You are on page 1of 14

PAPER KOLOKIUM

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Nama

Kusumasari

NRP

H351080041

Program Studi

Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

Judul Penelitian

Evaluasi

Efektivitas

Lingkungan

Kawasan

Pembayaran
Mata

Air

Gunung Ciremai
Komisi Pembimbing

1. Prof. Dr. Ir. Akhmad Fauzi, M.Sc


2. Dr. Ir. Ahyar Ismail, M.Ag

Kelompok/ Bidang Ilmu

Hari / Tanggal

Waktu

Tempat

Ilmu-ilmu Sosial

I. PENDAHULUAN

Jasa
Paniis

I.I Latar Belakang


Air yang bersumber dari mata air tidak hanya digunakan oleh masyarakat lokal,
tetapi juga dimanfaatkan oleh penduduk yang berada di wilayah hilirnya yang secara
administratif berbeda. Interaksi antara kawasan hulu dan kawasan hilirnya dalam
pengelolaan dan pemanfaatan air adalah erat. Kawasan hulu sebagai zona resapan
sumber air dan kawasan hilirnya sebagai pengguna air memiliki hubungan yang erat
dalam upaya untuk mewujudkan pengelolaan air berkelanjutan, Oleh karena itu
diperlukan penerapan pengelolaan bersama antara penyedia jasa lingkungan di daerah
hulu dan pengguna jasa lingkungan di hilir melalui mekanisme pembayaran jasa
lingkungan. Pembayaran jasa lingkungan ini telah diterapkan di Provinsi Jawa Barat,
khususnya pada kawasan Gunung Ciremai.
Kawasan Gunung Ciremai sebagian besar berada di Kabupaten Kuningan
Provinsi Jawa Barat memiliki sumber air minum berupa mata air yang cukup
melimpah. Aliran air yang berasal dari mata air tidak hanya dimanfaatkan oleh
penduduk di wilayah Kabupaten Kuningan, tetapi juga dimanfaatkan untuk memasok
kebutuhan air bagi daerah-daerah di daerah hilirnya seperti Kota Cirebon.
Kota Cirebon sendiri merupakan pengguna utama sumber mata air Paniis Kawasan
Gunung Ciremai. Atas dasar itu kemudian Kabupaten Kuningan menuntut Kota
Cirebon untuk melakukan pembayaran jasa lingkungan.
Pelaksanaan pembayaran jasa lingkungan antara Kabupaten Kuningan dan Kota
Cirebon bukan semata-mata tanpa masalah, karena dalam perjalanannya semenjak
tahun 2004 kedua daerah ini terus mencari formula yang tepat dalam melakukan
pengelolaan kawasan sumber mata air. Hal ini menyebabkan pemerintah dihadapkan
pada pertimbangan terkait dengan program pembayaran jasa lingkungan tersebut,
apakah program tersebut efektif dalam upaya konservasi sumber mata air Paniis yang
merupakan sumber air bagi Kota Cirebon.
Atas pertimbangan tersebut penulis tertarik untuk melakukan kajian Evaluasi
Efektivitas Pembayaran Jasa Lingkungan Kawasan Sumber Mata Air Paniis Gunung
Ciremai. Kajian ini akan memberikan informasi mengenai kondisi perbaikan kualitas
perlindungan tata hidrologi melalui pembayaran jasa lingkungan dari Kota Cirebon
kepada Kabupaten Kuningan.
1.2 Perumusan Masalah

Kawasan hulu sebagai zona resapan sumber air dan kawasan hilirnya sebagai
pemanfaat sumber air memiliki hubungan yang erat dalam upaya untuk mewujudkan
pengelolaan air berkelanjutan, Acreman (2004) menyebutkan bahwa upaya
perlindungan ekosistem kawasan sumber air yang umumnya berada di bagian hulu
merupakan salah satu pilar penting dalam pengelolaan air berkelanjutan. Kondisi ideal
ini tidak mudah diwujudkan karena adanya masalah-masalah dalam manajemen
sumberdaya air. Keterbatasan pendanaan sering kali menjadi kendala dalam
pengelolaan sumber daya alam tersebut dengan baik sehingga dikhawatirkan suatu
saat nanti sumber daya alam tersebut mengalami degradasi yang akan merugikan
berbagai pihak.
Kawasan Gunung Ciremai yang sebagian besar berada di Kabupaten Kuningan
Propinsi Jawa Barat memiliki sumber air minum berupa mata air yang cukup
melimpah. Salah satu daerah yang merupakan sumber mata air yang digunakan
sebagai air minum atau PDAM adalah sumber mata air Paniis. Adanya pemanfaatan
ekonomi yang dilakukan oleh masyarakat sekitar sumber mata air Paniis secara tidak
langsung dapat merusak ekosistem hutan yang merupakan pelindung dari sumber
mata air Paniis. Pemanfaatan ekonomi yang berlebihan yang akan merusak ekosistem
hutan dapat ditanggulangi melalui adanya hubungan hulu dan hilir dengan mekanisme
pembayaran jasa lingkungan masyarakat sekitar sumber mata air Paniis.
Kemudian pada tahun 2004, Kabupaten Kuningan menuntut adanya
pembayaran jasa lingkungan kepada Kota Cirebon dengan ancaman pengurangan
pasokan air apabila Kota Cirebon tetap menggunakan jasa lingkungan secara gratis.
Kemudian atas dasar tersebut dilakukan nota kesepakatan antara Kabupaten Kuningan
dan Kota Cirebon berupa perjanjian kerjasama pengelolaan sumber mata air Desa
Paniis Kecamatan Pasawahan Kabupaten Kuningan. Dalam perjanjian kerjasama yang
terbaru, No 10/2009/No.690/Perj.I-Adm

nilai pembayaran yang dibayarkan oleh

PDAM Kota Cirebon adalah Rp. 80,00 per meter kubik setelah dikurangi toleransi
kebocoran 20%. Dengan pemberian dana dilaksanakan setiap tanggal 15 pada bulan
pertama setiap triwulannya. Berjalannya kesepakatan tersebut menimbulkan
pertimbangan apakah program tersebut efektif dalam upaya konservasi sumber mata
air Paniis.
Berdasarkan uraian diatas, beberapa masalah yang akan dibahas dalam
penelitian ini meliputi :

1. Bagaimana mekanisme pembayaran jasa lingkungan yang telah dilaksanakan


di Kota Cirebon?
2. Bagaimana kuantitas air yang mengalir ke masyarakat Kota Cirebon sebelum
dan sesudah pelaksanaan pembayaran jasa lingkungan ?
3. Bagaimana kondisi lingkungan kawasan sumber mata air Paniis sebelum dan
sesudah pelaksanaan pembayaran jasa lingkungan ?
4. Bagaimana pelaksanaan kelembagaan pembayaran jasa lingkungan yang telah
dilaksanakan ?
5. Bagaimana efektivitas dari pelaksanaan program pembayaran jasa lingkungan
kawasan sumber mata air Paniis ?
I.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah
1. Mengidentifikasi mekanisme pembayaran jasa lingkungan di Kota Cirebon
2. Mengidentifikasi kualitas dan kuantitas air yang mengalir ke masyarakat Kota
Cirebon sebelum dan sesudah pelaksanaan pembayaran jasa.
3. Mengidentifikasi kondisi lingkungan kawasan sumber mata air Paniis sebelum
dan sesudah pelaksanaan pembayaran jasa lingkungan .
4. Mendeskripsikan pelaksanaan kelembagaan pembayaran jasa lingkungan yang
telah dilaksanakan
5. Menganalisis efektivitas pelaksanaan program pembayaran jasa lingkungan
kawasan sumber mata air Paniis
Adapun manfaat penelitian ini yaitu untuk memberikan informasi mengenai
evaluasi efektivitas pelaksanaan pembayaran jasa lingkungan kawasan sumber
mata air Paniis, Gunung Ciremai.
II. KERANGKA PEMIKIRAN
Aspek kebijakan yang penting dalam pemanfaatan air minum yang berasal dari
Kawasan Gunung Ciremai adalah mekanisme pengelolaan kawasan sumber air.
Kebijakan tersebut harus dilaksanakan berkelanjutan dalam kaitan pemenuhan
kebutuhan air minum tingkat lokal dan lintas wilayah. Kontribusi air terhadap
pembangunan ekonomi dan sosial juga sangat vital sehingga seiiring bertambahnya
penduduk dan pembangunan ekonomi, fungsi ekonomi dan sosial air sering terganggu
karena semakin kritisnya suplai air, sementara permintaan semakin meningkat.
Menurut Flint (2003) salah satu syarat pengelolaan air yang berkelanjutan
diindikasikan oleh adanya upaya perlindungan terhadap sumber-sumber air dari
acaman degradasi hal ini sesuai dengan UU No.32 tahun 2009 bahwa konservasi

sumber daya alam diperlukan dalam pengelolaan sumber daya alam untuk menjamin
pemanfaatannya secara bijaksana serta kesinambungan ketersediaannya dengan tetap
memelihara dan meningkatkan kualitas nilai serta keanekaragamannya.
Ironisnya saat ini perlindungan sumber air ini masih belum dilakukan secara
serius, hal ini disebabkan oleh adanya masalah ekonomi, sosial serta kelembagaan
yang terjadi di masyarakat. Adanya ketidakpedulian masyarakat pengguna air karena
kurangnya pengetahuan tentang pentingnya pelestarian kawasan Gunung Ciremai
kemudian adanya pemahaman perbedaan wilayah dan telah dipenuhinya pembayaran
tagihan PDAM menyebabkan pelestarian kawasan sumber air dianggap bukan
menjadi tanggung jawab penduduk di Kota Cirebon. Adanya orientasi ekonomi dalam
perubahan fungsi lahan hutan menjadi lahan pertanian juga dapat menyebabkan
penurunan kualitas lingkungan di kawasan sumber mata air Desa Cipaniis. Kemudian
masalah pengaturan imbal jasa diantara pemilik serta pengguna sumber mata air juga
belum jelas diatur hal ini menyebabkan perlunya suatu bentuk pengelolaan kawasan
sumber mata air yang berbasis pembayaran jasa lingkungan.
Menurut Cruz (2000), biaya untuk penggunaan air yang berasal dari sumber
air dalam kawasan hutan belum memasukan biaya perlindungan dan pengelolaan yang
sebenarnya (underestimated), oleh karena itu menurut Ramdani (2006), upaya untuk
mengestimasi kemampuan pengguna air minum dalam membantu membiayai
konservasi kawasan sumber air perlu diteliti. Nilai kontribusi konservasi dari
pengguna air minum merupakan pendekatan PES atas jasa hidrologis kawasan
Gunung Ciremai yang dimanfaatkan oleh pengguna air minum. Bagi pengguna air
minum yang berada di bagian hilir, nilai kontribusi konservasi tersebut merupakan
bentuk dari kontribusi hilir untuk membantu melestarikan kawasan sumber air minum
di bagian hulu.
Dalam pelaksanaannya, pembayaran jasa lingkungan yang telah dilaksanakan
antara Kota Cirebon dan Kabupaten Kuningan ini belum diketahui efektifitasnya.
Evaluasi efektivitas ini diperlukan dalam rangka perbaikan kebijakan dalam
perlindungan kawasan sumber mata air Paniis yang pada akhirnya dapat berkontribusi
bagi masyarakat kedua daerah tersebut terutama dalam penyediaan air minum bagi
Kota Cirebon dan perlindungan kawasan hutan bagi Kabupaten Kuningan. Alur pikir
penelitian, yang menggambarkan hubungan

antara masalah penelitian, tujuan

penelitian, serta metode analisis disajikan pada Gambar 1.

Kawasan Sumber Mata Air Paniis

Penyedia Air Minum Kota Cirebon

Mekanisme Pembayaran Jasa Lingkungan

Evaluasi Efektivitas Pembayaran Jasa Lingkungan

Perilaku

Sebelum

Manfaat

Kelembagaan

Biaya

Sesudah

Aturan UU
Manfaat Langsung

Perilaku Masyarakat
Debit Air
Kondisi Hutan yang dikonservasi

Manfaat Tidak Langsung

CVM

Multinomial Logit

Organisasi

Gambar 1. Alur Pikir Penelitian :

Analisis Efektivitas
Biaya

III. METODE PENELITIAN


3.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yaitu Kota Cirebon dan Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa
Barat. Penelitian akan dilaksanakan pada bulan April 2012. Alasan penentuan lokasi
karena pelaksanaan pembayaran jasa lingkungan antara kedua Kota dan Kabupaten ini
cukup menarik untuk diteliti.
3.2 Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan data
sekunder. Data primer yang digunakan diperoleh dari wawancara langsung dengan
responden melalui kuisioner. Sedangkan data sekunder yang digunakan dalam
penelitian ini diperoleh dari berbagai instansi pemerintahan di lokasi penelitian dan
instansiinstansi yang terkait dengan program pembayaran jasa lingkungan, data
sosial-demografis penduduk Kota Cirebon dan Kabupaten Kuningan.
Tabel I, Matriks Penelitian
Tujuan
1.

2.

3.

4.

5.

Mengidentifikasi mekanisme
pembayaran jasa lingkungan di Kota
Cirebon

Metode
Analisis
Deskriptif

Jenis Data
Data primer dan
Data Sekunder

Sumber Data
Wawancara dengan instansi
terkait (PDAM Kota Cirebon,
Dinas Kehutanan dan
Perkebunan Kabupaten
Kuningan, Balai Konservasi
Taman Nasional Gunung
Ciremai
Wawancara instansi terkait
(PDAM Kota Cirebon) dan
wawancara
masyarakat
pelanggan PDAM

Mengidentifikasi kuantitas air yang


mengalir ke masyarakat Kota
Cirebon sebelum dan sesudah
pelaksanaan
pembayaran
jasa
lingkungan
Mengidentifikasi kondisi
lingkungan kawasan sumber mata
air paniis sebelum dan sesudah
pembayaran jasa lingkungan /
proporsi nilai pembayaran jasa
lingkungan yang digunakan untuk
konservasi
Mendeskripsikan pelaksanaan
kelembagaan pembayaran jasa
lingkungan yang dilaksanakan

Deskriptif

Data primer dan


Data sekunder

Deskriptif

Data primer dan


Data sekunder

Wawancara instansi terkait


(Balai Konservasi Taman
Nasional Gunung Ciremai,
Perhutani Kab. Kuningan,
Kepala desa terkait)

Game theory

Data primer dan


Data sekunder

Menganalisis
efektivitas
pembayaran
jasa
lingkungan
kawasan sumber mata air Paniis

Analisis
efektivitas
biaya, Analisis
regresi
multinomial

Data primer dan


Data sekunder

Wawancara instansi terkait


(PDAM
Kota
Cirebon,
Pemerintah Kab. Kuningan,
Kepala desa terkait)
Wawancara dengan instansi
terkait , wawancara dengan
masyarakat

3.3 Penentuan Sampel Penelitian


Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang tinggal di kawasan Kota
Cirebon yang menggunakan air yang berasal dari PDAM Kota Cirebon. Penentuan
sample dilakukan secara purposive. Pemilihan teknik pengambilan sampel secara
purposive ini dikarenakan adanya keterbatasan seperti besarnya jumlah pengguna air

PDAM di Kota Cirebon, sehingga responden yang diambil adalah jenis pelanggan
PDAM terbesar yaitu pelanggan rumah tangga.
Jumlah sample diambil dengan menggunakan teknik pengambilan contoh
sosial ekonomi yang dikembangkan oleh Fauzi (2001) yaitu :

..3.1
Keterangan :
n

= Jumlah sampel yang diambil

= Jumlah populasi (yang diketahui dan diperkirakan)

= Standar deviasi yang berhubungan dengan tingkat kepercayaa (lihat tabel Z


statistik)

= Tingkat akurasi/presisi (biasanya antara 0,05 atau 0,01)


Jumlah pengguna PDAM rumah tangga yang ada di Kota Cirebon adalah

192.433 kepala keluarga (PDAM Kota Cirebon (2011), sehingga berdasarkan rumus
Fauzi (2001) didapatkan sample sebesar 68 responden, dimana dari 5 Kecamatan
masing-masing diambil 14 responden.
3.4 Metode Analisis Data
3.4.1 Analisis Efektivitas Biaya
Analisis efektivitas biaya adalah bentuk dari analisis ekonomi yang
membandingkan biaya pengeluaran dan manfaat yang dihasilkan dari dua kegiatan
atau lebih. Penelitian merupakan penelitian cross - sectional dengan melihat data
sekunder yang diambil dari nilai biaya yang dikeluarkan oleh PDAM Kota Cirebon
pada periode pelaksanaan program pembayaran jasa lingkungan dan pada periode
sebelum pelaksanaan program pembayaran jasa lingkungan. Perhitungan biaya
ditinjau dari sisi pengguna jasa lingkungan terhadap biaya langsung (direct cost) yang
dikeluarkan selama adanya program pembayaran jasa lingkungan.
3.4.2 Analisis Desain Model Kelembagaan Pembayaran Jasa Lingkungan
Analisis ini dilakukan secara deksriptif, dalam analisis ini akan dibahas pola
hubungan antar stakeholder yang secara umum adalah pihak pemerintah Kota Cirebon
dan pemerintah Kabupaten Kuningan dalam memainkan peranannya untuk mencapai
tujuan yang diharapkan yakni terjaminnya kelestarian fungsi hutan. Pola hubungan

antar stakeholder dapat dipahami dengan menggunakan pendekatan Teori


permainan (Game theory).
Analisis game teori berguna mengkaji persoalan riil yang saat ini dihadapi
oleh Pemerintah Kota Cirebon (PDAM) dan Pemerintah Kabupaten Kuningan dalam
pelaksanaan pembayaran jasa lingkungan. Dalam teori permainan,biasanya terdapat
dua bentuk strategi yang diterapkan oleh masing-masing pihak adalah strategi yang
bersifat cooperatif (bekerjasama) dan non-cooperatif (tidak mau bekerjasama). Pada
strategi cooperatif, peranan yang dimainkan oleh suatu pihak ditetapkan dengan
mempertimbangkan dampak negatifnya bagi pihak lawan. Sebaliknya dalam strategi
non-cooperative, tanpa mempertimbangkan dampak negatifnya bagi pihak lawan, dan
bahkan tindakan yang diperankan justru cenderung merupakan suatu tindakan
pembalasan yang dapat merugikan pihak lawan. Dalam hal ini, pertimbangan yang
melandasi penetapan peran oleh masing-masing pihak lawan. Dalam hal ini,
pertimbangan yang melandasi penetapan peran oleh masing-masing pihak lebih
didasarkan pada kepentingan pribadi.
Adapun matrik pay off dari permainan, disajikan pada tabel berikut ini :
Pemerintah Kabupaten Kuningan

Pemerintah Kota Cirebon (PDAM Kota Cirebon)


Cooperative
(A)

Non Cooperative
(B)

Cooperative
(A)

(A,A)*

(A,B)*

Non-cooperative
(B)

(B,A)*

(B,B)*

Ket: * adalah nilai-nilai pay off dari setiap kombinasi strategi


Tabel 2. Matriks pay off permainan antara Pemerintah Kota Cirebon dan Pemerintah
3.4.3 Analisis Multinomial Logit Pembayaran Jasa Lingkungan
Variabel terikat
y = 0 , bila pembayaran jasa lingkungan diambil dari tagihan PDAM bulanan
y = 1, bila pembayaran jasa lingkungan dibayar langsung sebagai pajak lingkungan
y = 2, bila pembayaran jasa lingkungan dilakukan secara sukarela
Variabel bebas
1.Variabel individu
a. besaran Bid, 3 kategori =

1. Rp. 50 /
2. Rp. 80 /

3. Rp. 100 /
b. Usia
c. Pendapatan
d.Asal, 2 kategori =

1. Asli Cirebon bernilai 1


2. Luar Cirebon bernilai 0

DAFTAR PUSTAKA
Acreman, M. 2004. Water and Ecology. United Nations Educational, Scientific, and
Cultural Organizations (UNESCO). Paris
Asian Development Bank (ADB). 2001. Handbook for Economic Analysis of Water
Supply Projects. Http : //www.adb.org//.
Bandaragoda, D.J. 2000. A Framework for Institutional Analysis for Water Resources
Management in River Basin Context. International Water Management Institute.
Colombo.
Bawa, KS,Seidler R dan Raven PH. 2004. Reconciling Conservation Paradigms.
Conservation Biology 18 (4): 859-860
Carson, R.T. 1991. Constructed markets. In J. Braden and C. Kolstad (eds.),
Measuring the demand for environmental commodities, Amsterdam: NorthHolland.
Cruz, R.V.O. , L.A. Bugayong, P.C. Dolom, and N.O.Esperitu. 2000. Market- Based
Instruments for Water Resource Conservation in Mt Makiling, Philippines : A
Case Study. Paper for the 8th Biennal Conference of The International
Association for the Study of Common Property, 31 May 4 June 2000 at
Bloomington, Indiana.
Darusman, D. 2002. Pembenahan Kehutanan Indonesia. Lab Politik dan Sosial
Kehutanan Fakultas Kehutanan IPB dan Yayasan Dani Hanafiah. Bogor.

Departemen Pekerjaan Umum. 1990. Pola Induk Sistem Penyediaan Air Bersih
Kabupaten Kuningan. Departemen Pekerjaan Umum. Jakarta.
Dixon, A.J. & P.B.Sherman. 1990. Economics of Protected Areas A New Look at
Benefits and Costs. Earthscan Publications Ltd, London
Djunaedi, H. 2007. Kajian Efektivitas Pengolahan Limbah Cair Rumah Sakit (Studi
Kasus Rumah Sakit di Wilayah DKI Jakarta). Disertasi. Sekolah Pasca Sarjana
IPB, Bogor
Fauzi, A. 2004. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan. PT. Gramedia
Pustaka Umum. Jakarta.
Fauzi, A. 2006. Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Jakarta : Gramedia
Pustaka Utama.
_____________. 2007. Istrumen Ekonomi untuk Pengelolaan Lingkungan.
Laporan disampaikan kepada DANIDA Denmark dan Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional (BAPPENAS) RI.
_____________.2009. Mekanisme Pembayaran
Konservasi Laut Berau. WWF-TNC

Jasa

Lingkungan

Kawasan

Ferraro, PJ dan Kiss A. 2002. Direct Payments to Conseve Biodiversity. Science 298
(5599): 1718-1719
Flint, R.W. 2003. The Sustainable Development of Water Resources. Http:
//www.sustainabledevelopmentsolutions.com.[10 Jul 2003].
Garrod, G dan Kenneth G. Willis. 1999. Economics Valuation of The Environmental.
Edward Elgar Publishing, Inc. Massachussetts.
Johnson, N., A.White, and D.P. Maitre. 2001. Developing Markets for Water Services
from Forests : Issues and Lessons for Innovators. Forest Trends. Washington,
DC.
Kartodihardjo, H, K. Murtilaksono, H.S. Pasaribu, U.Sudadi, dan N. Nuryartono.
2000. Kajian Institusi Pengelolaan DAS dan Konservasi Tanah. K3SB Bogor.
Kay, J. 2003. Analisis Tata Guna Lahan dan Ekonomi Kelembagaan Mengarah
Kepada Pengelolaan Hutan Berkelanjutan. Thesis. Program Pascasarjana. IPB.
Bogor. Tidak dipublikasikan.
Kliot, N. and D.Shmueli. 2001. Development of institutional frameworks for the
management of transboundary water resources. Int.J.Global Environmental
Issues, Vol.1, Nos.3/4, 2001.

Leimona B, Suyanto S Permana RP, dan Chandler F. 2004. Review of Development of


Environmental Services and Their Impact on The Poor. The International
Institute for Environment and Development (IIED). London
Landell-Mills, Natasha dan Porras, Ina. 2009. Peluru Perak atau Emas Loyang?.
Srikandi Kathryn, penerjemah. Terjemahan dari : Silver Bullet or Fool Gold?.
The International Institute for Environment and Development : London.
Prabantoro, G. 2010. Mengukur Kelayakan Ekonomis Proyek Sistem Informasi
Manajemen Menggunakan Metode Cost & Benefits Analysis Dan Aplikasinya
Dengan
MS
EXCEL
2000.
www.geocities.ws/gatot_prabantoro/cost_n_benefit_analysis.pdf
Pyndik R, Rubinfeld DL. 1998. Econometric Model and Economic Forecast. Third
Edition. New York : McGraw-Hill Book Company, Inc. 634 p.
Ramdan, H. 2006. Pengelolaan Sumber Air Minum Lintas Wilayah. Disertasi Program
Doktoral Institut Pertanian Bogor. Tidak dipublikasikan.
Ramanathan. 1997. Introductory Economics with Applications. Philadelphia :The
Dryden Press.
Rasmusen, E. 1990. Games and Information An Introduction to Game Theory.
University Press, Cambridge.
Reksohadiprodjo, S dan A.B. P. Brodjonegoro. 1997. Ekonomi Lingkungan : Suatu
Pengantar. BPFE-Yogyakarta
Richard, T, Carson, Nicholas E, F, Norman F, M. 2001. Contingent Valuation :
Controversies and Evident. Environmental and Resourse Economic. 19 : 173210. Kluwer Academic Publishers. Netherland.
Salafsky N,Margoluis R, Redford KH. 2001. Adaptive management: A tool
for conservation practitioners.Washington (DC):World Wildlife Fund.
Sarwan, S., T.W. Subijanto, and C. Rogers. 2003. Development of Water Rights in
Indonesia. Paper International Working Conference on Water Rights :
Instirutional Options for Improving Water Allocation. Hanoi, Vietnam, February
12-15, 2003.
Soekanto, S. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta:
Sumarman. 2006. Kajian Kompensasi Air Baku untuk Air Bersih dari Pemerintah
Kota Cirebon ke Pemerintahan Kabupaten Kuningan. Thesis Pascasarjana
Universitas Diponegoro. Semarang. Tidak dipublikasikan.
Syakya, 2005. Analisis Willingness To Pay (WTP) dan Strategi Pengembangan Objek
Wisata Pantai Lampuk Di Nanggroe Aceh Darussalam. Tesis Sekolah Pasca
Sarjana Institut Pertanian Bogor. Tidak dipublikasikan.

Weinstein, Milton C., 1996. From Cost-Effectiveness Ratios to Resource Allocation:


Where to Draw the Line? in Valuing Health Care (ed., Frank A. Sloan),
Cambridge University Press, New York, New York, 1996, 77-98.
Widarjono A. 2005. Ekonometrika Teori dan Aplikasi, untuk ekonomi dan bisnis,
Ekonisia, Yogyakarta
Wunder S, 2005. Payment for Environmental Services: Some Nuts and Bolts.
Research. Center for International Forestery Research.
_________, 2007. The Efficiency of Payments for Environmental Services in Tropical
Conservation. Conservation Biology, 21 (1), 48-88

You might also like