You are on page 1of 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hernia inguinalis merupakan kasus bedah digestif terbanyak setelah appendicitis.
Sampai saat ini masih merupakan tantangan dalam peningkatan status kesehatan
masyarakat karena besarnya biaya yang diperlukan dalam penanganannya dan
hilangnya tenaga kerja akibat lambatnya pemulihan dan angka rekurensi. Dari
keseluruhan jumlah operasi di Perancis tindakan bedah hernia sebanyak 17,2 %
dan 24,1 % di Amerika Serikat.
Hernia inguinalis sudah dicatat sebagai penyakit pada manusia sejak tahun 1500
sebelum

Masehi

dan

mengalami

banyak

sekali

perkembangan

seiring

bertambahnya pengetahuan struktur anatomi pada regio inguinal.Hampir 75 %


dari hernia abdomen merupakan hernia ingunalis. Untuk memahami lebih jauh
tentang hernia diperlukan pengetahuan tentang kanalis inguinalis. Hernia
inguinalis dibagi menjadi hernia ingunalis lateralis dan hernia ingunalis medialis
dimana hernia ingunalis lateralis ditemukan lebih banyak dua pertiga dari hernia
ingunalis. Sepertiga sisanya adalah hernia inguinalis medialis.Hernia lebih
dikarenakan kelemahan dinding belakang kanalis inguinalis. Hernia ingunalis
lebih banyak ditemukan pada pria daripada wanita, untuk hernia femoralis sendiri
lebih sering ditemukan pada wanita.Sedangkan jika ditemukan hernia ingunalis
pada pria kemungkinan adanya hernia ingunalis atau berkembangnya menjadi
hernia ingunalis sebanyak 50 % Perbandingan antara pria dan wanita untuk hernia
ingunalis 7 : 1. Prevalensi hernia ingunalis pada pria dipengaruhi oleh umur.

1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan referat ini adalah:
-

untuk memenuhi kewajiban dalam Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah di

RSUD Jend. Ahmad Yani Kota Metro;


untuk menambah pengetahuan bagi penulis dan bagi orang lain yang
membacanya terutama mengenai Hernia Inguinalis.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Hernia merupakan istilah umum untuk menggambarkan adanya penonjolan
(protrusi) organ atau jaringan melalui celah atau rongga yang abnormal dalam
struktur anatomis tubuh. Dari berbagai macam jenis hernia, sebagian besar terjadi
di abdomen dengan prevalensi 75 % pada regio inguinalis.
Hernia inguinalis terjadi bila kantung peritoneum menonjol keluar melalui bagian
yang lemah di daerah lipat paha yang berisi organ atau jaringan dari kavitas
abdomen. Hernia inguinalis asimtomatik merupakan istilah yang digunakan pada
kondisi dimana pasien memiliki benjolan pada lipat paha tetapi tidak
menunjukkan gejala apapun, sedangkan apabila pada saat tindakan operatif secara
tidak sengaja ditemukan adanya defek cincin internal tanpa disertai adanya
penonjolan atau gejala lainnya disebut hernia inguinalis okultis.
2.2 Anatomi
Kanalis inguinalis merupakan ruang oblik (miring) berukuran panjang 4 hingga 6
cm yang berada diatas separuh medial dari ligamentum inguinalis. Pada bagian
ujung medial terdapat pintu segitiga yang disebut cincin inguinalis eksternal,
cincin tersebut berada pada bagian atas dan lateral dari crista pubica. Cincin
inguinalis internal berada pada ujung lateral yang berfungsi sebagai pintu
terowongan dalam fasia transversalis. Batas superior cincin inguinalis internal
adalah dengan arkus abdominis transversus, bagian inferior dengan traktus
iliopubik dan bagian medial dengan pembuluh darah epigastrikus inferior.
Penebalan fasia yang berada diatas pembuluh darah epigastrikus disebut
ligamentum Hesselbach. Cincin inguinalis internal terletak 1 cm diatas pulsasi

arteri femoralis atau diantara spina iliaka anterior superior dan tuberculum
pubicum.

Gambar 1.Lokasi kanalis inguinalis


Sumber : Brunicardi F, Andersen D, Biliar T et al. 2010. Schwartzs Principles of Surgery 9th
edition. New York : McGraw-Hill

Hubungan anatomis kanalis inguinalis :

Anterior : sepanjang fasia oblik eksternal diikuti dengan fasia oblik

internal pada sepertiga lateral


Posterior : fusi antara fasia tranversalis dengan fasia transversus

abdominis
Inferior (dasar) : ligamen inguinalis dan tepinya, dan pada bagian

medial terdapat ligamen lakunar Gimbernat


Superior : arkus dibentuk oleh conjoint tendon yang tersusun dari
muskulus oblik internal, aponeurosis tranversus abdominis, fasia
tranversalis dan sisi ujung lateral muskulus rectus abdominis.

Isi kanalis inguinalis adalah :

Pada pria : korda spermatika memanjang melalui kanalis inguinalis


yang berisi tiga pembuluh saraf, tiga arteri dan tiga struktur bangunan
lain. Pembuluh-pembuluh saraf yang terdapat pada korda spermatika
adalah

nervus

ilioinguinalis,

cabang

genital

dari

nervus

genitofemoralis dan nervus simpatikus. Sedangkan pembuluh darah


arterinya adalah arteri spermatika yang berasal dari aorta, arteri
menuju vas deferens yang berasal dari vesikalis superior dan arteri
kremaster yang berasal dari arteri epigastrikus profunda. Tiga struktur
bangunan lainnya adalah vas deferens, pleksus vena pampiniformis
dan saluran limfatik. Korda spermatika memiliki tiga lapisan penutup
dari luar ke dalam yaitu fasia spermatika eksternal, bagian tengah yaitu
lapisan otot kremaster dan fasia spermatika internal. Ketiga lapisan
tersebut merupakan fasia yang secara berurutan berasal dari fasia oblik

eksternal, muskulus oblik internal dan fasia transversus.


Pada wanita : ligamentum teres uteri, nervus ilioinguinalis dan cabang
genital dari nervus genitofemoralis.

Beberapa istilah nama kondensasi fasia atau ligamen yang berhubungan


dengan kanalis inguinalis pada teknik operatif hernia inguinalis :

Ligamentum inguinalis (ligamentum Poupart) : ligamen ini merupakan


bagian distal fasia oblik eksternal yang terkondensasi dan memanjang
dari spina iliaka superior anterior ke tuberkulum pubikum. Pada
sepertiga medial ligamen, terdapat tepi bagian yang bebas dari struktur
bangunan lain, sedangkan dua pertiga lateral menempel pada fasia

iliopsoas.
Ligamentum pectinea (ligamentum Cooper) : merupakan ligamen kuat
yang menempel pada ramus pubikus dan menyerupai sendi dari
aponeurosis muskulus oblik internal, transversus abdominis dan

pectineus.
Traktus iliopubik (ligamentum Thompson) : merupakan bagian dari
fasia transversalis yang terkondensasi dan memanjang secara medial
dari ligamentum pectinea membentuk batas inferior pada cincin

internal dan dinding anterior femoralsheath, serta melekat secara


lateral ke arkus iliopectineal (penebalan medial pada fasia iliopsoas).

Gambar 2. Ligamentum yang berhubungan dengan kanalis inguinalis


Sumber : Brunicardi F, Andersen D, Biliar T et al. 2010. Schwartzs Principles of Surgery 9th
edition. New York : McGraw-Hill

Persarafan pada regio inguinalis meliputi nervus ilioinguinalis, nervus


iliohipogastrikus, nervus genitofemoralis dan nervus cutaneus femoris lateralis.
Nervus iliohipogastrikus berasal dari lumbal 1 (L1). Nervus ilioinguinalis dimulai
dari batas lateral psoas major dan melewati otot quadratus lumborum secara oblik.
Pada daerah medial spina iliaka anterior superior, n. ilioinguinalis melewati
muskulus oblik internus untuk masuk ke kanal inguinalis diantara m. oblikus
internus dan eksternus lalu kemudian keluar melalui cincin inguinalis superfisial.
N. Ilioinguinalis mempersarafi kulit regio femur superior dan medial, skrotum
bagian superior dan penis pada laki-laki, labium majus dan mons pubis pada
perempuan. N. Iliohipogastrikus berasal dari T12-L1berjalan melewati dinding
abdomen dalam ke arah bawah yang akan mempersarafi m. oblikus internus dan
tranversus abdominis, kemudian membentuk cabang ke cutaneus lateral dan

cutaneus anterior yang melewati m. oblikus internus dan aponeurosis m. oblikus


eksternus diatas cincin inguinalis superfisial. N. Genitofemoralis berasal dari L1L2 melewati retroperitoneum menuju ke arah anterior dari psoas, kemudian
bercabang menjadi ke bagian genitalis dan femoris. Cabang genitalis menetap di
bagian ventral pembuluh darah iliaka dan traktus iliopubik dan masuk ke kanalis
inguinalis di sisi lateral pembuluh darah epigastrikus inferior. Pada laki-laki, saraf
tersebut masuk ke cincin inguinalis superfisial dan mempersarafi skrotum dan otot
kremaster. Pada perempuan, saraf tersebut mempersarafi mons pubis dan labia
major. Cabang femoris berjalan mengikuti selubung femoralis dan mempersarafi
kulit anterior hingga bagian superior dari trigonum femoralis. N. cutaneus femoris
lateralis berasal dari L2-L3, tetapi berjalan dari batas lateral m. psoas setinggi L4,
melewati m. iliaka secara oblik menuju spina iliaka anterior superior dan
kemudian melewati ke arah inferior ke ligamentum inguinal yang akan bercabang
untuk mempersarafi daerah lateral regio femur.

Gambar
anterior
saraf
pada

3. Sisi
lima
utama
regio

inguinalis
Sumber : Brunicardi F, Andersen D, Biliar T et al. 2010. Schwartzs Principles of Surgery 9th
edition. New York : McGraw-Hill

Gambar 4.Daerah penyebaran inervasi area groin


Sumber : Brunicardi F, Andersen D, Biliar T et al. 2010. Schwartzs Principles of Surgery 9th
edition. New York : McGraw-Hill

a. Sisi Anterior
Setelah jaringan subkutan dibuka pada saat tindakan operasi dilakukan, serabut
oblik dari aponeurosis m. oblikus eksternus dapat ditemukan dibawahnya. M.
oblikus eksternus berawal dari costae ke-delapan. Arah serabut otot berjalan
secara inferior dari lateral ke medial hingga mencapai kanalis inguinalis yang
berubah menjadi aponeurosis tendinosa. Ketika aponeurosis terlihat, cincin
inguinalis superfisial dan ligamentum inguinalis dapat diidentifikasi. Cincin
superfisial terdiri dari dua krura, krura medial dibentuk dari serabut aponeurosis
oblikus eksternus dan bergabung dengan batas lateral pembungkus m. rectus,

sedangkan krura inferior dibentuk oleh ligamentum inguinalis yang masuk ke


tulang pubis. N. Iliohipogastrikus menembus aponeurosis oblikus eksternus diatas
cincin inguinalis superfisial. Korda spermatika, n. ilioinguinalis dan n.
genitofemoralis terlihat melewati cincin inguinalis superfisial. Batas inferior dari
cincin inguinalis internal dibentuk oleh traktus iliopubikum, ssedangkan bagian
cincin lainnya dibentuk dari serabut fasia tranversalis. Struktur bangunan yang
terlihat saat tindakan operatif memasuki cincin inguinalis internal yaitu termasuk
korda spermatikum dan cabang genital n. Genitofemoralis.1

Gambar 5. Otot Dinding Abdomen


Sumber : Brunicardi F, Andersen D, Biliar T et al. 2010. Schwartzs Principles of Surgery 9th
edition. New York : McGraw-Hill

Struktur korda dibungkus oleh tiga lapisan fasia, fasia internal berasal dari m.
oblikus internus dan terdapat otot kremaster, sedangkan fasia eksternal menempel
pada fasia m. oblikus eksternus. Fasia superfisial juga dikenal dengan nama fasia
Gallaudet. Pada sisi superior korda, terdapat arkus m. oblikus internus yang keluar
untuk membentuk atap kanalis inguinalis.

Gambar 6. Otot pada kanalis inguinalis posterior


Sumber : Brunicardi F, Andersen D, Biliar T et al. 2010. Schwartzs Principles of Surgery 9th
edition. New York : McGraw-Hill

Berlanjut secara posterior ke kanalis inguinalis, m. tranversus abdominis dapat


terlihat di sisi dalam ke cincin inguinalis. Otot tersebut berjalandimulai dari krista
iliaka, fasia iliopsoas, fasia torakolumbal dan enam kartilago costae terakhir.
Serabut otot tersebut berjalan dari lateral hingga ke medial kemudian berubah
menjadi struktur yang kurang berotot (aponeurosis medial) dimana akan
bergabung menjadi selubung rectus dan falx inguinalis. Integritas m. tranversus
abdominis dipercayai memegang peranan penting dalam timbulnya hernia. Ketika

serabut otot tersebut berkontraksi, arkus tranversus abdominis akan menutup


cincin inguinalis internal sehingga berfungsi dalam mekanisme penutup. Satu
lapisan dibawah m. tranversus abdominis, terdapat lamina anterior dan posterior
dari fasia tranversalis. Di bawah fasia tranversalis, terdapat lemak dan jaringan
preperitoneal areolar. Diseksi jaringan tersebut akan membuka ke arah
peritoneumsehingga ruang preperitoneal juga merupakan ruang potensial yang
dibatasi oleh peritoneum pada sisi dalam dan fasia tranversalis di sisi luar.
Arteri epigastrika inferior memperdarahi m. rectus abdominis, arteri tersebut
berhubungan dengan sistem vaskularisasi ekstermitas atas hingga ekstermitas
bawah. Arteri torakika interna bercabang untuk membentuk a. epigastrika superior
yang akan beranastomosis dengan a. epigastrika inferior yang berasal dari a. iliaka
eksterna. Vena dan arteri epigastrika berjalan bersama dalam selubung rectus, sisi
posterior dari m. rectus abdominis. Hernia inguinalis yang menonjol ke lateral
pembuluh epigastrika inferior melalui cincin inguinal dalam disebut sebagai
hernia inguinalis indirek. Sedangkan hernia direk bila terjadi penonjolan di sisi
medial pembuluh epigastrika inferior dalam trigonum Hesselbach. Batas trigonum
Hasselbach yaitu : ligamentum ingunalis membentuk batas inferior, tepi m. rectus
abdominis membentuk batas medial dan pembuluh epigastrika inferior
membentuk batas superior atau lateral.
b. Sisi Posterior
Terdapat dua ruang potensial didekat peritoneum. Di antara peritoneum dan
lamina posterior dari fasia tranversalis terdapat ruang Bogro yang berisi lemak
preperitoneal dan jaringan areolar. Ruang lainnya terdapat di antara lamina
anterior dan posterior dari fasia tranversalis yang disebut ruang vaskular yang
berisi pembuluh epigastrika inferior. Aspek medial dari ruang preperitoneal yang
berada pada sisi superior kandung kemih disebut dengan ruang Retzius.

Gambar 7. Anatomi regio groin dari perspektif posterior


Sumber : Brunicardi F, Andersen D, Biliar T et al. 2010. Schwartzs Principles of Surgery 9th
edition. New York : McGraw-Hill

2.3 KLASIFIKASI
Pada umumnya, hernia inguinalis dikelompokkan menjadi (a) direk (b) indirek
dan (c) kombinasi, bergantung terhadap hubungannya dengan pembuluh darah
epigastrikus inferior. Hernia inguinalis direk berada di sisi medial pembuluh darah
epigastrikus inferior saat isi abdomen menonjol melalui titik atau celah lemah
pada fasia dinding posterior kanal inguinalis yang dibentuk oleh fasia tranversalis.
Hernia inguinalis indirek terjadi bila isi abdomen protrusi melalui cincin inguinal
dalam, di sisi lateral pembuluh darah epigastrikus inferior. Hal tersebut dapat
disebabkan adanya kegagalan penutupan embrional dari prosesus vaginalis. Pada
hernia kombinasi atau gabungan, kantung hernia berada pada kedua sisi pembuluh
darah epigastrikus inferior. Prevalensi hernia inguinalis direk paling sedikit
ditemukan dibandingkan indirek (25-30% dari hernia inguinalis) dan lebih banyak
terjadi pada laki-laki diatas 40 tahun.
Hernia juga dapat dikelompokkan menjadi hernia reponibel atau ireponibel.
Hernia reponibel terjadi bila isi penonjolan dapat ditekan masuk ke kavitas
abdomen.

Hernia

ireponibel

diklasifikasikan

selanjutnya

menjadi

herniainkarserata dan strangulata. Hernia inkarserata terjadi bila lumen usus yang
mengalami herniasi terjadi obstruksi atau sumbatan, sedangkan hernia strangulata
terjadi bila aliran darah ke kantung hernia mengalami gangguan yang akan
memicu terjadinya iskemik.
Gilbert membuat klasifikasi berdasarkan 3 faktor yaitu ada atau tidaknya kantung
peritoneal, ukuran cincin interna dan intergritas dinding posterior serta kanalis.
Gilbert membagi hernia menjadi 5 tipe, yaitu tipe 1, 2 dan 3 merupakan hernia
indirek, sedangkan tipe 4 dan 5 merupakan hernia direk. Rutkow dan Robbin
selanjutnya mengembangkan klasifikasi Gilbert dengan tipe ke-6 yaitu pantaloon
hernia yang merupakan gabungan dari direk dan indirek dan tipe 7 yaitu hernia
femoralis.
Klasifikasi Gilbert:
1. Tipe I : hernia indirek yang memiliki kantung peritoneal dan melewati
cincin interna dengan diameter < 1 cm dimana dinding posterior masih
intak.
2. Tipe II : hernia indirek yang memiliki kantung peritoneal dan melewati
cincin interna dengan diameter <2 cm.
3. Tipe III : hernia indirek yang memiliki kantung peritoneal dan melewati
cincin interna dengan diameter >2 cm.
4. Tipe IV : hernia direk yang mempunyai robekan dinding posterior atau
defek posterior multipel. Cincin interna masih intak dan tidak ada kantung
peritoneal.
5. Tipe V : hernia direk divertikuler primer. Pada hernia ini tidak terdapat
kantung peritoneal.
6. Tipe VI : Pantaloon hernia
7. Tipe VII : Hernia femoralis
Nyhus membuat klasifikasi berdasarkan ukuran cincin interna dan integritas
dinding posterior, meliputi1 :

Tipe I : hernia indirek, cincin abdominal interna normal, biasanya

terjadi pada bayi, anak-anak dan dewasa yang berbadan kecil


Tipe II : hernia indirek, cincin interna membesar tanpa melewati dasar
kanal inguinalis dan juga tidak memanjang hingga skrotum

Tipe IIIA : hernia direk dengan ukuran berapapun.


Tipe IIIB : hernia indirek yang membesar hingga dinding inguinalis
posterior, adanya indirect sliding atau hernia skrotalis, pantaloon

hernia
Tipe III C : hernia femoralis
Tipe IV : hernia rekuren

2.4 EPIDEMOLOGI
Tujuh puluh lima persen dari seluruh hernia abdominal terjadi di inguinal (lipat
paha). Yang lainnya dapat terjadi di umbilikus (pusar) atau daerah perut lainnya.
Hernia inguinalis dibagi menjadi 2, yaitu hernia inguinalis medialis dan hernia
inguinalis lateralis. Jika kantong hernia inguinalis lateralis mencapai skrotum
(buah zakar), hernia disebut hernia skrotalis. Hernia inguinalis lateralis terjadi
lebih sering dari hernia inguinalis medialis dengan perbandingan 2:1, dan diantara
itu ternyata pria lebih sering 7 kali lipat terkena dibandingkan dengan wanita.
Semakin bertambahnya usia kita, kemungkinan terjadinya hernia semakin besar.
Hal ini dipengaruhi oleh kekuatan otot-otot perut yang sudah mulai melemah.
Selain yang disebutkan di depan orang yang memiliki peluang yang besar
menggalami hernia yaitu orang orang yang perah mengalami operasi.

2.5 ETIOLOGI
Berdasarkan etiologinya, hernia inguinalis dapat dikelompokkan menjadi penyakit
kongenital ataupun akuisata (didapat). Walaupun masih terjadi perdebatan, hernia
inguinalis pada dewasa terjadi akibat defek yang didapat pada dinding abdomen.
Hernia kongenital pada mayoritas pasien anak-anak dapat terjadi akibat kegagalan
perkembangan tubuh yang normal. Saat masa embriologi, testis turun dari ruang
intra abdomen ke dalam skrotum pada trimester ketiga kehamilan. Penurunan
testis didahului oleh gubernakulum dan divertikula peritoneum melalui kanalis
inguinalis yang akan menjadi prosesus vaginalis.Di antara 36 sampai 40 minggu,
prosesus vaginalis akan menutup pintu peritoneal pada cincin inguinalis interna.
Kegagalan peritoneum untuk menutup menyebabkan keadaan yang disebut patent

processus vaginalis (PPV). PPV merupakan kondisi penting yang dapat


menjelaskan akan tingginya angka insidensi hernia inguinalis indirek pada bayi
prematur. Perlu diingat bahwa prosesus vaginalis akan menutup seiring usia anak
bertambah dalam beberapa bulan pertama.

Gambar 8. Prosesus vaginalis yang menutup


Sumber : Brunicardi F, Andersen D, Biliar T et al. 2010. Schwartzs Principles of Surgery 9th
edition. New York : McGraw-Hill

Gambar 9. Prosesus vaginalis yang tidak menutup


Sumber : Brunicardi F, Andersen D, Biliar T et al. 2010. Schwartzs Principles of Surgery 9th
edition. New York : McGraw-Hill

Adanya kondisi PPV akan mempredisposisi pasien untuk mengalami hernia


inguinalis, hal ini bergantung dengan adanya faktor resiko lain seperti kelemahan

jaringan sekitar, adanya riwayat keluarga hernia, dan aktivitas mengedan yang
berlebih.
Dugaan Penyebab Herniasi pada daerah Groin atau Inguinal :

Batuk
Penyakit Paru Obstruktif Kronis
Obesitas
Mengedan
Konstipasi
Prostatismus
Kehamilan
Riwayat keluarga hernia
Valsalva's maneuvers
Asites
Posisi tegak
Gangguan jaringan ikat kongenital
Defek sintesis kolagen
Riwayat insisi kuadran kanan bawah
Aneurisma arteri
Merokok
Angkat berat

Kondisi lainnya yang berhubungan dengan peningkatan faktor resiko bagi lakilaki dan perempuan adalah merokok yang akan menyebabkan gangguan
metabolisme jaringan ikat dan penyakit paru obstruktif kronis. Pasien dengan
abnormalitas matriks metalloproteinase (peningkatan ekspresi MMP-2 dan
aktivitas MMP tissue inhibitor 2) seperti pada sindroma EhlersDanlos, Marfans,
Hurlers, and Hunters juga meningkatkan resiko terjadinya hernia direk. Matriks
metalloproteinase merupakan enzim proteolitik yang akan mendegradasi
komponen protein matriks ekstraselular. Peningkatan aktivitas proteolitik akan
menyebabkan kelemahan struktur jaringan dan homeostasis jaringan ikat yang
abnormal.3
Sedangkan menurut Awe et al. laki-laki yang menderita hiatus hernia memiliki
resiko dua kali lipat lebih tinggi untuk mengalami hernia inguinalis. Pada wanita,
badan tinggi, batuk kronis, hernia umbilikalis, usia tua, dan tinggal di pedesaan
memiliki insidensi yang tinggi untuk terjadinya hernia inguinalis. Di sisi lain,

merokok dan penggunaan alkohol tidak memiliki peranan pada tingginya kasus
hernia. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa laki-laki yang memiliki berat
badan berlebih atau mengalami obesitas memiliki resiko hernia inguinalis lebih
rendah dibandingkan laki-laki dengan berat badan normal.

2.6 PATOFISIOLOGI
Pada laki-laki, hernia indirek terjadi pada rute jalur yang sama dengan penurunan
testis yang bermigrasi dari abdomen ke skrotum pada masa embriologis. Besarnya
ukuran kanalis inguinalis, cincin interna yang memberikan jalan testis dan struktur
korda spermatika dapat menjadi alasan mengapa laki-laki beresiko tinggi
mengalami hernia inguinalis dibandingkan perempuan. Setelah penurunan testis
fetal ke skrotum dari retroperitoneum maka prosesus vaginalis akan menutup, bila
tidak menutup maka jaringan lemak atau usus dapat masuk kedalamnya.
Perkembangan prosesus vaginalis sebagian besar dikarenakan adanya hubungan
interaksi yang kompleks antara beberapa faktor saat periode prenatal yang diatur
oleh peptida kalsitonin. Peptida kalsitonin dilepaskan dari n. genitofemoralis
dibawah pengaruh hormon androgen fetus. Pada saat kelahiran, bagian prosesus
vaginalis yang berada diantara testis dan kavitas abdomen akan menutup. Pada
bayi perempuan, prosesus vaginalis dan ligamentum teres uteri akan turun
menjadi labia mayor.
Bila prosesus vaginalis tidak menutup seluruhnya atau sebagian, maka kondisi
tersebut dinamakan patent processus vaginalis (PPV) yang menjadi faktor resiko
utama hernia inguinalis indirek pada anak-anak dan dewasa. Testis kanan
normalnya akan turun setelah testis kiri, sehingga hernia pada sisi kanan lebih
sering terjadi akibat terlambatnya penutupan prosesus vaginalis kanan. Obliterasi
prosesus vaginalis akan menutup sempurna pada umur kurang dari dua tahun.
Resiko kumulatif terjadinya hernia inguinalis pada bayi laki-laki cukup bulan
sekitar 1 % dan pada perempuan 0,1 %. Sedangkan pada bayi prematur laki-laki
sekitar 7 % dan pada perempuan 1%.

Kontraksi otot cincin interna saat pengejanan menghambat protrusi atau


masuknya bagian usus ke prosesus yang paten. Adanya paralisis otot atau trauma
akan mengganggu fungsi otot tersebut. Selain itu, pada saat kontraksi aponeurosis
m. tranversus abdominis akan menjadi pipih sehingga memperkuat dasar inguinal.
Hernia inguinalis dikenal sebagai komplikasi setelah tindakan prostatektomi
retropubik radikal pada 15-21 % pasien. Selain itu, semua insisi operatif pada
regio perut bawah juga memiliki resiko hernia yang meningkat akibat
terganggunya mekanisme penutupan pada otot.

You might also like