulan di
Desa Mulyasari, Cianjur. Sejak bulan September 2007 penulis diterima sebagai
tim pengajar bimbingan belajar Q-ta hingga saat ini.

PRAKATA
Syukur Alhamdulillah puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang tak
terhingga kepada :
1.

Prof. Dr. Ir Ali Khomsan sebagai Dosen Pembimbing yang banyak


memberikan bimbingan dan arahan dengan sabar sejak penyusunan
proposal penelitian hingga selesainya skripsi ini.

2.

Dr. Ir. Siti Madanijah, MS sebagai Dosen Pemandu Seminar dan


Firdaus, Yuza Anzola, Friska Amalia dan Ari Adriyani sebagai
pembahas seminar.

3.

Dr. Ir. Dadang Sukandar, M.Si sebagai Dosen Penguji yang telah
memberikan masukan yang berharga untuk kesempurnaan skripsi ini.

4.

Ibu Ikeu Ekayanti yang telah memberikan masukan tentang uji statistik
dan metode penarikan sampel.

5.

Kepala Badan Pengelola Asrama TPB IPB, Bapak Bony atas ijin yang
diberikan untuk melaksanakan penelitian di Asrama Putri TPB.

6.

Seluruh Senior Residence Gedung A2, khususnya kepada sahabatku


Wacih Tresnasih yang telah membantu dan memberikan semangat
selama melaksanakan penelitian.

Serta seluruh mahasiswi asrama

putri gedung A2 atas kesediaan dan kerjasamanya menjadi contoh


penelitian.
7.

Bapak dan Ibu tercinta atas doa, kasih sayang, dan semangat yang tak
terhingga untuk membesarkan, merawat dan membiayai penulis hingga
berhasil menjadi Sarjana Gizi sampai saat ini. Walaupun bapak sudah
tiada, semoga bapak turut bahagia di Surga sana. Kakak dan Adikku
tersayang Mbak Eva dan Tiwi atas kehangatan keluarga yang telah
diberikan serta kepada Mas Ahmad Yassin terkasih atas perhatian, doa
dan semangat yang diberikan untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

8.

Mas Rena dan Bapak Ugan yang telah sabar melayani segala
administrasi mahasiswa GMSK serta Mbak Khairunissa tersayang atas
segala ide dan masukan untuk penulis.

9.

Semua sahabat tercinta GMSK41 atas kekompakan dan keceriaan


bersama selama empat tahun. Khususnya kepada sahabatku Kiki, Icus,

Nining, Rena, Yulia, Indria Lenjoy, Cici, Vika Huey, Nova Onye, Pyn,
Tiche, Ari Kity, Raditha, Aqsa, Angel, Any, Venny, Ibnu, Ima, dan Icha.
10.

KSRers (Iqbal, Alwan, Yuyun, Opie, Mbak Fitri, Kak Fajar, Mbak Nurul,
dkk) tetap semangat, salam Aspecia Humanity!!.

11.

GMSK40 Mbak Eka, Mbak Wew atas pinjaman handoutnya selama


beberapa semester dan Mbak Ika atas soft-DKBMnya serta Mas
Darmaning atas keakraban di divisi Dana Usaha HIMAGITA.

12.

KKPers Cianjur, Daddy Iwan (AGB), Umi Wacih (HORTI), Bang Islam
(EKBANG), Dik Ria (KPM) dan Barira (EPS).

13.

Kak Nina dan Kak Aswin serta kawan-kawan di Bimbel Q-ta.

14.

Adikku tersayang di kostan (Ari, Viana, Deby, Amel) dan semuanya


yang tak bisa penulis ucapkan satu persatu. Namun tidak mengurangi
rasa syukur dan ucapan terimakasih yang sedalam-dalamnya.

DAFTAR ISI
Halaman
PRAKATA .................................................................................................

DAFTAR ISI ..............................................................................................

ii

DAFTAR TABEL .......................................................................................

iv

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................

vi

PENDAHULUAN
Latar Belakang ..............................................................................

Tujuan ...........................................................................................

Hipotesis .......................................................................................

Kegunaan Penelitian ....................................................................

TINJAUAN PUSTAKA
Pola Konsumsi Pangan ................................................................

Konsumsi Gizi ...............................................................................

Pola Pengeluaran Pangan ............................................................

Preferensi Konsumsi Pangan .......................................................

Kebiasaan Makan .........................................................................

Aktivitas dan Kesegaran Jasmani ................................................

Puasa ...........................................................................................

Remaja dan Mahasiswa ..............................................................

13

Pendidikan Orangtua ...................................................................

15

Pengetahuan Gizi ........................................................................

15

Pengukuran Pengetahuan Gizi ....................................................

16

Status Gizi ....................................................................................

17

Sistem Penilaian Status Gizi ........................................................

18

Indeks Masa Tubuh ......................................................................

19

Indikator Status Gizi ......................................................................

20

KERANGKA PEMIKIRAN ........................................................................

21

METODE PENELITIAN
Desain, Tempat dan Waktu .........................................................

24

Penarikan Contoh .........................................................................

24

Jenis dan Cara Pengumpulan Data ..............................................

25

Pengolahan dan Analisis Data .....................................................

26

Definisi Operasional .....................................................................

28

HASIL DAN PEMBAHASAN


Karakteristik Contoh ......................................................................

29

Persepsi Kondisi Tubuh saat Ramadan ........................................

34

Perubahan Anthropometri .............................................................

36

Konsumsi Pangan .........................................................................

38

Pola Konsumsi Pangan Contoh ....................................................

42

Aktifitas Fisik Contoh ....................................................................

45

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan .................................................................................

52

Saran ..........................................................................................

53

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................

54

LAMPIRAN ..............................................................................................

59

DAFTAR TABEL
Nomor
1.
2.

Halaman

Kecukupan gizi yang dianjurkan bagi remaja dan dewasa awal ............

18

Klasifikasi IMT menurut kriteria komite obesitas Asia Pasifik .................

20
3.

Nilai titik batas IMT yang direkomendasikan ..........................................

20

4.

Jenis dan cara pengumpulan data .........................................................

25

5.

Kategori IMT yang disesuaikan ....

26

6.

Kategori tingkat kecukupan gizi yang disesuaikan ....

27

7.

Sebaran pendidikan orang tua contoh ....................................................

29
8.

Sebaran suku orang tua contoh ...........

9.

Sebaran contoh berdasarkan fakultas .. 31

10.

Sebaran contoh berdasarkan penerimaan dan


pengeluaran

pangan

30

...

32
11.

Sebaran contoh berdasarkan persentase pengeluaran ............

33
12.

Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan menabung ................

33
13.

Sebaran contoh berdasarkan tingkat pengetahuan gizi ...

34
14.

Sebaran contoh berdasarkan waktu merasa lelah ..................................

35
15.

Sebaran contoh berdasarkan persepsi tubuh berpuasa .........................

36
16.

Sebaran contoh berdasarkan berat badan, tinggi badan, dan IMT......

37
17.

Sebaran contoh berdasarkan perubahan berat badan ...........................

37
18

Sebaran contoh berdasarkan IMT ....

38
19.
39

Sebaran contoh berdasarkan konsumsi zat gizi ............

20.

Sebaran contoh berdasarkan tingkat konsumsi gizi ......

41
21.

Sebaran contoh berdasarkan frekuensi makan tidak puasa ....

42
22.

Sebaran contoh berdasarkan konsumsi sayur ...

42

23.

Sebaran contoh berdasarkan konsumsi buah ........ ..

43

24.

Sebaran contoh berdasarkan konsumsi susu ....

44

25.

Sebaran contoh berdasarkan konsumsi air putih ..

44

26.

Sebaran contoh berdasarkan jenis kegiatan .....

46

27.

Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan tidur siang ....

47

28.

Sebaran contoh berdasarkan durasi tidur malam .....

48

29.

Sebaran contoh berdasarkan durasi kuliah ...

49

30.

Sebaran contoh berdasarkan waktu mengerjakan tugas ....

49

31.

Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan jalan kaki ...............................

50

32.

Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan mencuci baju sendiri .............

50

33.

Sebaran contoh berdasarkan frekuensi mencuci baju sendiri ...............

51

34.

Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan olah raga ...............................

51

DAFTAR GAMBAR
Nomor

Halaman

1. Jenis Ukuran Antropometri Gizi .........................................................

19

2. Bagan Kerangka Pemikiran ...............................................................

23

3. Bagan Cara Penarikan Contoh ..........................................................

24

DAFTAR LAMPIRAN
Nomor

Halaman

1. Kuesioner ..........................................................................................

60

2. Statistik Berat Badan, Tinggi Badan, dan IMT ...................................

77

3. Pola Perubahan Indeks Massa Tubuh ..............................................

77

4. Durasi Aktifitas Pra Ramadan dan Ramadan ....................................

78

5. Level Signifikan Hasil Penelitian ........................................................

80

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Agama Islam menetapkan aturan puasa setelah sholat dalam rukun Islam.
Kewajiban berpuasa ditetapkan di Madinah pada tahun dua Hijriyah, dan untuk
menjalankannya ditetapkan pada setiap bulan Ramadan. Oleh karena itu, setiap
tahun ratusan juta umat islam menyelenggarakan ibadah puasa Ramadan.
Disebutkan dalam beberapa ayat al-Quran bahwa puasa itu sangat baik bagi
kaum mukminin. Hal ini menunjang keingintahuan manusia di bidang kesehatan.
Selama ini, pengungkapan hikmah puasa dan perubahan-perubahan
yang terjadi dalam tubuh selalu berdasarkan hasil penelitian dari negara lain
yang berpenduduk Islam. Pencatatan masukan makanan selama bulan puasa
oleh karyawati di lingkungan Nutrition Institute di Tunisia menunjukkan bahwa
tidak ada perubahan jumlah masukan energi selama puasa dibandingkan dengan
sebelum dan setelah bulan Ramadhan. Meskipun frekuensi makan menjadi
hanya dua kali. Hal ini berbeda dengan subyek yang diteliti di Saudi Arabia,
masukan energi mereka meningkat selama bulan puasa. Atau bahkan menurun
seperti yang terjadi pada subyek penelitian di India. Tampak jelas bahwa
perbedaan tersebut sangat ditentukan oleh kebiasaan makan dan kebudayaan
setempat

yang

masih

mempengaruhi

perilaku

kehidupan

beragama

masyarakatnya (Soetrisno et al 2000).


Puasa sebagaimana dijalankan umat Islam, tergolong sebagai partial
fasting, karena puasa ini dibatasi oleh makan sahur dan buka puasa. Lain halnya
dengan pro-longed fasting, yaitu puasa yang dilaksanakan secara terus menerus
guna mengetahui daya tahan seseorang setelah sekian hari tidak makan kecuali
minum (Khomsan 2002).
Menurut Hardinsyah (2004) puasa bukan sekedar menahan diri dari
makan dan minum. Puasa telah dipercaya dan dibuktikan kaya akan berkah dan
manfaat, baik secara fisik maupun non-fisik bagi yang melakukannya dengan
baik dan sempurna. Sebagian orang tidak merasakan dan memperoleh manfaat
fisik berupa kesehatan dari puasa Ramadhan karena ketidaktahuan atau terlena.
Bahkan sebaliknya tidak jarang pula terjadi setelah Ramadhan, semakin banyak
orang sakit.

Seperti menurut Khomsan (2005) kolesterol tinggi bisa muncul

karena pada saat berbuka puasa kita membiasakan diri dengan makanan yang
banyak mengandung lemak seperti santan.

Menurut Hardinsyah (2004) salah satu indikasi puasa yang baik dan
benar adalah mengawali berbuka, mengakhirkan sahur, berhenti makan dan
minum sebelum kenyang, dan melakukan ibadah di malam hari. Makanan sahur
akan mempersiapkan tubuh kita untuk melakukan aktivitas sepanjang hari. Dari
segi gizi, dianjurkan agar makanan sahur dipersiapkan secara lengkap empat
sehat lima sempurna. Meski selera makan ketika sahur biasanya kurang baik,
namun harus dipaksakan agar gizi yang dikonsumsi memenuhi syarat kuantitas
dan kualitas. Agar lebih efektif, makan sahur sebaiknya dilakukan menjelang
waktu imsak sehingga waktu jam puasa tidak terlalu panjang (Khomsan, 2000).
Pengurangan jumlah asupan makanan saat puasa Ramadhan (partial
fasting) terjadi karena seseorang yang biasanya mengonsumsi makanan sehari
tiga kali menjadi hanya dua kali saja. Menurut Basuki (2005) jika hal ini
berlangsung secara terus menerus, akan mempengaruhi keseimbangan energi
dan penurunan komposisi lemak tubuh serta akan menurunkan jumlah asupan
gizi yang masuk ke dalam tubuh. Oleh karena itu, diperkirakan akan terjadi
penurunan status gizi seseorang, ditandai oleh penurunan berat badan. Namun,
sebagian kasus justru terjadi kenaikan berat badan setelah berpuasa.
Penelitian tentang tingkat konsumsi dan produktivitas (aktivitas) tenaga
kerja wanita pada saat puasa di pabrik garmen kawasan berikat Nusantara
Tanjung Priok pada tahun 1997 menunjukkan bahwa tingkat konsumsi bahan
sumber protein hewani lebih tinggi dibandingkan dengan konsumsi energi selama
puasa Ramadhan. Meskipun konsumsi energi mengalami penurunan, namun
masih mencukupi kebutuhan sehari. Penurunan komponen darah seperti glukosa
dan Hb selama berpuasa tidak menyebabkan hipoglikemia maupun anemia.
Selama berpuasa, bahkan terjadi perbaikan kebugaran disertai peningkatan
produktivitas.
Pola makan adalah cara makan baik di rumah maupun di luar rumah,
yang meliputi frekuensi dan waktu makan, jenis dan jumlah makanan yang
dikonsumsi, termasuk makanan yang disukai dan makanan pantangan (Suhardjo
1989). Elizabeth dan Sanjur (1981) diacu dalam Suhardjo (1989) menyatakan
bahwa ada tiga faktor utama yang mempengaruhi konsumsi pangan, yaitu : (1)
karakter

individu

seperti

umur,

jenis

kelamin,

pendidikan,

pendapatan,

pengetahuan gizi dan kesehatan; (2) karakter makanan atau pangan seperti rasa,
rupa, tekstur, harga, tipe makanan, bentuk dan kombinasi makanan; dan (3)

karakter lingkungan seperti musim, pekerjaan, mobilitas dan tingkat sosial


masyarakat.
Pada saat puasa, makan dan minum hanya dilakukan pada malam hari
dengan kegiatan fisik yang tetap rutin dilakukan di siang hari. Selama puasa
terjadi perubahan frekuensi makan, asupan zat gizi, serta perubahan metabolik
dan fisiologik, seperti yang telah dilaporkan oleh beberapa peneliti di berbagai
negara (Soetrisno et al 2000).
Keseimbangan energi berhubungan erat dengan aktivitas. Menurut
Suhardjo (1989) makin banyak seseorang aktif secara fisik, makin banyak jumlah
energi yang diperlukan untuk melakukan kegiatan fisik yang sama, orang yang
berbadan besar menggunakan lebih banyak energi daripada yang berbadan kecil.
Untuk menggerakkan tubuh seseorang yang lebih besar diperlukan energi yang
lebih banyak. Tetapi, kegiatan fisik lebih memicu banyak pengeluaran energi
daripada pengaruh perbedaan ukuran (Suhardjo et al 1986).
Pengurangan jumlah asupan makanan saat puasa Ramadhan (partial
fasting) terjadi karena seseorang yang biasanya mengonsumsi makanan sehari
tiga kali menjadi hanya dua kali saja. Menurut Basuki (2005) jika hal ini
berlangsung secara terus menerus, akan mempengaruhi keseimbangan energi
dan penurunan komposisi lemak tubuh serta akan menurunkan jumlah asupan
gizi yang masuk ke dalam tubuh. Meskipun kadang kala, perubahan pola makan
saat puasa dapat mengakibatkan beberapa perubahan metabolisme tubuh.
Tubuh akan beradaptasi terhadap perubahan pola konsumsi makan saat puasa,
sehingga sering ditemui beberapa kasus terjadi penurunan berat badan dan
status kesehatan. Oleh karena itu, menjadikan suatu inspirasi bagi penulis untuk
meneliti hal tersebut.

Tujuan
Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisis konsumsi
pangan, status gizi dan aktivitas fisik puasa dan tidak puasa pada mahasiswa
putri Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor.

Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui karakteristik mahasiswi (pendidikan orangtua, asal daerah
orang tua, status akademik, penerimaan uang saku, dan pengetahuan
gizi).
2. Mengetahui persepsi tubuh mahasiswi ketika berpuasa Ramadan.
3. Menganalisis perubahan dan perbedaan status gizi mahasiswi (berat
badan, dan Indeks Massa Tubuh) pada pra Ramadan, Ramadan, dan
pasca Ramadhan.
4. Menganalisis perbedaan konsumsi pangan (jumlah dan tingkat konsumsi
gizi) pra Ramadan, Ramadan, dan pasca Ramadan dan pola konsumsi
pangan (frekuensi makan dan preferensi makanan) pada pra Ramadan,
dan Ramadan.
5. Menganalisis perbedaan durasi aktifitas fisik dan pola aktifitas mahasiswi
pada pra Ramadan dan Ramadan.
Hipotesis
1. Terdapat perbedaan status Anthropometri mahasiswi (berat badan dan
Indeks Massa Tubuh) saat puasa dan tidak puasa.
2. Terdapat perbedaan konsumsi pangan (jumlah dan tingkat konsumsi gizi)
dan pola konsumsi pangan (frekuensi dan preferensi makanan) saat
puasa dan tidak puasa.
Kegunaan
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
kepada mahasiswa pada umumnya dan khususnya kepada mahasiswa IPB.
Informasi tentang konsumsi pangan dan dampak puasa terhadap asupan zat
gizi ini dapat menjadi gambaran untuk persiapan menghadapi bulan
Ramadan dan mengetahui makanan yang baik saat puasa sebagai
pengimbang energi yang dibutuhkan untuk menjalankan aktivitas sehari-hari.

TINJAUAN PUSTAKA
Pola Konsumsi Pangan

Pola makan adalah cara makan baik di rumah maupun di luar rumah, yang
meliputi frekuensi dan waktu makan, jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi,
termasuk makanan yang diisukai dan makanan pantangan (Suhardjo, 1989).
Menurut Kardjati, Alisjahbana dan Kusin (1985) diacu dalam Novelina (2003)
pola makan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai
macam dan jumlah bahan makanan yang dimakan seseorang dan merupakan ciri
khas untuk kelompok masyarakat tertentu. Elizabeth dan Sanjur (1981) diacu
dalam Suhardjo (1989) menyatakan bahwa ada tiga faktor utama yang
mempengaruhi konsumsi pangan seperti : (1) umur, jenis kelamin, pendidikan,
pendapatan, pengetahuan gizi, dan kesehatan; (2) karakter pangan atau makanan
seperti rasa, rupa, tekstur, harga, tipe makanan, bentuk, dan kombinasi makanan;
dan (3) karakter lingkungan seperti musim, pekerjaan, mobilitas dan tingkat sosial
masyarakat. Namun, hasil survey Biro Pusat Statistik (2006) menunjukkan bahwa
pola konsumsi penduduk berubah dari waktu ke waktu dan antara daerah satu
dengan daerah lainnya tergantung dari selera, pendapatan dan lingkungan.
Departemen Kesehatan (1995) diacu dalam Novelina (2003) menyatakan
pola makan yang baik dapat dinilai dari susunan hidangan yang seimbang.
Hidangan gizi seimbang adalah makanan yang mengandung zat tenaga, zat
pembangun dan zat pengatur yang dikonsumsi seseorang dalam sehari sesuai
kebutuhan tubuhnya.
Konsumsi Gizi
Pangan menyediakan unsur-unsur kimia tubuh yang dikenal sebagai zat
gizi. Pada gilirannya, zat gizi tersebut menyediakan tenaga bagi tubuh, mengatur
proses dalam tubuh dan membuat lancarnya pertumbuhan serta memperbaiki
jaringan tubuh. Jika pangan dipilih secara bijaksana dan seseorang memakannya
dengan cukup, maka pangan tersebut menyediakan semua zat gizi yang
diperlukan tubuh dalam perbandingan yang diinginkan agar berfungsi dengan
baik (Suhardjo 1986).
Menurut Muhilal, Jalal dan Hardinsyah (1998) pangan sebagai sumber zat
gizi, bagi makhluk hidup umumnya dan manusia pada khususnya merupakan
kebutuhan pokok yang harus dikonsumsi setiap hari. Berbeda dengan kebutuhan
hidup yang lain, kebutuhan pangan hanya memerlukan jumlah secukupnya.
Kekurangan maupun kelebihan konsumsi pangan, apabila dialami dalam waktu
lama, akan berdampak buruk terhadap kesehatan.

Konsumsi makanan adalah jenis dan banyaknya makanan yang dimakan


dan dapat diukur dengan jumlah bahan makanan atau jumlah kalori dan zat gizi.
Dalam praktek sehari-hari konsumsi makanan selain diperhitungkan dari
persediaan bahan makanan yang harus disesuaikan dengan ukuran penduduk,
rumah tangga/keluarga dan individu, juga dapat dilihat dari berat badan, tinggi
badan, umur dan jenis kelamin. Pada dasarnya konsumsi makanan dipengaruhi
oleh dua faktor pokok yaitu internal dan eksternal. Faktor internal ialah faktor
yang ada pada diri manusia itu sendiri seperti emosi, kebiasaan/tabu, pendidikan,
sex, umur dan kesehatan. Keadaan tubuh seseorang (kesehatan) seperti sakit,
marah atau murung akan mempengaruhi konsumsi makanan seseorang. Faktor
eksternal seperti bahan pangan yang tersedia oleh alam sekitarnya dan daya beli
(Anonymous 1979).
Menurut BPS (2006) konsumsi dapat dinyatakan dalam rupiah namun
untuk menggambarkan kesejahteraan penduduk atau golongan penduduk
tertentu, hasilnya tidak selalu cermat. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan
harga di antara pasar komoditi bernagai golongan tersebut. Oleh karena itu,
harus dipertimbangkan dalam setiap analisis pengeluaran konsumsi.
Menurut Muhilal et al. (1998) kecukupan pangan dapat diukur secara
kualitatif dan kuantitatif. Ukuran kualitatif antara lain meliputi nilai sosial, ragam
jenis bahan pangan dan cita rasa. Nilai kuantitatif yang umum digunakan adalah
kandungan zat gizi. Banyak sekali ragam gizi yang diperlukan oleh tubuh, yang
terdiri dari lima kelompok besar, yaitu karbohidrat, protein, lemak, mineral dan
vitamin. Jika dilihat dari jenis zat gizinya, tubuh manusia memerlukan sekitar 4550 macam zat gizi. Zat gizi yang diperlukan tubuh itu meliputi sepuluh macam
asam amino, tiga macam asam lemak, sekitar empat belas macam vitamin dan
sekitar 15-19 macam mineral disamping kebutuhan energi.
Pada dasarnya konsumsi makanan sehari-hari masyarakat memadai jika
memenuhi dua kriteria kecukupan, yaitu kecukupan kalori dan protein.
Kebutuhan kalori biasanya diperoleh dari konsumsi makanan pokok (karbohidrat),
sementara kebutuhan protein sebagian besar diperoleh dari konsumsi makanan
yang berasal dari hewan, seperti daging, ikan, telur, dan susu (BPS 2006).

Pola Pengeluaran Pangan


Makanan merupakan kebutuhan pook manusia untuk tetap hidup,
sehingga

dengan

pendapatannya,

setiap

orang

akan

berusaha

untuk

mendapatkan makanan yang memadai. Orang atau rumah tangga akan terus
menambah konsumsi makanannya sejalan dengan bertambahnya pendapatan.
Namun, hingga batas tertentu penambahan pendapatan tidak lagi menyebabkan
bertambahnya jumlah makanan yang dikonsumsi. Karena pada dasarnya
kebutuhan manusia pada makanan akan mengalami titik jenuh (BPS 2006).
Kemudian dikatakan pula bahwa seseorang akan mementingkan kualitas
atau beralih pada pemenuhan kebutuhan bukan makanan, bila secara kuantitas
kebutuhan sudah terpenuhi. Dengan demikian, sejalan dengan meningkatnya
pendapatan, persentase pendapatan yang dibelanjakan untuk makanan akan
menurun.
Preferensi Konsumsi Pangan
Setiap masyarakat mengembangkan cara yang turun menurun untuk
mencari, memilih, menangani, menyiapkan, dan memakan makanan. Adat
istiadat menentukan preferensi seseorang terhadap makanan (Suhardjo 1989).
Latar belakang sosial budaya mempengaruhi pemilihan jenis pangan melalui dua
cara yaitu informasi mengenai gizi dan preferensi. Preferensi konsumsi pangan
pada remaja agak spesifik, contohnya mereka memilih makan di luar rumah dan
mengkonsumsi makanan lezat dan mahal. Namun, hal ini tentunya dipengaruhi
oleh tingkat sosial ekonomi (Variyan & Blayblock 1998).
Menurut Harper, Deaton dan Driskel (1986) diacu dalam Marzuki (2006)
suatu makanan dapat diterima dan memenuhi selera atau tidak, tidak tergantung
hanya oleh pengaruh sosial dan budaya tetapi juga dari sifat fisiknya. Kemudian
dikatakan pula bahwa reaksi indera perasa terhadap makanan sangat berbeda
pada setiap orang.
Kebiasaan Makan
Kebiasaan didefinisikan sebagai pola perilaku yang diperoleh dari pola
praktek yang terjadi secara berulang-ulang. Sedangkan kebiasaan makan
merupakan suatu pola perilaku konsumsi pangan yang dilakukan secara
berulang-ulang atau biasa disebut food consumption behaviour. Namun, ada juga
yang mendefinisikan sebagai tindakan manusia (what people do or what people
practise) terhadap makan dan makanan yang dipengaruhi oleh pengetahuan
(what people think), dan perasaan yang dirasakan (what people feel) serta
persepsi tentang suatu hal (Khumaidi 1989).

Menurut Suhardjo (1989) kebiasaan makan seseorang merupakan


kebiasaan keluarganya, karena individu tersebut selama tinggal dalam
kelurganya mengalami proses belajar. Proses belajar yang menghasilkan
kebiasaan makan ini terjadi seumur hidup, sejak anak lahir, sampai menjadi
dewasa dan masih terus berlangsung selama hidupnya. Oleh karena itu,
kebiasaan makan seseorang akan sangat kuat bertahan terhadap pengaruh
yang mungkin dapat mengubahnya. Faktor-faktor yang merupakan input
(masukan) bagi terbentuknya suatu gaya hidup keluarga adalah penghasilan,
pendidikan, lingkungan hidup, susunan keluarga, pekerjaan, suku bangsa,
kepercayaan, pendapat tentang kesehatan, pengetahuan gizi, dan banyak hal
lagi faktor sosio-politik yang bersangkutan.
Kemudian, dikatakan pula bahwa penambahan umur, cenderung terjadi
kebiasaan makan misalnya anak pada usia lima tahun sudah harus menyukai
berbagai jenis makanan terutama sayur, hal ini terjadi karena masih disediakan
oleh orangtua. Namun, setelah berusia belasan tahun, anak sudah mengenal
beragam makanan sehingga mulai memilih makanan kesukaannya. Selanjutnya
latar belakang dan tradisi serta kebiasaan makan juga berhubungan erat dengan
lingkungan hidup, tingkat kehidupan serta pendidikan dan pengalaman
seseorang.
Menurut Robert dan Wiliam (1996) kebiasaan makan remaja sangat khas
jika dibandingkan dengan usia lainnya, seperti : (1) Tidak makan (missing meals),
terutama saat makan pagi atau sarapan; (2) Kegemaran makan snacks dan
kembang gula serta softdrink; (3) Mereka cenderung memilih-milih makanan, ada
makanan yang disukai dan ada makanan yang tidak disukai. Jenis makanan
tersebut berbeda untuk setiap budaya, antara laki-laki dan perempuan. Selain itu
remaja terutama putri biasanya percaya bahwa mereka mengontrol berat
badannya dengan cara tidak makan pagi (Robert & William 1996).
Aktivitas dan Kesegaran Jasmani
Kesegaran jasmani adalah kemampuan untuk melakukan aktivitas atau
kegiatan

sehari-hari

menimbulkan

dan

adaptasi

terhadap

pembebanan

fisik

tanpa

kelelahan berlebih. Makin tinggi kemampuan fisik seseorang,

makin mampu mengatasi beban kerja yang diberikan atau dengan kata lain
produktivitas akan semakin tinggi. Remaja sebagai generasi penerus bangsa
dengan kesegaran jasmani baik akan mampu beraktivitas dengan optimal,
termasuk belajar (Permaesih 2001).

Kemudian dikatakan pula bahwa gaya hidup seperti konsumsi makan,


pola aktivitas dan kebiasaan merokok akan mempengaruhi kesegaran jasmani
seseorang. Selain itu, perubahan tingkat sosial ekonomi serta kemajuan
teknologi berdampak pada aktivitas sehari-hari, sehingga beberapa kelompok
masyarakat mengalami penurunan aktivitas fisik. Sebagai akibat penurunan
aktivitas fisik, aktivitas organ tubuh juga menurun. Hal ini disebut dengan
hipokinesis atau kurang gerak.
Menurut Almatsier (2003) aktivitas fisik adalah gerakan yang dilakukan
oleh otot tubuh dan sistem penunjangnya. Selama aktivitas fisik, otot
membutuhkan energi di luar metabolisme untuk bergerak. Banyaknya energi
yang dibutuhkan tergantung pada banyaknya otot yang bergerak, berapa lama
dan berapa berat pekerjaan yang dilakukan.
Semakin banyak seseorang aktif secara fisik, maka akan semakin banyak
jumlah energi yang diperlukan untuk melakukan kegiatan fisik yang sama, orang
yang besar menggunakan lebih banyak energi daripada yang kecil. Hal ini karena
untuk menggerakkan tubuh seseorang yang lebih besar diperlukan energi yang
lebih banyak. Tetapi, kegiatan fisik mempengaruhi lebih banyak pengeluaran
energi daripada pengaruh perbedaan ukuran (Suhardjo 1986).
Menurut penelitian, ada hubungan langsung antara kuantitas panas yang
dihasilkan oleh suatu aktivitas kerja dengan total konsumsi makanan. Seseorang
tidak dapat bekerja dengan energi yang melebihi dari apa yang diperolehnya dari
makanan, kecuali jika menggunakan cadangan energi dalam tubuh. Kondisi ini
dapat mengakibatkan kurang gizi, khususnya energi (Suhardjo & Kusharto 1992).
Puasa
Pengertian Puasa Ramadhan
Puasa selama bulan Ramadhan dapat memberi dampak positif terhadap
kesehatan seseorang dan perkembangan pribadinya. Puasa Ramadhan dapat
mendisiplinkan tubuh untuk menahan makan dan minum dimulai dari sebelum
fajar hingga matahari terbenam. Selain itu, mata, telinga, lisan dan nafsu seksual
juga didisplinkan untuk mendapatkan pahala total dari berpuasa (Nomani 1999).
Puasa yang dilakukan oleh umat Islam ini tergolong sebagai partial
fasting, karena dibatasi oleh makan sahur dan buka puasa. Di bidang ilmiah
dikenal pula adanya prolonged fasting atau puasa terus menerus. Puasa ini
dilakukan untuk mengetahui daya tahan seseorang setelah sekian hari tidak

makan, kecuali minum, serta akibatnya terhadap karakteristik kesehatan


(Khomsan 2002).
Rentang waktu melaksanakan puasa bervariasi tergantung musim tibanya
bulan Ramadhan. Posisi geografi suatu negara merupakan penentu lain lamanya
waktu puasa. Tergantung pada dua faktor tersebut, lama waktu puasa dapat
bervariasi dari 12 sampai 19 jam sehari (Nagra et al 1998).
Pada keadaan puasa terjadi penghentian makanan dan minuman,
sementara kita tetap melakukan aktivitas sehari-hari. Makanan dan minuman
penting bagi metabolisme sel untuk kegiatan fungsi tubuh, termasuk fungsi otot,
refleks dan fungsi luhur (Ganong 1983 diacu dalam Qomariah 1993).
Manfaat Puasa
Muhilal (1991) dalam Kartini (1994) menyatakan bahwa pada percobaan
hewan, pengurangan konsumsi energi dan pemasukan zat gizi yang seimbang
dapat meningkatkan daya tahan tubuh. Peningkatan daya tahan tubuh ini
menyebabkan kebugaran lebih baik. Bila dieksploitasi percobaan hewan ke
manusia seluruhnya dapat diterima, maka dari hasil hewan percobaan tersebut,
berpuasa dapat meningkatkan daya tahan tubuh. Puasa Ramadhan juga
merupakan pembatasan konsumsi jangka pendek. Jika orang yang berpuasa
memperhatikan

kecukupan

gizi,

maka

puasa

Ramadhan

tidak

akan

mempengaruhi daya tahan tubuhnya.


Menurut Danasukarto (1989) ditinjau dari sudut kesehatan, puasa dapat
memberi manfaat dalam dua segi, yaitu segi kesehatan jasmaniah dan
kesehatan rohaniah. Dari segi kesehatan jasmaniah, manfaat yang dapat
diperoleh antara lain : (1) kondisi alat pencernaan akan terpelihara dengan baik;
(2) kemungkinan kegemukan (obesitas) akan lebih kecil; (3) aliran darah ke
seluruh tubuh menjadi lebih lancar; (4) bahaya penyakit tekanan darah tinggi
(hipertensi), penyakit gula (diabetes mellitus), penyakit pembuluh darah
(atherosklerosis) dan penyakit jantung lebih kecil; (5) aktivitas seksual dapat
terkendali dengan baik; (6) proses berpikir menjadi lebih lancar; dan (7)
kemungkinan terkena penyakit akibat faktor kejiwaan (psikomatik) lebih kecil.
Waktu Sahur
Selain ada pahalanya, makan sahur harus tetap dilakukan. Hal ini karena
selama 13 jam kita berpuasa, kita harus memiliki cadangan energi. Kalau tidak,
tentu berdampak pada kesehatan. Sahur dan buka sebaiknya tetap dilakukan

sesuai aturan, karena secara gastrointestinal (berhubungan dengan lambung dan


usus) puasa hanyalah perubahan waktu makan. Tetapi volume makan harus
tetap dikontrol, jangan berlebihan (Soelaeman 2003 diacu dalam Dharmoto
2003).
Saat sahur dianjurkan makan dengan kadar protein tinggi, agar makanan
tersebut tertahan dalam lambung lebih lama. Pencernaan dan penyerapan
protein juga lebih lama dibandingkan makanan yang kadar karbohidratnya tinggi.
Minum segelas susu, terutama untuk anak-anak dan remaja sangat penting.
Orang dewasa dapat memilih susu tanpa lemak. Suplemen multivitamin dan
mineral boleh dikonsumsi pada waktu sahur untuk meningkatkan stamina dan
daya tahan tubuh. Apabila tidak bisa makan sahur dalam bentuk nasi, dapat
diganti dengan roti dan isinya atau bubur havermouth (Sekarindah 2002).
Waktu Buka (Iftar)
Pada saat buka puasa (iftar), yang dibutuhkan oleh tubuh adalah sumber
energi yang mudah tersedia dalam bentuk glukosa. Energi ini digunakan untuk
kehidupan sel-sel, terutama otak dan sel saraf. Kurma dan sari buah adalah
sumber gula yang baik (Nomani 1999).
Palem kurma (date palm), phoenix dactylifera adalah satu dari pohon
buah tertua di dunia, yang dikenal sebagai pohon kehidupan. Jumlah pohon
kurma sekitar 105 juta diseluruh dunia dengan area 800.000 ha. Sekitar 62 juta
pohon ditemukan di daerah Arab. Tanaman ini dapat hidup sekitar 150 tahun
(Burns 2004).
Sekarindah (2002) menyarankan bahwa menu yang dipilih pada waktu
buka, terdiri dari makanan pembuka, berupa minuman manis atau makanan
manis, seperti kolak pisang, kurma dan teh manis. Makanan manis mengandung
karbohidrat sederhana yang akan mudah diserap dan dapat segera menaikan
kadar gula darah. Setelah sholat magrib, dianjurkan makan makanan utama (nasi
atau pengganti nasi, lauk pauk, sayur dan buah). Kemudian setelah terawih,
dapat mengonsumsi makanan camilan.
Kondisi orang yang berpuasa
Puasa Ramadhan sebenarnya yang terjadi adalah perubahan pola makan,
dari semula tiga kali menjadi dua kali. Diperkirakan perubahan frekuensi makan
ini secara kuantitatif menurunkan jumlah asupan gizi yang masuk ke dalam tubuh
(Khomsan 2002).

Pada orang-orang yang berpuasa, alat pencernaannya dapat beristirahat


sekitar 12 jam setiap hari. Selain itu, alat-alat tubuh lain pun menyesuaikan diri
dengan cara bekerja lebih lambat dari biasanya. Oleh karena itu, selama
berpuasa penggunaan alat-alat tubuh menjadi hemat dan efisien, kalori yang
dibutuhkan pun menjadi sangat minim (Danusukarto 1989).
Menurut Sekarindah (2002) puasa berarti mengistirahatkan pencernaan
(usus) beserta enzim dan hormon yang biasanya bekerja untuk mencerna
makanan terus menerus selama kurang lebih 18 jam. Puasa akan mengaktifkan
sistem pengendalian kadar gula darah. Apabila kadar gula darah turun, maka
cadangan gula dalam bentuk glikogen yang ada di hati mulai kita gunakan.
Beberapa penelitian telah dilakukan tentang perubahan kebiasaan dan
perubahan metabolisme orang yang berpuasa. Penelitian tersebut antara lain :
1. Perubahan kebiasaan
a) Perubahan jadwal makan pada bulan Ramadhan disertai dengan
perubahan-perubahan pada kebiasaan tidur, yang dapat mempengaruhi
aktivitas sehari-hari (diurnal alertness). Penelitian ini memeriksa dampak
puasa Ramadhan pada diurnal alertness dan oral temperature pada
sepuluh subyek sehat. Selama Ramadhan, oral temperature menurun
pada pukul 09.00, 11.00, 13.00, 16.00 dan 20.00 dan meningkat menurun
pada pukul 23.00 dan 24.00. kesiagaan subyektif (subjective alertness)
menurun pada pukul 09.00 dan 16.00 dan meningkat pada pukul 23.00.
kondisi jiwa (mood) menurun pada pukul 16.00. MRT (Movement
Reaction Time) meningkat pada awal Ramadhan dan CFF (Critical Flicker
Fusion) tidak berubah. Hasil ini mennjukan bahwa daytime oral
temperature, subjective alertness dan mood menurun selama puasa
bulan Ramadhan (Roky et al 2000).
b) Penelitian yang dilakukan oleh Kraoaoolu dan Yucecan (2000) pada 1087
orang pengguna obat-obatan (60,4%) dan yang melaksanakan diet
(31,6%) menunjukkan bahwa selama Ramadhan 9,7% dan 18,8% subyek
mengurangi penggunaan obat-obatan dan menjadi tidak teratur menjaga
diet. Walaupun makanan yang dikonsumsi pada sahur terdiri dari banyak
variasi makanan. Selama waktu berpuasa, 34,3% subyek melakukan
beberapa penyimpangan kebiasaan, seperti merasa lelah dan menjadi
malas untuk bekerja. Selain itu asupan energi sehari-hari lebih sedikit
daripada pengeluaran, baik laki-laki maupun wanita.

2. Perubahan Metabolisme
a) Pada saat puasa, tubuh memiliki mekanisme pengatur yang aktif.
Pengguanan lemak tubuh menjadi lebih efisien dan metabolisme basal
berjalan lambat. Asupan makan yang lebih sedikit tetapi siembang,
mencukupi untuk menjaga seseorang tetap sehat dan aktif selama bulan
Ramadhan (Nomani 1999).
b) Masalah-masalah kesehatan dapat muncul akibat kelebihan asupan
makanan, dan tidur yang tidak cukup (Iraki et al,. 1997 & Sulimani 1991
diacu dalam Nomani 1999). Untuk mencegah timbulnya masalah-masalah
kesehatan, ada beberapa anjuran; (1) minum yang cukup antara iftar
(waktu buka dan waktu tidur untuk mencegah dehidrasi; (2) mengonsumsi
sayuran yang cukup dan makan buah diakhir waktu makan; (3)
menghindari asupan gula secara berlebihan; (4) menghindari makanan
yang berbumbu; (5) menghindari minuman berkafein seperti coke, kop
atau teh, karena kafein bersifat diuretetik, dan (6) menghindari merokok,
arena merokok berdampak negatif pada penggunaan beragam vitamin,
pengaturan dan sistem enzim dalam tubuh (Nomani 1999).
c) Puasa memperbaiki kualitas tidur (the depth of sleep), hal yang penting
bagi orang yang lanjut usia. Proses-proses perbaikan tubuh dan otak
terjadi saat tidur. Dua jam tidur saat bulan Ramadhan lebih memuaskan
dan menyegarkan dibanding lebih banyak jam di hari-hari yang lain.
Puasa secara signifikan meningkatkan kulitas tidur dan menurunkan REM
(Rapid Eye Movement) pada waktu tidur dan mimpi. Selain itu, puasa
juga mempercepat sintesis molekul-molekul memori (Kazim 2003).
d) Beberapa pengukuran parameter biokimia dilakukan oleh Nagra et al.
(1998) pada sampel yang berpuasa Ramadhan. Hasil menunjukkan
perubahan yang tidak signifikan selama bulan Ramadhan. Hasil yang
diperoleh antara lain : (1) kadar glukosa darah menunjukkan perubahan
yang tidak signifikan selama bulan Ramadhan; (2) peningkatan signifikan
pada kadar urea darah yang diamati diakhir penelitian; (3) nilai serum
asam urat tersisa hampir konstan dan tidak ada perbedaan signifikan
yang dapat diamati sebelum dan pada akhir penelitian; (4) tingkat serum
protein total dan albumin menurun pada akhir penelitian. Namun,
penelitian ini tidak signifikan dan menunjukkan bahwa puasa Ramadhan
tidak menimbulkan status gizi kurang; (5) tingkat kolesterol total dan LDL-

kolesterol menurun secara signifikan pada akhir penelitian. Meskipun


pada kenyataannya, kecenderungan untuk mengonsumsi makanan yang
digoreng meningkat selama bulan Ramadhan. Dari hasil tersebut
menunjukkan bahwa puasa Ramadhan aman untuk orang dewasa yang
sehat.
e) Soetrisno et al. (2000) melaporkan bahwa hasil penelitian di bulan
Ramadhan pada tenaga kerja wanita pabrik garmen rincian sebagai
berikut ; (1) terjadi penurunan masukan energi (12,5%) dan protein nabati
(16,8%). Peningkatan terjadi pada konsumsi protein hewani (5%), vitamin
C (9%) dan zat besi (13,8%); (2) kadar Hb dan Ht darah masih dalam
batas normal, meskipun pada minggu pertama puasa menunjukkan
angka 11,5 mg%; (3) kadar gula darah mengalami penurunan tapi masih
dalam batas normal, dan (4) kebugaran responden menjadi lebih baik di
saat berpuasa, yang dinyatakan dalam uptake oksigen yang lebih besar
jumlahnya.
f)

Penelitian yang dilakukan Qomariah (1993) menyatakan bahwa puasa


tidak mempengaruhi kekuatan otot dan waktu reaksi, tetapi puasa
meningkatkan daya konsentrasi. Hal ini diduga karena alat-alat
pencernaan beristirahat selama kurang lebih 14 jam, aliran darah ke otak
relatif lebih banyak dan efektif serta daya pikir menjadi lebih kuat.
Remaja dan Mahasiswa
Ramaja (adolescence) berasal dari kata latin adolescere yang berarti

tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Menurut Linder (1992) pada saat remaja
perubahan fisik anak perempuan cenderung stabil sedangkan anak laki-laki
masih terus tumbuh. Kisaran umur remaja menurut beberapa ahli berbeda-beda,
tetapi dapat disimpulkan yaitu antara 13-21 tahun untuk perempuan dan 14-21
tahun untuk laki-laki.
Masa remaja dimulai pada saat anak perempuan mengalami menstruasi
yang pertama yang disebut menarche, sedangkan pada laki-laki yaitu pada saat
keluarnya cairan semen. Waktu terjadi proses kematangan seksual pada laki-laki
dan perempuan berbeda-beda, hal ini dipengaruhi oleh asupan zat gizi pada saat
anak-anak. Di negara miskin kematangan seksual berjalan lebih lama
dibandingkan di negara yang lebih maju, hal ini dipengaruhi oleh status sosial
ekonomi di masing-masing negara (Arisman 2002).

Mahasiswa merupakan orang yang belajar di perguruan tinggi (Kamus


Besar Bahasa Indonesia, 1988). Berdasarkan kisaran umur remaja diketahui
bahwa mahasiswa termasuk remaja akhir menuju dewasa awal. Jika dilihat dari
segi kesehatan, masa remaja merupakan masa yang paling sehat selama
kehidupan.

Menurut Arisman (2002) dalam menentukan besaran kebutuhan

akan kalori, penentuan usia ginekologik lebih penting dibanding usia kronologis.
Sebab, pertumbuhan linier belum optimal sebelum tercapai usia ginekologik 4-5
tahun. Usia ginekologik adalah jumlah tahun yang dihabiskan setelah seorang
wanita mengalami menstruasi pertama.

Penambahan berat badan dari usia

ginekologik selama 1-5 tahun berturut-turut adalah 4.8 kg (tahun I), 2.8 kg (tahun
II), 1.0 kg (tahun III), dan 0.8 (tahun IV-V).
Pendidikan Orangtua
Bastian L (2002) menjelaskan bahwa ada lima upaya yang merupakan
imbas dari pendidikan ibu dan ayah yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan anak, ialah: peningkatan sumberdaya keluarga, peningkatan nilai
dan pendapatan keluarga, peningkatan alokasi untuk pemeliharaan kesehatan
anak, peningkatan produktifitas dan efektifitas pemeliharaan kesehatan dan
peningkatan preferensi kehidupan keluarga.
Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor penting yang ikut
menentukan keadaan gizi anak. Ada dua sisi kemungkinan hubungan tingkat
pendidikan orang tua dengan keadaan gizi anak, yaitu: tingkat pendidikan kepala
rumah tangga baik secara langsung maupun tidak langsung menentukan
keadaan ekonomi rumah tangga, pendidikan istri disamping modal utama dalam
perekonomian rumah tangga juga berperan didalam penyusunan pola makan
untuk rumah tangga. Anak dari ibu yang mempunyai latar belakang pendidikan
yang lebih tinggi akan mendapat kesempatan hidup dan tumbuh lebih baik, ibu
yang berpendidikan tidak mengenal tabu terhadap makanan yang dikonsumsi
anak. Mereka lebih kreatif dan inovatif didalam pengasuhan dan perawatan anak
(Bastian 2002).
Pengetahuan Gizi
Ada dua macam pengetahuan yaitu, pengetahuan deklaratif dan
pengetahuan prosedural. Menurut Notoadmojo (1997) pengetahuan terbentuk
setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu.
Pengetahuan

memiliki

enam

tingkatan

yaitu

memahami,

menggunakan,

melakukan analisis, melakukan sintesa dan evaluasi. Menurut Worsley (2002)


pengetahuan gizi sebagian besar ialah pengetahuan deklaratif.
Pengetahuan gizi dapat diperoleh melalui pendidikan formal maupun nonformal. Selain pengetahuan gizi, tingkat pendidikan juga mempengaruhi
konsumsi pangan melalui cara pemilihan, dan cara pengolahan bahan pangan.
Orang yang berpendidikan tinggi cenderung memilih pangan yang lebih baik,
dalam jumlah dan mutu, dibandingkan yang berpendidikan rendah (Nurmawati
1995).
Pengetahuan adalah salah satu hasil proses pendidikan dan atas hasil
penginderaan terhadap masalah tertentu (dalam hal gizi dan kesehatan) yang
terjadi melalui indera manusia yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa
dan raba yang berdampak pada motivasi, sikap dan perilaku. Berdasarkan
pengamatan dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng dibandingkan yang tidak didasari oleh
pengetahuan (Notoatmodjo 1993 diacu dalam Herawati 2003).
Pengukuran Pengetahuan Gizi
Pengetahuan

gizi

dapat

dinilai

dengan

memberikan

pertanyaan-

pertanyaan seputar gizi. Pertanyaan yang diberikan dapat berupa pertanyaan


deklarative (menyebutkan) atau procedural (menjalankan). Selanjutnya dari
jawaban yang diberikan dapat diukur pengetahuannya tentang gizi. Namun,
mengukur pengetahuan gizi masih sulit ditentukan (Worsley 2002).
Menurut Khomsan (2000) bentuk tes obyektif yang paling sering
digunakan dalam pengukuran pengetahuan gizi adalah bentuk pilihan berganda
(multiple choice test). Alternatif jawaban yang benar dari beberapa opsi disebut
jawaban, sedangkan alternatif yang salah disebut distracter. Penyajian multiple
choice dapat berbentuk pertanyaan langsung atau melanjutkan pertanyaan yang
belum selesai. Bentuk tes ini sangat baik, karena multiple choice dapat
digunakan untuk mengukur berbagai aspek yang terkait di dalam ranah kognitif.
Kelebihan lain dari multiple choice test adalah bahwa bentuk soal memiliki
reliabilitas yang tinggi, selain dari sifat free from response set (kesulitan untuk
menerka jawaban yang benar).
Reliabilitas

menunjukkan

konsistensi

didalam

pengukuran,

yaitu

konsistensi antar butir soal pengetahuan gizi bila butir soal tersebut mengukur
dampak pembelajaran yang sama. Sedangkan validitas ialah kesesuaian antara

skor yang diperoleh dalam suatu tes dengan maksud atau tujuan dari tes
tersebut (Khomsan 2000).
Status Gizi
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang
dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi,
penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk
mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ,
serta menghasilkan energi. Keadaan akibat dari keseimbangan antara konsumsi
dan penyerapan zat gizi dan penggunaan zat-zat gizi tersebut, atau keadaan
fisiologik akibat dari tersedianya zat gizi dalam seluler tubuh disebut sebagai
kondisi gizi (Supriasa 2001).
Menurut Riyadi (2001) status gizi dipengaruhi oleh faktor langsung seperti
intake makanan dan status kesehatan. Kedua faktor tersebut saling tergantung
satu sama lainnya. Kemudian determinan tidak langsung dari status gizi, yaitu
ketahanan pangan, perawatan ibu dan anak, dan lingkungan kesehatan yang
tepat, termasuk akses terhadap pelayanan kesehatan.
Gizi Puasa
Menurut Sekarindah (2002) orang-orang yang berpuasa harus makan
secara teratur untuk buka puasa dan sahur. Pembagian makan adalah 50%
untuk berbuka, 10% setelah sholat terawih dan 40% pada waktu sahur. Selain
harus makan teratur, menu makanan harus seimbang. Maksudnya adalah
makanan yang terdiri dari karbohidrat 50-60%, protein 10-29%, lemak 20-25%,
cukup vitamin dan mineral dari sayur dan buah. Selain itu, cukup serat dari
sayuran untuk memperlancar buang air besar. Orang berpuasa juga mencukupi
kebutuhan cairannya. Dianjurkan untuk minum kurang lebih 7-8 gelas sehari,
terdiri dari tiga gelas waktu sahur dan lima gelas dari buka sampai sebelum tidur.
Gizi Normal
Remaja membutuhkan kecukupan gizi yang khusus, karena waktu remaja
merupakan periode rawan, hal ini disebabkan oleh tiga hal yaitu ; pertama remaja
membutuhkan zat gizi dan energi yang lebih besar untuk pertumbuhan cepat.
Kedua ialah pada remaja terjadi perubahan gaya hidup dan kebiasaan makan
yang mempengaruhi intake zat gizi. Kemudian yang ketiga yaitu karena pada
umumnya remaja banyak berpartisipasi pada olahraga, dan biasanya banyak
melakukan diet yang ketat (Rickert 1996).

Pada saat remaja kebutuhan zat gizi meningkat karena terjadinya proses
pertumbuhan yang cepat dan aktivitas fisik yang tinggi (Almatsier 2002). Oleh
karena itu, kebutuhan gizi harus harus tercukupi secara baik. Kebutuhan zat gizi
secara terinci dapat dilihat pada tabel berikut ;
Tabel 1 Kecukupan gizi yang dianjurkan untuk remaja dan dewasa awal.
Perempuan
(tahun)
13-15

16-18

19-29

13-15

Laki-laki
(tahun)
16-18

Energi (kal)

2350

2200

1900

2400

2600

2550

Protein (g)

57

55

50

60

65

60

1000

1000

800

1000

1000

800

Besi (mg)

26

26

26

19

15

13

Vit A (RE)

600

600

500

600

600

600

Vit E (mg)

15

15

15

15

15

15

Vit B1 (mg)

1.2

1.1

1.0

1.2

1.3

1.3

Vit C (mg)

65

75

75

75

90

90

Folat (mg)

400

400

400

400

400

400

Uraian

Kalsium (mg)

19-29

Sumber : Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI (2004).

Sistem Penilaian Status Gizi


Penilaian gizi didefinisikan sebagai interpretasi informasi yang diperoleh
dari hasil pengukuran konsumsi makanan, biokimia, antropometri, dan klinis pada
seseorang atau sekelompok orang (Riyadi 2001). Menurut Supriasa (2001)
secara umum antropometri merupakan suatu ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari
sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai
macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat
umur dan tingkat gizi. Antropometri digunakan untuk melihat ketidakseimbangan
asupan protein dan energi yang terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi
jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh.
Selain antropometri, metode penilaian konsumsi pangan merupakan
identifikasi tahap awal defisiensi zat gizi. Pada tahap ini terjadi kekurangan satu
atau lebih zat gizi dalam intake makanan. Defisiensi gizi terdapat dua faktor
penyebab, yaitu faktor primer dan sekunder. Pada defisiensi sekunder, jumlah
konsumsi pangan sudah cukup namun karena kondisi tertentu (obat atau
keadaan penyakit) sehingga mengganggu penyerapan, transportasi, utilisasi,

atau ekskresi zat-zat gizi (Riyadi 2001). Jenis ukuran anthropometri disajikan
pada Gambar 1.

Ukuran Antropometri Gizi

Linier
Contoh :
- Tinggi badan
- Lingkar dada
- Lingkar kepala

Menunjukkan keadaan
gizi kurang akibat
kekurangan energi
dan protein masa
lampau

Massa Jaringan
Contoh :
- Berat badan
- Lingkar lengan
atas
- Tebal lemak
dibawah lipatan
kulit

Menunjukkan keadaan gizi


kurang akibat kekurangan energi
dan protein yang diderita
sekarang atau pada saat
pengukuran

Gambar 1. Jenis ukuran antropometri gizi


Sumber : Supriasa (2001).
Indeks Masa Tubuh
IMT juga digunakan untuk penilaian faktor resiko berbagai penyakit yang
berkaitan dengan kelebihan berat badan. Di negara-negara industri, IMT pada
remaja berhubungan positif signifikan dengan tekanan darah diastol atau dengan
kata lain IMT berhubungan dengan tekanan darah.

Seseorang dengan IMT

diatas ambang batas aman mempunyai resiko memiliki tekanan darah diastol
yang tinggi (Riyadi 2003). Menurut WHO (2000) standar IMT untuk masyarakat
Asia Pasifik yang ditetapkan oleh Komite Obesitas Asia Pasifik dilakukan
berdasarkan faktor resiko dan morbiditas adalah sebagai berikut:

Tabel 2 Klasifikasi IMT menurut kriteria Komite Obesitas Asia Pasifik.

Kategori
Kurus (underweight)
Normal (ideal)

IMT (kg/m2)

Resiko Penyakit

< 18.5

Rendah

18.5 22.9

Rata-rata

> 23

Overweight
At risk

23.0 24.9

Meningkat

Obes I

25.0 29.9

Sedang

Obes II

30

Berbahaya

Sumber : WHO (2000)

Pemantauan dan barasan berat badan normal orang dewasa khususnya


di Indonesia belum jelas mengacu pada patokan tertentu (Supriasa 2001). Oleh
karena itu untuk kepentingan Indonesia, batas ambang dimodifikasi lagi
berdasarkan pengalaman klinis dan hasil penelitian di beberapa negara
berkembang.

Akhirnya diambil kesimpulan nilai titik batas IMT yang

direkomendasikan untuk Indonesia adalah berdasarkan penetapan Departemen


Kesehatan Republik Indonesia tahun 2002 sebagai hasil revisi tahun 1994
sebagai berikut:
Tabel 3 Nilai titik batas IMT yang direkomendasikan.
Kategori
Kurus (underweight)

Nilai titik batas


< 18.5

Normal (ideal)

18.5 25

Gemuk sehat

> 25

Obes I

> 27

Obes II

> 30

Sumber : Depkes (2002)

Indikator Status Gizi


Menurut Soekirman (2000) indikator BB/U menunjukkan secara sensitif
status gizi saat ini (saat diukur) karena mudah berubah. Namun indikator BB/U
tidak spesifik karena berat badan selain dipengaruhi oleh umur juga dipengaruhi
oleh tinggi badan. Indikator TB/U menggambarkan status gizi masa lalu, dan
indikator BB/TB menggambarkan secara sensitif dan spesifik status gizi saat ini.

KERANGKA PEMIKIRAN
Shaim menurut bahasa berarti menahan, berpantang atau meninggalkan.
Dalam bahasa indonesia shiyam diterjemahkan sebagai puasa (shaum) yang
berarti menahan diri. Dalam syariat Islam puasa berarti menahan diri dari segala
yang membatalkannya, seperti makan, minum, bersetubuh dan yang searti
dengan itu dari pagi sampai terbenam matahari yang dilaksanakan untuk
mendapat ridha dari Allah (Khozin, 2000).
Perubahan pola makan pada saat puasa meliputi frekuensi makan, waktu
makan (sahur dan buka puasa), dan preferensi makanan. Sedangkan konsumsi
pangan meliputi jenis, jumlah pangan dan asupan gizi. Kebiasaan pangan
seseorang (pola makan dan konsumsi makanan) dipengaruhi oleh keadaan
sosial ekonomi seperti asal daerah, jumlah penerimaan bulanan, dan alokasi
jumlah pengeluaran pangan. Hal ini terkait juga dengan pengetahuan dan sikap
gizi seseorang sebelumnya.
Pola makan adalah cara makan baik di rumah maupun di luar rumah,
yang meliputi

frekuensi dan waktu makan, jenis dan jumlah makanan yang

dikonsumsi, termasuk makanan yang disukai dan makanaan pantangan


(Suhardjo, 1989). Pola makan ini ditentukan oleh faktor penyediaan pangan dan
faktor kebiasaan atau adat.
Perubahan frekuensi makan saat puasa berimplikasi terhadap asupan zat
gizi seseorang. Pengeluaran energi yang dibutuhkan oleh tubuh untuk
beraktivitas saat puasa harus diimbangi dengan asupan gizi yang baik. Aktivitas
mahasiswa selama bulan Ramadhan dapat berupa aktivitas akademik maupun
non-akademik. Jenis aktivitas ini erat hubungannya dengan pengeluaran energi
oleh tubuh. Oleh karena itu, dibutuhkan adaptasi tubuh yang baik untuk menahan
lapar selama kurang lebih 12 19 jam sehari. Menurut Khomsan (2002) asupan
gizi yang baik saat puasa meliputi terpenuhinya syarat empat sehat lima
sempurna untuk mengimbangi perubahan pola makan saat puasa.
Menurut Soewondo (2006) terdapat dua sumber energi utama tubuh
manusia adalah glukosa dan asam lemak bebas yang disimpan dalam sel dalam
bentuk glikogen dan trigliserida. Pada keadaan normal glukosa darah
dipertahankan dalam kisaran antara 60-126 mg/dL, melalui mekanisme kerja
seimbang hormon insulin dan hormon kontra regulator insulin. Dalam keadaan
puasa (tidak ada asupan kalori), untuk mempertahankan kadar glukosa darah

dalam kisaran normal terjadi pemecahan glikogen hati menjadi glukosa melalui
proses glikogenolisis.
Asupan gizi yang baik yaitu dengan memenuhi konsumsi makanan yang
lengkap saat sahur dan berbuka puasa. Bila tidak, menurut beberapa penelitian
sebelumnya menyebutkan bahwa puasa dapat merubah komposisi lemak tubuh
yang ditandai dengan penurunan berat badan. Hal ini akan mempengaruhi status
gizi sesaat seseorang setelah menjalani puasa Ramadhan selama satu bulan.
Salah satu perhitungan status gizi adalah dengan menghitung Indeks Masa
Tubuh (IMT) secara anthropometri.
Masalah gizi dan kebiasaan makan sangat dipengaruhi oleh faktor
pendapatan. Pendapatan akan mempengaruhi pengeluaran pangan yang secara
tidak langsung akan mempengaruhi tingkat konsumsi pangan (Suhardjo, 1989).
Kemudian

dikatakan

juga

bahwa

terdapat

empat

faktor

utama

yang

mempengaruhi konsumsi pangan sehari-hari, yaitu : (1) produksi pangan, (2)


pengeluaran uang untuk pangan, (3) pengetahuan gizi; dan (4) ketersediaan
pangan.
Pengetahuan gizi secara umum dapat didefinisikan sebagai informasi
yang disimpan dalam ingatan (Engel et al 1994 diacu dalam Marzuki 2006).
Menurut Worsley (2002) diacu dalam Marzuki (2006) masyarakat akan semakin
baik tingkat kesehatannya jika pengetahuan gizinya bertambah. Namun,
pengetahuan gizi saja tidak cukup untuk mengubah kebiasaan makan seseorang,
karena banyak faktor yang mempengaruhi seperti keadaan ekonomi, tingkat
pendidikan, dan sebagainya.
Selain itu, kebiasaan makan sangat dipengaruhi oleh preferensi pangan
seseorang. Setiap masyarakat mengembangkan cara yang turun menurun untuk
mencari, memilih, menangani, menyiapkan, dan memakan makanan. Suatu
makanan dapat diterima dan memenuhi selera atau tidak, hal ini tidak hanya
tergantung oleh pengaruh sosial dan budaya tetapi juga dari sifat fisiknya, reaksi
indera perasa terhadap makanan akan sangat berbeda setiap orang. Menurut
Marzuki (2006) preferensi konsumsi pangan pada remaja agak spesifik,
contohnya mereka memilih makanan di luar rumah dan mengkonsumsi makanan
yang lezat dan mahal. Namun, hal itu tergantung pada tingkat sosial ekonomi
seseorang. Keterkaitan antara pola pangan, konsumsi makan, aktivitas, dan
status gizi terangkum dalam bagan kerangka pemikiran sebagai berikut :

Keadaan Sosial Ekonomi dan Budaya :


Jumlah penerimaan uang saku
Pengeluaran pangan
Asal daerah
Pendidikan orangtua

Kebiasaan Makan

Pengetahuan Gizi

Karakteristik Mahasiswi :
Usia
Tinggi badan
Berat badan

Status Gizi

Sikap Gizi

Konsumsi Pangan :
Konsumsi Gizi
Tingkat Konsumsi

Aktivitas :
Jenis
Waktu dan durasi

Pola Konsumsi :
Frekuensi makan
Preferensi makanan

Gambar 2. Bagan kerangka pemikiran

Keterangan :
Variabel yang diteliti
Variabel tidak diteliti
Hubungan yang diteliti
Hubungan tidak diteliti

METODE PENELITIAN
Desain, Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian Longitudinal Survey, yaitu
pengambilan data dalam tiga periode waktu yang berbeda dengan jenis variabel
yang sama (Effendi & Singarimbun 2006). Tempat penelitian di Asrama Putri
Tingkat Persiapan Bersama. Pengambilan data dimulai pada akhir bulan Agustus
sampai dengan bulan Desember 2007.
Teknik Penarikan Contoh
Metode penarikan sampel adalah gugus bertahap. Populasi target
merupakan seluruh mahasiswa putri yang tinggal dalam tiga gedung asrama (A1,
A2, dan A3). Tahap pertama dilakukan pemilihan satu gedung asrama putri
secara acak, yaitu terpilih gedung asrama A2. Tahap kedua dilakukan
pengambilan contoh secara acak dari setiap lorong asrama. Terdapat delapan
lorong asrama dari setiap gedung dan dilakukan pengambilan dua belas sampel
pada setiap lorong secara acak sehingga diperoleh 96 mahasiswi pada pra
Ramadan. Sampel pada bulan Ramadan merupakan sampel pada pra Ramadan
dengan kriteria beragama muslim, melaksanakan puasa Ramadan minimal
empat hari, dan kondisi tubuh sehat. Selanjutnya, diperoleh 41 mahasiwi sesuai
kriteria inklusi pada pengambilan data kedua (Ramadan) dan ketiga (pra
Ramadan). Cara penarikan contoh disajikan pada Bagan 3.

Gedung Asrama

A1

A3

A2
Lorong

Bagan 3. Cara Penarikan Contoh

Jenis dan Cara Pengumpulan Data


Jenis data yang dikumpulkan yaitu data primer. Data primer melalui
pengisian kuesioner, wawancara dan pengukuran langsung berat badan dan
tinggi badan contoh. Pengukuran berat badan dan tinggi badan, dilakukan dalam
tiga periode yaitu pada tiga minggu sebelum puasa Ramadan, minggu kedua
puasa Ramadan, dan satu bulan setelah puasa Ramadan. Data primer meliputi
karakteristik contoh, pengetahuan gizi, preferensi pangan, keadaan pola makan,
record aktivitas contoh selama 2x24 jam pada pra Ramadan dan Ramadan, dan
record konsumsi pangan 2x24 jam pada pra Ramadan, Ramadan, dan pasca
Ramadan.
Record aktivitas dan konsumsi pangan dilakukan dengan pengisian
kuesioner. Data karakteristik mahasiwi meliputi umur, asal daerah, pengeluaran
sebulan, alokasi pengeluaran pangan sebulan, pendidikan orang tua, dan
pengetahuan gizi. Record konsumsi pangan digunakan untuk mengetahui jumlah
dan tingkat kecukupan konsumsi gizi mahasiswi. Pola konsumsi pangan meliputi
frekuensi makan dan preferensi makanan. Selanjutnya, data aktivitas meliputi
durasi aktifitas (dalam satuan waktu) dan pola aktifitas.
Tabel 4 Jenis dan cara pengumpulan data.
No
1.

2.
3.
4.
5.
6.

Cara
Pengumpulan Data
Karakteristik Umur, jumlah penerimaan pangan - Pengisian kuesioner
mahasiwi
dan
non
pangan
(Rp/bl),
pendidikan orangtua, asal daerah
(suku)
Berat badan dan tinggi badan pra - Pengukuran dengan
Ramadan, Ramadan, dan pasca timbangan digital dan
Ramadan.
alat pengukur tinggi
Pola
Frekuensi makan dan preferensi - Pengisian kuesioner
konsumsi
makanan pra Ramadan dan
pangan
Ramadan
Konsumsi
Jumlah konsumsi gizi dan tingkat - Food Record
2x24 jam
pangan
konsumsi gizi pra Ramadan,
Ramadan, dan pasca Ramadan.
Pengetahuan Pengetahuan gizi contoh
-Multiple choice 20
soal
Aktivitas
Durasi aktivitas dan pola aktivitas -Record aktivitas 2x24
mahasiwi
pra Ramadan dan Ramadan
jam
Status gizi
Indeks Massa Tubuh (IMT) pra - Pengolahan data
Ramadan, Ramadan, dan pasca berat badan, tinggi
Ramadan.
badan dan umur
Data

Variabel

Pengolahan dan Analisis Data


Data-data yang diperoleh dari pengisian kuesioner dan pengukuran diolah
dan dianalisis secara deskriptif dan statistik dengan menggunakan Microsft
Excell dan Statistical Program for Social Science (SPSS) 13.0 for Windows.
Proses pengolahan meliputi entry, editing, coding, dan cleaning.
Data identitas dan karakteristik ditabulasi dan dianalisis secara deskriptif
untuk mengetahui gambaran umum contoh seperti pendidikan orang tua, suku
orang tua, status akademik, penerimaan uang saku per bulan, pengeluaran
pangan, persepsi tubuh saat puasa dan pengetahuan gizi mahasiwi. Selanjutnya,
dilakukan uji perbedaan masing-masing variabel seperti berat badan, tinggi
badan, IMT, konsumsi gizi, tingkat kecukupan gizi, aktivitas, pola makan, pola
aktivitas pada pra Ramadan dan Ramadan dengan menggunakan uji paired
sample t-test dan wilcoxon test dengan tingkat signifikansi 0.05.
Data anthropometri seperti berat badan dan tinggi badan digunakan untuk
menentukkan

status

gizi

(IMT).

Indeks

Massa

Tubuh

(IMT)

dengan

membandingkan berat badan (kg) dengan kuadrat tinggi badan (m). Rumus IMT
sebagai berikut :

IMT =

BB ( kg )
TB 2 ( m )

Selanjutnya status gizi mahasiswi ditentukan menurut kategori ambang


batas IMT pada Tabel 5 (Depkes 1994). Status gizi contoh pra Ramadan
dibandingkan dengan Ramadan, pra Ramadan dengan pasca Ramadan, dan
Ramadan dengan pasca Ramadan. Perbandingan tersebut menggunakan uji
paired sample t-test.
Tabel 5 Kategori IMT yang disesuaikan.
Kategori Depkes
Kurus (underweight)
Normal (ideal)

Kategori

Nilai titik batas

Kurus

< 18.5

Normal

18.5 25

Gemuk sehat
Obes I
Obes II

> 25
Gemuk

> 27
> 30

Data konsumsi pangan hasil record konsumsi 2x24 jam dikonversikan


dalam bentuk satuan zat gizi yang ada di dalam Daftar Komposisi Bahan
Makanan (DKBM) dengan rumus sebagai berikut :

KGij =

Bj
BDDj
Gij
100
100

Keterangan : KGij = Kandungan zat gizi i dari bahan makanan j


Bj

= Berat bahan makanan j yang dikonsumsi (gram)

Gij

= Kandungan zat gizi i dalam 100 gram BDD

BDDj = Persen bahan makanan j yang dapat dimakan

Selanjutnya besar nilai masing-masing zat gizi yang dikonsumsi selama


dua hari dirata-ratakan, yaitu energi, protein, lemak, karbohidrat, kalsium, fosfor,
besi, vitamin A, vitamin C, dan vitamin B. Kemudian jumlah konsumsi aktual
tersebut dibandingkan dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG) remaja menjadi nilai
Tingkat Kecukupan Gizi (% kecukupan). Setelah itu, dianalisis perbedaan tingkat
konsumsi antara pra Ramadan dengan Ramadan, pra Ramadan dengan pasca
Ramadan, dan Ramadan dengan pasca Ramadan dengan menggunakan paired
sample t-test. Kategori Tingkat Kecukupan Energi dan Protein disajikan dalam
Tabel 6.
Tabel 6 Kategori Tingkat kecukupan gizi yang disesuaikan.
Kategori Dir. Bina Gizi Indonesia

Kategori

Defisit tingkat berat (< 70% AKG)


Defisit tingkat sedang (70%-79% AKG)

Defisit

Defisit tingkat ringan (80%-89% AKG)


Normal (90%-119% AKG)

Normal

Berlebih ( 120% AKG)

Berlebih

Data pengetahuan gizi dihitung dengan cara menjumlahkan skor jawaban


benar, kemudian diberi skor 1 bila jawaban benar dan 0 bila jawaban salah atau
tidak tahu. Total skor yang diperoleh kemudian digolongkan menjadi tiga kriteria
(Khomsan 2000), yaitu :
1. Baik dengan skor >80%
2. Sedang dengan skor 60%-80%
3. Kurang dengan skor <60%

Definisi Operasional
Contoh ialah mahasiswa putri muslim Tingkat Persiapan Bersama (TPB) IPB
angkatan ke-44 dan sedang menjalankan puasa Ramadhan.
Karakteristik contoh ialah data diri contoh yang meliputi pendidikan orang tua,
asal suku orang tua, jumlah penerimaan uang saku per bulan, alokasi
pengeluaran pangan dan non pangan (Rp/bl), dan pengetahuan gizi.
Status gizi ialah keadaan yang mengambarkan kecukupan gizi contoh
berdasarkan kesesuaian nilai Indeks Masa Tubuh (IMT).
Pengetahuan gizi ialah besar tingkat pengetahuan contoh tentang konsumsi
pangan yang sehat dan bergizi.
Uang saku/bulan ialah banyaknya uang yang diterima contoh setiap bulan dari
orang tua atau pemasukan keuangan lainnya untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari maupun ditabung dalam besaran Rupiah.
Pengeluaran pangan ialah kisaran jumlah rupiah yang dikeluarkan untuk
pangan selama satu bulan.
Kebiasaan makan ialah perilaku makan yang meliputi frekuensi makan, waktu
makan, preferensi pangan, dan makanan pantangan.
Konsumsi gizi ialah jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi selama satu hari.
Frekuensi makan ialah jumlah berapa kali contoh makan dalam satu hari.
Preferensi pangan ialah tingkat kesukaan contoh terhadap jenis pangan tertentu,
termasuk pangan yang disukai dan makanan pantangan.
Aktivitas adalah kegiatan fisik yang dilakukan contoh dalam sehari, yang
meliputi alokasi waktu tidur, kegiatan akademik, olahraga maupun
kegiatan non akademik lainnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Karakteristik Mahasiswi
Pendidikan Orang tua
Pendidikan orang tua mahasiswi dibagi menjadi empat kelompok, yaitu
perguruan tinggi (Strata dan Diploma), Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah
Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Dasar (SD).

Pendidikan orang tua

merupakan gabungan dari pendidikan ayah dan pendidikan ibu. Secara umum,
sebagian besar pendidikan orang tua adalah Perguruan Tinggi dan Sekolah
Menengah Atas, yaitu 46% ayah berpendidikan PT dan 44% ayah berpendidikan
SMA. Sejumlah 39% ibu berpendidikan PT dan 37% ibu berpendidikan SMA
(Tabel 7). Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata pendidikan akhir orang tua
mahasiswi sudah tinggi.
Tabel 7 Sebaran orang tua berdasarkan pendidikan.
Pendidikan

Ayah

Ibu

PT

19

46

16

39

SMA

18

44

15

37

SMP

15

SD

10

Total

41

100

41

100

Pendidikan orang tua yang tinggi dapat menunjang perekonomian


keluarga sehingga kebutuhan anak cenderung terpenuhi. Selain itu, pendidikan
tinggi dapat membentuk suatu pola pikir yang baik sehingga anak didorong untuk
dapat hidup sukses dan sejahtera. Menurut Bastian (2002) pendidikan orang tua
merupakan salah satu faktor penting yang ikut menentukan keadaan gizi anak.
Ada dua sisi kemungkinan hubungan tingkat pendidikan orang tua dengan
keadaan gizi anak, yaitu: tingkat pendidikan kepala rumah tangga baik secara
langsung maupun tidak langsung menentukan keadaan ekonomi rumah tangga,
pendidikan istri disamping modal utama dalam perekonomian rumah tangga juga
berperan didalam penyusunan pola makan untuk rumah tangga.
Selanjutnya dikatakan juga bahwa anak dari ibu yang mempunyai latar
belakang pendidikan yang lebih tinggi akan mendapat kesempatan hidup dan

tumbuh lebih baik, ibu yang berpendidikan tidak mengenal tabu terhadap
makanan yang dikonsumsi anak. Mereka lebih kreatif dan inovatif didalam
pengasuhan dan perawatan anak. Selain itu, menurut Gunarsa (1995) tingkat
pendidikan

yang

baik

secara

langsung

ataupun

tidak

langsung

akan

mempengaruhi pola komunikasi antar anggota keluarga, karena pendidikan akan


sangat mempengaruhi cara, pola pikir, dan kerangka berpikir, persepsi,
pemahaman, serta kepribadian yang nantinya merupakan bekal dalam
berkomunikasi.
Suku orang tua
Mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) berasal dari berbagai daerah di
Indonesia. Asal daerah orang tua mahasiswi cukup beragam namun tiga suku
orang tua yang terbanyak ialah suku Jawa, Sunda, dan Batak. Suku orang tua
baik ayah maupun ibu dengan persentase tertinggi berasal dari suku Jawa dan
Sunda. Sebesar 34% ayah dan 39% ibu mahasiswi berasal dari suku Jawa.
Selanjutnya 32% ayah dan 39% ibu berasal dari suku Sunda. Suku lainnya
meliputi suku Betawi 5%, Padang 4%, Bengkulu dan Belitung 2%. Sebaran
contoh berdasarkan suku orang tua contoh disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8 Sebaran orang tua berdasarkan suku.
Suku

Ayah

Ibu

Jawa

14

34

16

39

Sunda

13

32

16

39

Batak

Lainnya

11

27

15

Total

41

100

41

100

Indonesia merupakan negara yang kaya akan suku dan budaya. Unsurunsur budaya ini mampu menciptakan suatu kebiasaan makan penduduk, yang
terkadang bertentangan dengan prinsip-prinsip ilmu gizi. Menurut Suhardjo
(1989) berbagai suku dan budaya memberikan peranan dan nilai yang berbedabeda terhadap pangan atau makanan. Bahan-bahan makanan tertentu oleh
suatu budaya dianggap tabu untuk dikonsumsi, sementara itu ada pangan yang
dinilai sangat tinggi baik dari segi ekonomi maupun sosial.

Selain itu dikatakan pula bahwa suku melalui sistem sosial budaya
mempunyai

pengaruh

terhadap

apa,

kapan,

dan

bagaimana

makanan

dikonsumsi oleh keluarga. Kebudayaan tidak hanya menentukan makanan apa,


tetapi untuk siapa dan dalam keadaan bagaimana makanan tersebut dimakan.
Suku orang tua dapat membentuk kebiasaan makan anak didalam keluarga.
Menurut penelitian Soetrisno (1996) masakan suku Jawa cenderung memiliki
rasa manis dan cara memasak dengan dibakar/dioven. Selain itu, makanan
sumber protein berasal dari daging/unggas/telur. Sedangkan suku Sunda
cenderung lebih menyukai sayuran lalapan.
Status Akademik
Kampus Institut Pertanian Bogor (IPB) Dramaga terbagi ke dalam
sembilan fakultas, yaitu Fakultas Pertanian (A), Kedokteran Hewan (B),
Perikanan (C), Peternakan (D), Kehutanan (E), Teknologi Pertanian (F),
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (G), Ekologi Manusia (H), Ekonomi
Manajemen (I). Contoh adalah mahasiswa putri IPB pada Tingkat Persiapan
Bersama (TPB) dari berbagai jurusan yang berbeda. Secara umum, sebanyak
27% contoh merupakan mahasiswa Fakultas MIPA, 15% mahasiswa Fakultas
Ekologi Manusia, dan hanya 10% mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian.
Fakultas lainnya meliputi Fakultas Kehutanan dan Peternakkan 5% dan Fakultas
Kedokteran Hewan 2%. Sebaran contoh berdasarkan fakultas disajikan pada
Tabel 9.
Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan fakultas.
Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

11

27

Ekologi Manusia

15

Ekonomi Manajemen

12

Perikanan

12

Pertanian

12

Teknologi pertanian

10

Lainnya

12

Total

41

100

Penerimaan dan Pengeluaran Pangan


Uang saku per bulan contoh adalah uang yang diterima oleh mahasiswi
setiap bulan dari orang tua, beasiswa, atau sumber lainnya, yang digunakan
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari selama tinggal di Asrama. Rata-rata
penerimaan uang saku sebesar Rp 497.560 setiap bulan. Jumlah penerimaan
uang per bulan mahasiswi dibagi menjadi tiga kategori, yaitu kurang dari Rp
250.000, kisaran Rp 250.000 Rp 500.000, dan lebih dari Rp 500.000.
Sebanyak 73% mahasiswi memiliki penerimaan pada kisaran Rp 250.000 Rp
500.000 setiap bulan dan hanya 2% contoh yang memiliki penerimaan kurang
dari Rp 250.000.
Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata uang saku mahasiswi pada tingkat
sedang. Uang saku tersebut dialokasikan untuk kebutuhan pangan (pengeluaran
pangan) dan non pangan. Jumlah alokasi pengeluaran pangan contoh dibagi
menjadi tiga kategori yaitu kurang dari Rp 200.000, kisaran Rp 200.000 Rp
300.000, dan lebih dari Rp 300.000. Rata-rata pengeluaran pangan mahasiswi
sebesar Rp 317.560. Sebaran contoh berdasarkan penerimaan uang saku dan
pengeluaran pangan disajikan pada Tabel 10.
Tabel 10 Sebaran contoh berdasarkan penerimaan dan pengeluaran pangan.
Rp/Bulan

<250.000

250.000-500.000

30

73

>500.000

10

24

Total

41

100

Uang Saku

497.560 + 165.067

Rata-rata uang saku


Pengeluaran pangan
<200.000

15

200.000-300.000

14

34

>300.000

21

51

Total

41

100

317.560 + 108.029

Rata-rata pengeluaran pangan

Makanan merupakan kebutuhan pokok manusia untuk tetap hidup,


sehingga

dengan

pendapatannya

setiap

orang

akan

berusaha

untuk

mendapatkan makanan yang memadai. Menurut Ernst Engel (1857) dalam BPS
(2006) menyatakan bahwa persentase pengeluaran untuk makanan akan
menurun dengan meningkatnya pendapatan. Namun, hal ini akan terjadi jika
selera tidak berubah. Pengeluaran pangan terhadap penerimaan rata-rata
memiliki suatu pola tertentu. Pola pengeluaran pangan menurut Survey Sosial
Ekonomi Nasional menyatakan bahwa persentase pengeluaran rata-rata per
kapita sebulan untuk makanan sebesar 54% dari total penerimaan dan 45%
untuk non pangan.
Rata-rata pengeluaran pangan per bulan mahasiswi sebesar 65% dari
total penerimaan uang saku dan sebanyak 35% total penerimaan dialokasikan
untuk non pangan. Hal ini menunjukkan bahwa persentase pengeluaran pangan
mahasiswi per bulan lebih besar dibandingkan dengan standar Biro Pusat
Statistik. Begitu pula pada pengeluaran non pangan selama satu bulan. Jenis
pengeluaran non pangan contoh terdiri dari pembelian alat mandi dan cuci,
kosmetik, foto copy, alat tulis, hiburan, tabungan dan pengeluaran lainnya. Besar
pengeluaran pangan maupun non pangan merupakan hasil estimasi mahasiswi
dari rata-rata pengeluaran setiap bulan. Sebaran contoh berdasarkan pola
pengeluaran dan tabungan disajikan pada Tabel 11.
Tabel 11 Sebaran contoh berdasarkan pola pengeluaran dan tabungan.
n

Rata-rata (Rp.)

Pengeluaran pangan

41

317.561

% Terhadap
penerimaan
65

Pengeluaran non-pangan

41

124.756

35

Jenis

Penerimaan uang saku mahasiswi selain untuk pengeluaran pangan dan


non pangan, sebagian disisihkan untuk ditabung. Lebih dari separuh mahasiswi
(51%) memiliki kebiasaan menabung. Rata-rata tabungan setiap bulan sebesar
Rp 98.095 dengan persentase terhadap penerimaan sebesar 20%. Sebaran
contoh berdasarkan kebiasaan menabung disajikan pada Tabel 12.
Tabel 12 Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan menabung.
Kebiasaan menabung

Ya

21

51

Tidak

20

49

Total

41

100

Pengetahuan Gizi
Pengetahuan merupakan salah satu hasil proses pendidikan atau atas
hasil penginderaan terhadap masalah tertentu. Pengetahuan gizi dapat diperoleh
melalui pendidikan formal maupun non formal. Tingkat pengetahuan gizi
mahasiswi dilakukan dengan menggunakan instrumen berbentuk pertanyaan
pilihan berganda (multiple choice test). Penilaian dengan memberikan skor satu
pada jawaban benar dan skor nol untuk jawaban salah atau tidak tahu. Nilai
pengetahuan gizi mahasiswi dikategorikan menjadi tiga yaitu baik (skor jawaban
benar lebih dari 80%), sedang (skor benar pada rentang 60 80%), dan kurang
(skor benar kurang dari 60%). Lebih dari separuh mahasiswi memiliki
pengetahuan gizi baik (54%) dan hanya 4% dengan pengetahuan gizi buruk. Hal
ini menunjukkan bahwa rata-rata pengetahuan gizi mahasiswi sudah baik.
Sebaran contoh berdasarkan pengetahuan gizi disajikan pada Tabel 13.
Tabel 13 Sebaran contoh berdasarkan pengetahuan gizi.
Kategori

Baik

22

54

Sedang

15

37

Buruk

10

Total

41

100

Pengetahuan gizi secara umum dapat didefinisikan sebagai pengetahuan


yang dimiliki oleh ahli gizi tetapi tidak oleh orang lain. Masyarakat akan semakin
baik tingkat kesehatannya jika pengetahuan gizinya bertambah, dan jika mereka
dapat menerapkan pengetahuan gizi tersebut untuk orang yang berbeda tingkat
usia dan keadaan fisiologisnya. Pengetahuan gizi perlu namun tidak cukup untuk
mengubah

kebiasaan

makan

seseorang,

karena

banyak

faktor

yang

mempengaruhi, salah satunya yaitu keadaan ekonomi (Worsley 2002).


Kondisi Tubuh Ketika Berpuasa
Kondisi tubuh ketika berpuasa dinyatakan dalam bentuk persepsi masingmasing

mahasiswi

terhadap

keadaan

tubuh

dan

produktivitas

selama

menjalankan puasa Ramadan. Persepsi mahasiswi yang diamati adalah waktu


merasa lelah dan persepsi tubuh saat menjalankan ibadah puasa. Waktu merasa
lelah dikategorikan menjadi empat, yaitu pada pukul 09.00-12.00, pukul 12.0115.00, pukul 15.01-18.00, dan pukul 18.01-21.00. Lebih dari separuh mahasiswi

(61%) menyatakan merasa lelah pada kisaran pukul 12.01-15.00 saat pra
Ramadan. Tidak jauh berbeda pada bulan Ramadan, yaitu sebanyak 63%
mahasiswi yang menyatakan lelah pada waktu tersebut. Selanjutnya, hanya 5%
mahasiswi yang menyatakan lelah pada malam hari yaitu kisaran pukul 18.0121.00 baik pra Ramadan maupun Ramadan. Persentase terbanyak kedua adalah
mahasiswi yang menyatakan merasa lelah ketika sore hari yaitu kisaran pukul
15.01-18.00, yaitu sebesar 27% mahasiswi pra Ramadan dan 24% mahasiswi
saat Ramadan. Uji statistik menunjukkan bahwa perbedaan tidak signifikan waktu
merasa lelah antara pra Ramadan dan Ramadan (p>0.05). Sebaran contoh
berdasarkan waktu merasa lelah disajikan pada Tabel 14.
Tabel 14 Sebaran contoh berdasarkan waktu merasa lelah.
Waktu merasa lelah

Pra Ramadan
n
%

Ramadan
n

Pukul 09.00-12.00

Pukul 12.01-15.00

25

61

26

63

Pukul 15.01-18.00

11

27

10

24

Pukul 18.01-21.00

Total

41

100

41

100

Kondisi lelah di siang hari

saat puasa Ramadan disebabkan karena

panas terik siang hari dengan suhu udara berkisar antara 310 Celsius
(Tedjapranata, 2007). Namun jika puasa dijalankan dengan keimanan dan
keikhlasan untuk beribadah, rasa lelah dan lapar tidak menjadi masalah.
Mengingat bahwa puasa Ramadan dapat mendatangkan banyak manfaat baik
fisik maupun psikis. Menurut Roky (2000) kesiagaan subyektif (subjective
alertness) menurun pada pukul 09.00 dan 16.00 dan meningkat pada pukul
23.00. Menurut Hardinsyah (2004) gangguan pencernaan dan keseimbangan
cairan elektrolit tubuh akan mempercepat timbulnya rasa lelah.
Persepsi tubuh saat berpuasa merupakan penilaian secara subyektif
mahasiswi. Persepsi mahasiswi terhadap tubuh saat berpuasa dibagi menjadi
tiga kategori, yaitu lemas dan mengantuk, merasakan seperti hari biasa tidak
berpuasa, atau merasakan ringan dan bersemangat. Lebih dari separuh
mahasiswi (56%) menyatakan kondisi tubuh saat berpuasa biasa saja seperti
hari lainnya. Selanjutnya, hanya satu orang dari 41 mahasiwi yang menyatakan

ringan dan bersemangat saat puasa Ramadan. Sebanyak 41% mahasiwi yang
menyatakan lemas dan mengantuk saat puasa Ramadan. Persepsi terhadap
keadaan tubuh ini diduga dipengaruhi oleh perbedaan aktivitas dan kebiasaan
berpuasa mahasiwi di luar bulan Ramadan. Sebaran contoh berdasarkan
persepsi tubuh saat puasa Ramadan disajikan pada Tabel 15.
Tabel 15 Sebaran contoh berdasarkan persepsi tubuh berpuasa.
%

Persepsi tubuh
Lemas dan mengantuk

n
17

41

Seperti biasa

23

56

Ringan dan bersemangat

Total

41

100

Rasa lapar dan haus yang dirasakan sebenarnya merupakan suatu


kondisi conditioned reflex yang dapat berubah atau dapat diatur. Maksudnya
adalah rasa lapar dan haus adalah suatu perasaan yang dapat dilatih dan
diadaptasikan dan pada orang yang berpuasa rasa lapar dan haus sebenarnya
bukanlah tanda mutlak dari kebutuhan fisiologis (Qomariah 1996).
Menurut Qomariah (1996) tingkat ketosis dan ketonuria terjadi pada harihari pertama berpuasa, biasanya pagi mendekati tengah hari sampai siang dan
sore hari. Pada waktu tersebut terjadi gejala ketosis ringan dalam bentuk
perasaan lesu fisik maupun mental, kepala pusing. Namun, tubuh akan
melakukan adaptasi, tubuh menggunakan protein sebagai penghasil energi
kemudian menghasilkan asam amino glikogenik dan asam amino ketogenik.
Asam amino glikogenik menyediakan glukosa untuk dibakar menghasilkan energi.
Maka gejala ketosis pun akan menghilang setelah beberapa hari berpuasa. Dan
badan menjadi lebih kuat menahan kondisi puasa tersebut.
Perubahan Anthropometri
Hasil pengukuran anthropometri (berat badan, tinggi badan, dan IMT) pra
Ramadan, Ramadan, dan pasca Ramadan menunjukkan adanya perubahan
diantara ketiganya. Terdapat perbedaan sangat signifikan berat badan dan IMT
antara pra Ramadan dan Ramadan (p<0.01). Selanjutnya, juga terdapat
perbedaan signifikan berat badan (p<0.01) dan IMT (p<0.05) antara Ramadan
dan pasca Ramadan. Namun tidak terdapat perbedaan berat badan dan IMT pra
Ramadan dan pasca Ramadan (p>0.05). Hal ini menunjukkan bahwa terjadi

perubahan IMT mahasiwi saat menjalankan puasa Ramadan. Seperti pada


perubahan berat badan yang mengalami penurunan, IMT pun mengalami
penurunan. Sebaran contoh berdasarkan rata-rata berat badan, tinggi badan,
dan IMT disajikan pada Tabel 16.
Tabel 16 Sebaran contoh berdasarkan berat badan, tinggi badan, dan IMT.
Anthropometri

Rata-rata
Pra Ramadan

Ramadan

Pasca Ramadan

51 + 9.66

50 + 9.0

51 + 9.58

21.3 + 3.61

20.8 + 3.64

21.1 + 3.55

Berat Badan (kg)


IMT (kg/m2)

Sebagian besar mahasiwi (81%) mengalami penurunan berat badan saat


bulan Ramadan. Rata-rata penurunan berat badan mahasiwi sebesar 1.5 kg (3%
dari berat badan pra Ramadan). Sebanyak 91% mahasiwi mengalami penurunan
berat badan pada kisaran 0-2.56 kg (0-5% berat badan pra Ramadan). Hanya
9% mahasiwi yang mengalami penurunan berat badan lebih dari 5% berat badan
pra Ramadan. Hal ini berbeda dengan pasca Ramadan, sebagian besar
mahasiwi mengalami kenaikan berat badan (76%). Sebagian besar mahasiwi
(90%) mengalami kenaikan berat badan pada kisaran 0-2.56 kg (0-5% berat
badan Ramadan) pada pasca Ramadan. Selanjutnya, hanya 10% mahasiwi yang
mengalami kenaikan lebih dari 5% berat badan Ramadan. Uji statistik
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan perubahan berat badan
antara Ramadan dan pasca Ramadan (p<0.01). Sebaran contoh berdasarkan
perubahan berat badan disajikan pada Tabel 17.
Tabel 17 Sebaran contoh berdasarkan perubahan berat badan.
Ramadan
Perubahan
Berat Badan

Naik

Pasca Ramadan

Turun

Naik

Turun

0-5% (0-2.56 kg)

100

30

91

28

90

10

100

>5% (> 2.56 kg)

10

Total

100

33

100

31

100

10

100

Puasa menyebabkan perubahan kebiasaan makan, baik frekuensi makan


maupun porsi sumber-sumber yang memberi asupan kalori dan protein,
sedangkan asupan kalori dan protein secara keseluruhan tidak berubah. Jumlah

dan pola distribusi air yang diminum akan berubah. Produksi air seni berkurang,
disertai penurunan cairan tubuh total, yang kesemuanya bersamaan dengan
penurunan berat badan dan kenaikkan densitas air seni. Perubahan yang
berhubungan dengan cairan tubuh ini akan pulih kembali setelah puasa, dalam
waktu 7-10 hari. Penurunan berat badan yang terjadi selama puasa disebabkan
oleh perubahan metabolisme energi dan air (pengurangan cairan tubuh)
(Qomariah 1996).
Indeks Massa Tubuh mahasiwi dibagi menjadi tiga kategori, yaitu kurus,
normal, dan gemuk. Tabel 18 menunjukkan bahwa lebih dari separuh mahasiwi
memiliki status gizi normal baik pada pra Ramadan (70%), Ramadan (67%), dan
pasca Ramadan (71%). Mahasiwi dengan status gizi kurang lebih banyak
dibandingkan dengan mahasiwi yang memiliki status gizi berlebih baik pada
Ramadan dan pasca Ramadan.
Tabel 18 Sebaran contoh berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT).
Status gizi

Pra Ramadan

Ramadan

Pasca Ramadan

Kurang

15

22.

20

Normal

29

70

27

67

29

71

Berlebih

15

11

10

Total

41

100

41

100

41

100

Menurut Rini (2006) kekurangan gizi pada remaja dapat terjadi karena
akibat pertumbuhan cepat dan aktivitas fisik yang tinggi. Namun gizi kurang pada
remaja wanita dapat juga disebabkan oleh merasa kegemukkan (50-60%), diet
ketat untuk menurunkan berat badan (44%) dan menjaga kenaikkan berat badan
(26%). Remaja wanita umumnya menginginkan bentuk tubuh yang tinggi
langsing (63%), dan menginginkan bentuk tubuh yang ideal (24%).
Konsumsi Pangan
Konsumsi pangan disajikan dalam dua indikator, yaitu rata-rata jumlah
konsumsi gizi dan tingkat kecukupan konsumsi gizi. Pengukuran konsumsi
pangan dilakukan tiga kali yaitu pra Ramadan, Ramadan, dan pasca Ramadan.
Jenis konsumsi gizi yang diukur terdiri dari sepuluh zat gizi, yaitu energi, protein,
lemak, karbohidrat, kalsium, fosfor, besi, vitamin A, vitamin C dan vitamin B.

Konsumsi Gizi
Rata-rata konsumsi zat gizi mahasiwi (9.8%) mengalami penurunan saat
bulan Ramadan seperti energi, protein, lemak, besi, vitamin C, dan vitamin B.
Sedangkan konsumsi karbohidrat, kalsium, fosfor, dan vitamin A mengalami
kenaikan rata-rata sebesar 10.3%. Penurunan konsumsi gizi diduga karena
kuantitas dan frekuensi makan berkurang pada saat puasa dibandingkan pada
saat tidak puasa. Menurut Khomsan (2002) diperkirakan perubahan frekuensi
makan ini secara kuantitatif menurunkan jumlah asupan gizi yang masuk ke
dalam tubuh. Namun, beberapa kasus menunjukkan kenaikkan konsumsi gizi.
Kenaikkan konsumsi gizi merupakan suatu akibat dari konsumsi sajian berbuka
puasa yang lengkap.
Pengukuran ketiga (pasca Ramadan) menunjukkan bahwa konsumsi zat
gizi rata-rata mahasiwi mengalami kenaikan pada zat gizi lemak, vitamin C, besi
dan vitamin B sebesar 15.3%. Namuasil uji statistik menunjukkan tidak ada
perbedaan konsumsi gizi antara pra Ramadan, Ramadan, dan pasca Ramadan
(p>0.05). Sebaran contoh berdasarkan konsumsi zat gizi disajikan pada Tabel 19.
Tabel 19 Sebaran contoh berdasarkan rata-rata konsumsi zat gizi.
Rata-rata konsumsi + Standar Deviasi

Zat gizi

Pra Ramadan

Ramadan

Pasca Ramadan

1451 + 418

1422 + 534

1377 + 395

Protein (g)

38 + 12

37 + 17

37 + 12

Lemak (g)

46 + 41

33 + 24

34 + 23

Karbohidrat (g)

243 + 80

247 + 101

240 + 70

Kalsium (mg)

379 + 262

445 + 321

384 + 246

Fosfor (mg)

417 + 184

470 + 219

420 + 254

Besi (mg)

11.4 + 4.9

10.7 + 5.8

11.3 + 5.3

Vitamin A (RE)

1313 + 1538

1425 + 172

991 + 1342

Vitamin C (mg)

80 + 119

78 + 168

99 + 142

Vitamin B (mg)

0.9 + 0.6

0.8 + 0.8

1.0 + 0.8

Energi (Kal)

Menurut Qomariah (1996) makanan diperlukan untuk mempertahankan


komposisi badan makhluk hidup. Manusia terdiri atas 55% air, 19% protein, 19%
lemak,

kurang

dari

1%

karbohidrat

dan

7%

bahan-bahan

anorganik.

Keseimbangan dari susunan ini, serta mana yang lebih menonjol di antaranya,

tergantung dari jumlah makanan dan minuman yang masuk serta konsumsi
tubuh akan energi.
Karbohidrat yang dimetabolisme sebagian akan dipakai dan sebagian lagi
disimpan dalam bentuk glikogen sebagai cadangan energi yang dapat digunakan
selama 24-48 jam. Setelah 48 jam maka cadangan energi akan diambil dari
lemak tubuh dan baru kemudian dari protein. Penurunan BMR pada saat puasa
terjadi dalam 2x24 jam, tetapi setelah itu akan kembali menetap. Penurunan juga
hanya 8-10%. Puasa Ramadan merupakan pembatasan makanan pada siang
hari yang berlangsung kurang lebih 14 jam sehingga tiak sampai mencapai
tingkat semi starvation (Sediaoetama 1990).
Respiratory Quotient (RQ) ialah perbandingan CO2/O2 pada oksidasi
suatu badan organik. RQ normal (diet campuran) sebesar 0.80, RQ karbohidrat
sebesar 1, lemak sebesar 0.71 dan protein sebesar 0.81. Pada dua hari
permulaan puasa, RQ berubah menjadi 0.73-0.78, berarti bahwa sumber energi
yang dipergunakan untuk mengahasilkan energi bergeser lebih banyak
menggunakan lemak. Jika puasa berhenti, RQ meningkat mendekati 1, berarti
bahwa lebih banyak karbohidrat yang digunakan untuk menghasilkan energi.
Persediaan energi dalam tubuh yang paling segera dapat dipergunakan ialah
simpanan dalam bentuk glikogen (karbohidrat). Jumlah simpanan glikogen
terdapat pada otot dan sel hati. Jumlah simpanan glikogen ini terbatas, sehingga
pada kondisi berpuasa, akan segera habis terpakai pada hari itu. Maka tubuh
akan menggunakan lemak cadangan sebagai sumber energi. Peningkatan
pemakaian lemak ini terlihat dari pergeseran RQ dari 0.80 menjadi 0.73-0.78.
Menurut

Sekarindah

(2002)

orang-orang

yang

berpuasa

harus

mengonsumsi makanan secara teratur untuk berbuka puasa maupun sahur.


Pembagian makan adalah 50% untuk berbuka, 10% setelah sholat terawih dan
40% pada waktu sahur. Selain harus makan teratur, menu makanan harus
seimbang. Maksudnya adalah makanan yang terdiri dari karbohidrat 50-60%,
protein 10-20%, lemak 20-25%, cukup vitamin dan mineral dari sayur dan buah.
Selain itu, cukup serat dari sayuran untuk memperlancar buang air besar.
Tingkat Konsumsi
Tingkat konsumsi gizi merupakan hasil perbandingan antara konsumsi
gizi aktual mahasiwi dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG). Kebutuhan zat gizi
remaja usia 16-18 tahun berdasarkan Angka Kecukupan Gizi tahun 2004, yaitu

energi 2200 kkal, protein 55 gram, kalsium 1000 mg, fosfor 1000 mg, besi 26 mg,
vitamin A 600 RE, vitamin C 75 mg.
Menurut Supriasa (2001) keadaan akibat dari keseimbangan antara
konsumsi dan penyerapan zat gizi dan penggunaan zat-zat gizi tersebut, atau
keadaan fisiologik akibat dari tersedianya zat gizi dalam seluler tubuh disebut
sebagai kondisi gizi. Menurut Rickert (1996) remaja membutuhkan kecukupan
gizi yang khusus, karena waktu remaja merupakan periode rawan, hal ini
disebabkan oleh tiga hal yaitu ; pertama remaja membutuhkan zat gizi dan energi
yang lebih besar untuk pertumbuhan cepat. Kedua ialah pada remaja terjadi
perubahan gaya hidup dan kebiasaan makan yang mempengaruhi intake zat gizi.
Kemudian yang ketiga yaitu karena pada umumnya remaja banyak berpartisipasi
pada olahraga, dan biasanya banyak melakukan diet yang ketat.
Kecukupan gizi lemak merupakan 20% dari kecukupan energi sehingga
kecukupan lemak sebesar 49 gram dan karbohidrat 50% dari energi sebesar 275
gram. Khusus untuk kecukupan gizi energi dan protein dikoreksi berdasarkan
rasio berat badan aktual mahasiwi dengan berat badan standar (50 kg). Hasil uji
statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan tingkat konsumsi gizi
antara pra Ramadan, Ramadan dan pasca Ramadan (p>0.05). Sebaran contoh
berdasarkan tingkat konsumsi gizi disajikan pada Tabel 20.
Tabel 20 Sebaran contoh berdasarkan tingkat konsumsi gizi.
% Tingkat Konsumsi Gizi

Pra
Ramadan

Ramadan

Pasca
Ramadan

Energi

69 + 28

69 + 30

66 + 25

Protein

74 + 30

70 + 34

69 + 27

Lemak

96 + 88

69 + 51

72 + 47

Karbohidrat

90 + 31

93 + 41

90 + 26

Kalsium

40 + 31

46 + 34

40 + 28

Fosfor

47 + 31

52 + 30

48 + 35

Besi

44 + 19

41 + 22

43 + 21

Vit.A

224 + 256

246 + 207

172 + 229

Vit.C

107 + 158

104 + 224

133 + 189

Menurut Rini (2006) perhatian terhadap berat badan pada sebagian besar
remaja putri yang tidak puas terhadap beberapa bagian tubuhnya menyebabkan
adanya pembatasan jumlah konsumsi makanan. Akibatnya, asupan gizi secara

kuantitas dan kualitas tidak sesuai dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang
dianjurkan.
Pola Konsumsi Pangan
Hasil menunjukkan bahwa tidak semua mahasiwi memiliki frekuensi
makan tiga kali dalam sehari pada pra Ramadan, yaitu sebanyak 29% contoh
memiliki frekuensi makan utama hanya dua kali dalam sehari. Akan tetapi, lebih
dari separuh mahasiwi (71%) memiliki kebiasaan makan sehari tiga kali (Tabel
21). Hasil uji statistik menunjukkan perbedaan yang signifikan frekuensi makan
utama antara pra Ramadan dan Ramadan (p<0.01). Menurut Hardinsyah (2004)
frekuensi makan selama puasa berkurang dan kapasitas tubuh untuk menerima
makanan juga berkurang sekitar 10-20%. Sebaran contoh berdasarkan frekuensi
makan disajikan pada Tabel 21.
Tabel 21 Sebaran contoh berdasarkan frekuensi makan tidak puasa.
Frekuensi makan utama/hari

2 kali

12

29

3 kali

29

71

Total

41

100

Kebiasaan makan berikutnya adalah kebiasaan mengonsumsi sayuran.


Lebih dari separuh mahasiwi memiliki kebiasaan mengkonsumsi sayuran baik
pra Ramadan (54%) maupun Ramadan (88%) (Tabel 22). Hal ini menunjukkan
bahwa kebiasaan mahasiwi mengonsumsi sayuran mengalami peningkatan.
Rata-rata jenis sayuran yang disukai adalah sayur yang berkuah dan sayur
tumisan seperti sayur sop, capcay, tumis kacang panjang dan lainnya. Hasil uji
statistik menunjukkan bahwa perubahan jumlah mahasiwi yang mengkonsumsi
sayuran pra Ramadan dan Ramadan terdapat perbedaan (p<0.01). Alasan
mahasiwi mengkonsumsi sayuaran adalah karena menyukai sayuran, harga
sayuran yang terjangkau, dan bergizi.
Tabel 22 Sebaran contoh berdasarkan konsumsi sayur.
Konsumsi sayur
Ya
Tidak
Total

Pra Ramadan

Ramadan

22
19
41

54
46
100

36
5
41

88
12
100

Sayuran merupakan salah satu jenis pangan yang sangat penting bagi
tubuh. Kandungan gizinya yang bermanfaat dapat mencegah penyakit tertentu
seperti sembelit dan radang paru. Menurut J.S Burns (2007) antioksidan yang
diperoleh dari buah dan sayur dapat membantu menjaga kesehatan paru-paru.
Mekanismenya adalah dengan mencegah atau mengurangi peradangan dinding
saluran pernafasan. Menurut beberapa peneliti, remaja dengan asupan nutrisi
rendah tidak dapat mencapai fungsi paru yang optimal.
Terdapat perbedaan signifikan kebiasaan mengonsumsi buah antara pra
Ramadan dan Ramadan (p<0.01). Pada Tabel 23 menunjukkan bahwa sebagian
besar mahasiwi (81%) mengonsumsi buah-buahan saat Ramadan. Hal ini
berbeda dengan pra Ramadan, mahasiwi yang memiliki kebiasaan mengonsumsi
buah hanya 17%. Seperti pada konsumsi sayuran, kebiasaan mengonsumsi
buah mengalami kenaikkan. Hal ini menunjukkan bahwa kebiasaan makan
mahasiwi semakin baik di bulan Ramadan.
Tabel 23 Sebaran contoh berdasarkan konsumsi buah.
Konsumsi buah

Pra Ramadan

Ramadan

Ya

17

33

81

Tidak

34

83

19

Total

41

100

41

100

Menurut Hardinsyah (2004) vitamin dan mineral dalam sayur dan buah
berguna untuk melancarkan proses pencernaan dalam keseimbangan elektrolit
tubuh. Konsumsi sayur dua mangkok (200 gram) dan tiga potong buah (sekitar
150 gram) diperlukan setiap hari di bulan puasa.
Susu merupakan salah satu jenis pangan yang mengandung kalsium
tinggi. Sebesar 66% mahasiwi yang tidak mengonsumsi susu pada pra Ramadan
dan hanya 34% mahasiwi yang mengonsumsi susu. Sedangkan pada bulan
Ramadan, jumlah mahasiwi yang mengonsumsi susu mengalami peningkatan,
yaitu sebesar 61%. Statistik menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan
antara konsumsi susu pra Ramadan dengan konsumsi susu Ramadan (p<0.01).
Peningkatan jumlah konsumsi susu mahasiwi pada bulan Ramadan diduga
menjadi penyebab kenaikkan jumlah konsumsi kalsium rata-rata contoh dari 378

gram menjadi 445 gram. Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan mengonsumsi


susu disajikan pada Tabel 24.
Tabel 24 Sebaran contoh berdasarkan konsumsi susu.
Konsumsi susu

Pra Ramadan

Ramadan

Ya

14

34

25

61

Tidak

27

66

16

39

Total

41

100

41

100

Konsumsi air putih yang cukup merupakan hal penting bagi kesehatan
tubuh. Air dibutuhkan tubuh agar semua organ, jaringan dan sel-sel dapat
berfungsi dengan baik. Tabel 25 menunjukkan bahwa lebih dari separuh
mahasiwi mengonsumsi air putih lebih dari lima gelas sehari baik para Ramadan
(61%) dan Ramadan (56%). Uji statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan konsumsi air putih antara pra Ramadan dan Ramadan (p>0.05). Hal
ini menunjukkan bahwa kebiasaan konsumsi air putih mahasiwi sudah cukup
baik.
Tabel 25 Sebaran contoh berdasarkan konsumsi air putih.
Konsumsi air
putih

Pra Ramadan

Ramadan

5 gelas

16

39

18

44

> 5 gelas

25

61

23

56

Total

41

100

41

100

Menurut Qomariah (1996) air yang ada di dalam tubuh manusia berasal
dari konsumsi air dan juga berasal dari hasil metabolisme energi. Kekurangan
konsumsi air akan menyebabkan rasa dahaga bahkan

dehidrasi. Menurut

Hardinsyah (2004) kekurangan air tubuh sampai 5% berat tubuh disebut sebagai
dehidrasi ringan, 5-10% disebut dehidrasi sedang, dan dehidrasi berat jika
melebihi 10% berat tubuh. Kemudian dikatakan juga bahwa 70% dari berat
badan kita adalah air. Penurunan berat badan selama puasa bisa disebabkan
oleh dehidrasi. Konsumsi air putih sebaiknya 2-4 gelas saat sahur dan 6-8 gelas
dalam sehari. Sedangkan menurut Sekarindah (2002) orang berpuasa harus
mencukupi kebutuhan cairannya. Oleh karena itu, dianjurkan untuk minum

kurang lebih 7-8 gelas sehari, terdiri dari tiga gelas waktu sahur dan lima gelas
dari buka sampai sebelum tidur.
Aktivitas Fisik
Menurut Krisdinamurtirin (1992) pola aktivitas remaja dapat dilihat dari
bagaimana cara remaja mengalokasikan waktunya selama 24 jam dalam
kehidupan sehari-hari untuk melakukan suatu jenis kegiatan secara rutin dan
berulang-ulang. Menurut FAO/WHO/UNU (1985) pola kegiatan dibagi menjadi
tiga, yaitu (1) Occupational activities (kegiatan tugas pokok) merupakan jenis
kegiatan penting dan dapat dianggap sebagai kegiatan ekonomis yang dapat
mendukung hidup, (2) Discretionary activities (kegiatan pilihan bebas) yang terdiri
dari optional household task (kegiatan tugas kerumahtanggaan), socially
desirable activities (kegiatan sosial), dan activity for physical fitness and
prevention of health (kegiatan kesehatan jasmani), (3) Kegiatan lainnya seperti
tidur, istirahat, santai, Ibadan, makan, mandi, dan lainnya.
Record aktivitas selama dua hari dilakukan dua kali, yaitu pada pra
Ramadan dan Ramadan. Jenis kegiatan pokok mahasiwi terdiri dari kuliah,
belajar, mengerjakan tugas, konseling, mem-foto copy, ke perpustakaan,
perjalanan, persiapan kuliah dan apel pagi. Kemudian jenis kegiatan pilihan
bebas contoh yang pertama (tugas kerumahtanggaan), yaitu membereskan
kamar, membeli makanan, mencuci baju, menyetrika baju, dan berbelanja.
Kedua (tugas sosial), yaitu perkumpulan kampus, mengobrol, menonton TV,
kegiatan asrama, pengajian bersama, dan mendengarkan radio. Ketiga (kegiatan
kesehatan jasmani) yaitu bermain basket dan latihan kesenian. Kegiatan contoh
lainnya yang tercatat, yaitu tidur, mandi, makan, membaca buku fiksi, ibadah,
dan ke poliklinik.
Secara umum perubahan durasi mahasiwi dalam melakukan kegiatan
tugas pokok, kegiatan pilihan bebas, dan kegiatan lain-lain antara para Ramadan
dan Ramadan mengalami pengurangan durasi rata-rata 24%. Namun pada
dasarnya aktivitas mahasiswa putri TPB pada bulan Ramadan tetap berjalan
seperti hari-hari sebelumnya. Mahasiwi tetap melaksanakan kegiatan sesuai
jadwal, baik materi kuliah maupun praktikum. Perbedaan aktivitas mahasiwi
terletak pada aktivitas pribadi dalam keseharian sesuai dengan kebiasaan
masing-masing. Mahasiwi tidak mengurangi jenis aktivitasnya saat Ramadan
namun pengurangan pada intensitas atau durasi untuk melakukan kegiatan
tersebut. Hasil uji beda statistik menunjukkan tidak ada perbedaan yang

signifikan pada rata-rata durasi kegiatan pra Ramadan dan Ramadan (p>0.05).
Tabel 26 menunjukkan sebaran contoh berdasarkan jenis kegiatan. Data lengkap
terdapat pada lampiran.
Tabel 26 Sebaran contoh berdasarkan jenis kegiatan per hari.
Pra Ramadan
Durasi (menit)

Ramadan
Durasi (menit)

I. Kegiatan tugas pokok


- Kuliah
- Belajar
- Mengerjakan tugas

1283
267
135
141

991
297
148
158

II. Kegiatan pilihan bebas


1. Kegiatan tugas kerumahtanggaan
- Membereskan kamar

1202

998

378
48
61
595
55
135
92
230
1020
393
98
74

252
30
53
600
113
49
33
145
930
275
95
74

Jenis kegiatan

- Mencuci baju
2. Kegiatan sosial
- Menonton televisi
- Perkumpulan kampus
- Kegiatan asrama
3. Kegiatan kesehatan jasmani
III. Kegiatan lain-lain
- Tidur
- Istirahat
- Makan

Menurut Deutsch dan Morril (1993) aktivitas fisik mempengaruhi


kebutuhan zat gizi, terutama kebutuhan energi. Kebutuhan energi untuk aktivitas
sedentary adalah 50% dari kebutuhan energi basal, untuk aktivitas ringan adalah
60%, untuk aktivitas sedang adalah 70%, untuk aktivitas sangat berat adalah
80% dan untuk aktivitas ekstrim adalah 90-100%. Perhitungan energi basal
(BMR) pada golongan umur 16-19 tahun sebagai berikut :

BMR = 12.2 W + 746

Berdasarkan rata-rata berat badan dapat dihitung kebutuhan energi basal


mahasiwi pada kondisi tidak berpuasa, yaitu sebesar 1368 kkal. Kebutuhan
energi basal pada bulan Ramadan sebesar 1356. Namun dalam penelitian ini,
pengeluaran energi akibat aktivitas fisik tidak dihitung.

Pola aktivitas mahasiwi secara rinci dijelaskan dalam bentuk persentase


mahasiwi melakukan kebiasaan sehari-hari seperti kebiasaan tidur siang, durasi
tidur malam, durasi kuliah, waktu mengerjakan tugas, kebiasaan jalan kaki, olah
raga, mencuci baju, dan frekuensi mencuci baju dalam seminggu. Pola aktivitas
tersebut dibandingkan antara pra Ramadan dan Ramadan.
Lebih dari separuh mahasiwi memiliki kebiasaan tidur siang baik pada pra
Ramadan (61%) maupun Ramadan (56%). Hasil uji statistik menunjukkan bahwa
tidak ada perbedaan yang signifikan kebiasaan tidur siang antara pra Ramadan
dan Ramadan (p>0.05). Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan tidur siang
disajikan pada Tabel 27.
Tabel 27 Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan tidur siang.
Tidur siang

Pra Ramadan
n
%

Ramadan
n

Ya

25

61

23

56

Tidak

16

39

18

44

Total

41

100

41

100

Menurut Benchkroun (2000) orang yang berpuasa akan memilih tidur


lebih larut (setelah tengah malam) dibandingkan dengan pada hari biasa. Selain
itu, perasaan mengantuk di siang hari atau daytime sleepiness mengalami
peningkatan secara signifikan. Hal inilah yang menyebabkan munculnya
dorongan tidur siang yang besar pada orang-orang yang berpuasa Ramadan.
Seseorang dengan waktu tidur sebelumnya cukup minim, biasanya waktu
tidur pada bulan Ramadan cenderung semakin berkurang (Adriati 2001). Secara
teori, waktu tidur malam dikatakan cukup apabila mencapai 6-9 jam. Sebagian
besar contoh (93%) saat Ramadan melakukan tidur malam kurang dari enam jam.
Bila dibandingkan dengan pra Ramadan, durasi tidur malam contoh yang kurang
dari enam jam hanya 56%. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi penurunan durasi
tidur malam contoh saat Ramadan. Namun hal ini tidak menjadi masalah asalkan
fungsi tidur bisa dimaksimalkan. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan yang sangat signifikan durasi tidur malam antara ara Ramadan dan
Ramadan (p<0.01). Sebaran contoh berdasarkan durasi tidur malam disajikan
pada Tabel 28.

Tabel 28 Sebaran contoh berdasarkan durasi tidur malam.


Tidur malam

Pra Ramadan
n
%

Ramadan
n

6 jam

23

56

38

93

> 6 jam

18

44

Total

41

100

41

100

Menurut Purwoko (2002) tidur dibagi menjadi dua jenis, yaitu tidur
ortodoks dan tidur paradoks. Tidur ortodoks merupakan tiga perempat dari waktu
tidur. Pada keadaan ini tidur lelap dan tubuh mengendur kemudian bekerja paling
keras untuk menghasilkan protein, hormon pertumbuhan, dan menggantikan sel
tubuh yang rusak. Tidur paradoks merupakan seperempat dari waktu tidur. Pada
keadaan ini terjadi mimpi dan gerakan mata yang cepat (REM) di balik kelopak
mata yang tertutup. Denyut jantung dan pernapasan menjadi tidak teratur, serta
lebih banyak darah dialihkan ke otak tidak seperti yang pada umumnya terjadi di
siang hari. Tidur paradoks meskipun bukan merupakan bagian utama dari tidur
malam hari namun mutlak diperlukan. Seseorang yang kekurangan tidur
paradoks, secara emosional akan terganggu. Kemudian dikatakan juga bahwa
obat tidur tidak akan menghasilkan tidur paradoks dan rasa segar.
Menurut Kazim (2003) puasa dapat memperbaiki kualitas tidur (the dept
of sleep) karena proses-proses perbaikkan tubuh dan otak terjadi pada saat tidur.
Oleh karena itu, dua jam tidur saat bulan Ramadan lebih memuaskan dan
menyegarkan dibanding dengan lebih banyak jam di hari-hari yang lain. Puasa
secara signifikan meningkatkan kualitas tidur dan menurunkan REM (Rapid Eye
Movement) pada waktu tidur dan mimpi. Menurut Khomsan (2003) pada saat
tidur, tubuh memproduksi hormon melatonin yang keberadaannya diatur oleh
keteraturan tidur. Melatonin sebagai zat antioksidan dapat memperbaiki sel-sel
dan sistem tubuh yang rusak saat seseorang tidur.
Kualitas tidur tidak bisa hanya dilihat dari jumlah jam tidur. Tidur yang
pulas meski sebentar lebih berkualitas dibandingkan dengan tidur yang lama
tetapi gelisah dan sering terbangun. Kekurangan tidur malam 2-3 jam karena
sahur dan ibadah malam dapat diganti dengan tidur siang sekitar satu jam.
Remaja memerlukan istirahat tidur sebanyak 8-10 jam (Hardinsyah 2004).
Aktivitas kuliah mahasiwi saat bulan Ramadan tetap dilakukan seperti
biasa. Durasi kuliah pra Ramadan dan Ramadan akan dilihat perbedaannya.

Rata-rata mahasiwi melakukan aktivitas kuliah selama 5.3 jam dalam sehari.
Hasil menunjukkan bahwa sebanyak 51% contoh yang melakukan aktivitas
kuliah lebih dari lima jam pada pra Ramadan. Sedangkan pada bulan Ramadan,
lebih dari separuh mahasiwi yang melakukan aktivitas kuliah dengan durasi
kurang dari lima jam. Hasil menunjukkan bahwa terdapat perubahan antara
durasi kuliah pra Ramadan dan Ramadan. Namun berdasarkan hasil uji statistik,
terdapat perbedaan yang tidak signifikan durasi kuliah antara pra Ramadan dan
Ramadan (p>0.05). Sebaran contoh berdasarkan durasi kuliah disajikan pada
Tabel 29.
Tabel 29 Sebaran contoh berdasarkan durasi kuliah.
Durasi kuliah

Ramadan

Pra Ramadan
n
%

5 jam

20

49

25

61

> 5 jam

21

51

16

39

Total

41

100

41

100

Mahasiwi harus dapat mengakomodir waktu untuk mengerjakan tugastugas yang diberikan. Lebih dari separuh mahasiwi mengerjakan tugas pada
malam hari baik pada para Ramadan (66%) maupun Ramadan (71%).
Selanjutnya, hanya 2% mahasiwi yang mengerjakan tugas di sela kuliah pada
bulan Ramadan. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
waktu untuk mengerjakan tugas antara pra Ramadan dan Ramadan (p>0.05).
Sebaran contoh berdasarkan waktu mengerjakan tugas disajikan pada Tabel 30.
Tabel 30 Sebaran contoh berdasarkan waktu mengerjakan tugas.
Mengerjakan tugas

Pra Ramadan

Ramadan

Malam

27

66

29

71

Sela kuliah

22

Lainnya

12

11

27

Total

41

100

41

100

Tabel 31 menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiwi memiliki


kebiasaan berjalan kaki saat pergi ke kampus dan tidak menggunakan fasilitas
bis kampus dan jasa ojeg baik pada pra Ramadan (93%) dan Ramadan (98%).

Mahasiwi memberikan alasan bahwa jalan kaki akan menyenangkan bersama


teman-teman lainnya dan memberikan pengaruh positif terhadap kesehatan.
Selanjutnya, alasan mahasiwi tidak naik bis kampus adalah karena bis selalu
penuh ataupun kedatangannya tidak sesuai dengan jadwal berangkat kuliah
kemudian jasa ojeg tidak diminati karena alasan ekonomi. Kebiasaan berjalan
kaki menuju kampus antara pra Ramadan dan Ramadan tidak berbeda nyata (p>
0.05).
Tabel 31 Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan jalan kaki.
Terbiasa jalan kaki ke
kampus
Ya
Tidak
Total

Pra Ramadan
n
%

Ramadan
n

38

93

40

98

3
41

7
100

1
41

2
100

Kebiasaan mencuci baju sendiri merupakan kebiasaan mahasiwi dalam


melaksanakan kegiatan kerumahtanggaannya yaitu mencuci baju tanpa
menggunakan jasa orang lain seperti laundry, bibi cuci, dan lainnya. Sebagian
besar contoh memiliki kebiasaan mencuci baju sendiri baik saat pra Ramadan
(80%) maupun Ramadan (83%). Uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan yang signifikan kebiasaan mencuci baju mahasiwi antara pra
Ramadan dan Ramadan (p>0.05). Sebaran cotoh berdasarkan kebiasaan
mencuci baju sendiri disajikan pada Tabel 32.
Tabel 32 Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan mencuci baju sendiri.
Mencuci baju sendiri
Ya
Tidak
Total

Pra Ramadan
n
%

Ramadan
n

33

80

34

83

8
41

20
100

7
41

17
100

Frekuensi mahasiwi yang mencuci baju dikategorikan menjadi dua, yaitu


1-3 kali dalam seminggu dan lebih dari tiga kali dalam seminggu. Lebih dari
separuh mahasiwi mencuci baju sendiri 1-3 kali dalam seminggu baik saat pra
Ramadan (73%) maupun Ramadan (62%). Selanjutnya, sebanyak 38% mahasiwi
yang melakukan kegiatan mencuci baju lebih dari tiga kali dalam seminggu pada

bulan Ramadan. Uji statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan


frekuensi mencuci baju antara pra Ramadan dan Ramadan (p>0.05). Sebaran
contoh berdasarkan frekuensi mencuci baju sendiri disajikan pada Tabel 33.
Tabel 33 Sebaran contoh berdasarkan frekuensi mencuci baju sendiri.
Ramadan

Pra Ramadan
n
%

Frekuensi mencuci baju


per minggu
1-3 kali
> 3 kali
Total

24

73

21

62

9
33

27
100

13
34

38
100

Tabel 34 menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiwi tidak memiliki


kebisaan berolahraga baik saat pra Ramadan (80%) maupun Ramadan (73%).
Selanjutnya, hanya 27% mahasiwi yang terbiasa berolahraga pada bulan
Ramadan. Jenis olahraga yang dilakukan seperti basket, lari pagi, dan aerobik.
Olahraga dilakukan mahasiwi setiap akhir pekan, yaitu hari sabtu atau minggu
pagi. Uji statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kebiasaan olah
raga mahasiwi antara pra Ramadan dan Ramadan (p>0.05). Hal ini berarti
bahwa puasa Ramadan tidak mempengaruhi kebiasaan mahasiwi untuk
melakukan olahraga.
Tabel 34 Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan olah raga.
Olah raga

Pra Ramadan
n
%

Ramadan
n

Ya

20

11

27

Tidak

33

80

30

73

Total

41

100

41

100

Menurut Hardinsyah (2004) kebiasaan berolahraga sebelum bulan puasa,


sebaiknya tidak dihilangkan ketika bulan puasa. Badan akan terasa tidak nyaman
ketika kebiasaan ini dihentikan. Olahraga yang dilakukan pada hari pertama dan
kedua bulan puasa, tubuh akan mengalami masa transisi dan mengawali
adaptasi berpuasa. Kebiasaan olah raga di bulan puasa dapat dilakukan dengan
mengurangi durasi waktu berolahraga atau dengan mengurangi intensitas olah
raga dalam seminggu.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
1.

Contoh merupakan mahasiswa putri Tingkat Persiapan Bersama (TPB)


yang tinggal di Asrama IPB. Karakteristik mahasiswi, yaitu berada pada
kisaran umur 6-18 tahun (tergolong remaja), rata-rata pendidikan orang tua
cukup tinggi (Perguruan Tinggi dan Sekolah Menengah Atas) dan orang tua
berasal dari suku Jawa dan Sunda, rata-rata jumlah penerimaan uang saku
per bulan cukup tinggi, yaitu sebesar Rp. 497.560 (65% uang saku
digunakan untuk pangan dan 35% untuk non pangan),

dan lebih dari

separuh mahasiswi memiliki pengetahuan gizi baik.


2.

Waktu merasa lelah baik pada pra Ramadan dan Ramadan pada siang hari,
yaitu pukul 12.01-15.00 dan persepsi tubuh saat puasa biasa saja seperti
hari-hari sebelumnya. Tidak terdapat perbedaan pada pra Ramadan dan
Ramadan.

3.

Terdapat perbedaan berat badan dan IMT antara pra Ramadan dengan
Ramadan dan pada Ramadan dengan pasca Ramadan (p<0.01) namun
tidak berbeda pada pra Ramadan dengan pasca Ramadan (p>0.05).
Sebagian besar mahasiswi (81%) mengalami penurunan berat badan
sebesar 1.5 kg (3% dari berat badan pra Ramadan) dan mengalami
kenaikan kembali pada pasca Ramadan. Rata-rata mahasiswi memiliki
status gizi normal baik saat pra Ramadan, Ramadan, dan pasca Ramadan.

4.

Tidak terdapat perbedaan konsumsi gizi dan tingkat konsumsi gizi antara
pra Ramadan, Ramadan, dan pasca Ramadan (p>0.05). Rata-rata
mahasiswi mengalami defisit gizi baik pada pra Ramadan, Ramadan dan
pasca Ramadan.

5.

Terdapat perbedaan pola konsumsi antara pra Ramadan dan Ramadan,


yaitu frekuensi makan utama, kebiasaan konsumsi sayur dan kebiasaan
konsumsi buah (p<0.05). Terjadi peningkatan konsumsi sayur, buah dan
susu pada bulan Ramadan. Namun tidak berbeda pada kebiasaan
konsumsi air putih (p>0.05). Rata-rata mahasiswi minum air putih lebih dari
lima gelas per hari.

6.

Tidak terdapat perbedaan durasi mahasiswi dalam melakukan aktifitas,


kebiasaan tidur siang, durasi kuliah, waktu mengerjakan tugas, kebiasaan
berjalan kaki menuju kampus, kebiasaan mencuci baju, frekuensi mencuci

baju dan kebiasaan berolahraga antara pra Ramadan dan Ramadan


(p>0.05). Namun terjadi penurunan durasi tidur malam pada bulan
Ramadan (p<0.05). Sebagian besar mahasiswi (93%) tidur malam kurang
dari enam jam saat bulan Ramadan.
Saran
1. Mahasiswi disarankan untuk memperhatikan asupan makanannya. Konsumsi
makanan yang sesuai dengan kebutuhan dapat memperbaiki asupan gizi
baik pada saat puasa maupun tidak puasa. Selain itu juga perlu menerapkan
pola hidup sehat, yaitu konsumsi makanan yang baik, melakukan olahraga
secara rutin, dan konsumsi air putih yang cukup (8 gelas/hari).
2. Dianjurkan makanan sahur dipersiapkan secara lengkap empat sehat lima
sempurna. Walaupun selera makan ketika sahur biasanya kurang baik,
namun harus dipaksakan agar gizi yang dikonsumsi memenuhi syarat
kuantitas dan kualitas. Agar lebih efektif, makan sahur sebaiknya dilakukan
menjelang waktu imsak (15 menit sebelum fajar subuh) sehingga waktu jam
puasa tidak terlalu panjang.
4. Selanjutnya diperlukan penelitian longitudinal dengan pembanding pada
populasi bukan mahasiswa seperti ibu hamil, penderita diabetes, dan lainnya.

DAFTAR PUSTAKA
Adriati F. 2001. Tidur Singkat, Bangun Lebih Bertenaga.
Indonesia, Desember. Hlm 72-75.

Mens Health

Almatsier, S. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Anonymous. 1979. Pengetahuan tentang Konsumsi Makanan. Pusat Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI, Bogor.
Arisman, M.B. 2002. Gizi dalam Daur Kehidupan. Buku Ajar Ilmu Gizi Fakultas
Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang. Departemen Pendidikan
Nasional.
A. Yucel, B. Degirmenci, M. Acar, R. Albayrak & A. Haktanir. 2004. The effect of
fasting Ramadan on the abdominal fat distribution: assessment by
computed tomography. Tohoku Journal Experiment Medicine, 204,
(179-187).
Basuki, A. 2005. Manfaat Puasa Bagi Ilmu Kesehatan.
Tangerang.

Kawan Pustaka,

Bastian, L. 2002. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Terhadap Risiko


dengan Investasi Keuangan Keluarga. Skripsi Gizi Masyarakat dan
Sumberdaya Keluarga. Fakultas Pertanian, IPB.
Benchkroun MT, Roky R, Toufiq J, Benaji B, & Hakkou F. 2000. Epidemiological
Study: chronotipe and daytime sleepiness before and during Ramadhan
[abstract]. Therapie 54:567-572 [25 Febuari 2006].
BPS. 2006. Pengeluaran untuk Konsumsi Penduduk Indonesia. PT Tejo Kirono
Berkah Rahayu, Jakarta.
Burns, K. 2004. Break Your Fasting on Dates. http//www.islamonline.com.
David, S, Blondheim M.D, & Orna B.M.D. 2001. The diatery composition of prefast meals and its effect on 24 hours food and water fasting. IMAJ, (3),
657-662.
Danusukarto, S. 1989. Tanya Jawab Masalah Kesehatan Sehari-hari. BPK
Gunung Mulia, Jakarta.
Depkes RI. 2002. Pedoman Praktis Pemantauan Status Gizi Orang Dewasa.
Departemen Kesehatan, Jakarta.
Deutsch, Morril. 1993.
Company.

Realities of Nutrition.

California: Bull Publishing

Dharmoto. 2003. Berpuasalah secara benar. Majalah Intisari, Oktober, hlm.


15-21.

Effendi, S & M. Singarimbun. 2006. Metode Penelitian Survai edisi Revisi.


Pustaka LP3ES Indonesia, Jakarta.
FAO/WHO/UNU. 1985. Energy and protein requirements: expert consultation.
WHO Technical Report Series, Geneva.
Gunarsa SD, Y.S.D Gunarsa. 1995. Psikologi Praktis:
Keluarga. BPK Gunung Mulia, Jakarta.

Anak, Remaja dan

Hardinsyah. 2004. Kiat Sehat dan Bugar Saat Berpuasa untuk Meningkatkan
Mutu Ibadah. Klinik Konsultasi Gizi dan Klub Diet GMSK IPB, Bogor.
Jalila, C. Beji, J. Danguir. 1995. Increased fat oxidation during Ramadan fasting
in healthy women: an adaptive mechanism for body weight maintenance.
American Journal Clinical Nutrition,62,(302-307).
J.S Burns. 2007. Pentingnya ikan, sayur, dan buah bagi remaja. Artikel Majalah
Health Today (9), hal 20.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1988. Balai Pustaka, Jakarta.
Karaaoolu, N. & S. Yucecan. 2000. Some behavioural changes observed
among fasting subject, their nutritional habits and energy expenditure in
ramadhan (Abstract). Journal of Food Science and Nutrition, 51, 125134.
Kartini, R. 1994. Pengaruh puasa ramadhan pada kadar immunoglobulin G .
Jurnal Kedokteran YARSI, 2, (1), 1-8.
Kazim, E. 2003. Fasting and your bilogical rhytms. http//www.islamonline.com.
Khomsan, A. 2000. Pengukuran Tingkat Pengetahuan Gizi. Diktat yang tidak
Dipublikasikan. Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga.
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
__________. 2002. Puasa, Gizi dan Kesehatan dalam Pangan dan Gizi untuk
Kesehatan. Rajagrafindo press, Jakarta.
__________. 2005. Dampak Kesehatan Puasa dalam Pangan dan Gizi untuk
Kesehatan. Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia,
IPB, Bogor.
Khozin.

2000. Tuntunan Praktis Puasa.


Fachruddin UMM, Malang.

Badan Pemakmuran Masjid AR

Khumaidi, M. 1989. Gizi Masyarakat. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,


IPB, Bogor.
K.M.S. Mansi. 2007. Study the effect of Ramadan fasting on the serum glucosa
and lipid profile among healthy jordanian students. American Journal of
Applied Science, 4,(8), 565-569.

Krisdinamurtirin. 1992. Pola kegiatan dan penggunaan energi ramaja putri.


Penelitian Gizi dan Makanan, 15, (72-81).
Linder, M.C. 1992. Biokimia Nutrisi dan Metabolisme (Parrakasi A, Penerjemah).
Erlangga, Jakarta.
Marzuki, M. 2006. Analisis Hubungan Sosial Ekonomi dengan Tingkat
Kecukupan Protein Mahasiswa di Asrama TPB IPB 2005-2006. Skripsi
Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian
IPB, Bogor.
Muhilal, F. Jalal & Hardinsyah. 1998. Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan
dalam Prosiding Widyakarya Pangan dan Gizi Nasional VI (hlm. 843844). Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jakarta.
Nagra, S.A., Z.U. Rahman, M. Zafaria & A.J. Qadri. 1998. Study of some
biochemical parameters in young women as affected by ramadhan
fasting. Journal of Ramadhan Fasting Research, 2, (1), 1-5.
Nomani, M.Z.A. 1999. Diet during ramadhan. Journal of Ramadhan Fasting
Research, 3, 1-6.
Notoatmodjo, S. 1997. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Rineka Cipta, Jakarta.
Novelina, S. 2003. Pola Makan dan Gaya Hidup Penderita Hipertensi Essensial
yang Berkunjung ke Instalasi Gizi Rawat Jalan RSUD Budi Asih Jakarta.
Skripsi Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas
Pertanian, IPB, Bogor.
Nurmawati. 1995. Keragaan Keluarga Sejahtera dan Prasejahtera Ditinjau dari
Aspek Sosial Ekonomi dan Gizi. Skripsi Jurusan Sosial Ekonomi
Pertanian, IPB, Bogor.
Permaesih, D. 2001. Cara praktis pendugaan tingkat kesegaran jasmani.
Buletin Penelitian Kesehatan, 29(4), 174-183.
Purwoko. 2002. Tubuh Sehat: Pedoman Pemeliharaan. Jakarta: Penerbit Arcan.
Qomariah. 1993. Pengaruh puasa terhadap kekuatan kontraksi otot, waktu
reaksi dan daya konsentrasi. Jurnal Kedokteran YARSI, 1(1), 48-59.
________. 1996. Pengaruh puasa Ramadan terhadap berat badan dan tebal
lemak tubuh. Makalah Fakultas Kedokteran YARSI.
________. 1996. Pengaruh puasa Ramadan terhadap Basal Metabolisme Rate
(BMR). Makalah Fakultas Kedokteran YARSI.
Rickert, V.I. 1996. Adolescent Nutrition Assesment and Managemen. Chapman
& Hall. University of Texas.
Rini S. 2006. Determinan Indeks Massa Tubuh remaja putri di Kota Bukit Tinggi.
Jurnal Kesehatan Masyarakat, 1(3), 134-138.

Riyadi, H. 2001. Metode Penilaian Status Gizi secara Antropometri. Buku Ajar
Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas
Pertanian IPB, Bogor.
Robbert, W.B. & S.R. Williams. 1996. Nutrition Troughout the Life Cycle. Mosby,
USA.
Roky, R., L. Iraki, R. HajKhlifa, N.G. Lakhdar & F. Hakkou. 2000. Daytime
alertness, mood, psycomotor performances and oral temperature during
ramadan intermitten fasting (Abstract) dalam Annals of Nutrition and
Metabolism, 44, 101-107.
Sediaoetama. 1990. Ilmu Gizi Menurut Pandangan Islam. Jakarta: Dian Rakyat.
Sekarindah, T.
2002.
Manfaat Puasa Bagi Kesehatan,
http//www.gizi.net.

Besarkah?.

Soekirman. 2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya : untuk keluarga dan masyarakat.
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Soetrisno, U., R. Rozanna, G. Sofia, Almasyuri & Muhilal. 2000. Kebugaran dan
produktivitas kerja tenaga kerja wanita selama berpuasa ramadhan.
Buletin Penelitian Kesehatan, 28, 447-452.
Soewondo. 2006. Hidup Sehat dengan Diabetes.
RSCM/FKUI. Balai Penerbit FKUI, Jakarta.

Pusat Diabetes dan Lipid

Suhardjo. 1989. Sosio Budaya Gizi. Pusat Antar Universitas, IPB, Bogor.
_______. C.M. Kusharto. 1992. Prinsip-Prinsip Ilmu Gizi. Kanisius, Jakarta.
_______. L. J. Harper, B.J. Deaton & J.A. Driskel. 1986. Pangan, Gizi dan
Pertanian. UI Press, Jakarta.
Supriasa, I, B. Bakri & I. Fajar. 2001. Penilaian Status Gizi. Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Tedjapranata.
2007.
Ibadah puasa berpotensi meningkatkan derajat
kesehatan,asalkan sesuai panduan. Artikel Majalah Health Today 9,
(60-61).
U.S.S. Soetrisno. 2000. Perubahan masukkan energi dan air selama berpuasa
Ramadhan pada karyawan dengan berat badan normal dan lebih.
Jurnal Puslitbang Gizi Bogor, 4, (123-129).
Umid K,

A. Guvenc, A. Aslan, T. Hazir, & C. Acikada. 2007. Influence of


Ramadan fasting on anaerobic perfomance and recovery following short
time high intensity exercise. Journal of Sports Science and Medicine, 6,
(490-497).

Variyam, J.M, J. Blaylock. 1998. Unlocking the Mystery Between Nutrition


Knowledge and Diet Quality. The Diet Quality Balancing Act.

WHO. 2000. WHOs Classification of BMI. Geneva.


Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi. 2004. Ketahanan Pangan dan Gizi di
Era Otonomi Daerah dan Globalisasi. LIPI, Jakarta.
Worsley, A. 2002. Nutrition knowledge and food consumption. Asia Pasific
Journal Clinical Nutrition, 11, (579- 585).
Yavuz F., Ender K., & Sukru A. 2007. Metabolic, biochemical and psychiatric
alterations in healthy subjects during Ramadan. Pakistan Journal of
Nutrition, 6, (3), 209-211.
Ziaee, Razael, Ahmadinezad, Shaikh, & Yousefi. 2006. The changes of
metabolic profile and weight during Ramadan fasting. Singapore
Medicine Journal, 47,(5),409-414.

Lampiran 1.
KODE

KUESIONER

STUDI TENTANG KONSUMSI PANGAN, STATUS GIZI DAN


AKTIVITAS FISIK SAAT PUASA DAN TIDAK PUASA PADA
MAHASISWA PUTRI TINGKAT PERSIAPAN BERSAMA INSTITUT
PERTANIAN BOGOR

Nama Responden

: _____________________________________

No. Kamar Asrama

: _____________________________________

Lorong Asrama

: _____________________________________

Tanggal Wawancara

: _____________________________________

Mahasiswa Jalur

: _____________________________________

PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2007

A. KARAKTERISTIK DIRI
1. Nama

: .

2. Kota tempat tinggal asal

: .

3. Tempat Tanggal Lahir

: .

4. BB (Kg) & TB(Cm)

: a) Pengukuran I = BB .... kg TB ..... cm


b) Pengukuran II = BB ..... kg TB ..... cm
c) Pengukuran III = BB . kg TB .. cm

5. Penerimaan (Rp/bulan)

6. Pengeluaran (Rp/bulan)

: a) Pangan

: ....................................

b) Non pangan : ....................................


7. Simpanan (Rp/bulan)

: ................................................................

8. Nomor HP yang bisa dihubungi : ...........................................................


9. Keluarga (orangtua) :
a) Jumlah anggota keluarga

: ...........................................................

b) Asal Daerah/suku orang tua : a) Ayah : ........................................


b) Ibu

: ........................................

c) Pendidikan terakhir orang tua : a) Ayah : ........................................


b) Ibu

: ........................................

10. Jadwal Menstruasi (Siklus Haid)


a) Awal bulan (10 hari pertama)
b) Tengah Bulan
c) Akhir Bulan
11. Keteraturan Jadwal Menstruasi
a) Selalu Tepat Waktu
b) Datang lebih awal dari biasanya
c) Datang terlambat, selama : ........................ hari

B. POLA MAKAN RAMADAN


1. Pada jam berapa Anda makan sahur? Jam ................WIB.
2. Bagaimana cara Anda mendapatkan makanan untuk sahur dan apa
alasannya?
(Berilah tanda silang pada pilihan jawaban berikut dan berikan alasannya)
a) Membeli di warung makan,
Alasannya : ......................................................................................
b) Melalui jasa catering,
Alasannya : ......................................................................................
c) Memasak sendiri,
Alasannya : ......................................................................................
3. Makanan seperti apa yang biasanya sering Anda konsumsi waktu makan
sahur dan berikan alasannya
- Makanan utama : .....................................................................................
Alasan memilih makanan tersebut : .........................................................
- Makanan camilan : ...................................................................................
Alasan memilih camilan tersebut : ............................................................
....................................................................................................................
4.

Berapa gelas air putih biasanya Anda minum pada ;


- Saat sahur

: ....................... gelas

- Saat berbuka : ....................... gelas


5. Apakah Anda biasa mengkonsumsi buah-buahan saat sahur?
a) Ya/tidak, alasan ........................................................................................
b) Jika ya, jenis yang Anda sukai adalah ....................................................
6. Apakah Anda biasa mengkonsumsi buah-buahan saat berbuka?
a) Ya/tidak, alasan ........................................................................................
b) Jika ya, jenis yang Anda sukai adalah ....................................................
7. Apakah Anda biasa mengkonsumsi sayur-sayuran saat sahur?
a) Ya/tidak, alasan ........................................................................................
b) Jika ya, jenis yang Anda sukai adalah ....................................................
8. Apakah Anda biasa mengkonsumsi sayur-sayuran saat berbuka?
a) Ya/tidak, alasan ........................................................................................
b) Jika ya, jenis yang Anda sukai adalah ....................................................
9. Apakah Anda mengkonsumsi susu saat sahur?
a) Ya/tidak, alasan .......................................................................................

10. Apakah Anda mengkonsumsi susu saat berbuka?


a) Ya/tidak, alasan .......................................................................................
11. Apakah Anda mengkonsumsi suplemen pada bulan Ramadhan?
a) Ya/tidak, alasan ........................................................................................
b) Jika ya, kapan waktu Anda mengkonsumsinya ......................................
12. Apakah yang biasa Anda konsumsi pada saat berbuka?
a) Makanan pembuka : ................................................................................
b) Makanan utama

: ...............................................................................

.................................................................................................................
13.

Kapan Anda mengkonsumsi makanan utama pada saat berbuka dan


nyatakan apa alasannya?
a) Sebelum shalat Tarawih,
Alasannya ...............................................................................................
b) Setelah shalat Terawih,
Alasannya ...............................................................................................

14. Apakah Anda memiliki makanan pantangan (dihindari untuk dikonsumsi)?


a) Ya/Tidak (lingkari jawaban Anda pada salah satu pilihan)
b) Jika Ya, jenis makanan pantangannya
adalah ................................................................................................
Alasannya karena ..............................................................................
C. POLA AKTIFITAS RAMADAN
1. Apa yang Anda lakukan setelah makan sahur?
a) Kembali tidur, sekitar jam .........

b) Langsung beraktivitas

2. Jenis aktivitas yang Anda lakukan setelah makan sahur? ...........................


3. Pada jam berapa Anda mulai untuk kuliah? Jam ................... WIB
4. Berapa lama (jam) rata-rata Anda kuliah dalam sehari? ............... jam/hari
5. Pada jam berapa biasanya Anda mulai merasa lapar? Jam .............. WIB
6. Pada jam berapa biasanya Anda merasa sangat lelah? Jam ............. WIB
7. Apakah Anda biasa tidur siang selama bulan Ramadhan?
8. Jika jawaban no. 6 Ya,
a) Pada jam berapa (rata-rata) Anda tidur siang? Jam ............... WIB
b) Berapa lama Anda tidur siang? Jam ................... WIB
9. Apakah Anda melakukan olah raga saat bulan Ramadhan?
a) Jika Ya, jenis olah raga apa yang biasanya Anda lakukan ....................
b) Kapan waktu Anda berolahraga?..

10. Kapan biasanya Anda mengerjakan tugas/laporan?


(Silang jawaban yang menurut Anda benar)
a) Malam hari (setelah sholat Terawih)
b) Di sela-sela kuliah/praktikum
c) Lainnya, sebutkan .................................................................................
11. Kapan biasanya Anda mulai tidur? Jam ...................... WIB
12. Bagaimana keadaan tubuh Anda saat puasa? (silang jawaban Anda)
a) Lemas dan ngantuk
b) Seperti biasa saat tidak puasa
c) Ringan dan bersemangat
13. Apakah Anda biasa berjalan kaki saat berangkat kuliah di bulan puasa?
a) Ya

b) Tidak

Jika Ya, alasannya ..


Jika Tidak, alasannya ....
14. Apakah Anda mencuci dan menyetrika baju sendiri? a) Ya

b) tidak

Jika YA, kapan waktu Anda untuk mencuci dan menyetrika?.............. hari
Kemudian berapa lama Anda melakukan kegiatan tersebut? ............. jam.
D. PENGETAHUAN GIZI
E. Manakah dari zat-zat gizi berikut yang berfungsi untuk pertumbuhan dan
pemeliharaan jaringan tubuh :
-

Lemak

c) Karbohidrat

Protein

d) Tidak tahu

F. Pada saat pertumbuhan tubuh banyak memerlukan zat gizi, pada usia
berapakah pertumbuhan fisik akan mulai berhenti?
-

35 tahun

c) 18 tahun

25 tahun

d) Tidak tahu

G. Kelompok bahan makanan manakah di bawah ini yang banyak


mengandung zat gizi protein nabati?
-

kacang-kacangan

daging, ikan, telur dan susu

bayam, jeruk, telur dan susu

tidak tahu

H. Sinar matahari pagi bermanfaat untuk menghasilkan vitamin?


a) A

b) B

c) C

d) D

e) tidak tahu

5. Vitamin D dan Ca dapat memperkuat struktur jaringan tubuh baik pada


masa pertumbuhan maupun perkembangan. Jaringan tubuh manakah
yang dimaksud?
a) tulang dan jantung
b) tulang dan gigi
c) tulang dan otot
d) tidak tahu
6. Konsumsi energi yang berlebih akan disimpan dalam bentuk :
a) tenaga

c) lemak

b) energi

d) tidak tahu

7. Zat-zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh terdiri dari :


a) karbohidrat, lemak, vitamin, mineral dan protein
b) karbohidrat dan protein
c) vitamin
d) tidak tahu
8. Pangan yang termasuk sumber karbohidrat adalah :
a) nasi

c) sayur-sayuran

b) ikan

d) tidak tahu

9. Fungsi utama protein di dalam tubuh adalah :


a) sumber energi utama
b) mengganti bagian tubuh yang rusak
c) menjaga kesehatan mata
d) tidak tahu
10. Sumber zat besi pada makanan adalah :
a) nasi, singkong
b) daging, telur
c) buah-buahan
d) tidak tahu
11. Vitamin-vitamin mempunyai sifat larut dalam lemak dan larut dalam air.
Manakah diantara vitamin berikut ini yang larut dalam lemak?
a) Vitamin A, C, K
b) Vitamin A, D, E, K
c) Vitamin A, C, D, E
d) tidak tahu
12. Bila tubuh kekurangan zat besi, maka akan timbul penyakit :

a) KEP

c) Anemia

b) Marasmus

d) Tidak tahu

13. Setiap satu gram protein mengandung kalori sebesar :


a) 4 kalori

c) 5 kalori

b) 9 kalori

d) tidak tahu

14. Buah-buahan yang paling banyak mengandung vitamin C adalah :


a) pepaya

c) jambu biji

b) apel

d) tidak tahu

15. Kandungan gizi yang banyak terdapat pada minyak goreng?


a) karbohidrat

c) lemak

b) protein

d) tidak tahu

16. Makanan yang banyak mengandung kalsium (Ca) adalah :


a) daging sapi

c) jeruk

b) susu

d) tidak tahu

17. Makanan yang banyak mengandung serat adalah :


a) daging
b) telur
c) buah dan sayur
d) tidak tahu
18. Kacang hijau banyak mengandung vitamin :
a) A

b) B

c) C

d) tidak tahu

19. Berapa banyak air sebaiknya diminum setiap hari?


a) 5 gelas

b) 6 gelas

c) 8 gelas

d) tidak tahu

20. Tahu, tempe, ikan dan telur adalah sumber :


a) tenaga

b) zat pembangun

c) zat pengatur

d) tidak tahu

E. Record Konsumsi Pangan 2X24 jam RAMADAN


Petunjuk Pengisian
Recall konsumsi dilakukan selama dua hari berturut-turut, yaitu hari
pertama dan hari kedua. Kolom yang diisi hanya nama makanan dan URT
(Ukuran Rumah Tangga) saja. Pengisian data konsumsi makanan dapat berupa
makanan utama seperti nasi, lauk, sayur, buah, dll. Juga berupa makanan
selingan seperti kue, biskuit, es campur, es kelapa, kolak, dll. Jenis makanan
apapun yang dikonsumsi pada hari tersebut dicatat selengkap-lengkapnya, baik
jenis masakan,
CONTOH :
Waktu
Sahur
Buka

Malam

Jenis Bahan
Makanan

Nama Makanan
Nasi
Ikan mas goreng
Tempe bacem
Nasi
Ayam bumbu kecap
paha
Mie goreng
Permen
Es mambo
Stik Keju kiloan

bag

Jumlah dimakan
URT
Gram
1 prg
1 ptg
1 ptg
1 prg
1 ptg

Pembelian
Pembelian
Pembelian
Pembelian
Pembelian

1 pk
2 bh
1 bks
dr kg

Memasak
Pembelian
Pemberian
Pemberian

Ket**

(Hari/tanggal : )
Waktu

Sahur

Buka

Malam

Nama Makanan

Jenis Bahan
Makanan

Jumlah dimakan
URT
Gram

Keterangan**

URT (Ukuran Rumah Tangga) bh = buah ptg = potong ps = porsi


Sdm = sendok makan pk = piring kecil
Gls = gelas ts = tusuk bks = bungkus

(Hari/tanggal : )
Waktu

Sahur

Buka

Malam

Nama Makanan

Jenis Bahan
Makanan

Jumlah dimakan
URT
Gram

Keterangan**

F. RECORD AKTIVITAS SELAMA 2 x 24 jam RAMADAN


Petunjuk Pengisian
Record aktivitas dilakukan pencacatan jenis kegiatan sehari (dari bangun
pagi hingga tidur kembali) selama dua hari. Waktu dibagi menjadi tiga section,
yaitu pagi hingga pukul 12 siang, kemudian siang hingga pukul lima sore dan
malam hingga anda tidur kembali.
(Hari/Tanggal : ..................................)
Waktu
Jam

Aktivitas

Pagi
(bangun tidur
12.00)

Siang
(12.00 17.00)

Malam
(17.00 tidur)

Keterangan : ** = Durasi/ lama waktu aktivitas (menit)

Keterangan**

(Hari/Tanggal : .........................................)
Waktu
Jam

Aktivitas

Pagi
(bangun tidur
12.00)

Siang
(12.00 17.00)

Malam
(17.00 tidur)

Keterangan : ** = Durasi/ lama waktu aktivitas (menit)

Keterangan**

G. POLA MAKAN PRA RAMADAN


1. Berapa kali dalam sehari Anda makan utama ; a) 2 kali b) 3 kali c) 4 kali
2. Berapa gelas dalam sehari Anda minum air putih? ................. gelas
3. Apakah Anda menkonsumsi sayur-sayuran setiap hari?
a) Ya

b) Tidak

Jika YA, sebutkan jenis sayuran yang biasa Anda konsumsi ......................
Alasannya .....................................................................................................
5. Apakah Anda mengkonsumsi buah-buahan setiap hari?
a) Ya
Jika

b) Tidak
YA,

sebutkan

jenis

buah-buahan

yang

biasa

Anda

konsumsi ......................
Alasannya .....................................................................................................
6. Apakah Anda terbiasa minum susu setiap hari?
a) Ya

b) tidak

Jika Ya, kapan waktu Anda minum susu? ....................................................


7. Apakah Anda sering mengkonsumsi makanan camilan setiap hari?
a) Ya

b) tidak

Jika YA, jenis camilan yang biasa Anda konsumsi .......................................


8. Apakah Anda konsumsi suplemen?
a) Ya

b) tidak

Alasan Ya/ Tidak adalah ..


9. Frekuensi Anda sarapan pagi :
a) Selalu

b) sering

c) kadang-kadang

d) tidak pernah

10. Jenis makanan yang biasa dikonsumsi saat sarapan pagi adalah ..............
......................................................................................................................
11. Pukul berapa Anda sarapan pagi? Jam ............... WIB
12. Pukul berapa Anda makan siang? Jam ................ WIB
13. Pukul berapa Anda makan malam? Jam .............. WIB
14. Bagaimana cara Anda mendapatkan makanan dan apa alasannya?
(Berilah tanda silang pada pilihan jawaban berikut dan berikan alasannya)
a) Membeli di warung makan,
Alasannya : ......................................................................................
b) Melalui jasa catering,
Alasannya : ......................................................................................

c) Memasak sendiri,
Alasannya : ......................................................................................
H. AKTIVITAS PRA RAMADAN
1. Pukul berapa Anda setiap hari bangun pagi? Jam ............... WIB
2. Berapa lama (jam) rata-rata Anda kuliah dalam sehari? .............. jam/hari.
3. Pada jam berapa biasanya Anda merasa sangat lelah? Jam ............. WIB
4. Apakah Anda biasa tidur siang? a) Ya b) tidak
Jika YA, berapa lama Anda (rata-rata) tidur siang? ........... jam.
5. Jika jawaban no. 6 YA,
a) Pada jam berapa (rata-rata) Anda tidur siang? Jam ............... WIB
b) Berapa lama Anda tidur siang? Jam ................... WIB
6. Kapan biasanya Anda mengerjakan tugas/laporan?
(Silang jawaban yang menurut Anda benar)
a) Malam hari
b) Di sela-sela kuliah/praktikum
c) Lainnya, sebutkan ...................................................................................
7. Kapan biasanya Anda mulai tidur? Jam ...................... WIB
8. Apakah Anda selalu melaksanakan puasa sunah? a) Ya

b) tidak

Jika YA, jenis puasa yang dilakukan ; ...........................................................


9. Apakah Anda biasa berjalan kaki saat berangkat kuliah?
a) Ya

b) Tidak

Jika Ya, alasannya


Jika Tidak, dengan cara ..
10. Apakah Anda melakukan Olah raga tertentu? a) Ya

b) Tidak

Jika YA, jenis olah raga yang dilakukan ; .....................................................


Alasannya .....................................................................................................
11. Jika no. 13 menjawab YA, kapan biasanya Anda berolahraga?
a) setiap hari pada waktu : ...........................................................................
b) tidak setiap hari, pada hari ................................. waktu ...........................
12. Apakah Anda mencuci dan menyetrika baju sendiri? a) Ya
Jika

YA,

kapan

waktu

Anda

untuk

mencuci

dan

b) tidak
menyetrika?

PAGI/SIANG/MALAM hari. Kemudian berapa lama Anda melakukan


kegiatan tersebut? .............. jam.
13. Berapa lama Anda tidur (rata-rata) pada malam hari? ....................... jam.

I.

RECORD KONSUMSI PANGAN 1 x 24 JAM PRA RAMADAN


Waktu

Nama
Makanan

Jenis Bahan
Makanan

Jumlah
dimakan
URT
Gram

Keterangan*
*

Pagi
(06.00 11. 00)

Siang
(12.00 17. 00)

Malam
(18.00 tidur)

** = Sumber/asal pangan :
1 = Memasak sendiri
2 = Pembelian
3 = Pemberian
URT = Ukuran Rumah Tangga
co/ prg : piring, gls : gelas, sdk : sendok, cngkr : cangkir, mngk : mangkok

J. RECORD KONSUMSI PANGAN 1 x 24 JAM PRA RAMADAN


Waktu

Nama
Makanan

Jenis Bahan
Makanan

Jumlah
dimakan
URT
Gram

Keterangan**

Pagi
(06.00 11. 00)

Siang
(12.00 17. 00)

Malam
(18.00 tidur)

** = Sumber/asal pangan :
1 = Memasak sendiri
2 = Pembelian
3 = Pemberian
URT = Ukuran Rumah Tangga
co/ prg : piring, gls : gelas, sdk : sendok, cngkr : cangkir, mngk : mangkok

K. RECORD AKTIVITAS 1 X 24 JAM PRA RAMADAN


Waktu

Jam

Aktivitas

Keterangan**

Pagi
(bangun tidur
12.00)

Siang
(12.00 17.00)

Malam
(17.00 tidur)

Keterangan : ** = Durasi/ lama waktu aktivitas (dalam satuan waktu)

L. RECORD AKTIVITAS 1 X 24 JAM PRA RAMADAN


Waktu

Jam

Aktivitas

Keterangan**

Pagi
(bangun tidur
12.00)

Siang
(12.00 17.00)

Malam
(17.00 tidur)

Keterangan : ** = Durasi/ lama waktu aktivitas (dalam satuan waktu)

Lampiran 2.
Statistik Berat Badan, Tinggi Badan dan Indeks Massa Tubuh (IMT)
Berat badan (kg)
Statistik
N
Range
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
Variance

Pra Ramadan

Ramadan

Pasca Ramadan

41
44.20
36.60
80.80
51.2902
9.65598
93.238

41
40.20
37.40
77.60
50.1122
9.03848
81.694

41
44.20
38.80
83.00
50.9951
9.57596
91.699

Tinggi badan (cm)


Statistik
N
Range
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
Variance

Pra Ramadan

Ramadan

Pasca Ramadan

41
19.20
145.20
164.40
155.1439
4.68701
21.968

41
23.00
142.00
165.00
155.2098
4.97463
24.747

41
19.20
145.80
165.00
155.3220
4.56697
20.857

Waktu
Pra-Ramadhan
Ramadhan
Pasca-Ramadhan

Rata-rata + Standar Deviasi


Berat Badan
Tinggi Badan
IMT
51.29 + 9.66
155.14 + 4.69
21.27 + 3.61
50.11 + 9.04
155.21 + 4.97
20.80 + 3.64
50.99 + 9.58
155.32 + 4.57
21.10 + 3.55

Lampiran 3
Pola perubahan Indeks Massa Tubuh (IMT)
Pra
Ramadan
Kurus
Kurus
Kurus
Normal
Normal
Normal
Gemuk
Gemuk
Gemuk
Total

Ramadan
Kurus
Kurus
Normal
Normal
Kurus
Gemuk
Normal
Normal
Gemuk

Pasca
Ramadan
Kurus
Normal
Normal
Normal
Kurus
Normal
Normal
Gemuk
Gemuk

n
4
1
1
24
4
1
1
1
4
41

%
9.8
2.4
2.4
59
9.8
2.4
2.4
2.4
9.8
100

Lampiran 4.
Durasi Aktivitas pra Ramadan dan Ramadan
I. Kegiatan tugas pokok
kuliah
belajar
mengerjakan tugas
konseling
memfoto coppy
mengetik
apel pagi
ke perpustakaan
perjalanan
persiapan kuliah

n
39
34
9
1
1
3
10
4
14
12

II. Kegiatan pilihan bebas


kegiatan tugas kerumahtanggan
membereskan kamar
membeli makanan
membereskan buku
berbelanja
melipat baju
mencuci baju
menjemur baju
menyetrika baju

n
8
11
1
2
1
15
1
7

kegiatan sosial
mengobrol
menonton TV
perkumpulan kampus
mendengarkan radio
kegiatan asrama
pengajian al-huriyah
tarhib ramadhan

n
9
6
11
1
9
1
1

kegiatan kesehatan jasmani


bermain basket
latihan kesenian

n
2
1

III. Kegiatan lain-lain


tidur
istirahat
mandi
makan
membaca buku fiksi
ibadah
ke poliklinik
santai

n
35
23
28
32
3
25
2
4

Pra Ramadan
%
Durasi (menit)
95
267
83
135
22
142
2.4
300
2.4
60
7.3
117
24
47
9.8
90
34
70
29
56
Total
1283
%
20
27
2
5
2
37
2
17
Total
%
22
15
27
2
22
2
2
Total
%
5
2
Total
%
85
56
68
78
7.3
61
5
10
Total

Durasi (menit)
48
69
25
105
5
61
10
55
378
Durasi (menit)
80.5556
55
135
105
92
60
68
595
Durasi (menit)
80
150
230
Durasi (menit)
393
98
57
74
80
85
60
173
1020

I. Kegiatan tugas pokok


kuliah
belajar
mengerjakan tugas
konseling
kursus
mengetik
perjalanan
persiapan kuliah

n
40
27
23
1
1
5
17
22

II. Kegiatan pilihan bebas


kegiatan tugas kerumahtanggan
membereskan kamar
membeli makanan
membereskan buku
mencuci piring
melipat baju
mencuci baju
menjemur baju
menyetrika baju
menyirami tanaman

n
2
25
1
2
1
23
3
6
1

kegiatan sosial
mengobrol
menonton TV
mentoring
perkumpulan kampus
mendengarkan radio
kegiatan asrama
rapat
buka shaum bersama

n
5
4
2
4
1
4
2
3

kegiatan kesehatan jasmani


latihan aerobik

n
3

III. Kegiatan lain-lain


tidur
istirahat
mandi
makan
membaca buku fiksi
ibadah
santai
jalan-jalan

n
37
41
33
33
8
35
4
4

Ramadan
%
Durasi (menit)
98
297
66
148
56
158
2
120
2
60
12
114
42
51
54
42
Total
991
%
5
61
2
5
2
56
7
15
2
Total
%
12
9.8
5
10
2
10
5
7
Total
%
7
Total
%
90
100
81
81
20
85
10
10
Total

Durasi (menit)
30
42
57
5
10
53
13
33
10
253
Durasi (menit)
47
113
90
49
60
33
90
120
600
Durasi (menit)
145
145
Durasi (menit)
275
95
40
74
97
162
63
124
930

Lampiran 5. Level signifikan hasil penelitian

Variabel

Pembanding

Koefisien (p)

pra Ramadan-Ramadan

0.000*

Ramadan-pasca Ramadan

0.001*

pra Ramadan-pasca Ramadan

0.260**

pra Ramadan-Ramadan

0.001*

Ramadan-pasca Ramadan

0.037**

pra Ramadan-pasca Ramadan

0.120**

Perubahan Berat Badan

Ramadan-pasca Ramadan

0.018**

Frekuensi Makan Utama

pra Ramadan-Ramadan

0.000*

Konsumsi Sayur

pra Ramadan-Ramadan

0.000*

Konsumsi Buah

pra Ramadan-Ramadan

0.000*

Konsumsi Susu

pra Ramadan-Ramadan

0.005*

Durasi Tidur Malam

pra Ramadan-Ramadan

0.000*

Berat Badan

Indeks Massa Tubuh

( *) Signifikansi 0.01 (**) Signifikansi 0.05

Filename:
SKRIPSI ALL
Directory:
C:\Documents and Settings\Ria\My
Documents\SOoN\SKRIPSI
Template:
Normal.dot
Title:
STUDI TENTANG KONSUMSI PANGAN, STATUS
GIZI DAN AKTIVITAS FISIK SAAT PUASA DAN TIDAK PUASA PADA
MAHASISWA PUTRI TINGKAT PERSIAPAN BERSAMA INSTITUT
PERTANIAN BOGOR
Subject:
Author:
User
Keywords:
Comments:
Creation Date:
5/23/2008 11:27:00 AM
Change Number:
1
Last Saved On:
5/23/2008 11:37:00 AM
Last Saved By:
User
Total Editing Time: 8 Minutes
Last Printed On:
5/23/2008 11:38:00 AM
As of Last Complete Printing
Number of Pages: 95
Number of Words:
21,645 (approx.)
Number of Characters: 135,282 (approx.)

You might also like