You are on page 1of 8

APPENDISITIS

1. Anatomi Dan Fisiologi Appendix


Appendiks terletak di ujung sakrum kira-kira 2 cm di bawah anterior ileo saekum,
bermuara di bagian posterior dan medial dari saekum. Pada pertemuan ketiga taenia
yaitu: taenia anterior, medial dan posterior. Secara klinik appendiks terletak pada daerah
Mc. Burney yaitu daerah 1/3 tengah garis yang menghubungkan SIAS kanan dengan
umbilicus.3
Panjang apendiks rata-rata 6 9 cm. Lebar 0,3 0,7 cm. Isi 0,1 cc, cairan bersifat basa
mengandung amilase dan musin. Letak appendix: 4
1. Laterosekal: di lateral kolon asendens.
2. Di daerah inguinal: membelok ke arah di dinding abdomen.
3. Pelvisminor.
2. Definisi
Apendisitis adalah peradangan pada apendix vermiformis (Pierce dan Neil, 2007).
Apendisitis merupakan kasus laparatomi tersering pada anak dan juga pada orang dewasa
(Ahmadsyah dan Kartono, 1995). Hampir 7% orang barat mengalami apendisitis dan
sekitar 200.000 apendiktomi dilakukan di Amerika Serikat tiap tahunnya. Insidens
semakin menurun pada 25 tahun terakhir, namun di negara berkembang justru semakin
meningkat, kemungkinan disebabkan perubahan ekonomi dan gaya hidup (Lawrence,
2006).
Apendisitis

adalah

peradangan

pada

apendiks

vermiformis. Apendisitis

merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering terjadi. Penyakit ini dapat
mengenai semua umur baik laki-laki maupun perempuan namun paling sering kita
temukan pada laki-laki berusia 10-30 tahun. Apendisitis biasanya disebabkan
penyumbatan lumen apendiks oleh hyperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing,
striktur karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya, atau neoplasma. Obstruksi lumen
apendiks menyebabkan bendungan mukus yang diproduksi mukosa. Lama kelamaan,
bendungan mucus semakin bertambah banyak dan elastisitas dinding apendiks semakin
berkurang sehingga menyebabkan peningkatan tekanan intra lumen. Tekanan tersebut
akan menghambat aliran cairan limfe sehingga terjadilah edema, diapedesis bakteri dan
ulserasi mukosa. Keadaan ini disebut apendisitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri
epigastrium. Bila sekresi mucus terus berlangsung, tekanan intra lumen apendiks semakin
meningkat. Akibatnya terjadi obstruksi vena, edema semakin bertambah dan bakteri akan
menembus dinding appendiks. Peradangan akan meluas hingga mengenai peritoneum

setempat sehingga timbul rasa nyeri di daerah kanan bawah. Keadaan ini disebut
apendisitis supuratif akut. Bila aliran arteri terganggu,

akan terjadi infark dinding

apendiks yang diikuti oleh terbentuknya ganggren. Keadaan ini disebut apendisitis
gangrenosa. Bila dinding apendiks yang rapuh tersebut pecah, terjadi apendisitis
perforasi.
3. Etiologi
a. Menurut Syamsyu hidayat, 2004 :
Fekalit/massa fekal padat karena konsumsi diet rendah serat.
Tumor apendiks.
Cacing ascaris.
Erosi mukosa apendiks karena parasit E. Histolytica.
Hiperplasia jaringan limfe.
b. Menurut Mansjoer , 2000 :
Hiperflasia folikel limfoid.
Fekalit.
Benda asing.
Striktur karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya.
Neoplasma.
c. MenurutMarkum, 1996 :
Fekolit
Parasit
Hiperplasia limfoid
Stenosis fibrosis akibat radang sebelumnya
Tumor karsinoid
Penyebab yang diduga dapat menyebabkan apendisitis adalah erosi mukosa
apendiks karena parasit seperti E. Histolytica. Penelitian epidemiologi menunjukkan
peran kebiasaan makan makanan rendah serat dan pengaruh konstipasi terhadap
timbulnya apendisitis. Konstipasi akan meningkatkan tekanan intrasekal, yang berakibat
timbulnya sumbatan fungsional apendiks dan meningkatnya pertumbuhan kuman flora
kolon biasa. Semuanya akan mempermudah terjadinya apendisitis sakut. Obstruksi lumen
merupakan penyebab utama apendisitis. Fekalit merupakan penyebab tersering dari
obstruksi apendiks. Penyebab lainnya adalah hipertrofi jaringan limfoid, sisa barium dari
pemeriksaan roentgen, diet rendah serat, dan cacing usus termasuk ascaris.
Radang usus buntu timbul ketika usus buntu tersumbat oleh benda keras di dalam
tinja atau bengkaknya cabang kelenjar getah bening pada usus yang dapat terjadi oleh
karena berbagai macam infeksi. Pada kasus yang sama, usus buntu bengkak, dan kuman

dapat berkembang di dalamnya. Penyebabnya hampir selalu akibat obstruksi lumen


appendix oleh apendikolit, fekalomas (tinja yang mengeras), parasit (biasanya cacing
ascaris), benda asing, karsinoid, jaringan parut, mukus, dan lain-lain (Subanada, dkk,
2007, Price dan Wilson, 2006).
4. Patogenesis
Jarang, benda asing dan cacing juga dapat menyebabkan radang usus buntu. Jika
radang usus buntu tidak dapat dikenali atau diobati, usus buntu bisa pecah, membuat
kantung meradang di luar usus tersebut (abscess) atau keluarnya isi dari usus buntu dan
masuk ke rongga perut, menyebabkan peradangan yang serius (peritonitis). Pada sekitar
25 % anak-anak dengan radang usus buntu, usus buntunya sudah pecah ketika dalam
perjalanan menuju rumah sakit.(Anonymous, 2009).
Appendiks vermiformis merupakan sisa apeks sekum yang belum diketahui
fungsinya pada manusia. Struktur ini berupa tabung yang panjang, sempit (sekitar 6- 9
cm), dan mengandung arteria apendikularis yang merupakan suatu arteria terminalis.
Patogenesisutamanyakarenaadanyaobstruksi lumen, yang biasanya disebabkan oleh
fekalit (feses keras yang terutama disebabkan oleh serat. Penyumbatan pengeluaran secret
mucus mengakibatkan terjadinya pembengkakan, infeksi dan ulserasi. Bila keadaan ini
dibiarkan berlangsung terus biasanya mengakibatkan nekrosis, gangrene dan perforasi.
Tahapan Peradangan Apendisitis :
Apendisitis akuta (sederhana, tanpa perforasi)
Apendisitis akuta perforate (termasuk apendisitis gangrenosa, karena dinding
apendiks sebenarnya sudah terjadi mikro perforasi)
1) Simple appendicitis acuta non obstruktif:
Biasanya yang mula-mula terserang oleh bakteri adalah mukosa (Catarrhal
Appendicitis) menyebar keluar dinding appendix menjadi udem dan pembuluh
darah vasodilatasi (merah) hemoragik infarks nekrosis kecil-kecil (ganggren)
ulkus kecil-kecil serosa terkena (serosa appendiks = serosa peritoneum)
memberikan reaksi untuk mengeluarkan fibrin eksudat yang putih omentum
begerak menuju appendix untuk melokalisir/radang.
Jika sembuh, jaringan appendix diganti dengan jaringan ikat sehingga dapat
menimbulkan obstruksi. Ini akan menimbulkan CHRONIC APPENDICITIS atau
APPENDICITICIS ACUTA lagi.
2) Gejala appendicitis acuta dengan peritonitis generalisata:

Pasien tampak payah, sakit berat (toksis), perforasi menjalar ke seluruh


abdomen, perut nyeri dan tegang di seluruh abdomen walaupun punctum maximum
mungki di sebelah kanan, nyeri dan febris tinggi, kedaan umum jelek. Karena
fungsiolesa maka fungsi usus terhenti (tidak berkontraksi) sehingga terjadi
pembentukkan gas perut kembung paralitik ileus muntah-muntah (regurgitasi).
5. Diagnosis
a. Anamnesis
Pada kasus apendisitis akut, gejala awal adalah nyeri atau rasa tidak enak
di sekitar umbilicus. Gejala ini umumnya berlangsung lebih dari 1 atau 2 hari.
Dalam beberapa jam nyeri bergeser ke kuadran kanan bawah dengan disertai
anoreksia, mual dan muntah. Apabila terjadi rupture appendiks, tanda perforasi
dapat berupa nyeri, nyeri tekan, dan spasme. Penyakit ini sering disertai oleh
hilangnya nyeri secara dramatis untuk sementara. Gambaran klinik apendisitis
akut :
- Nyeri mulai di epigastrium atau region umbilicus disertai mual dan anoreksi.
- Nyeri pindah ke kanan bawah dan menunjukkan tanda rangsangan peritoneum
lokal di titik McBurney seperti : nyeri tekan, nyeri lepas, defans muskuler.
- Nyeri rangsangan peritoneum tidak langsung seperti : nyeri tekan bawah pada
tekanan kiri (Rovsing), nyeri kanan bawah bila tekanan di sebelah kiri dilepaskan
(Blumberg), nyeri kanan bawah bila peritoneum bergerak seperti nafas dalam,
berjalan, batuk, mengedan.
Menurut Betz, Cecily, 2000 :
Sakit, kram di daerah periumbilikus menjalar ke kuadran kanan bawah
Anoreksia
Mual
Muntah, (tanda awal yang umum, kurang umum pada anak yang lebih besar).
Demamr ingan di awal penyakit dapat naik tajam pada peritonotis.
Nyeri lepas.
Bising usus menurun atau tidak ada sama sekali.
Konstipasi.
Diare.
Disuria.
Iritabilitas.
Gejala berkembang cepat, kondisi dapat didiagnosis dalam 4 sampai 6 jam
setelah munculnya gejala pertama.
b. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi pada foto tidak dapat menolong untuk menegakkan
diagnose apendisitis akut, kecuali bila terjadi peritonitis, tapi kadangkala dapat
ditemukan gambaran sebagai berikut: Adanya sedikit fluid level disebabkan karena
adanya udara dan cairan. Kadang ada fecolit (sumbatan). Pada keadaan perforasi

ditemukan adanya udara bebas dalam diafragma.


Laboratorium
Pemeriksaan darah : lekosit ringan umumnya pada apendisitis sederhana lebih
dari 13000/mm3 umumnya pada apendisitis perforasi. Tidak adanya lekositosis tidak
menyingkirkan apendisitis. Hitung jenis: terdapat pergeseran ke kiri. Pemeriksaan
urin : sediment dapat normal atau terdapat lekosit dan eritrosit lebih dari normal bila
apendiks yang meradang menempel pada ureter atau vesika. Pemeriksaan
laboratorium Leukosit meningkat sebagai respon fisiologis untuk melindungi tubuh
terhadap mikroorganisme. Pada apendisitis akut dan perforasi akan terjadi lekositosis
yang lebih tinggi lagi. Hb (hemoglobin) nampak normal. Laju endap darah (LED)
meningkat pada keadaan apendisitis infiltrat. Urine rutin penting untuk melihat apa

ada infeksi pada ginjal.


6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan apendisitis tergantung dari nyeri apendisitisnya akut atau kronis.
Penatalaksanaan ada dua cara yaitu non bedah (non surgical) dan pembedahan
(surgical).2,4,11,12,13
a. Non bedah (non surgical)
b. Bedah
- Batasi diet dengan makan sedikit dan sering.
- Minum cairan adekuat pada saat makan untuk membantu pasase makanan.
- Makan perlahan dan mengunyah sempurna untuk menambah saliva pada
makanan.
- Hindari makan dan minum 3 jam sebelum istirahat untuk mencegah masalah
refluks nonturnal.
- Tinggikan kepala tidur 6-8 inchi untuk mencegah refluks nonturnal.
- Turunkan berat badan bila kegemukan untuk menurunkan gradient
tekanangastroesophagus
- Hindari tembakau, salisilat, dan fenibutazon yang dapat memperberat esofagistis
b. Bedah
Appendiktomi adalah operasi pengangkatan appendik. Appendix, bagianmenonjol
dari usus besar (sekum), secara umum telah dianggap sebagai organ tidakpenting yang

dapat diangkat tanpa kehilangan fungsi tubuh yang signifikan. Namundemikian, itu
adalah bagian dari jaringan limfoid usus (Galt), jaringan penting di manarespon imun
dimulai. Apendiks menghasilkan sejumlah kecil lendir yang biasanyamengalir ke usus
besar.Apendektomi dilakukan sebagai pengobatan untuk infeksi danperadangan usus
buntu (apendisitis). Karena sifat dari tanda-tanda dan gejala dariapendisitis akut,
diagnosis tidak pernah pasti sampai appendix diperiksa selamalaparatomi eksplorasi atau
laparoskopi. Indikasi apendiktomi, yaitu:
a.
b.
c.
d.
e.

Apendisitis akut.
Apendisitis kronik
Peri appendicular infiltrate dalam stadiu tenang (a-Froid)
Appendiks terbawa pada laparatomi operasi VU.
Appendisitis perforasi.
Macam insisi pada appendiktmi:
a. Gridiron incises (Mc. Burney incision)
* Insisi tegak lurus garis Mc. Burney
* Caecum lebih mudah dipegang
* Kontaminasi kuman minimal
b.Insisi paramedian kanan
* Caecum lebih sukar dipegang
* Kontaminasi lebih besar
*Pada wanita, sekaligus adnexa, genitalia interna meragukan.
c. Insisi transversal prosedur appendiktomi
Operasi mungkin dilakukan menggunakan insisi terbuka atau melalui
laparoskopi. Pada appendiktomi terbuka, sebuah sayatan kecil (insisi
McBurney) dibuat di dinding perut. insisi dibuat di sisi kanan bawah perut, di
sekitar appendix atau dilakukan insisi tranversal 5 cm atau oblik dibuat di atas
titik maksimal nyeri tekan atau massa yang dipalpasi pada fosa iliaka kanan.
Otot dipisahkan ke lateral rektus abdominalis. Kemudian menentukan lokasi
dan memeriksa appendik. Jika tidak ada komplikasi yang melibatkan jaringan
sekitarnya, Mesenterium apendikular dan dasar apendiks diikat dan apendiks
diangkat. Tonjolan ditanamkan ke dinding sekum dengan menggunakan jahitan
purse string untuk meminimalkan kebocoran intra abdomen dan sepsis.
Jika fokal infeksi (abses) terbentuk, maka akan dibersihkan. Kavum peritoneum
dibilas dengan larutan tetrasiklin dan luka ditutup. Diberikan antibiotic

profilaksis untuk mengurangi luka sepsi pasca operasi yaitu metronidazol


supositoria. Insisi kemudian ditutup dan prosedur selesai.12
Dalam kebanyakan kasus, ahli bedah memilih prosedur laparoskopi untuk
mengangkat appendix di mana kamera video kecil (laparoskop) dimasukkan ke
dalam perut melalui sayatan yang sangat kecil. Selama prosedur laparoskopi,
digunakan kamera video untuk melihat rongga perut dan isinya. Karena daerah
perut dapat dilihat dengan mudah, teknik ini sangat berguna ketika diagnosis
apendisitis tidak jelas. alat-alat bedah khusus yang dapat dimasukkan melalui
Insisi kecil digunakan untuk mengangkat appendix dengan cara yang sama
seperti untuk prosedur bedah konvensional terbuka.12
Meskipun pendekatan laparoskopi dapat memakan waktu lebih lama untuk
melakukan, manfaat dari bedah laparoskopi termasuk ketidaknyamanan pasca
operasi dan waktu pemulihan lebih cepat. Dalam kasus appendicitis
perforasi,metode laparatomi eksplorasi mungkin lebih disukai karena terkait
denganinsiden yang lebih sedikit dari abses perut pasca operasi.12
7. Komplikasi
Beberpa komplikasi yang dapat terjadi :
Perforasi
Keterlambatan penanganan merupakan alasan penting terjadinya perforasi.
Perforasi appendix akan mengakibatkan peritonitis purulenta yang ditandai dengan
demam tinggi, nyeri makin hebat meliputi seluruh perut dan perut menjadi tegang dan
kembung. Nyeri tekan dan defans muskuler di seluruh perut, peristaltik usus menurun

sampai menghilang karena ileus paralitik (Syamsuhidajat, 1997).


Peritonitis
Peradangan peritoneum merupakan penyulit berbahaya yang dapat terjadi dalam
bentuk akut maupun kronis. Keadaan ini biasanya terjadi akibat penyebaran infeksi dari
apendisitis. Bila bahan yang menginfeksi tersebar luas pada permukaan peritoneum
menyebabkan timbulnya peritonitis generalisata. Dengan begitu, aktivitas peristaltik
berkurang sampai timbul ileus paralitik, usus kemudian menjadi atoni dan meregang.
Cairan dan elektrolit hilang ke dalam lumen usus menyebabkan dehidrasi, gangguan
sirkulasi, oligouria, dan mungkin syok. Gejala : demam, lekositosis, nyeri abdomen,
muntah, Abdomen tegang, kaku, nyeri tekan, dan bunyi usus menghilang (Price dan

Wilson, 2006).
Massa Periapendikuler

Hal ini terjadi bila apendisitis gangrenosa atau mikroperforasi ditutupi


pendindingan oleh omentum. Umumnya massa apendix terbentuk pada hari ke-4 sejak
peradangan mulai apabila tidak terjadi peritonitis generalisata. Massa apendix dengan
proses radang yang masih aktif ditandai dengan keadaan umum masih terlihat sakit, suhu
masih tinggi, terdapat tanda-tanda peritonitis, lekositosis, dan pergeseran ke kiri. Massa
apendix dengan proses meradang telah mereda ditandai dengan keadaan umum telah
membaik, suhu tidak tinggi lagi, tidak ada tanda peritonitis, teraba massa berbatas tegas
dengan nyeri tekan ringan, lekosit dan netrofil normal (Ahmadsyah dan Kartono, 1995).
Komplikasi yang paling sering ditemukan adalah perforasi, baik berupa perforasi
bebas maupun perforasi pada apendiks yang telah mengalami pendindingan berupa massa
yang terdiri atas kumpulan apendiks, sekum, dan lekuk usus halus. Perforasi dapat
menyebabkan timbulnya abses lokal ataupun suatu peritonitis generalisata. Tanda-tanda

terjadinya suatu perforasi adalah :


Nyeri lokal pada fossa iliaka kanan berganti menjadi nyeri abdomen menyeluruh
Suhu tubuh naik tinggisekali.
Nadi semakin cepat.
Defance Muskular yang menyeluruh
Bising usus berkurang
Perut distended

8. Prognosis
Dengan diagnosis dan pembedahan yang cepat, tingkat mortalitas dan morbiditas
penyakit ini sangat kecil. Angka kematian lebih tinggi pada anak dan orang tua. Apabila
appendiks tidak diangkat, dapat terjadi serangan berulang.

You might also like