Professional Documents
Culture Documents
I. TUJUAN
Setelah melaksanakan praktikum ini diharapkan mahasiswa dapat :
1. Mempelajari sifat adsorpsi pada suatu zat.
2. Menentukan persamaan adsorpsi isometrisnya.
II. KESELAMATAN KERJA
1. Reagenia bekas pakai kumpulkan dalam botol tersendiri sesuai
jenisnya.
2. Karbon aktif bekas pakai dkumpulkan dalam wadah tersendiri.
3. Hindari membuang bahan yang bias menyumbat buangan air.
4. Jika terkena reagensia tersebut segera cuci dengan air sabun sampai
bersih.
5. Bila akan menggunakan mesin pengocok harap diperhatikan tegangan
listrik yang dibutuhkan.
6. Pada saat pengocokan erlenmayer dalam keadaan tertutup.
7. Hati-hati bekerja dengan larutan kimia (lihat MSDS).
III.
DASAR TEORI
Zata Pada umumnya mempunyai sifat untuk menarik molekul-molekul
gas atau zat cair pada permukaanya. Peristiwa ini disebut adsorpsi. Luas
permukaan zat padat dalam hal ini mempunyai pengaruh yang sangat besar.
Zat padat yang sifat kimia sama, tetapi luas permukaanya berbeda, yang satu
kecil dan yang lainnya lebih besar (porous) maka luas permukaannya lebih
besar (porous) akan lebih banyak mengadakan adsorpsi.
Luas permukaan zat padat dapat dibedakan menjadi dua yaitu luas
permukaan luar dan luas permukaan dalam. Luas permukaan luar adalah luas
permukaan yang memang kelihatan dari luar, misalnya zat padat yang
berbentuk silinder dengan tinggi I dan radiusnya r, maka zat padat
tersebut mempunyai luas permukaan luar=2r+2rl.
Luas permukaan dalam disebabkan karena adanya pori-poti didalam zat
padat tersebut. Pori-pori meskipun panjang dan radiusnya hanya beberapa A0,
tetapi karena jumlahnya sangat banyak sekali, akibatnya luas permukaannya
sangat besar disbanding dengan luas permukaan luar.
Tenaga adsorpsi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu adsorpsi
fisika dan adsorpsi kimia. Adsorpsi fisika mempunyai tenaga yang rendah
dapat
dipisahkan
menjadi
komponen-komonennya
(chromatography)
Banyaknya zat yang diadsoprsi oleh sejumlah adsorbent yang tertentu
berbanding langsung dengan konsentrasi zat tersebut dalam larutannya.
Makin besar konsentrasinya, akan semakin besar yang diadsorpsi.
Pada peristiwa adsorpsi terjadi kesetimbangan antara zat yang masih
bebas dalam larutan dan zat yang diadsorpsi. Besarnya harga kesetimbangan
selain dipengaruhi oleh macamnya zat pelarut juga dipengaruhi oleh
temperaturenya.
Pada umumnya banyaknya zat yang diadsorpsi bertambah jika
temperaturenya diturunkan. Pengaruh konsentrasi larutan terhadap adsorpsi
dapat dinyatakan menurut persamaan freundlich, sebagai berikut
x
=kc n
m
Keterangan
X= berat molekul
M= berat adsorbent
C= konsentrasi zat dalam larutan
N= tetapan
K= tetapan adsorpsi, yang sangat dipengaruhi oleh
temperature dan macam adsorbent
2
Apabila persamaan tersebut diatas ditulis dalam bentuk log, maka akan
diperoleh persamaan :
log
X
=n log c +log k
m
Grafik antara
log
X
m
Keterangan
:
Log k = intercept = I
n = tg = slope
lawan log c akan memberikan garis yang lurus. Persamaan
freundlich tersebut diatas didasarkan atas percobaan empiris, sehingga persamaan ini hanya
berlaku untuk beberapa pasangan saja.
Selain persamaan freundlich, ada lagi persamaan adsorpsi isothrtm yang penjabarannya
didasarkan atas pemikiran secara teoritis, yaitu persamaan Langmuir.
X
c
=
m 1+ c
Atau dapat ditulis
x 1
= + c
X
m
Keterangan
:
1
=intercept =l
1
=slope=tg
x
X
m
1. Larutan asam asetat (CH3COOH) 0.1 N; 0.2 N; 0.4 N; 0.6 N; 0.8 N; 1.0 N
2. Larutan NaOH 0.2 N
3. Adsorben : resin atau karbon aktif
4. Indicator phenol phtalein
b. Peralatan
1. Erlenmeyer, kapasitas 100 mL (6 buah)
2. Erlenmeyer dengan tutup, kapasitas 250 mL (6 buah)
3. Buret, kapasitas 50 mL (1 buah)
4. Mesin pengocok (1 unit)
5. Kertas saring whatman 40 l
V. LANGKAH KERJA
1. Lakukan pemeriksaan normalitas (N) untuk masing-masing larutan asam asetat
yang telah tersedia, dengan teliti.
2. Caranya : ambil dengan pipet 5 mL tiap-tiap larutan asam asetat tersebut diatas,
masukkan ke dalam Erlenmeyer dan tambahkan 3 tetes indicator PP, kemudian
masing-masing larutan tersebut di titrasi dengan larutan NaOH 0.2 N sampai tepat
terjadi perubahan warna.
3. Timbang resin atau karbon aktif sebanyak 1-2 gram dengan gelas arloji, sebanyak
6 buah.
4. Ambil (dengan pipet) 25 mL masing masing larutan asam asetat, masukkan ke
dalam erlenmeyer dengan tutup. Tambahkan adsorpben yang telah ditimbang tadi
ke dalam masing-masing larutan ini.
5. Tutup rapat dan kocok dengan mesin pengocok selama 30 menit.
6. Saring masing-masing campuran di atas dengan kertas saring whatman dn
masing-masing fitratnya di pipet 5 mL, masukkan ke dalam Erlenmeyer
kemudian di titrasi dengan larutan NaOH 0.2 N menggunakan indicator PP.
VI.
HASIL PENGAMATAN
Perhitungan
Setiap 25 mL larutan CH3COOH dapat diketahui berapa gram yang diadsorpsi oleh resin
atau karbon aktif dengan berat tertentu. Perbedaan jumlah larutan NaOH 0.2 N yang
diperlukan untuk menetralisir CH3COOH sebelum dan sesudah adsorpsi adalah sama
dengan jumlah CH3COOH yang diadsorpsi.
Contoh
Pada larutan CH3COOH 0.1 N
Sebelum adsorpsi :
5 mL CH3COOH 0.1 N
Untuk 25 mL CH3COOH 0.1 N
Sesudah adsorpsi
5 mL CH3COOH 0.1 N
Untuk 25 mL CH3COOH 0.1 N
= a mL NaOH 0.2 N
= 5.a mL NaOH 0.2 N
= b mL NaOH 0.2 N
= 5.b ml NaOH 0.2 N
Berat
s asam
adsorbent
asetat
0.1 N
0.2 N
0.4 N
0.6 N
0.8 N
1.0 N
1
2
3
4
5
6
No
Normalita
(gr)
1.8659
1.8401
1.8003
1.8090
1.9316
1.8015
Asam
alitas
Adsorp
0.2 N
Asetat
As.
bent
Sebelum
1
2
0.1 N
0.2 N
1.8659
1.8401
0.4 N
1.8003
9.4 mL
1.75 mL
4.75 mL
8.75 mL
13.8 mL
18.3 mL
22.0 mL
Berat
Adsorpsi
V
N
2.25 mL 0.09
5.3 mL 0.212
2.25 mL
5.3 mL
9.4 mL
14.3 mL
19.6 mL
23.8 mL
Norm
Asetat
NaOH 0.2 N
sebelum
sesudah
0.6 N
0.8 N
1.0 N
1.8090
1.9316
1.8015
0.376
14.3 mL 0.572
19.6 mL 0.784
23.8 mL 0.952
Sesudah
Asam asetat
teradsorpsi
0.03
0.033
0.039
0.03
0.078
0.072
x
m
x
m
0.0160
0.01790
0.02160
0.01658
0.04038
0.03996
log
Log c
c
x
m
x
m
terads
Adsorpsi
V
N
1.75 mL 0.07
4.75 mL 0.19
0.03
0.033
0.0160
0.0179
-0.7958
-0.7471
-1.045
-0.673
5.625
11.8435
8.75 mL 0.35
0.039
0
0.0216
-1.665
-0.424
17.407
0.03
0
0.0165
-1.78
-0.242
34.499
0.078
8
0.0403
-1.3938
-0.105
19.415
0.072
8
0.0399
-1.3983
-0.021
23.8238
13.8 mL 0.552
18.3 mL 0.732
22.0 mL 0.912
orpsi
VII.
5 x 2.255 x 1.75
x 0.2 x 60=0.03 gram
1000
X 2=
5 x 5.35 x 4.75
x 0.2 x 60=0.033 gram
1000
X 3=
5 x 9.45 x 8.75
x 0.2 x 60=0.039 gram
1000
X 4=
5 x 14.35 x 13.8
x 0.2 x 60=0.03 gram
1000
X 5=
5 x 19.65 x 18.3
x 0.2 x 60=0.078 gram
1000
X 6=
5 x 23.85 x 22.8
x 0.2 x 60=0.072 gram
1000
PERTANYAAN
1. Buatlah grafik antara log
x
m
-0.02
-0.11
-0.2
-0.24
-0.4
-0.42
-0.6
-0.67
-0.8
-1
-1.05
-1.2
Log
x/m
Log c
2. mencari grafik
c
x
m
vs c
Grafik
1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
Log
c/x/m
VIII.
adsorben, asam asetat dengan berbagai konsentrasi sebagai adsorbat serta larutan NaOH
0,2 N sebagai larutan standar. Larutan asam asetat yang telah dibuat dalam berbagai
konsentrasi dimasukkan arang aktif dan didiamkan selama 30 menit dengan dilakukan
pengocokan dengan mesin shaker. Peristiwa adsorpsi yang terjadi bersifat selektif dan
spesifik dimana asam asetat lebih mudah teradsorbsi dari pelarut (air), karena arang aktif
(karbon) hanya mampu mengadsorpsi senyawa-senyawa organik.
Perubahan konsentrasi asam asetat sebelum dan sesudah adsorpsi dapat
diketahui dengan cara mentitrasi filtrat yang mengandung asam asetat dengan larutan
standar NaOH 0,2 N. Konsentrasi awal asam asetat mempengaruhi volume titrasi yang
digunakan. Semakin besar konsentrasinyanya semakin banyak larutan NaOH yang
digunakan. Hal ini disebabkan karena semakin besar konsentrasi, letak antara
molekulnya semakin berdekatan sehingga susah untuk mencapai titik ekivalen pada
saat proses titrasi.
Pengadsorpsian zat oleh zat lain pada dasarnya disebabkan oleh ketidak
jenuhan gaya-gaya antar molekul pada permukaan karbon aktif. Ketelitian temperature
sangat berpengaruh pula terhadap naik turunnya temperature adsorpsi.
Fungsi pengadukan (pengocokan) karbon aktif pada percobaan ini bertujuan
Meningkatkan frekuensi antara adsorbent (karbon aktif) dan adsorbat (asam asetat)
sehingga jumlah arang yang menempel pada larutan dapat maksimal, mempercepat
proses kesetimbangan adsorpsi sehingga jumlah zat teradsorpsi dapat ditentukan dan
IX.
X.
XI.