Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
LIA RIAWANTI
A 54104089
RINGKASAN
Lia Riawanti. A54104089. Studi tentang Konsumsi Pangan, Status Gizi, dan
Aktivitas Fisik Saat Puasa dan Tidak Puasa pada Mahasiswa Putri Tingkat
Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor. Di bawah bimbingan Prof. Dr.
Ir. Ali Khomsan,MS.
Filename:
BAB;RINGKASAN
Directory:
C:\Documents and Settings\Ria\My
Documents\SOoN\SKRIPSI\intinya\PLG INTI
Template:
Normal.dot
Title:
RINGKASAN
Subject:
Author:
User
Keywords:
Comments:
Creation Date:
5/4/2008 11:33:00 PM
Change Number:
12
Last Saved On:
5/22/2008 11:37:00 AM
Last Saved By:
User
Total Editing Time: 204 Minutes
Last Printed On:
5/23/2008 11:42:00 AM
As of Last Complete Printing
Number of Pages: 2
Number of Words:
765 (approx.)
Number of Characters: 4,793 (approx.)
ABSTRACT
LIA RIAWANTI. Study of Food Consumption, Nutritional Status, and Physical
Activity During Pre Ramadan, Ramadan, and Post Ramadan Among Female
Students at Bogor Agriculture Institute. Under the Direction of PROF. DR. IR. ALI
KHOMSAN, MS.
Filename:
ABSTRACT
Directory:
C:\Documents and Settings\Ria\My
Documents\SOoN\SKRIPSI\intinya\PLG INTI
Template:
Normal.dot
Title:
ABSTRACT
Subject:
Author:
User
Keywords:
Comments:
Creation Date:
5/16/2008 11:38:00 PM
Change Number:
6
Last Saved On:
5/23/2008 11:26:00 AM
Last Saved By:
User
Total Editing Time: 105 Minutes
Last Printed On:
5/23/2008 11:41:00 AM
As of Last Complete Printing
Number of Pages: 1
Number of Words:
271 (approx.)
Number of Characters: 1,581 (approx.)
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar
Sarjana Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga
Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh :
LIA RIAWANTI
A 54104089
Judul
Nama Mahasiswa
: LIA RIAWANTI
Nomor Pokok
: A 54104089
Menyetujui :
Dosen Pembimbing,
Mengetahui :
Dekan Fakultas Pertanian,
Tanggal Lulus :
RINGKASAN
Lia Riawanti. A54104089. Studi tentang Konsumsi Pangan, Status Gizi, dan
Aktivitas Fisik Saat Puasa dan Tidak Puasa pada Mahasiswa Putri Tingkat
Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor. Di bawah bimbingan Prof. Dr.
Ir. Ali Khomsan,MS.
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisis konsumsi
pangan, status gizi dan aktivitas fisik puasa dan tidak puasa pada mahasiswa
putri Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor. Tujuan khusus
penelitian ini adalah (1) Mengetahui karakteristik mahasiswi (pendidikan orangtua,
asal daerah orang tua, status akademik, penerimaan uang saku per bulan, dan
pengetahuan gizi). (2) Mengetahui persepsi tubuh mahasiswi ketika berpuasa
Ramadan. (3) Menganalisis perubahan dan perbedaan status gizi mahasiswi
(berat badan dan Indeks Masa Tubuh) pada pra Ramadan, Ramadan, dan
pasca Ramadhan. (4) Menganalisis perbedaan konsumsi pangan (jumlah dan
tingkat kecukupan gizi) pra Ramadan, Ramadan, dan pasca Ramadan dan pola
konsumsi pangan (frekuensi makan dan preferensi makanan) pada pra Ramadan
dan Ramadan. (5) Menganalisis perbedaan durasi aktivitas fisik dan pola
aktivitas mahasiswi pada pra Ramadan dan Ramadan.
Desain penelitian adalah Longitudinal Survey. Penelitian dilaksanakan di
Asrama Putri TPB IPB. Waktu penelitian yaitu pada bulan Agustus hingga
November 2007. Metode penarikan sampel adalah gugus bertahap. Populasi
target merupakan seluruh mahasiswa putri yang tinggal dalam tiga gedung
asrama (A1, A2, dan A3). Tahap pertama dilakukan pemilihan satu gedung
asrama putri secara acak,dan terpilih gedung asrama A2. Tahap kedua dilakukan
pengambilan contoh secara acak dari setiap lorong asrama. Terdapat delapan
lorong asrama dari setiap gedung dan dilakukan pengambilan dua belas contoh
pada setiap lorong secara acak sehingga diperoleh 96 contoh pada pra
Ramadan. Sampel pada bulan Ramadan merupakan sampel pada pra Ramadan
dengan kriteria beragama muslim, melaksanakan puasa Ramadan minimal
empat hari, dan kondisi tubuh sehat. Selanjutnya, diperoleh 41 mahasiswi sesuai
kriteria inklusi pada pengambilan data kedua (Ramadan) dan ketiga (pra
Ramadan).
Jenis data yang dikumpulkan yaitu data primer. Data primer dikumpulkan
melalui pengisian kuesioner dan wawancara. Berat badan dan tinggi badan
mahasiswi diukur langsung menggunakan timbangan digital dan mikrotoise. Data
primer meliputi karakteristik mahasiswi, record konsumsi pangan 2x24 jam, pola
konsumsi pangan, dan record aktivitas mahasiswi selama 2x24 jam. Pengolahan
data menggunakan Microsoft Excel 2003 melalui editing, coding, entry, dan
cleaning. Selanjutnya analisis data menggunakan SPSS 13.0 for Windows
dengan paired t-test dan Willcoxon test dengan tingkat signifikansi 0.05.
Karakteristik mahasiswi tergolong remaja akhir (kisaran umur 16-18
tahun), rata-rata pendidikan orang tua Perguruan Tinggi (PT) dan Sekolah
Menengah Atas (SMA), orang tua berasal dari suku Jawa dan Sunda, jumlah
penerimaan uang saku per bulan sebesar Rp. 497.560 (65% uang saku
digunakan untuk pangan dan 35% untuk non pangan), dan lebih dari separuh
contoh memiliki pengetahuan gizi baik.
Hasil menunjukkan bahwa lebih dari separuh mahasiswi baik saat pra
Ramadan (61%) maupun Ramadhan (63%) merasa lelah pada kisaran pukul
12.01-15.00 dan tidak terdapat perbedaan waktu merasa lelah antara pra
ABSTRACT
LIA RIAWANTI. Study of Food Consumption, Nutritional Status, and Physical
Activity During Pre Ramadan, Ramadan, and Post Ramadan Among Female
Students at Bogor Agriculture Institute. Under the Direction of PROF. DR. IR. ALI
KHOMSAN, MS.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Cakung, Jakarta Timur, pada tanggal 28 Maret 1986.
penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara dari keluarga Bapak Suyadi dan
Ibu Sri Hartinah.
Pendidikan SD ditempuh dari tahun 1992 sampai 1998 di Sekolah Dasar
Negeri 05 Pagi Penggilingan Jakarta. Tahun 1998 penulis melanjutkan sekolah
di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 236 Jakarta hingga tahun 2001.
kemudian pada tahun yang sama, penulis melanjutkan studi di Sekolah
Menengah Atas Negeri 21 Jakarta dan lulus tahun 2004.
Pada bulan Agustus 2004 penulis diterima sebagai mahasiswa Institut
Pertanian Bogor di Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga melalui
jalur SPMB. Pada tingkat pertama, penulis masuk kedalam keanggotaan Korps
Sukarela Palang Merah Indonesia Unit I Institut Pertanian Bogor menjadi anggota
tetap angkatan 14 dan menjabat sebagai Kepala Divisi Rumah Tangga periode
tahun 2005-2006. Kemudian tahun kedua, penulis masuk kedalam keanggotaan
HIMAGITA (Himpunan Mahasiswa Gizi Pertanian) menjabat sebagai Sekretaris
Divisi Dana Usaha.
tahun
yang
sama
(2006),
penulis
mengikuti
pelatihan
penanggulangan bencana selama tiga hari dan dikirim sebagai tim relawan
gempa bumi Yogyakarta selama satu bulan. Kegiatan tersebut diselenggarakan
oleh Ketua Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia,
IPB. Penulis juga pernah mengikuti Kuliah Kerja Profesi selama dua bulan di
Desa Mulyasari, Cianjur. Sejak bulan September 2007 penulis diterima sebagai
tim pengajar bimbingan belajar Q-ta hingga saat ini.
PRAKATA
Syukur Alhamdulillah puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang tak
terhingga kepada :
1.
2.
3.
Dr. Ir. Dadang Sukandar, M.Si sebagai Dosen Penguji yang telah
memberikan masukan yang berharga untuk kesempurnaan skripsi ini.
4.
Ibu Ikeu Ekayanti yang telah memberikan masukan tentang uji statistik
dan metode penarikan sampel.
5.
Kepala Badan Pengelola Asrama TPB IPB, Bapak Bony atas ijin yang
diberikan untuk melaksanakan penelitian di Asrama Putri TPB.
6.
Bapak dan Ibu tercinta atas doa, kasih sayang, dan semangat yang tak
terhingga untuk membesarkan, merawat dan membiayai penulis hingga
berhasil menjadi Sarjana Gizi sampai saat ini. Walaupun bapak sudah
tiada, semoga bapak turut bahagia di Surga sana. Kakak dan Adikku
tersayang Mbak Eva dan Tiwi atas kehangatan keluarga yang telah
diberikan serta kepada Mas Ahmad Yassin terkasih atas perhatian, doa
dan semangat yang diberikan untuk segera menyelesaikan skripsi ini.
8.
Mas Rena dan Bapak Ugan yang telah sabar melayani segala
administrasi mahasiswa GMSK serta Mbak Khairunissa tersayang atas
segala ide dan masukan untuk penulis.
9.
Nining, Rena, Yulia, Indria Lenjoy, Cici, Vika Huey, Nova Onye, Pyn,
Tiche, Ari Kity, Raditha, Aqsa, Angel, Any, Venny, Ibnu, Ima, dan Icha.
10.
KSRers (Iqbal, Alwan, Yuyun, Opie, Mbak Fitri, Kak Fajar, Mbak Nurul,
dkk) tetap semangat, salam Aspecia Humanity!!.
11.
12.
KKPers Cianjur, Daddy Iwan (AGB), Umi Wacih (HORTI), Bang Islam
(EKBANG), Dik Ria (KPM) dan Barira (EPS).
13.
14.
DAFTAR ISI
Halaman
PRAKATA .................................................................................................
ii
iv
vi
PENDAHULUAN
Latar Belakang ..............................................................................
Tujuan ...........................................................................................
Hipotesis .......................................................................................
TINJAUAN PUSTAKA
Pola Konsumsi Pangan ................................................................
Puasa ...........................................................................................
13
15
15
16
17
18
19
20
21
METODE PENELITIAN
Desain, Tempat dan Waktu .........................................................
24
24
25
26
28
29
34
36
38
42
45
52
Saran ..........................................................................................
53
54
LAMPIRAN ..............................................................................................
59
DAFTAR TABEL
Nomor
1.
2.
Halaman
Kecukupan gizi yang dianjurkan bagi remaja dan dewasa awal ............
18
20
3.
20
4.
25
5.
26
6.
27
7.
29
8.
9.
10.
pangan
30
...
32
11.
33
12.
33
13.
34
14.
35
15.
36
16.
37
17.
37
18
38
19.
39
20.
41
21.
42
22.
42
23.
43
24.
44
25.
44
26.
46
27.
47
28.
48
29.
49
30.
49
31.
50
32.
50
33.
51
34.
51
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
19
23
24
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1. Kuesioner ..........................................................................................
60
77
77
78
80
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Agama Islam menetapkan aturan puasa setelah sholat dalam rukun Islam.
Kewajiban berpuasa ditetapkan di Madinah pada tahun dua Hijriyah, dan untuk
menjalankannya ditetapkan pada setiap bulan Ramadan. Oleh karena itu, setiap
tahun ratusan juta umat islam menyelenggarakan ibadah puasa Ramadan.
Disebutkan dalam beberapa ayat al-Quran bahwa puasa itu sangat baik bagi
kaum mukminin. Hal ini menunjang keingintahuan manusia di bidang kesehatan.
Selama ini, pengungkapan hikmah puasa dan perubahan-perubahan
yang terjadi dalam tubuh selalu berdasarkan hasil penelitian dari negara lain
yang berpenduduk Islam. Pencatatan masukan makanan selama bulan puasa
oleh karyawati di lingkungan Nutrition Institute di Tunisia menunjukkan bahwa
tidak ada perubahan jumlah masukan energi selama puasa dibandingkan dengan
sebelum dan setelah bulan Ramadhan. Meskipun frekuensi makan menjadi
hanya dua kali. Hal ini berbeda dengan subyek yang diteliti di Saudi Arabia,
masukan energi mereka meningkat selama bulan puasa. Atau bahkan menurun
seperti yang terjadi pada subyek penelitian di India. Tampak jelas bahwa
perbedaan tersebut sangat ditentukan oleh kebiasaan makan dan kebudayaan
setempat
yang
masih
mempengaruhi
perilaku
kehidupan
beragama
karena pada saat berbuka puasa kita membiasakan diri dengan makanan yang
banyak mengandung lemak seperti santan.
Menurut Hardinsyah (2004) salah satu indikasi puasa yang baik dan
benar adalah mengawali berbuka, mengakhirkan sahur, berhenti makan dan
minum sebelum kenyang, dan melakukan ibadah di malam hari. Makanan sahur
akan mempersiapkan tubuh kita untuk melakukan aktivitas sepanjang hari. Dari
segi gizi, dianjurkan agar makanan sahur dipersiapkan secara lengkap empat
sehat lima sempurna. Meski selera makan ketika sahur biasanya kurang baik,
namun harus dipaksakan agar gizi yang dikonsumsi memenuhi syarat kuantitas
dan kualitas. Agar lebih efektif, makan sahur sebaiknya dilakukan menjelang
waktu imsak sehingga waktu jam puasa tidak terlalu panjang (Khomsan, 2000).
Pengurangan jumlah asupan makanan saat puasa Ramadhan (partial
fasting) terjadi karena seseorang yang biasanya mengonsumsi makanan sehari
tiga kali menjadi hanya dua kali saja. Menurut Basuki (2005) jika hal ini
berlangsung secara terus menerus, akan mempengaruhi keseimbangan energi
dan penurunan komposisi lemak tubuh serta akan menurunkan jumlah asupan
gizi yang masuk ke dalam tubuh. Oleh karena itu, diperkirakan akan terjadi
penurunan status gizi seseorang, ditandai oleh penurunan berat badan. Namun,
sebagian kasus justru terjadi kenaikan berat badan setelah berpuasa.
Penelitian tentang tingkat konsumsi dan produktivitas (aktivitas) tenaga
kerja wanita pada saat puasa di pabrik garmen kawasan berikat Nusantara
Tanjung Priok pada tahun 1997 menunjukkan bahwa tingkat konsumsi bahan
sumber protein hewani lebih tinggi dibandingkan dengan konsumsi energi selama
puasa Ramadhan. Meskipun konsumsi energi mengalami penurunan, namun
masih mencukupi kebutuhan sehari. Penurunan komponen darah seperti glukosa
dan Hb selama berpuasa tidak menyebabkan hipoglikemia maupun anemia.
Selama berpuasa, bahkan terjadi perbaikan kebugaran disertai peningkatan
produktivitas.
Pola makan adalah cara makan baik di rumah maupun di luar rumah,
yang meliputi frekuensi dan waktu makan, jenis dan jumlah makanan yang
dikonsumsi, termasuk makanan yang disukai dan makanan pantangan (Suhardjo
1989). Elizabeth dan Sanjur (1981) diacu dalam Suhardjo (1989) menyatakan
bahwa ada tiga faktor utama yang mempengaruhi konsumsi pangan, yaitu : (1)
karakter
individu
seperti
umur,
jenis
kelamin,
pendidikan,
pendapatan,
pengetahuan gizi dan kesehatan; (2) karakter makanan atau pangan seperti rasa,
rupa, tekstur, harga, tipe makanan, bentuk dan kombinasi makanan; dan (3)
Tujuan
Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisis konsumsi
pangan, status gizi dan aktivitas fisik puasa dan tidak puasa pada mahasiswa
putri Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor.
Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui karakteristik mahasiswi (pendidikan orangtua, asal daerah
orang tua, status akademik, penerimaan uang saku, dan pengetahuan
gizi).
2. Mengetahui persepsi tubuh mahasiswi ketika berpuasa Ramadan.
3. Menganalisis perubahan dan perbedaan status gizi mahasiswi (berat
badan, dan Indeks Massa Tubuh) pada pra Ramadan, Ramadan, dan
pasca Ramadhan.
4. Menganalisis perbedaan konsumsi pangan (jumlah dan tingkat konsumsi
gizi) pra Ramadan, Ramadan, dan pasca Ramadan dan pola konsumsi
pangan (frekuensi makan dan preferensi makanan) pada pra Ramadan,
dan Ramadan.
5. Menganalisis perbedaan durasi aktifitas fisik dan pola aktifitas mahasiswi
pada pra Ramadan dan Ramadan.
Hipotesis
1. Terdapat perbedaan status Anthropometri mahasiswi (berat badan dan
Indeks Massa Tubuh) saat puasa dan tidak puasa.
2. Terdapat perbedaan konsumsi pangan (jumlah dan tingkat konsumsi gizi)
dan pola konsumsi pangan (frekuensi dan preferensi makanan) saat
puasa dan tidak puasa.
Kegunaan
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
kepada mahasiswa pada umumnya dan khususnya kepada mahasiswa IPB.
Informasi tentang konsumsi pangan dan dampak puasa terhadap asupan zat
gizi ini dapat menjadi gambaran untuk persiapan menghadapi bulan
Ramadan dan mengetahui makanan yang baik saat puasa sebagai
pengimbang energi yang dibutuhkan untuk menjalankan aktivitas sehari-hari.
TINJAUAN PUSTAKA
Pola Konsumsi Pangan
Pola makan adalah cara makan baik di rumah maupun di luar rumah, yang
meliputi frekuensi dan waktu makan, jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi,
termasuk makanan yang diisukai dan makanan pantangan (Suhardjo, 1989).
Menurut Kardjati, Alisjahbana dan Kusin (1985) diacu dalam Novelina (2003)
pola makan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai
macam dan jumlah bahan makanan yang dimakan seseorang dan merupakan ciri
khas untuk kelompok masyarakat tertentu. Elizabeth dan Sanjur (1981) diacu
dalam Suhardjo (1989) menyatakan bahwa ada tiga faktor utama yang
mempengaruhi konsumsi pangan seperti : (1) umur, jenis kelamin, pendidikan,
pendapatan, pengetahuan gizi, dan kesehatan; (2) karakter pangan atau makanan
seperti rasa, rupa, tekstur, harga, tipe makanan, bentuk, dan kombinasi makanan;
dan (3) karakter lingkungan seperti musim, pekerjaan, mobilitas dan tingkat sosial
masyarakat. Namun, hasil survey Biro Pusat Statistik (2006) menunjukkan bahwa
pola konsumsi penduduk berubah dari waktu ke waktu dan antara daerah satu
dengan daerah lainnya tergantung dari selera, pendapatan dan lingkungan.
Departemen Kesehatan (1995) diacu dalam Novelina (2003) menyatakan
pola makan yang baik dapat dinilai dari susunan hidangan yang seimbang.
Hidangan gizi seimbang adalah makanan yang mengandung zat tenaga, zat
pembangun dan zat pengatur yang dikonsumsi seseorang dalam sehari sesuai
kebutuhan tubuhnya.
Konsumsi Gizi
Pangan menyediakan unsur-unsur kimia tubuh yang dikenal sebagai zat
gizi. Pada gilirannya, zat gizi tersebut menyediakan tenaga bagi tubuh, mengatur
proses dalam tubuh dan membuat lancarnya pertumbuhan serta memperbaiki
jaringan tubuh. Jika pangan dipilih secara bijaksana dan seseorang memakannya
dengan cukup, maka pangan tersebut menyediakan semua zat gizi yang
diperlukan tubuh dalam perbandingan yang diinginkan agar berfungsi dengan
baik (Suhardjo 1986).
Menurut Muhilal, Jalal dan Hardinsyah (1998) pangan sebagai sumber zat
gizi, bagi makhluk hidup umumnya dan manusia pada khususnya merupakan
kebutuhan pokok yang harus dikonsumsi setiap hari. Berbeda dengan kebutuhan
hidup yang lain, kebutuhan pangan hanya memerlukan jumlah secukupnya.
Kekurangan maupun kelebihan konsumsi pangan, apabila dialami dalam waktu
lama, akan berdampak buruk terhadap kesehatan.
dengan
pendapatannya,
setiap
orang
akan
berusaha
untuk
mendapatkan makanan yang memadai. Orang atau rumah tangga akan terus
menambah konsumsi makanannya sejalan dengan bertambahnya pendapatan.
Namun, hingga batas tertentu penambahan pendapatan tidak lagi menyebabkan
bertambahnya jumlah makanan yang dikonsumsi. Karena pada dasarnya
kebutuhan manusia pada makanan akan mengalami titik jenuh (BPS 2006).
Kemudian dikatakan pula bahwa seseorang akan mementingkan kualitas
atau beralih pada pemenuhan kebutuhan bukan makanan, bila secara kuantitas
kebutuhan sudah terpenuhi. Dengan demikian, sejalan dengan meningkatnya
pendapatan, persentase pendapatan yang dibelanjakan untuk makanan akan
menurun.
Preferensi Konsumsi Pangan
Setiap masyarakat mengembangkan cara yang turun menurun untuk
mencari, memilih, menangani, menyiapkan, dan memakan makanan. Adat
istiadat menentukan preferensi seseorang terhadap makanan (Suhardjo 1989).
Latar belakang sosial budaya mempengaruhi pemilihan jenis pangan melalui dua
cara yaitu informasi mengenai gizi dan preferensi. Preferensi konsumsi pangan
pada remaja agak spesifik, contohnya mereka memilih makan di luar rumah dan
mengkonsumsi makanan lezat dan mahal. Namun, hal ini tentunya dipengaruhi
oleh tingkat sosial ekonomi (Variyan & Blayblock 1998).
Menurut Harper, Deaton dan Driskel (1986) diacu dalam Marzuki (2006)
suatu makanan dapat diterima dan memenuhi selera atau tidak, tidak tergantung
hanya oleh pengaruh sosial dan budaya tetapi juga dari sifat fisiknya. Kemudian
dikatakan pula bahwa reaksi indera perasa terhadap makanan sangat berbeda
pada setiap orang.
Kebiasaan Makan
Kebiasaan didefinisikan sebagai pola perilaku yang diperoleh dari pola
praktek yang terjadi secara berulang-ulang. Sedangkan kebiasaan makan
merupakan suatu pola perilaku konsumsi pangan yang dilakukan secara
berulang-ulang atau biasa disebut food consumption behaviour. Namun, ada juga
yang mendefinisikan sebagai tindakan manusia (what people do or what people
practise) terhadap makan dan makanan yang dipengaruhi oleh pengetahuan
(what people think), dan perasaan yang dirasakan (what people feel) serta
persepsi tentang suatu hal (Khumaidi 1989).
sehari-hari
menimbulkan
dan
adaptasi
terhadap
pembebanan
fisik
tanpa
makin mampu mengatasi beban kerja yang diberikan atau dengan kata lain
produktivitas akan semakin tinggi. Remaja sebagai generasi penerus bangsa
dengan kesegaran jasmani baik akan mampu beraktivitas dengan optimal,
termasuk belajar (Permaesih 2001).
kecukupan
gizi,
maka
puasa
Ramadhan
tidak
akan
2. Perubahan Metabolisme
a) Pada saat puasa, tubuh memiliki mekanisme pengatur yang aktif.
Pengguanan lemak tubuh menjadi lebih efisien dan metabolisme basal
berjalan lambat. Asupan makan yang lebih sedikit tetapi siembang,
mencukupi untuk menjaga seseorang tetap sehat dan aktif selama bulan
Ramadhan (Nomani 1999).
b) Masalah-masalah kesehatan dapat muncul akibat kelebihan asupan
makanan, dan tidur yang tidak cukup (Iraki et al,. 1997 & Sulimani 1991
diacu dalam Nomani 1999). Untuk mencegah timbulnya masalah-masalah
kesehatan, ada beberapa anjuran; (1) minum yang cukup antara iftar
(waktu buka dan waktu tidur untuk mencegah dehidrasi; (2) mengonsumsi
sayuran yang cukup dan makan buah diakhir waktu makan; (3)
menghindari asupan gula secara berlebihan; (4) menghindari makanan
yang berbumbu; (5) menghindari minuman berkafein seperti coke, kop
atau teh, karena kafein bersifat diuretetik, dan (6) menghindari merokok,
arena merokok berdampak negatif pada penggunaan beragam vitamin,
pengaturan dan sistem enzim dalam tubuh (Nomani 1999).
c) Puasa memperbaiki kualitas tidur (the depth of sleep), hal yang penting
bagi orang yang lanjut usia. Proses-proses perbaikan tubuh dan otak
terjadi saat tidur. Dua jam tidur saat bulan Ramadhan lebih memuaskan
dan menyegarkan dibanding lebih banyak jam di hari-hari yang lain.
Puasa secara signifikan meningkatkan kulitas tidur dan menurunkan REM
(Rapid Eye Movement) pada waktu tidur dan mimpi. Selain itu, puasa
juga mempercepat sintesis molekul-molekul memori (Kazim 2003).
d) Beberapa pengukuran parameter biokimia dilakukan oleh Nagra et al.
(1998) pada sampel yang berpuasa Ramadhan. Hasil menunjukkan
perubahan yang tidak signifikan selama bulan Ramadhan. Hasil yang
diperoleh antara lain : (1) kadar glukosa darah menunjukkan perubahan
yang tidak signifikan selama bulan Ramadhan; (2) peningkatan signifikan
pada kadar urea darah yang diamati diakhir penelitian; (3) nilai serum
asam urat tersisa hampir konstan dan tidak ada perbedaan signifikan
yang dapat diamati sebelum dan pada akhir penelitian; (4) tingkat serum
protein total dan albumin menurun pada akhir penelitian. Namun,
penelitian ini tidak signifikan dan menunjukkan bahwa puasa Ramadhan
tidak menimbulkan status gizi kurang; (5) tingkat kolesterol total dan LDL-
tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Menurut Linder (1992) pada saat remaja
perubahan fisik anak perempuan cenderung stabil sedangkan anak laki-laki
masih terus tumbuh. Kisaran umur remaja menurut beberapa ahli berbeda-beda,
tetapi dapat disimpulkan yaitu antara 13-21 tahun untuk perempuan dan 14-21
tahun untuk laki-laki.
Masa remaja dimulai pada saat anak perempuan mengalami menstruasi
yang pertama yang disebut menarche, sedangkan pada laki-laki yaitu pada saat
keluarnya cairan semen. Waktu terjadi proses kematangan seksual pada laki-laki
dan perempuan berbeda-beda, hal ini dipengaruhi oleh asupan zat gizi pada saat
anak-anak. Di negara miskin kematangan seksual berjalan lebih lama
dibandingkan di negara yang lebih maju, hal ini dipengaruhi oleh status sosial
ekonomi di masing-masing negara (Arisman 2002).
akan kalori, penentuan usia ginekologik lebih penting dibanding usia kronologis.
Sebab, pertumbuhan linier belum optimal sebelum tercapai usia ginekologik 4-5
tahun. Usia ginekologik adalah jumlah tahun yang dihabiskan setelah seorang
wanita mengalami menstruasi pertama.
ginekologik selama 1-5 tahun berturut-turut adalah 4.8 kg (tahun I), 2.8 kg (tahun
II), 1.0 kg (tahun III), dan 0.8 (tahun IV-V).
Pendidikan Orangtua
Bastian L (2002) menjelaskan bahwa ada lima upaya yang merupakan
imbas dari pendidikan ibu dan ayah yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan anak, ialah: peningkatan sumberdaya keluarga, peningkatan nilai
dan pendapatan keluarga, peningkatan alokasi untuk pemeliharaan kesehatan
anak, peningkatan produktifitas dan efektifitas pemeliharaan kesehatan dan
peningkatan preferensi kehidupan keluarga.
Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor penting yang ikut
menentukan keadaan gizi anak. Ada dua sisi kemungkinan hubungan tingkat
pendidikan orang tua dengan keadaan gizi anak, yaitu: tingkat pendidikan kepala
rumah tangga baik secara langsung maupun tidak langsung menentukan
keadaan ekonomi rumah tangga, pendidikan istri disamping modal utama dalam
perekonomian rumah tangga juga berperan didalam penyusunan pola makan
untuk rumah tangga. Anak dari ibu yang mempunyai latar belakang pendidikan
yang lebih tinggi akan mendapat kesempatan hidup dan tumbuh lebih baik, ibu
yang berpendidikan tidak mengenal tabu terhadap makanan yang dikonsumsi
anak. Mereka lebih kreatif dan inovatif didalam pengasuhan dan perawatan anak
(Bastian 2002).
Pengetahuan Gizi
Ada dua macam pengetahuan yaitu, pengetahuan deklaratif dan
pengetahuan prosedural. Menurut Notoadmojo (1997) pengetahuan terbentuk
setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu.
Pengetahuan
memiliki
enam
tingkatan
yaitu
memahami,
menggunakan,
gizi
dapat
dinilai
dengan
memberikan
pertanyaan-
menunjukkan
konsistensi
didalam
pengukuran,
yaitu
konsistensi antar butir soal pengetahuan gizi bila butir soal tersebut mengukur
dampak pembelajaran yang sama. Sedangkan validitas ialah kesesuaian antara
skor yang diperoleh dalam suatu tes dengan maksud atau tujuan dari tes
tersebut (Khomsan 2000).
Status Gizi
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang
dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi,
penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk
mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ,
serta menghasilkan energi. Keadaan akibat dari keseimbangan antara konsumsi
dan penyerapan zat gizi dan penggunaan zat-zat gizi tersebut, atau keadaan
fisiologik akibat dari tersedianya zat gizi dalam seluler tubuh disebut sebagai
kondisi gizi (Supriasa 2001).
Menurut Riyadi (2001) status gizi dipengaruhi oleh faktor langsung seperti
intake makanan dan status kesehatan. Kedua faktor tersebut saling tergantung
satu sama lainnya. Kemudian determinan tidak langsung dari status gizi, yaitu
ketahanan pangan, perawatan ibu dan anak, dan lingkungan kesehatan yang
tepat, termasuk akses terhadap pelayanan kesehatan.
Gizi Puasa
Menurut Sekarindah (2002) orang-orang yang berpuasa harus makan
secara teratur untuk buka puasa dan sahur. Pembagian makan adalah 50%
untuk berbuka, 10% setelah sholat terawih dan 40% pada waktu sahur. Selain
harus makan teratur, menu makanan harus seimbang. Maksudnya adalah
makanan yang terdiri dari karbohidrat 50-60%, protein 10-29%, lemak 20-25%,
cukup vitamin dan mineral dari sayur dan buah. Selain itu, cukup serat dari
sayuran untuk memperlancar buang air besar. Orang berpuasa juga mencukupi
kebutuhan cairannya. Dianjurkan untuk minum kurang lebih 7-8 gelas sehari,
terdiri dari tiga gelas waktu sahur dan lima gelas dari buka sampai sebelum tidur.
Gizi Normal
Remaja membutuhkan kecukupan gizi yang khusus, karena waktu remaja
merupakan periode rawan, hal ini disebabkan oleh tiga hal yaitu ; pertama remaja
membutuhkan zat gizi dan energi yang lebih besar untuk pertumbuhan cepat.
Kedua ialah pada remaja terjadi perubahan gaya hidup dan kebiasaan makan
yang mempengaruhi intake zat gizi. Kemudian yang ketiga yaitu karena pada
umumnya remaja banyak berpartisipasi pada olahraga, dan biasanya banyak
melakukan diet yang ketat (Rickert 1996).
Pada saat remaja kebutuhan zat gizi meningkat karena terjadinya proses
pertumbuhan yang cepat dan aktivitas fisik yang tinggi (Almatsier 2002). Oleh
karena itu, kebutuhan gizi harus harus tercukupi secara baik. Kebutuhan zat gizi
secara terinci dapat dilihat pada tabel berikut ;
Tabel 1 Kecukupan gizi yang dianjurkan untuk remaja dan dewasa awal.
Perempuan
(tahun)
13-15
16-18
19-29
13-15
Laki-laki
(tahun)
16-18
Energi (kal)
2350
2200
1900
2400
2600
2550
Protein (g)
57
55
50
60
65
60
1000
1000
800
1000
1000
800
Besi (mg)
26
26
26
19
15
13
Vit A (RE)
600
600
500
600
600
600
Vit E (mg)
15
15
15
15
15
15
Vit B1 (mg)
1.2
1.1
1.0
1.2
1.3
1.3
Vit C (mg)
65
75
75
75
90
90
Folat (mg)
400
400
400
400
400
400
Uraian
Kalsium (mg)
19-29
atau ekskresi zat-zat gizi (Riyadi 2001). Jenis ukuran anthropometri disajikan
pada Gambar 1.
Linier
Contoh :
- Tinggi badan
- Lingkar dada
- Lingkar kepala
Menunjukkan keadaan
gizi kurang akibat
kekurangan energi
dan protein masa
lampau
Massa Jaringan
Contoh :
- Berat badan
- Lingkar lengan
atas
- Tebal lemak
dibawah lipatan
kulit
diatas ambang batas aman mempunyai resiko memiliki tekanan darah diastol
yang tinggi (Riyadi 2003). Menurut WHO (2000) standar IMT untuk masyarakat
Asia Pasifik yang ditetapkan oleh Komite Obesitas Asia Pasifik dilakukan
berdasarkan faktor resiko dan morbiditas adalah sebagai berikut:
Kategori
Kurus (underweight)
Normal (ideal)
IMT (kg/m2)
Resiko Penyakit
< 18.5
Rendah
18.5 22.9
Rata-rata
> 23
Overweight
At risk
23.0 24.9
Meningkat
Obes I
25.0 29.9
Sedang
Obes II
30
Berbahaya
Normal (ideal)
18.5 25
Gemuk sehat
> 25
Obes I
> 27
Obes II
> 30
KERANGKA PEMIKIRAN
Shaim menurut bahasa berarti menahan, berpantang atau meninggalkan.
Dalam bahasa indonesia shiyam diterjemahkan sebagai puasa (shaum) yang
berarti menahan diri. Dalam syariat Islam puasa berarti menahan diri dari segala
yang membatalkannya, seperti makan, minum, bersetubuh dan yang searti
dengan itu dari pagi sampai terbenam matahari yang dilaksanakan untuk
mendapat ridha dari Allah (Khozin, 2000).
Perubahan pola makan pada saat puasa meliputi frekuensi makan, waktu
makan (sahur dan buka puasa), dan preferensi makanan. Sedangkan konsumsi
pangan meliputi jenis, jumlah pangan dan asupan gizi. Kebiasaan pangan
seseorang (pola makan dan konsumsi makanan) dipengaruhi oleh keadaan
sosial ekonomi seperti asal daerah, jumlah penerimaan bulanan, dan alokasi
jumlah pengeluaran pangan. Hal ini terkait juga dengan pengetahuan dan sikap
gizi seseorang sebelumnya.
Pola makan adalah cara makan baik di rumah maupun di luar rumah,
yang meliputi
dalam kisaran normal terjadi pemecahan glikogen hati menjadi glukosa melalui
proses glikogenolisis.
Asupan gizi yang baik yaitu dengan memenuhi konsumsi makanan yang
lengkap saat sahur dan berbuka puasa. Bila tidak, menurut beberapa penelitian
sebelumnya menyebutkan bahwa puasa dapat merubah komposisi lemak tubuh
yang ditandai dengan penurunan berat badan. Hal ini akan mempengaruhi status
gizi sesaat seseorang setelah menjalani puasa Ramadhan selama satu bulan.
Salah satu perhitungan status gizi adalah dengan menghitung Indeks Masa
Tubuh (IMT) secara anthropometri.
Masalah gizi dan kebiasaan makan sangat dipengaruhi oleh faktor
pendapatan. Pendapatan akan mempengaruhi pengeluaran pangan yang secara
tidak langsung akan mempengaruhi tingkat konsumsi pangan (Suhardjo, 1989).
Kemudian
dikatakan
juga
bahwa
terdapat
empat
faktor
utama
yang
Kebiasaan Makan
Pengetahuan Gizi
Karakteristik Mahasiswi :
Usia
Tinggi badan
Berat badan
Status Gizi
Sikap Gizi
Konsumsi Pangan :
Konsumsi Gizi
Tingkat Konsumsi
Aktivitas :
Jenis
Waktu dan durasi
Pola Konsumsi :
Frekuensi makan
Preferensi makanan
Keterangan :
Variabel yang diteliti
Variabel tidak diteliti
Hubungan yang diteliti
Hubungan tidak diteliti
METODE PENELITIAN
Desain, Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian Longitudinal Survey, yaitu
pengambilan data dalam tiga periode waktu yang berbeda dengan jenis variabel
yang sama (Effendi & Singarimbun 2006). Tempat penelitian di Asrama Putri
Tingkat Persiapan Bersama. Pengambilan data dimulai pada akhir bulan Agustus
sampai dengan bulan Desember 2007.
Teknik Penarikan Contoh
Metode penarikan sampel adalah gugus bertahap. Populasi target
merupakan seluruh mahasiswa putri yang tinggal dalam tiga gedung asrama (A1,
A2, dan A3). Tahap pertama dilakukan pemilihan satu gedung asrama putri
secara acak, yaitu terpilih gedung asrama A2. Tahap kedua dilakukan
pengambilan contoh secara acak dari setiap lorong asrama. Terdapat delapan
lorong asrama dari setiap gedung dan dilakukan pengambilan dua belas sampel
pada setiap lorong secara acak sehingga diperoleh 96 mahasiswi pada pra
Ramadan. Sampel pada bulan Ramadan merupakan sampel pada pra Ramadan
dengan kriteria beragama muslim, melaksanakan puasa Ramadan minimal
empat hari, dan kondisi tubuh sehat. Selanjutnya, diperoleh 41 mahasiwi sesuai
kriteria inklusi pada pengambilan data kedua (Ramadan) dan ketiga (pra
Ramadan). Cara penarikan contoh disajikan pada Bagan 3.
Gedung Asrama
A1
A3
A2
Lorong
2.
3.
4.
5.
6.
Cara
Pengumpulan Data
Karakteristik Umur, jumlah penerimaan pangan - Pengisian kuesioner
mahasiwi
dan
non
pangan
(Rp/bl),
pendidikan orangtua, asal daerah
(suku)
Berat badan dan tinggi badan pra - Pengukuran dengan
Ramadan, Ramadan, dan pasca timbangan digital dan
Ramadan.
alat pengukur tinggi
Pola
Frekuensi makan dan preferensi - Pengisian kuesioner
konsumsi
makanan pra Ramadan dan
pangan
Ramadan
Konsumsi
Jumlah konsumsi gizi dan tingkat - Food Record
2x24 jam
pangan
konsumsi gizi pra Ramadan,
Ramadan, dan pasca Ramadan.
Pengetahuan Pengetahuan gizi contoh
-Multiple choice 20
soal
Aktivitas
Durasi aktivitas dan pola aktivitas -Record aktivitas 2x24
mahasiwi
pra Ramadan dan Ramadan
jam
Status gizi
Indeks Massa Tubuh (IMT) pra - Pengolahan data
Ramadan, Ramadan, dan pasca berat badan, tinggi
Ramadan.
badan dan umur
Data
Variabel
status
gizi
(IMT).
Indeks
Massa
Tubuh
(IMT)
dengan
membandingkan berat badan (kg) dengan kuadrat tinggi badan (m). Rumus IMT
sebagai berikut :
IMT =
BB ( kg )
TB 2 ( m )
Kategori
Kurus
< 18.5
Normal
18.5 25
Gemuk sehat
Obes I
Obes II
> 25
Gemuk
> 27
> 30
KGij =
Bj
BDDj
Gij
100
100
Gij
Kategori
Defisit
Normal
Berlebih
Definisi Operasional
Contoh ialah mahasiswa putri muslim Tingkat Persiapan Bersama (TPB) IPB
angkatan ke-44 dan sedang menjalankan puasa Ramadhan.
Karakteristik contoh ialah data diri contoh yang meliputi pendidikan orang tua,
asal suku orang tua, jumlah penerimaan uang saku per bulan, alokasi
pengeluaran pangan dan non pangan (Rp/bl), dan pengetahuan gizi.
Status gizi ialah keadaan yang mengambarkan kecukupan gizi contoh
berdasarkan kesesuaian nilai Indeks Masa Tubuh (IMT).
Pengetahuan gizi ialah besar tingkat pengetahuan contoh tentang konsumsi
pangan yang sehat dan bergizi.
Uang saku/bulan ialah banyaknya uang yang diterima contoh setiap bulan dari
orang tua atau pemasukan keuangan lainnya untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari maupun ditabung dalam besaran Rupiah.
Pengeluaran pangan ialah kisaran jumlah rupiah yang dikeluarkan untuk
pangan selama satu bulan.
Kebiasaan makan ialah perilaku makan yang meliputi frekuensi makan, waktu
makan, preferensi pangan, dan makanan pantangan.
Konsumsi gizi ialah jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi selama satu hari.
Frekuensi makan ialah jumlah berapa kali contoh makan dalam satu hari.
Preferensi pangan ialah tingkat kesukaan contoh terhadap jenis pangan tertentu,
termasuk pangan yang disukai dan makanan pantangan.
Aktivitas adalah kegiatan fisik yang dilakukan contoh dalam sehari, yang
meliputi alokasi waktu tidur, kegiatan akademik, olahraga maupun
kegiatan non akademik lainnya.
merupakan gabungan dari pendidikan ayah dan pendidikan ibu. Secara umum,
sebagian besar pendidikan orang tua adalah Perguruan Tinggi dan Sekolah
Menengah Atas, yaitu 46% ayah berpendidikan PT dan 44% ayah berpendidikan
SMA. Sejumlah 39% ibu berpendidikan PT dan 37% ibu berpendidikan SMA
(Tabel 7). Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata pendidikan akhir orang tua
mahasiswi sudah tinggi.
Tabel 7 Sebaran orang tua berdasarkan pendidikan.
Pendidikan
Ayah
Ibu
PT
19
46
16
39
SMA
18
44
15
37
SMP
15
SD
10
Total
41
100
41
100
tumbuh lebih baik, ibu yang berpendidikan tidak mengenal tabu terhadap
makanan yang dikonsumsi anak. Mereka lebih kreatif dan inovatif didalam
pengasuhan dan perawatan anak. Selain itu, menurut Gunarsa (1995) tingkat
pendidikan
yang
baik
secara
langsung
ataupun
tidak
langsung
akan
Ayah
Ibu
Jawa
14
34
16
39
Sunda
13
32
16
39
Batak
Lainnya
11
27
15
Total
41
100
41
100
Indonesia merupakan negara yang kaya akan suku dan budaya. Unsurunsur budaya ini mampu menciptakan suatu kebiasaan makan penduduk, yang
terkadang bertentangan dengan prinsip-prinsip ilmu gizi. Menurut Suhardjo
(1989) berbagai suku dan budaya memberikan peranan dan nilai yang berbedabeda terhadap pangan atau makanan. Bahan-bahan makanan tertentu oleh
suatu budaya dianggap tabu untuk dikonsumsi, sementara itu ada pangan yang
dinilai sangat tinggi baik dari segi ekonomi maupun sosial.
Selain itu dikatakan pula bahwa suku melalui sistem sosial budaya
mempunyai
pengaruh
terhadap
apa,
kapan,
dan
bagaimana
makanan
11
27
Ekologi Manusia
15
Ekonomi Manajemen
12
Perikanan
12
Pertanian
12
Teknologi pertanian
10
Lainnya
12
Total
41
100
<250.000
250.000-500.000
30
73
>500.000
10
24
Total
41
100
Uang Saku
497.560 + 165.067
15
200.000-300.000
14
34
>300.000
21
51
Total
41
100
317.560 + 108.029
dengan
pendapatannya
setiap
orang
akan
berusaha
untuk
mendapatkan makanan yang memadai. Menurut Ernst Engel (1857) dalam BPS
(2006) menyatakan bahwa persentase pengeluaran untuk makanan akan
menurun dengan meningkatnya pendapatan. Namun, hal ini akan terjadi jika
selera tidak berubah. Pengeluaran pangan terhadap penerimaan rata-rata
memiliki suatu pola tertentu. Pola pengeluaran pangan menurut Survey Sosial
Ekonomi Nasional menyatakan bahwa persentase pengeluaran rata-rata per
kapita sebulan untuk makanan sebesar 54% dari total penerimaan dan 45%
untuk non pangan.
Rata-rata pengeluaran pangan per bulan mahasiswi sebesar 65% dari
total penerimaan uang saku dan sebanyak 35% total penerimaan dialokasikan
untuk non pangan. Hal ini menunjukkan bahwa persentase pengeluaran pangan
mahasiswi per bulan lebih besar dibandingkan dengan standar Biro Pusat
Statistik. Begitu pula pada pengeluaran non pangan selama satu bulan. Jenis
pengeluaran non pangan contoh terdiri dari pembelian alat mandi dan cuci,
kosmetik, foto copy, alat tulis, hiburan, tabungan dan pengeluaran lainnya. Besar
pengeluaran pangan maupun non pangan merupakan hasil estimasi mahasiswi
dari rata-rata pengeluaran setiap bulan. Sebaran contoh berdasarkan pola
pengeluaran dan tabungan disajikan pada Tabel 11.
Tabel 11 Sebaran contoh berdasarkan pola pengeluaran dan tabungan.
n
Rata-rata (Rp.)
Pengeluaran pangan
41
317.561
% Terhadap
penerimaan
65
Pengeluaran non-pangan
41
124.756
35
Jenis
Ya
21
51
Tidak
20
49
Total
41
100
Pengetahuan Gizi
Pengetahuan merupakan salah satu hasil proses pendidikan atau atas
hasil penginderaan terhadap masalah tertentu. Pengetahuan gizi dapat diperoleh
melalui pendidikan formal maupun non formal. Tingkat pengetahuan gizi
mahasiswi dilakukan dengan menggunakan instrumen berbentuk pertanyaan
pilihan berganda (multiple choice test). Penilaian dengan memberikan skor satu
pada jawaban benar dan skor nol untuk jawaban salah atau tidak tahu. Nilai
pengetahuan gizi mahasiswi dikategorikan menjadi tiga yaitu baik (skor jawaban
benar lebih dari 80%), sedang (skor benar pada rentang 60 80%), dan kurang
(skor benar kurang dari 60%). Lebih dari separuh mahasiswi memiliki
pengetahuan gizi baik (54%) dan hanya 4% dengan pengetahuan gizi buruk. Hal
ini menunjukkan bahwa rata-rata pengetahuan gizi mahasiswi sudah baik.
Sebaran contoh berdasarkan pengetahuan gizi disajikan pada Tabel 13.
Tabel 13 Sebaran contoh berdasarkan pengetahuan gizi.
Kategori
Baik
22
54
Sedang
15
37
Buruk
10
Total
41
100
kebiasaan
makan
seseorang,
karena
banyak
faktor
yang
mahasiswi
terhadap
keadaan
tubuh
dan
produktivitas
selama
(61%) menyatakan merasa lelah pada kisaran pukul 12.01-15.00 saat pra
Ramadan. Tidak jauh berbeda pada bulan Ramadan, yaitu sebanyak 63%
mahasiswi yang menyatakan lelah pada waktu tersebut. Selanjutnya, hanya 5%
mahasiswi yang menyatakan lelah pada malam hari yaitu kisaran pukul 18.0121.00 baik pra Ramadan maupun Ramadan. Persentase terbanyak kedua adalah
mahasiswi yang menyatakan merasa lelah ketika sore hari yaitu kisaran pukul
15.01-18.00, yaitu sebesar 27% mahasiswi pra Ramadan dan 24% mahasiswi
saat Ramadan. Uji statistik menunjukkan bahwa perbedaan tidak signifikan waktu
merasa lelah antara pra Ramadan dan Ramadan (p>0.05). Sebaran contoh
berdasarkan waktu merasa lelah disajikan pada Tabel 14.
Tabel 14 Sebaran contoh berdasarkan waktu merasa lelah.
Waktu merasa lelah
Pra Ramadan
n
%
Ramadan
n
Pukul 09.00-12.00
Pukul 12.01-15.00
25
61
26
63
Pukul 15.01-18.00
11
27
10
24
Pukul 18.01-21.00
Total
41
100
41
100
panas terik siang hari dengan suhu udara berkisar antara 310 Celsius
(Tedjapranata, 2007). Namun jika puasa dijalankan dengan keimanan dan
keikhlasan untuk beribadah, rasa lelah dan lapar tidak menjadi masalah.
Mengingat bahwa puasa Ramadan dapat mendatangkan banyak manfaat baik
fisik maupun psikis. Menurut Roky (2000) kesiagaan subyektif (subjective
alertness) menurun pada pukul 09.00 dan 16.00 dan meningkat pada pukul
23.00. Menurut Hardinsyah (2004) gangguan pencernaan dan keseimbangan
cairan elektrolit tubuh akan mempercepat timbulnya rasa lelah.
Persepsi tubuh saat berpuasa merupakan penilaian secara subyektif
mahasiswi. Persepsi mahasiswi terhadap tubuh saat berpuasa dibagi menjadi
tiga kategori, yaitu lemas dan mengantuk, merasakan seperti hari biasa tidak
berpuasa, atau merasakan ringan dan bersemangat. Lebih dari separuh
mahasiswi (56%) menyatakan kondisi tubuh saat berpuasa biasa saja seperti
hari lainnya. Selanjutnya, hanya satu orang dari 41 mahasiwi yang menyatakan
ringan dan bersemangat saat puasa Ramadan. Sebanyak 41% mahasiwi yang
menyatakan lemas dan mengantuk saat puasa Ramadan. Persepsi terhadap
keadaan tubuh ini diduga dipengaruhi oleh perbedaan aktivitas dan kebiasaan
berpuasa mahasiwi di luar bulan Ramadan. Sebaran contoh berdasarkan
persepsi tubuh saat puasa Ramadan disajikan pada Tabel 15.
Tabel 15 Sebaran contoh berdasarkan persepsi tubuh berpuasa.
%
Persepsi tubuh
Lemas dan mengantuk
n
17
41
Seperti biasa
23
56
Total
41
100
Rata-rata
Pra Ramadan
Ramadan
Pasca Ramadan
51 + 9.66
50 + 9.0
51 + 9.58
21.3 + 3.61
20.8 + 3.64
21.1 + 3.55
Naik
Pasca Ramadan
Turun
Naik
Turun
100
30
91
28
90
10
100
10
Total
100
33
100
31
100
10
100
dan pola distribusi air yang diminum akan berubah. Produksi air seni berkurang,
disertai penurunan cairan tubuh total, yang kesemuanya bersamaan dengan
penurunan berat badan dan kenaikkan densitas air seni. Perubahan yang
berhubungan dengan cairan tubuh ini akan pulih kembali setelah puasa, dalam
waktu 7-10 hari. Penurunan berat badan yang terjadi selama puasa disebabkan
oleh perubahan metabolisme energi dan air (pengurangan cairan tubuh)
(Qomariah 1996).
Indeks Massa Tubuh mahasiwi dibagi menjadi tiga kategori, yaitu kurus,
normal, dan gemuk. Tabel 18 menunjukkan bahwa lebih dari separuh mahasiwi
memiliki status gizi normal baik pada pra Ramadan (70%), Ramadan (67%), dan
pasca Ramadan (71%). Mahasiwi dengan status gizi kurang lebih banyak
dibandingkan dengan mahasiwi yang memiliki status gizi berlebih baik pada
Ramadan dan pasca Ramadan.
Tabel 18 Sebaran contoh berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT).
Status gizi
Pra Ramadan
Ramadan
Pasca Ramadan
Kurang
15
22.
20
Normal
29
70
27
67
29
71
Berlebih
15
11
10
Total
41
100
41
100
41
100
Menurut Rini (2006) kekurangan gizi pada remaja dapat terjadi karena
akibat pertumbuhan cepat dan aktivitas fisik yang tinggi. Namun gizi kurang pada
remaja wanita dapat juga disebabkan oleh merasa kegemukkan (50-60%), diet
ketat untuk menurunkan berat badan (44%) dan menjaga kenaikkan berat badan
(26%). Remaja wanita umumnya menginginkan bentuk tubuh yang tinggi
langsing (63%), dan menginginkan bentuk tubuh yang ideal (24%).
Konsumsi Pangan
Konsumsi pangan disajikan dalam dua indikator, yaitu rata-rata jumlah
konsumsi gizi dan tingkat kecukupan konsumsi gizi. Pengukuran konsumsi
pangan dilakukan tiga kali yaitu pra Ramadan, Ramadan, dan pasca Ramadan.
Jenis konsumsi gizi yang diukur terdiri dari sepuluh zat gizi, yaitu energi, protein,
lemak, karbohidrat, kalsium, fosfor, besi, vitamin A, vitamin C dan vitamin B.
Konsumsi Gizi
Rata-rata konsumsi zat gizi mahasiwi (9.8%) mengalami penurunan saat
bulan Ramadan seperti energi, protein, lemak, besi, vitamin C, dan vitamin B.
Sedangkan konsumsi karbohidrat, kalsium, fosfor, dan vitamin A mengalami
kenaikan rata-rata sebesar 10.3%. Penurunan konsumsi gizi diduga karena
kuantitas dan frekuensi makan berkurang pada saat puasa dibandingkan pada
saat tidak puasa. Menurut Khomsan (2002) diperkirakan perubahan frekuensi
makan ini secara kuantitatif menurunkan jumlah asupan gizi yang masuk ke
dalam tubuh. Namun, beberapa kasus menunjukkan kenaikkan konsumsi gizi.
Kenaikkan konsumsi gizi merupakan suatu akibat dari konsumsi sajian berbuka
puasa yang lengkap.
Pengukuran ketiga (pasca Ramadan) menunjukkan bahwa konsumsi zat
gizi rata-rata mahasiwi mengalami kenaikan pada zat gizi lemak, vitamin C, besi
dan vitamin B sebesar 15.3%. Namuasil uji statistik menunjukkan tidak ada
perbedaan konsumsi gizi antara pra Ramadan, Ramadan, dan pasca Ramadan
(p>0.05). Sebaran contoh berdasarkan konsumsi zat gizi disajikan pada Tabel 19.
Tabel 19 Sebaran contoh berdasarkan rata-rata konsumsi zat gizi.
Rata-rata konsumsi + Standar Deviasi
Zat gizi
Pra Ramadan
Ramadan
Pasca Ramadan
1451 + 418
1422 + 534
1377 + 395
Protein (g)
38 + 12
37 + 17
37 + 12
Lemak (g)
46 + 41
33 + 24
34 + 23
Karbohidrat (g)
243 + 80
247 + 101
240 + 70
Kalsium (mg)
379 + 262
445 + 321
384 + 246
Fosfor (mg)
417 + 184
470 + 219
420 + 254
Besi (mg)
11.4 + 4.9
10.7 + 5.8
11.3 + 5.3
Vitamin A (RE)
1313 + 1538
1425 + 172
991 + 1342
Vitamin C (mg)
80 + 119
78 + 168
99 + 142
Vitamin B (mg)
0.9 + 0.6
0.8 + 0.8
1.0 + 0.8
Energi (Kal)
kurang
dari
1%
karbohidrat
dan
7%
bahan-bahan
anorganik.
Keseimbangan dari susunan ini, serta mana yang lebih menonjol di antaranya,
tergantung dari jumlah makanan dan minuman yang masuk serta konsumsi
tubuh akan energi.
Karbohidrat yang dimetabolisme sebagian akan dipakai dan sebagian lagi
disimpan dalam bentuk glikogen sebagai cadangan energi yang dapat digunakan
selama 24-48 jam. Setelah 48 jam maka cadangan energi akan diambil dari
lemak tubuh dan baru kemudian dari protein. Penurunan BMR pada saat puasa
terjadi dalam 2x24 jam, tetapi setelah itu akan kembali menetap. Penurunan juga
hanya 8-10%. Puasa Ramadan merupakan pembatasan makanan pada siang
hari yang berlangsung kurang lebih 14 jam sehingga tiak sampai mencapai
tingkat semi starvation (Sediaoetama 1990).
Respiratory Quotient (RQ) ialah perbandingan CO2/O2 pada oksidasi
suatu badan organik. RQ normal (diet campuran) sebesar 0.80, RQ karbohidrat
sebesar 1, lemak sebesar 0.71 dan protein sebesar 0.81. Pada dua hari
permulaan puasa, RQ berubah menjadi 0.73-0.78, berarti bahwa sumber energi
yang dipergunakan untuk mengahasilkan energi bergeser lebih banyak
menggunakan lemak. Jika puasa berhenti, RQ meningkat mendekati 1, berarti
bahwa lebih banyak karbohidrat yang digunakan untuk menghasilkan energi.
Persediaan energi dalam tubuh yang paling segera dapat dipergunakan ialah
simpanan dalam bentuk glikogen (karbohidrat). Jumlah simpanan glikogen
terdapat pada otot dan sel hati. Jumlah simpanan glikogen ini terbatas, sehingga
pada kondisi berpuasa, akan segera habis terpakai pada hari itu. Maka tubuh
akan menggunakan lemak cadangan sebagai sumber energi. Peningkatan
pemakaian lemak ini terlihat dari pergeseran RQ dari 0.80 menjadi 0.73-0.78.
Menurut
Sekarindah
(2002)
orang-orang
yang
berpuasa
harus
energi 2200 kkal, protein 55 gram, kalsium 1000 mg, fosfor 1000 mg, besi 26 mg,
vitamin A 600 RE, vitamin C 75 mg.
Menurut Supriasa (2001) keadaan akibat dari keseimbangan antara
konsumsi dan penyerapan zat gizi dan penggunaan zat-zat gizi tersebut, atau
keadaan fisiologik akibat dari tersedianya zat gizi dalam seluler tubuh disebut
sebagai kondisi gizi. Menurut Rickert (1996) remaja membutuhkan kecukupan
gizi yang khusus, karena waktu remaja merupakan periode rawan, hal ini
disebabkan oleh tiga hal yaitu ; pertama remaja membutuhkan zat gizi dan energi
yang lebih besar untuk pertumbuhan cepat. Kedua ialah pada remaja terjadi
perubahan gaya hidup dan kebiasaan makan yang mempengaruhi intake zat gizi.
Kemudian yang ketiga yaitu karena pada umumnya remaja banyak berpartisipasi
pada olahraga, dan biasanya banyak melakukan diet yang ketat.
Kecukupan gizi lemak merupakan 20% dari kecukupan energi sehingga
kecukupan lemak sebesar 49 gram dan karbohidrat 50% dari energi sebesar 275
gram. Khusus untuk kecukupan gizi energi dan protein dikoreksi berdasarkan
rasio berat badan aktual mahasiwi dengan berat badan standar (50 kg). Hasil uji
statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan tingkat konsumsi gizi
antara pra Ramadan, Ramadan dan pasca Ramadan (p>0.05). Sebaran contoh
berdasarkan tingkat konsumsi gizi disajikan pada Tabel 20.
Tabel 20 Sebaran contoh berdasarkan tingkat konsumsi gizi.
% Tingkat Konsumsi Gizi
Pra
Ramadan
Ramadan
Pasca
Ramadan
Energi
69 + 28
69 + 30
66 + 25
Protein
74 + 30
70 + 34
69 + 27
Lemak
96 + 88
69 + 51
72 + 47
Karbohidrat
90 + 31
93 + 41
90 + 26
Kalsium
40 + 31
46 + 34
40 + 28
Fosfor
47 + 31
52 + 30
48 + 35
Besi
44 + 19
41 + 22
43 + 21
Vit.A
224 + 256
246 + 207
172 + 229
Vit.C
107 + 158
104 + 224
133 + 189
Menurut Rini (2006) perhatian terhadap berat badan pada sebagian besar
remaja putri yang tidak puas terhadap beberapa bagian tubuhnya menyebabkan
adanya pembatasan jumlah konsumsi makanan. Akibatnya, asupan gizi secara
kuantitas dan kualitas tidak sesuai dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang
dianjurkan.
Pola Konsumsi Pangan
Hasil menunjukkan bahwa tidak semua mahasiwi memiliki frekuensi
makan tiga kali dalam sehari pada pra Ramadan, yaitu sebanyak 29% contoh
memiliki frekuensi makan utama hanya dua kali dalam sehari. Akan tetapi, lebih
dari separuh mahasiwi (71%) memiliki kebiasaan makan sehari tiga kali (Tabel
21). Hasil uji statistik menunjukkan perbedaan yang signifikan frekuensi makan
utama antara pra Ramadan dan Ramadan (p<0.01). Menurut Hardinsyah (2004)
frekuensi makan selama puasa berkurang dan kapasitas tubuh untuk menerima
makanan juga berkurang sekitar 10-20%. Sebaran contoh berdasarkan frekuensi
makan disajikan pada Tabel 21.
Tabel 21 Sebaran contoh berdasarkan frekuensi makan tidak puasa.
Frekuensi makan utama/hari
2 kali
12
29
3 kali
29
71
Total
41
100
Pra Ramadan
Ramadan
22
19
41
54
46
100
36
5
41
88
12
100
Sayuran merupakan salah satu jenis pangan yang sangat penting bagi
tubuh. Kandungan gizinya yang bermanfaat dapat mencegah penyakit tertentu
seperti sembelit dan radang paru. Menurut J.S Burns (2007) antioksidan yang
diperoleh dari buah dan sayur dapat membantu menjaga kesehatan paru-paru.
Mekanismenya adalah dengan mencegah atau mengurangi peradangan dinding
saluran pernafasan. Menurut beberapa peneliti, remaja dengan asupan nutrisi
rendah tidak dapat mencapai fungsi paru yang optimal.
Terdapat perbedaan signifikan kebiasaan mengonsumsi buah antara pra
Ramadan dan Ramadan (p<0.01). Pada Tabel 23 menunjukkan bahwa sebagian
besar mahasiwi (81%) mengonsumsi buah-buahan saat Ramadan. Hal ini
berbeda dengan pra Ramadan, mahasiwi yang memiliki kebiasaan mengonsumsi
buah hanya 17%. Seperti pada konsumsi sayuran, kebiasaan mengonsumsi
buah mengalami kenaikkan. Hal ini menunjukkan bahwa kebiasaan makan
mahasiwi semakin baik di bulan Ramadan.
Tabel 23 Sebaran contoh berdasarkan konsumsi buah.
Konsumsi buah
Pra Ramadan
Ramadan
Ya
17
33
81
Tidak
34
83
19
Total
41
100
41
100
Menurut Hardinsyah (2004) vitamin dan mineral dalam sayur dan buah
berguna untuk melancarkan proses pencernaan dalam keseimbangan elektrolit
tubuh. Konsumsi sayur dua mangkok (200 gram) dan tiga potong buah (sekitar
150 gram) diperlukan setiap hari di bulan puasa.
Susu merupakan salah satu jenis pangan yang mengandung kalsium
tinggi. Sebesar 66% mahasiwi yang tidak mengonsumsi susu pada pra Ramadan
dan hanya 34% mahasiwi yang mengonsumsi susu. Sedangkan pada bulan
Ramadan, jumlah mahasiwi yang mengonsumsi susu mengalami peningkatan,
yaitu sebesar 61%. Statistik menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan
antara konsumsi susu pra Ramadan dengan konsumsi susu Ramadan (p<0.01).
Peningkatan jumlah konsumsi susu mahasiwi pada bulan Ramadan diduga
menjadi penyebab kenaikkan jumlah konsumsi kalsium rata-rata contoh dari 378
Pra Ramadan
Ramadan
Ya
14
34
25
61
Tidak
27
66
16
39
Total
41
100
41
100
Konsumsi air putih yang cukup merupakan hal penting bagi kesehatan
tubuh. Air dibutuhkan tubuh agar semua organ, jaringan dan sel-sel dapat
berfungsi dengan baik. Tabel 25 menunjukkan bahwa lebih dari separuh
mahasiwi mengonsumsi air putih lebih dari lima gelas sehari baik para Ramadan
(61%) dan Ramadan (56%). Uji statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan konsumsi air putih antara pra Ramadan dan Ramadan (p>0.05). Hal
ini menunjukkan bahwa kebiasaan konsumsi air putih mahasiwi sudah cukup
baik.
Tabel 25 Sebaran contoh berdasarkan konsumsi air putih.
Konsumsi air
putih
Pra Ramadan
Ramadan
5 gelas
16
39
18
44
> 5 gelas
25
61
23
56
Total
41
100
41
100
Menurut Qomariah (1996) air yang ada di dalam tubuh manusia berasal
dari konsumsi air dan juga berasal dari hasil metabolisme energi. Kekurangan
konsumsi air akan menyebabkan rasa dahaga bahkan
dehidrasi. Menurut
Hardinsyah (2004) kekurangan air tubuh sampai 5% berat tubuh disebut sebagai
dehidrasi ringan, 5-10% disebut dehidrasi sedang, dan dehidrasi berat jika
melebihi 10% berat tubuh. Kemudian dikatakan juga bahwa 70% dari berat
badan kita adalah air. Penurunan berat badan selama puasa bisa disebabkan
oleh dehidrasi. Konsumsi air putih sebaiknya 2-4 gelas saat sahur dan 6-8 gelas
dalam sehari. Sedangkan menurut Sekarindah (2002) orang berpuasa harus
mencukupi kebutuhan cairannya. Oleh karena itu, dianjurkan untuk minum
kurang lebih 7-8 gelas sehari, terdiri dari tiga gelas waktu sahur dan lima gelas
dari buka sampai sebelum tidur.
Aktivitas Fisik
Menurut Krisdinamurtirin (1992) pola aktivitas remaja dapat dilihat dari
bagaimana cara remaja mengalokasikan waktunya selama 24 jam dalam
kehidupan sehari-hari untuk melakukan suatu jenis kegiatan secara rutin dan
berulang-ulang. Menurut FAO/WHO/UNU (1985) pola kegiatan dibagi menjadi
tiga, yaitu (1) Occupational activities (kegiatan tugas pokok) merupakan jenis
kegiatan penting dan dapat dianggap sebagai kegiatan ekonomis yang dapat
mendukung hidup, (2) Discretionary activities (kegiatan pilihan bebas) yang terdiri
dari optional household task (kegiatan tugas kerumahtanggaan), socially
desirable activities (kegiatan sosial), dan activity for physical fitness and
prevention of health (kegiatan kesehatan jasmani), (3) Kegiatan lainnya seperti
tidur, istirahat, santai, Ibadan, makan, mandi, dan lainnya.
Record aktivitas selama dua hari dilakukan dua kali, yaitu pada pra
Ramadan dan Ramadan. Jenis kegiatan pokok mahasiwi terdiri dari kuliah,
belajar, mengerjakan tugas, konseling, mem-foto copy, ke perpustakaan,
perjalanan, persiapan kuliah dan apel pagi. Kemudian jenis kegiatan pilihan
bebas contoh yang pertama (tugas kerumahtanggaan), yaitu membereskan
kamar, membeli makanan, mencuci baju, menyetrika baju, dan berbelanja.
Kedua (tugas sosial), yaitu perkumpulan kampus, mengobrol, menonton TV,
kegiatan asrama, pengajian bersama, dan mendengarkan radio. Ketiga (kegiatan
kesehatan jasmani) yaitu bermain basket dan latihan kesenian. Kegiatan contoh
lainnya yang tercatat, yaitu tidur, mandi, makan, membaca buku fiksi, ibadah,
dan ke poliklinik.
Secara umum perubahan durasi mahasiwi dalam melakukan kegiatan
tugas pokok, kegiatan pilihan bebas, dan kegiatan lain-lain antara para Ramadan
dan Ramadan mengalami pengurangan durasi rata-rata 24%. Namun pada
dasarnya aktivitas mahasiswa putri TPB pada bulan Ramadan tetap berjalan
seperti hari-hari sebelumnya. Mahasiwi tetap melaksanakan kegiatan sesuai
jadwal, baik materi kuliah maupun praktikum. Perbedaan aktivitas mahasiwi
terletak pada aktivitas pribadi dalam keseharian sesuai dengan kebiasaan
masing-masing. Mahasiwi tidak mengurangi jenis aktivitasnya saat Ramadan
namun pengurangan pada intensitas atau durasi untuk melakukan kegiatan
tersebut. Hasil uji beda statistik menunjukkan tidak ada perbedaan yang
signifikan pada rata-rata durasi kegiatan pra Ramadan dan Ramadan (p>0.05).
Tabel 26 menunjukkan sebaran contoh berdasarkan jenis kegiatan. Data lengkap
terdapat pada lampiran.
Tabel 26 Sebaran contoh berdasarkan jenis kegiatan per hari.
Pra Ramadan
Durasi (menit)
Ramadan
Durasi (menit)
1283
267
135
141
991
297
148
158
1202
998
378
48
61
595
55
135
92
230
1020
393
98
74
252
30
53
600
113
49
33
145
930
275
95
74
Jenis kegiatan
- Mencuci baju
2. Kegiatan sosial
- Menonton televisi
- Perkumpulan kampus
- Kegiatan asrama
3. Kegiatan kesehatan jasmani
III. Kegiatan lain-lain
- Tidur
- Istirahat
- Makan
Pra Ramadan
n
%
Ramadan
n
Ya
25
61
23
56
Tidak
16
39
18
44
Total
41
100
41
100
Pra Ramadan
n
%
Ramadan
n
6 jam
23
56
38
93
> 6 jam
18
44
Total
41
100
41
100
Menurut Purwoko (2002) tidur dibagi menjadi dua jenis, yaitu tidur
ortodoks dan tidur paradoks. Tidur ortodoks merupakan tiga perempat dari waktu
tidur. Pada keadaan ini tidur lelap dan tubuh mengendur kemudian bekerja paling
keras untuk menghasilkan protein, hormon pertumbuhan, dan menggantikan sel
tubuh yang rusak. Tidur paradoks merupakan seperempat dari waktu tidur. Pada
keadaan ini terjadi mimpi dan gerakan mata yang cepat (REM) di balik kelopak
mata yang tertutup. Denyut jantung dan pernapasan menjadi tidak teratur, serta
lebih banyak darah dialihkan ke otak tidak seperti yang pada umumnya terjadi di
siang hari. Tidur paradoks meskipun bukan merupakan bagian utama dari tidur
malam hari namun mutlak diperlukan. Seseorang yang kekurangan tidur
paradoks, secara emosional akan terganggu. Kemudian dikatakan juga bahwa
obat tidur tidak akan menghasilkan tidur paradoks dan rasa segar.
Menurut Kazim (2003) puasa dapat memperbaiki kualitas tidur (the dept
of sleep) karena proses-proses perbaikkan tubuh dan otak terjadi pada saat tidur.
Oleh karena itu, dua jam tidur saat bulan Ramadan lebih memuaskan dan
menyegarkan dibanding dengan lebih banyak jam di hari-hari yang lain. Puasa
secara signifikan meningkatkan kualitas tidur dan menurunkan REM (Rapid Eye
Movement) pada waktu tidur dan mimpi. Menurut Khomsan (2003) pada saat
tidur, tubuh memproduksi hormon melatonin yang keberadaannya diatur oleh
keteraturan tidur. Melatonin sebagai zat antioksidan dapat memperbaiki sel-sel
dan sistem tubuh yang rusak saat seseorang tidur.
Kualitas tidur tidak bisa hanya dilihat dari jumlah jam tidur. Tidur yang
pulas meski sebentar lebih berkualitas dibandingkan dengan tidur yang lama
tetapi gelisah dan sering terbangun. Kekurangan tidur malam 2-3 jam karena
sahur dan ibadah malam dapat diganti dengan tidur siang sekitar satu jam.
Remaja memerlukan istirahat tidur sebanyak 8-10 jam (Hardinsyah 2004).
Aktivitas kuliah mahasiwi saat bulan Ramadan tetap dilakukan seperti
biasa. Durasi kuliah pra Ramadan dan Ramadan akan dilihat perbedaannya.
Rata-rata mahasiwi melakukan aktivitas kuliah selama 5.3 jam dalam sehari.
Hasil menunjukkan bahwa sebanyak 51% contoh yang melakukan aktivitas
kuliah lebih dari lima jam pada pra Ramadan. Sedangkan pada bulan Ramadan,
lebih dari separuh mahasiwi yang melakukan aktivitas kuliah dengan durasi
kurang dari lima jam. Hasil menunjukkan bahwa terdapat perubahan antara
durasi kuliah pra Ramadan dan Ramadan. Namun berdasarkan hasil uji statistik,
terdapat perbedaan yang tidak signifikan durasi kuliah antara pra Ramadan dan
Ramadan (p>0.05). Sebaran contoh berdasarkan durasi kuliah disajikan pada
Tabel 29.
Tabel 29 Sebaran contoh berdasarkan durasi kuliah.
Durasi kuliah
Ramadan
Pra Ramadan
n
%
5 jam
20
49
25
61
> 5 jam
21
51
16
39
Total
41
100
41
100
Mahasiwi harus dapat mengakomodir waktu untuk mengerjakan tugastugas yang diberikan. Lebih dari separuh mahasiwi mengerjakan tugas pada
malam hari baik pada para Ramadan (66%) maupun Ramadan (71%).
Selanjutnya, hanya 2% mahasiwi yang mengerjakan tugas di sela kuliah pada
bulan Ramadan. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
waktu untuk mengerjakan tugas antara pra Ramadan dan Ramadan (p>0.05).
Sebaran contoh berdasarkan waktu mengerjakan tugas disajikan pada Tabel 30.
Tabel 30 Sebaran contoh berdasarkan waktu mengerjakan tugas.
Mengerjakan tugas
Pra Ramadan
Ramadan
Malam
27
66
29
71
Sela kuliah
22
Lainnya
12
11
27
Total
41
100
41
100
Pra Ramadan
n
%
Ramadan
n
38
93
40
98
3
41
7
100
1
41
2
100
Pra Ramadan
n
%
Ramadan
n
33
80
34
83
8
41
20
100
7
41
17
100
Pra Ramadan
n
%
24
73
21
62
9
33
27
100
13
34
38
100
Pra Ramadan
n
%
Ramadan
n
Ya
20
11
27
Tidak
33
80
30
73
Total
41
100
41
100
Waktu merasa lelah baik pada pra Ramadan dan Ramadan pada siang hari,
yaitu pukul 12.01-15.00 dan persepsi tubuh saat puasa biasa saja seperti
hari-hari sebelumnya. Tidak terdapat perbedaan pada pra Ramadan dan
Ramadan.
3.
Terdapat perbedaan berat badan dan IMT antara pra Ramadan dengan
Ramadan dan pada Ramadan dengan pasca Ramadan (p<0.01) namun
tidak berbeda pada pra Ramadan dengan pasca Ramadan (p>0.05).
Sebagian besar mahasiswi (81%) mengalami penurunan berat badan
sebesar 1.5 kg (3% dari berat badan pra Ramadan) dan mengalami
kenaikan kembali pada pasca Ramadan. Rata-rata mahasiswi memiliki
status gizi normal baik saat pra Ramadan, Ramadan, dan pasca Ramadan.
4.
Tidak terdapat perbedaan konsumsi gizi dan tingkat konsumsi gizi antara
pra Ramadan, Ramadan, dan pasca Ramadan (p>0.05). Rata-rata
mahasiswi mengalami defisit gizi baik pada pra Ramadan, Ramadan dan
pasca Ramadan.
5.
6.
DAFTAR PUSTAKA
Adriati F. 2001. Tidur Singkat, Bangun Lebih Bertenaga.
Indonesia, Desember. Hlm 72-75.
Mens Health
Almatsier, S. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Anonymous. 1979. Pengetahuan tentang Konsumsi Makanan. Pusat Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI, Bogor.
Arisman, M.B. 2002. Gizi dalam Daur Kehidupan. Buku Ajar Ilmu Gizi Fakultas
Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang. Departemen Pendidikan
Nasional.
A. Yucel, B. Degirmenci, M. Acar, R. Albayrak & A. Haktanir. 2004. The effect of
fasting Ramadan on the abdominal fat distribution: assessment by
computed tomography. Tohoku Journal Experiment Medicine, 204,
(179-187).
Basuki, A. 2005. Manfaat Puasa Bagi Ilmu Kesehatan.
Tangerang.
Kawan Pustaka,
Realities of Nutrition.
Hardinsyah. 2004. Kiat Sehat dan Bugar Saat Berpuasa untuk Meningkatkan
Mutu Ibadah. Klinik Konsultasi Gizi dan Klub Diet GMSK IPB, Bogor.
Jalila, C. Beji, J. Danguir. 1995. Increased fat oxidation during Ramadan fasting
in healthy women: an adaptive mechanism for body weight maintenance.
American Journal Clinical Nutrition,62,(302-307).
J.S Burns. 2007. Pentingnya ikan, sayur, dan buah bagi remaja. Artikel Majalah
Health Today (9), hal 20.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1988. Balai Pustaka, Jakarta.
Karaaoolu, N. & S. Yucecan. 2000. Some behavioural changes observed
among fasting subject, their nutritional habits and energy expenditure in
ramadhan (Abstract). Journal of Food Science and Nutrition, 51, 125134.
Kartini, R. 1994. Pengaruh puasa ramadhan pada kadar immunoglobulin G .
Jurnal Kedokteran YARSI, 2, (1), 1-8.
Kazim, E. 2003. Fasting and your bilogical rhytms. http//www.islamonline.com.
Khomsan, A. 2000. Pengukuran Tingkat Pengetahuan Gizi. Diktat yang tidak
Dipublikasikan. Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga.
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
__________. 2002. Puasa, Gizi dan Kesehatan dalam Pangan dan Gizi untuk
Kesehatan. Rajagrafindo press, Jakarta.
__________. 2005. Dampak Kesehatan Puasa dalam Pangan dan Gizi untuk
Kesehatan. Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia,
IPB, Bogor.
Khozin.
Riyadi, H. 2001. Metode Penilaian Status Gizi secara Antropometri. Buku Ajar
Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas
Pertanian IPB, Bogor.
Robbert, W.B. & S.R. Williams. 1996. Nutrition Troughout the Life Cycle. Mosby,
USA.
Roky, R., L. Iraki, R. HajKhlifa, N.G. Lakhdar & F. Hakkou. 2000. Daytime
alertness, mood, psycomotor performances and oral temperature during
ramadan intermitten fasting (Abstract) dalam Annals of Nutrition and
Metabolism, 44, 101-107.
Sediaoetama. 1990. Ilmu Gizi Menurut Pandangan Islam. Jakarta: Dian Rakyat.
Sekarindah, T.
2002.
Manfaat Puasa Bagi Kesehatan,
http//www.gizi.net.
Besarkah?.
Soekirman. 2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya : untuk keluarga dan masyarakat.
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Soetrisno, U., R. Rozanna, G. Sofia, Almasyuri & Muhilal. 2000. Kebugaran dan
produktivitas kerja tenaga kerja wanita selama berpuasa ramadhan.
Buletin Penelitian Kesehatan, 28, 447-452.
Soewondo. 2006. Hidup Sehat dengan Diabetes.
RSCM/FKUI. Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
Suhardjo. 1989. Sosio Budaya Gizi. Pusat Antar Universitas, IPB, Bogor.
_______. C.M. Kusharto. 1992. Prinsip-Prinsip Ilmu Gizi. Kanisius, Jakarta.
_______. L. J. Harper, B.J. Deaton & J.A. Driskel. 1986. Pangan, Gizi dan
Pertanian. UI Press, Jakarta.
Supriasa, I, B. Bakri & I. Fajar. 2001. Penilaian Status Gizi. Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Tedjapranata.
2007.
Ibadah puasa berpotensi meningkatkan derajat
kesehatan,asalkan sesuai panduan. Artikel Majalah Health Today 9,
(60-61).
U.S.S. Soetrisno. 2000. Perubahan masukkan energi dan air selama berpuasa
Ramadhan pada karyawan dengan berat badan normal dan lebih.
Jurnal Puslitbang Gizi Bogor, 4, (123-129).
Umid K,
Lampiran 1.
KODE
KUESIONER
Nama Responden
: _____________________________________
: _____________________________________
Lorong Asrama
: _____________________________________
Tanggal Wawancara
: _____________________________________
Mahasiswa Jalur
: _____________________________________
A. KARAKTERISTIK DIRI
1. Nama
: .
: .
: .
5. Penerimaan (Rp/bulan)
6. Pengeluaran (Rp/bulan)
: a) Pangan
: ....................................
: ................................................................
: ...........................................................
: ........................................
: ........................................
: ....................... gelas
: ...............................................................................
.................................................................................................................
13.
b) Langsung beraktivitas
b) Tidak
b) tidak
Jika YA, kapan waktu Anda untuk mencuci dan menyetrika?.............. hari
Kemudian berapa lama Anda melakukan kegiatan tersebut? ............. jam.
D. PENGETAHUAN GIZI
E. Manakah dari zat-zat gizi berikut yang berfungsi untuk pertumbuhan dan
pemeliharaan jaringan tubuh :
-
Lemak
c) Karbohidrat
Protein
d) Tidak tahu
F. Pada saat pertumbuhan tubuh banyak memerlukan zat gizi, pada usia
berapakah pertumbuhan fisik akan mulai berhenti?
-
35 tahun
c) 18 tahun
25 tahun
d) Tidak tahu
kacang-kacangan
tidak tahu
b) B
c) C
d) D
e) tidak tahu
c) lemak
b) energi
d) tidak tahu
c) sayur-sayuran
b) ikan
d) tidak tahu
a) KEP
c) Anemia
b) Marasmus
d) Tidak tahu
c) 5 kalori
b) 9 kalori
d) tidak tahu
c) jambu biji
b) apel
d) tidak tahu
c) lemak
b) protein
d) tidak tahu
c) jeruk
b) susu
d) tidak tahu
b) B
c) C
d) tidak tahu
b) 6 gelas
c) 8 gelas
d) tidak tahu
b) zat pembangun
c) zat pengatur
d) tidak tahu
Malam
Jenis Bahan
Makanan
Nama Makanan
Nasi
Ikan mas goreng
Tempe bacem
Nasi
Ayam bumbu kecap
paha
Mie goreng
Permen
Es mambo
Stik Keju kiloan
bag
Jumlah dimakan
URT
Gram
1 prg
1 ptg
1 ptg
1 prg
1 ptg
Pembelian
Pembelian
Pembelian
Pembelian
Pembelian
1 pk
2 bh
1 bks
dr kg
Memasak
Pembelian
Pemberian
Pemberian
Ket**
(Hari/tanggal : )
Waktu
Sahur
Buka
Malam
Nama Makanan
Jenis Bahan
Makanan
Jumlah dimakan
URT
Gram
Keterangan**
(Hari/tanggal : )
Waktu
Sahur
Buka
Malam
Nama Makanan
Jenis Bahan
Makanan
Jumlah dimakan
URT
Gram
Keterangan**
Aktivitas
Pagi
(bangun tidur
12.00)
Siang
(12.00 17.00)
Malam
(17.00 tidur)
Keterangan**
(Hari/Tanggal : .........................................)
Waktu
Jam
Aktivitas
Pagi
(bangun tidur
12.00)
Siang
(12.00 17.00)
Malam
(17.00 tidur)
Keterangan**
b) Tidak
Jika YA, sebutkan jenis sayuran yang biasa Anda konsumsi ......................
Alasannya .....................................................................................................
5. Apakah Anda mengkonsumsi buah-buahan setiap hari?
a) Ya
Jika
b) Tidak
YA,
sebutkan
jenis
buah-buahan
yang
biasa
Anda
konsumsi ......................
Alasannya .....................................................................................................
6. Apakah Anda terbiasa minum susu setiap hari?
a) Ya
b) tidak
b) tidak
b) tidak
b) sering
c) kadang-kadang
d) tidak pernah
10. Jenis makanan yang biasa dikonsumsi saat sarapan pagi adalah ..............
......................................................................................................................
11. Pukul berapa Anda sarapan pagi? Jam ............... WIB
12. Pukul berapa Anda makan siang? Jam ................ WIB
13. Pukul berapa Anda makan malam? Jam .............. WIB
14. Bagaimana cara Anda mendapatkan makanan dan apa alasannya?
(Berilah tanda silang pada pilihan jawaban berikut dan berikan alasannya)
a) Membeli di warung makan,
Alasannya : ......................................................................................
b) Melalui jasa catering,
Alasannya : ......................................................................................
c) Memasak sendiri,
Alasannya : ......................................................................................
H. AKTIVITAS PRA RAMADAN
1. Pukul berapa Anda setiap hari bangun pagi? Jam ............... WIB
2. Berapa lama (jam) rata-rata Anda kuliah dalam sehari? .............. jam/hari.
3. Pada jam berapa biasanya Anda merasa sangat lelah? Jam ............. WIB
4. Apakah Anda biasa tidur siang? a) Ya b) tidak
Jika YA, berapa lama Anda (rata-rata) tidur siang? ........... jam.
5. Jika jawaban no. 6 YA,
a) Pada jam berapa (rata-rata) Anda tidur siang? Jam ............... WIB
b) Berapa lama Anda tidur siang? Jam ................... WIB
6. Kapan biasanya Anda mengerjakan tugas/laporan?
(Silang jawaban yang menurut Anda benar)
a) Malam hari
b) Di sela-sela kuliah/praktikum
c) Lainnya, sebutkan ...................................................................................
7. Kapan biasanya Anda mulai tidur? Jam ...................... WIB
8. Apakah Anda selalu melaksanakan puasa sunah? a) Ya
b) tidak
b) Tidak
b) Tidak
YA,
kapan
waktu
Anda
untuk
mencuci
dan
b) tidak
menyetrika?
I.
Nama
Makanan
Jenis Bahan
Makanan
Jumlah
dimakan
URT
Gram
Keterangan*
*
Pagi
(06.00 11. 00)
Siang
(12.00 17. 00)
Malam
(18.00 tidur)
** = Sumber/asal pangan :
1 = Memasak sendiri
2 = Pembelian
3 = Pemberian
URT = Ukuran Rumah Tangga
co/ prg : piring, gls : gelas, sdk : sendok, cngkr : cangkir, mngk : mangkok
Nama
Makanan
Jenis Bahan
Makanan
Jumlah
dimakan
URT
Gram
Keterangan**
Pagi
(06.00 11. 00)
Siang
(12.00 17. 00)
Malam
(18.00 tidur)
** = Sumber/asal pangan :
1 = Memasak sendiri
2 = Pembelian
3 = Pemberian
URT = Ukuran Rumah Tangga
co/ prg : piring, gls : gelas, sdk : sendok, cngkr : cangkir, mngk : mangkok
Jam
Aktivitas
Keterangan**
Pagi
(bangun tidur
12.00)
Siang
(12.00 17.00)
Malam
(17.00 tidur)
Jam
Aktivitas
Keterangan**
Pagi
(bangun tidur
12.00)
Siang
(12.00 17.00)
Malam
(17.00 tidur)
Lampiran 2.
Statistik Berat Badan, Tinggi Badan dan Indeks Massa Tubuh (IMT)
Berat badan (kg)
Statistik
N
Range
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
Variance
Pra Ramadan
Ramadan
Pasca Ramadan
41
44.20
36.60
80.80
51.2902
9.65598
93.238
41
40.20
37.40
77.60
50.1122
9.03848
81.694
41
44.20
38.80
83.00
50.9951
9.57596
91.699
Pra Ramadan
Ramadan
Pasca Ramadan
41
19.20
145.20
164.40
155.1439
4.68701
21.968
41
23.00
142.00
165.00
155.2098
4.97463
24.747
41
19.20
145.80
165.00
155.3220
4.56697
20.857
Waktu
Pra-Ramadhan
Ramadhan
Pasca-Ramadhan
Lampiran 3
Pola perubahan Indeks Massa Tubuh (IMT)
Pra
Ramadan
Kurus
Kurus
Kurus
Normal
Normal
Normal
Gemuk
Gemuk
Gemuk
Total
Ramadan
Kurus
Kurus
Normal
Normal
Kurus
Gemuk
Normal
Normal
Gemuk
Pasca
Ramadan
Kurus
Normal
Normal
Normal
Kurus
Normal
Normal
Gemuk
Gemuk
n
4
1
1
24
4
1
1
1
4
41
%
9.8
2.4
2.4
59
9.8
2.4
2.4
2.4
9.8
100
Lampiran 4.
Durasi Aktivitas pra Ramadan dan Ramadan
I. Kegiatan tugas pokok
kuliah
belajar
mengerjakan tugas
konseling
memfoto coppy
mengetik
apel pagi
ke perpustakaan
perjalanan
persiapan kuliah
n
39
34
9
1
1
3
10
4
14
12
n
8
11
1
2
1
15
1
7
kegiatan sosial
mengobrol
menonton TV
perkumpulan kampus
mendengarkan radio
kegiatan asrama
pengajian al-huriyah
tarhib ramadhan
n
9
6
11
1
9
1
1
n
2
1
n
35
23
28
32
3
25
2
4
Pra Ramadan
%
Durasi (menit)
95
267
83
135
22
142
2.4
300
2.4
60
7.3
117
24
47
9.8
90
34
70
29
56
Total
1283
%
20
27
2
5
2
37
2
17
Total
%
22
15
27
2
22
2
2
Total
%
5
2
Total
%
85
56
68
78
7.3
61
5
10
Total
Durasi (menit)
48
69
25
105
5
61
10
55
378
Durasi (menit)
80.5556
55
135
105
92
60
68
595
Durasi (menit)
80
150
230
Durasi (menit)
393
98
57
74
80
85
60
173
1020
n
40
27
23
1
1
5
17
22
n
2
25
1
2
1
23
3
6
1
kegiatan sosial
mengobrol
menonton TV
mentoring
perkumpulan kampus
mendengarkan radio
kegiatan asrama
rapat
buka shaum bersama
n
5
4
2
4
1
4
2
3
n
3
n
37
41
33
33
8
35
4
4
Ramadan
%
Durasi (menit)
98
297
66
148
56
158
2
120
2
60
12
114
42
51
54
42
Total
991
%
5
61
2
5
2
56
7
15
2
Total
%
12
9.8
5
10
2
10
5
7
Total
%
7
Total
%
90
100
81
81
20
85
10
10
Total
Durasi (menit)
30
42
57
5
10
53
13
33
10
253
Durasi (menit)
47
113
90
49
60
33
90
120
600
Durasi (menit)
145
145
Durasi (menit)
275
95
40
74
97
162
63
124
930
Variabel
Pembanding
Koefisien (p)
pra Ramadan-Ramadan
0.000*
Ramadan-pasca Ramadan
0.001*
0.260**
pra Ramadan-Ramadan
0.001*
Ramadan-pasca Ramadan
0.037**
0.120**
Ramadan-pasca Ramadan
0.018**
pra Ramadan-Ramadan
0.000*
Konsumsi Sayur
pra Ramadan-Ramadan
0.000*
Konsumsi Buah
pra Ramadan-Ramadan
0.000*
Konsumsi Susu
pra Ramadan-Ramadan
0.005*
pra Ramadan-Ramadan
0.000*
Berat Badan
Filename:
SKRIPSI ALL
Directory:
C:\Documents and Settings\Ria\My
Documents\SOoN\SKRIPSI
Template:
Normal.dot
Title:
STUDI TENTANG KONSUMSI PANGAN, STATUS
GIZI DAN AKTIVITAS FISIK SAAT PUASA DAN TIDAK PUASA PADA
MAHASISWA PUTRI TINGKAT PERSIAPAN BERSAMA INSTITUT
PERTANIAN BOGOR
Subject:
Author:
User
Keywords:
Comments:
Creation Date:
5/23/2008 11:27:00 AM
Change Number:
1
Last Saved On:
5/23/2008 11:37:00 AM
Last Saved By:
User
Total Editing Time: 8 Minutes
Last Printed On:
5/23/2008 11:38:00 AM
As of Last Complete Printing
Number of Pages: 95
Number of Words:
21,645 (approx.)
Number of Characters: 135,282 (approx.)