Professional Documents
Culture Documents
Kata Kunci: Tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance/
GCG), Badan Usaha Milik Negara, Persero, UU No. 19 Tahun 2003 tentang
Badan Usaha Milik Negara, dan UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas.
I. Latar Belakang
Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 (UUD Tahun 1945) menyebutkan bumi dan air dan kekayaan alam
yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk
sebesar-besar kemakmuran rakyat. Berpijak pada Pasal 33 ayat (3) UUD Tahun
1945, dibentuklah perusahaan negara yaitu Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
sebagai unit usaha yang mengelola kekayaan alam untuk kesejahteraan rakyat.
Peneliti Muda Bidang Hukum Ekonomi pada Pusat Pengkajian Pengolahan Data dan Informasi
(P3DI), Sekretariat Jenderal DPR RI, alamat e-mail: cahyaningrum@yahoo.com.
Hambatan Implementasi Tata......
463
Privatisasi adalah penjualan saham Persero baik sebagian maupun seluruhnya, kepada pihak
lain dalam rangka meningkatkan kinerja dan nilai perusahaan, memperbesar manfaat bagi negara
dan masyarakat, serta memperluas pemilikan saham oleh masyarakat (Pasal 1 angka 12 UU No.
19 Tahun 2003).
464
kerja lainnya. Berdasarkan data, sampai saat ini UMKM telah mempekerjakan
dua pertiga dari seluruh angkatan kerja yang berjumlah 106,9 juta orang.3
Namun BUMN diragukan kemampuannya untuk dapat menjalankan
fungsi dan perannya tersebut dengan baik mengingat kondisi BUMN yang cukup
memprihatinkan. Sebagaimana dikemukakan Ibrahim, BUMN baik yang dibentuk
untuk kepentingan profit (bisnis) maupun non profit (kepentingan umum)
dipersepsikan oleh publik sebagai perusahaan yang sangat tidak efisien dan
sangat tidak efektif, amburadul, salah urus, manajemen by kuasa, dan sarat
dengan korupsi-kolusi. Hal ini dibuktikan oleh sejarah BUMN yang selalu
dijadikan sapi perahan atau sumber mencari dana bagi yang berkuasa untuk
kepentingan pribadi maupun kelompok.4
Buruknya kondisi BUMN yang berbentuk Persero tentu saja patut
disayangkan karena mengakibatkan tujuan Persero untuk mengejar keuntungan
belum tercapai dengan baik, padahal negara sangat membutuhkan dana apalagi
dalam kondisi krisis keuangan global seperti sekarang ini. Buruknya kondisi
Persero mengindikasikan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik (good
corporate governance/GCG) belum diimplementasikan dengan baik. Oleh karena
itu untuk memperbaiki kondisi tersebut, salah satu sasaran peningkatan
pengelolaan BUMN pada tahun 2008 adalah meningkatkan pelaksanaan tata
kelola usaha yang baik pada BUMN.5
Melalui upaya tersebut diharapkan BUMN, khususnya yang berbentuk
Persero dapat menjalankan perannya secara optimal, memberikan manfaat bagi
keuangan negara, dan mampu menjawab tantangan dan persaingan tingkat tinggi
(hyper-competition) baik di tingkat nasional, regional, maupun internasional.
Kemampuan bersaing ini penting sehubungan dengan adanya globalisasi
Kemal Syamsuddin (Pemerhati Kebijakan Publik dan Direktur Eksekutif Institute for National),
Peran BUMN Mengatasi Pengangguran, http://www.freelists.org/post/nasional_list/ppiindiaPeran-BUMN-Mengatasi-Pengangguran,1, diakses tanggal 18 Februari 2009.
4
Ibrahim R, Landasan Filosofis dan Yuridis Keberadaan BUMN: Sebuah Tinjauan, Jurnal Hukum
Bisnis, volume 26-No.1-Tahun 2007, hal. 5-14.
5
BAB 20 Peningkatan Pengelolaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), http://www.bappenas.go.id/
index.php?module=Filemanager&func=download&pathext=ContentExpress/RKP%202008/
Rancangan%20Awal/Buku2/&view=Bab%2020%20-%20Narasi.pdf, diakses tanggal 20 Februari
2009
Hambatan Implementasi Tata......
465
Globaliasasi ekonomi dapat didefinisikan sebagai mendunianya kegiatan ekonomi dan keterikatan
ekonomi. Kegiatan perekonomian tidak lagi mengenal batas kenegaraan, bukan lagi sekedar
internasional tapi bahkan transnasional. Transnasionalisasi kegiatan perekonomian tersebut tidak
hanya terbatas pada aspek perdagangan dan keuangan, melainkan meluas ke aspek produksi
dan pemasaran, bahkan sumber daya manusia. Konsekuensi dari semua ini, perekonomian antar
negara semakin berkaitan erat dengan peristiwa ekonomi di sebuah negara yang akan dengan
cepat dan mudah merambah ke negara-negara lain (Dumairy, Perekonomian Indonesia, Jakarta:
PT Erlangga. 1996, hal. 10).
7
Kinerja BUMN, http://www.kapanlagi.com/h/0000148337.html, Kamis, 14 Desember 2006, diakses
tanggal 13 Februari 2008.
466
Sejarah Timbulnya Corporate Governance, ditulis pada 9 Oktober 2007 oleh Onvalue, http://
fe.elcom.umy.ac.id/mod/forum/discuss.php?d=2109, diakses tanggal 30 Juli 2009.
9
Ibid
10
Ibid
11
Mishardi Wilamarta, Hak Pemegang Saham Minoritas dalam Rangka Good Corporate Governance, Jakarta: UI Press, 2002, hal. 39-40.
Hambatan Implementasi Tata......
467
Budi Agus Riswandi, Percepatan Implementasi GCG dalam Pengelolaan BUMN: (Strategi dan
Upaya Pemberantasan Korupsi di Badan Usaha Milik Negara), Jurnal Keadilan, Vol. 4 No. I,
Tahun 2005/2006, hal.8-17
13
I Ketut Mardjana,Corporate Governance dan Privatisasi, Jurnal Reformasi Ekonomi, Vol. 1,
No. 2 (Oktober-Desember 2002, hal 30-31.
Hambatan Implementasi Tata......
469
14
15
470
Ibid
Hambatan Implementasi Tata......
471
17
Lihat Pasal 4 UU No. 40 Tahun 2007 dan Pasal 3 UU No. 19 Tahun 2003, yang mengamanatkan
perusahaan untuk tunduk pada peraturan perundang-undangan.
18
Wawancara dilakukan dengan Haryadi Sukamdani {Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia
(APINDO)}, Laporan Hasil Penelitian tentang Membangun Tata Kelola Perusahaan yang Baik
pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN), penelitian dilakukan pada Mei-September 2008.
472
Menteri adalah menteri yang ditunjuk dan/atau diberi kuasa untuk mewakili pemerintah selaku
pemegang saham negara pada Persero dan pemilik modal pada Perum dengan memperhatikan
peraturan perundang-undangan (Pasal 1 angka 5 UU No. 19 Tahun 2003).
Hambatan Implementasi Tata......
473
474
ini cukup penting agar Direksi dapat mengelola Persero secara independent,
terlepas dari campur tangan pihak mana pun.
Hal lain yang diatur dalam keseimbangan internal adalah hubungan
antara Persero dengan pemegang saham. Terkait dengan hal ini, Pasal 3 UU
No. 40 Tahun 2007 mengatur bahwa pemegang saham tidak bertanggung jawab
secara pribadi atas perikatan yang dibuat atas nama Perseroan (Persero) dan
tidak bertanggung jawab atas kerugian Perseroan melebihi saham yang dimiliki.
Namun demikian ketentuan tersebut tidak berlaku apabila: a) persyaratan
Perseroan sebagai badan hukum belum atau tidak terpenuhi; b) pemegang
saham yang bersangkutan baik langsung maupun tidak langsung dengan itikad
buruk memanfaatkan Perseroan untuk kepentingan pribadi; c) pemegang saham
yang bersangkutan terlibat dalam perbuatan melawan hukum yang dilakukan
oleh Perseroan; d) pemegang saham yang bersangkutan baik langsung maupun
tidak langsung secara melawan hukum menggunakan kekayaan Perseroan,
yang mengakibatkan kekayaan Perseroan menjadi tidak cukup untuk melunasi
utang Perseroan. Aturan lainnya yang mengatur hubungan Persero dengan
pemegang saham adalah Pasal 52 UU No. 40 Tahun 2007 yang memberikan
hak kepada pemegang saham untuk menghadiri dan mengeluarkan suara dalam
RUPS; menerima pembayaran dividen dan sisa kekayaan hasil likuidasi; dan
menjalankan hak lainnya berdasarkan UU No. 40 Tahun 2007.
Aturan lainnya yang penting dan merupakan bentuk perlindungan hukum
terhadap pemegang saham, khususnya pemegang saham minoritas adalah Pasal
61 dan Pasal 62 UU No. 40 Tahun 2007. Pasal 61 ayat (1) UU No. 40 Tahun
2007 memberikan hak kepada pemegang saham untuk mengajukan gugatan
terhadap Perseroan ke pengadilan negeri apabila dirugikan karena tindakan
Perseroan yang dianggap tidak adil dan tanpa alasan wajar sebagai akibat
keputusan RUPS, Direksi, dan/atau Dewan Komisaris. Sedangkan Pasal 62
ayat (1) UU No. 40 Tahun 2007 memberikan hak kepada pemegang saham
untuk meminta kepada Perseroan agar sahamnya dibeli dengan harga yang
wajar apabila yang bersangkutann tidak menyetujui tindakan Perseroan yang
merugikan pemegang saham atau Perseroan berupa: a) perubahan anggaran
dasar; b) pengalihan atau penjaminan kekayaan Perseroan yang mempunyai
nilai lebih dari 50% kekayaan bersih Perseroan; atau c) penggabungan,
peleburan, pengambilalihan, atau pemisahan.
Sedangkan terkait dengan keseimbangan eksternal, UU No. 19 Tahun
2003 juncto UU No. 40 Tahun 2007 mengatur hubungan eksternal antara Persero
dengan stakeholders di luar perusahaan (secondary stakeholders) seperti
Hambatan Implementasi Tata......
475
pengusaha kecil; menengah; dan koperasi; dan juga masyarakat. Hubungan ini
penting yaitu selain dapat meminimalisasi atau bahkan mengantisipasi benturan
kepentingan antara Persero dengan secondary stakeholders, Persero juga
diharapkan dapat memberikan manfaat bagi secondary stakeholders khususnya
bagi masyarakat yang ada di sekitar Persero. Sebagai contoh hubungan
eksternal tersebut adalah pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan/
Persero (Corporate Social Responsibility/CSR). Secara teoretik, CSR dapat
didefinisikan sebagai tanggung jawab moral suatu perusahaan terhadap para
strategic-stakeholdersnya, terutama komunitas atau masyarakat disekitar
wilayah kerja dan operasinya.20
Dalam UU No. 19 Tahun 2003 diatur bahwa dalam rangka melaksanakan
CSR, Persero dapat menyisihkan sebagian laba bersihnya untuk keperluan
pembinaan usaha kecil/koperasi serta pembinaan masyarakat sekitar BUMN
Pasal 88 ayat (1). Ketentuan ini merupakan upaya untuk mencapai salah satu
tujuan BUMN sebagaimana diatur dalam Pasal 2 ayat (1) UU No. 19 Tahun
2003, yaitu turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha
golongan ekonomi lemah, koperasi, dan masyarakat. Selain itu Persero dalam
batas kepatutan juga dapat memberikan donasi untuk amal atau tujuan sosial
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan (Pasal 90 UU No. 19
Tahun 2003).
Aturan tersebut merupakan penguatan dari Kepmen BUMN No. Kep236/MBU/2003 tentang Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan
Program Bina Lingkungan yang dibentuk pada tanggal 17 Juni 2003. Berdasarkan
Kepmen tersebut, BUMN memiliki dua program, yaitu:
a. Program Kemitraan BUMN (PK-BUMN) dengan usaha kecil, yang
menekankan pada peningkatan kemampuan usaha kecil agar cepat mandiri.
Dalam hal ini program kemitraan menyediakan dana pinjaman atau hibah.
b. Program Bina Lingkungan (PBL) yang ditujukan untuk pemberdayaan kondisi
sosial masyarakat (community development) oleh BUMN di wilayah usaha
masing-masing. PBL disalurkan dalam bentuk bantuan untuk membantu
meringankan beban korban bencana alam, peningkatan pendidikan dan/
atau pelatihan, peningkatan kesehatan, pengembangan prasarana dan
sarana umum, dan sarana rumah peribadatan.
20
Standarisasi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Bag. I), 17 Januari 2008, http://www.madaniri.com/2008/01/17/standarisasi-tanggung-jawab-sosial-perusahaan-bag-i/, diakses tanggal 19
Maret 2009.
476
21
Penjelasan UU No. 19 Tahun 2003, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4297.
Hambatan Implementasi Tata......
477
22
Wawancara dilakukan dengan Haryadi Sukamdani (Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia/APINDO), op. cit.
23
Kinerja BUMN, op.cit.
24
Pusat Kajian Kinerja Kelembagaan, Evaluasi Penerapan prinsip-Prinsip Good Corporate Governance pada BUMN dan BUMD, Info Kajian Lembaga Administrasi Negara, Volume 1, No. 1, Juli
2006, Jakarta: Biro POK Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia, 2006, hal. 1-10.
478
25
479
29
480
Ibrahim R, Landasan Filosofis dan Yuridis Keberadaan BUMN: Sebuah Tinjauan, op.cit.
Peran Negara dan Pasar Harus Dipisah Politisasi Rugikan BUMN, Media Indonesia, 23 Juni
2005
34
Aditiawan Chandra (Pegawai BUMN), Mengelola BUMN dalam Kemelut Campur Tangan
Stakeholder, diarsipkan di bawah BUMN, Politik, Taktik Manajemen oleh Aditiawan, 25 Januari
2007, http://businessenvironment.wordpress.com/2007/01/25/mengelola-bumn-dalam-kemelutcampur-tangan-stakeholders/. Diakses 18 Februari 2009.
33
481
35
36
Ibid
Kinerja BUMN, op.cit.
482
Kerugian tersebut tentu saja menjadi beban bagi keuangan negara dan
karenanya dalam Rapat Kerja dengan Komisi XI DPR RI pada tanggal 24 Januari
2008, Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani mengungkapkan kekecewaannya karena
pada saat harga komoditas di pasar dunia meningkat, pemerintah masih harus
memberikan modal ke BUMN.37 Oleh karena itu, sangatlah penting untuk
mengatasi berbagai hambatan tersebut agar GCG benar-benar dapat
dilaksanakan dengan baik pada Persero sehingga Persero nantinya dapat
menjalankan bisnisnya dengan baik dan menghasilkan keuntungan atau dana
yang sangat dibutuhkan oleh negara.
VI. Kesimpulan dan Saran
A. Kesimpulan
Persero sebagai perusahaan negara merupakan salah satu pelaku
ekonomi yang memiliki fungsi dan peran yang sangat penting dalam
pembangunan perekonomian untuk mensejahterakan rakyat. Dalam krisis
keuangan global seperti sekarang ini, Persero juga diharapkan dapat
menghasilkan keuntungan atau dana yang sangat dibutuhkan oleh negara. Agar
peran tersebut dapat dilaksanakan maka Persero harus dikelola dengan baik,
berdasarkan pada prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik (good
corporate governance/GCG) agar menjadi perusahaan yang efektif, efisien,
profesional, dan mampu bersaing di dunia bisnis baik di tingkat nasional, regional,
maupun internasional.
UU No. 19 Tahun 2003 dan UU No. 40 Tahun 2007 yang menjadi landasan
hukum Persero telah memberikan aturan yang dapat digunakan sebagai pedoman
untuk mengelola Persero secara baik berdasarkan pada prinsip-prinsip GCG.
Pengaturan tidak hanya mencakup keseimbangan internal yang mengatur
hubungan antara organ-organ Persero dalam suatu struktur Persero, melainkan
juga keseimbangan eksternal yang menekankan Persero untuk memperhatikan
hubungannya dengan seluruh stakeholder sebagai perwujudan dari pemenuhan
37
Lembaga Studi dan Advokasi untuk Perlindungan Aset Negara, Surat Terbuka untuk Presiden
RI, Menteri Ekonomi, Menneg BUMN, Kebijakan Pemerintah untuk Menyehatkan BUMN
Kontradiktif. http://www.opensubscriber.com/message/mediacare@yahoogroups.com/
8507588.html, Jakarta, 28 Januari 2008. diakses 18 Februari 2009.
Hambatan Implementasi Tata......
483
485
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku:
Budi Agus Riswandi. Percepatan Implementasi GCG dalam Pengelolaan BUMN:
(Strategi dan Upaya Pemberantasan Korupsi di Badan Usaha Milik
Negara). Jurnal Keadilan. Vol. 4. No. I. Tahun 2005/2006.
Ibrahim R. Landasan Filosofis dan Yuridis Keberadaan BUMN: Sebuah Tinjauan.
Jurnal Hukum Bisnis. Volume 26-No.1-Tahun 2007.
I Ketut Mardjana,Corporate Governance dan Privatisasi. Jurnal Reformasi
Ekonomi. Vol. 1. No. 2. Oktober-Desember 2002.
Laporan Hasil Penelitian tentang Membangun Tata Kelola Perusahaan yang
Baik pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN), penelitian dilakukan
pada Mei-September 2008.
Mishardi Wilamarta. Hak Pemegang Saham Minoritas dalam Rangka Good
Corporate Governance. Jakarta: UI Press, 2002.
Pusat Kajian Kinerja Kelembagaan. Evaluasi Penerapan Prinsip-Prinsip Good
Corporate Governance pada BUMN dan BUMD, Info Kajian Lembaga
Administrasi Negara. Volume 1. No. 1. Juli 2006. Jakarta: Biro POK
Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia, 2006.
B. Peraturan Perundang-undangan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
UU No. 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara
UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
C. Surat Kabar
Media Indonesia, 23 Juni 2005
D. Internet (Karya Individual)
Aditiawan Chandra. Mengelola BUMN dalam Kemelut Campur Tangan
Stakeholder, http://businessenvironment.wordpress.com/2007/01/25/
mengelola-bumn-dalam-kemelut-campur-tangan-stakeholders/. diakses
18 Februari 2009.
486
487