You are on page 1of 9

HAMA TANAMAN HORTIKULTURA

(Makalah Praktikum Pengendalian Hama Tanaman)

Oleh
Niko Fernando
1414121172
Kelompok 2

JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2016

1. Penggerek Umbi Kentang


A. Klasifikasi
Kingdom

: Animalia

Filum

: Arthropoda

Kelas

: Insecta

Ordo

: Lepidoptera

Famili

: Gelechiidae

Genus

: Phthorimaea

Spesies

: Phthorimaea operculella

B. Bioekologi
Imago berupa ngengat. Sayap depan berwarna coklat kelabu dengan sedikit bercak
dan berumbai rambut halus, sedangkan sayap belakang berwarna putih kusam.
Ukuran serangga imago berkisar 1,0 1,5 mm. Larva berukuran 10 mm,
berwarna putih kekuningan, kepala berwarna coklat tua dan permukaan dorsal
tampak hijau terang atau merah muda. Stadium larva berkisar antara 10 - 16 hari.
Sedangkan pupa berwarna kecoklatan dengan ukuran panjang 65 mm dan
tertutup oleh benang-benang halus menyerupai kepompong. Imago meletakkan
telur pada daun atau di sekitar mata umbi kentang.
C. Gejala dan Kerusakan
Larva memakan daun dengan cara membuat alur-alur pada daun atau membuat
lubang dan lorong pada umbi. Gejala pada umbi ditandai adanya kotoran
berwarna coklat tua pada kulitnya. Akan terlihat alur-alur yang dibuat oleh ulat
sewaktu memakan umbi jika umbi dibelah. Daun terlihat berwarna merah tua dan
nampak adanya jalinan seperti benang yang membungkus ulat kecil berwarna
kelabu. Terkadang daun menggulung karena digunakan untuk bersembunyi.

D. Pengendalian

Pengendalian yang dapat dilakukan yaitu secara kultur teknis dengan cara
melakukan pengairan, sehingga larva akan sulit mendapatkan oksigen. Selain itu,
dapat pula dilakukan pembumbunan atau meninggikan guludan untuk menutup
umbi yang muncul ke permukaan tanah.
Dapat pula dilakukan pengendalian mekanik, biologi, dan kimiawi. Secara
mekanik dapt dilakukan pemangkasan daun yang disinyalir terdapat telur hama
ini, maupun dengan sanitasi. Secara biologi lebih cenderung memanfaatkan
organisme lain, contohnya dengan Metarhizium sp. dan lain sebagainya.
Sedangkan secara kimia adalah pilihan terakhir, dimana penggunaan insektisida
juga harus bijak.

2. Kutu Putih Pepaya


A. Klasifikasi
Kingdom

: Animalia

Filum

: Arthropoda

Kelas

: Insecta

Ordo

: Lepidoptera

Famili

: Pseudococcidae

Genus

: Paracoccus

Spesies

: Paracoccus marginatus

B. Bioekologi
Paracoccus marginatus termasuk jenis kutu-kutuan yang seluruh tubuhnya
diselimuti oleh lapisan lilin berwarna putih. Tubuh berbentuk oval dengan
embelan seperti rambut-rambut berwarna putih dengan ukuran yang pendek.
Hama ini biasanya bergerombol sampai puluhan ribu ekor. Kutu putih dewasa
jantan bisa berukuran 3 mm dan bersayap. Induk betinanya mampu bertelur
hingga 500 butir, yang diletakkan dalam satu kantung telur terbuat dari lilin.
Dengan siklus hidup sepanjang sebulan. P. marginatus bisa berbiak 11-12 generasi

dalam setahun. Telur Paracoccus marginatus berbentuk bulat berwarna kuning


kehijauan dan ditutupi oleh massa seperti kapas dan akan menetas dalam waktu 10
hari setelah diletakkan. Nimfa pada instar 1 dan 2. Kutu putih pepaya instar ketiga
berupa imago, yang betina memiliki ukuran tubuh lebih besar dan lebih lebar
dibandingkan dengan yang jantan.

C. Gejala dan Kerusakan


Serangan hama ini terutama pada tanaman pepaya yang sedang pada stadia
berbuah Hama ini merusak dengan cara mengisap cairan. Semua bagian tanaman
bisa diserangnya dari buah sampai pucuk. Serangan pada pucuk menyebabkan
daun kerdil dan keriput seperti terbakar. Serangan dapat pula mengakibatkan
klorosis, kerdil, malformasi daun, daun mengerut dan menggulung, daun muda
dan buah rontok, banyak menghasilkan embun madu yang dapat berasosiasi
dengan cendawan jelaga, hingga kematian tanaman. Pada tanaman yang sudah
dewasa, gejala yang muncul adalah daun menguning dan kelamaan daun akan
gugur. Serangan pada buah yang belum matang menyebabkan bentuk buah yang
tidak sempurna. Serangan yang berat dapat menutupi permukaan buah hingga
terlihat putih akibat tertutupi koloni kutu putih.

C. Pengendalian
Pengendalian yang dapat dilakukan yaitu dengan pemusnahan bagian yang
terserang kemudian dikubur, sanitasi lingkungan pemanfaatan musuh alami dari
daerah asalnya di Meksiko, yaitu Acerophagus papayae Noyes and Schauff,
Anagyrus loecki Noyes and Menezes, Pseudoleptomastix mexicana Noyes and
Schauff, serta predator Cryptolaemus montrouzieri.

3. Kutu Putih Nanas


A. Klasifikasi
Kingdom

: Animalia

Phylum

: Arthopoda

Kelas

: Insecta

Ordo

: Hemiptera

Family

: Pseudococcidae

Genus

: Dysmicoccus

Spesies

: Dysmicoccus brevipes

B. Bioekologi
Kutu ini memiliki tipe alat mulut stilet, hampir seluruh tubuhnya dilapisi oleh lilin
yang berwarna putih yang dikeluarkan oleh porus pada kutikula melalui proses
sekresi. Tubuhnya berukuran sangat kecil dan mampu bersembunyi di lekukanlekukan bagian tanaman yang diserangnya.
C. Gejala dan Kerusakan
Kutu ini merusak tanaman dengan cara menusuk dan menghisap cairan tanaman
serta mengeluarkan racun, mengakibatkan terjadinya klorosis, kerdil, daun muda
dan buah rontok, banyak menghasilkan eksudat berupa embun madu, hingga
menimbulkan kematian tanaman.
D. Pengendalian
Pengendalian yang dapat dilakukan yaitu:
1. Cara kultur teknis
- Mengurangi kepadatan tajuk agar tidak terlalu rapat dan saling menutupi;
- Mengurangi kepadatan buah.
- Pembungkusan buah
- Sanitasi terhadap areal pertanaman

2. Cara Hayati
- Menggunakan musuh alami, contohnya parasitoid Aenasius cariocus, A.
colombiensis, A. ananatis
- Menggunakan predator yang umumnya berasal dari Ordo Coleoptera, Famili
Coccinellidae antara lain : Cryptolaemus montrouzieri, Lobodiplosis pseudococci
3. Cara Kimiawi
- Mencegah semut dengan memberi kapur anti semut;
- Menyemprot dengan insektisida dan fungisida yang efektif dan terdaftar (bila
ada jelaga hitam)
- Dapat juga menggunakan pestisida kimia Chlorpyrifos (organopospat),
methomyl (carbamat) dan imidacloprid (chloronicotinil).
4. Ulat Bawang
A. Klasifikasi
Kingdom

: Animalia

Phylum

: Arthropoda

Class

: Insecta

Ordo

: Lepidoptera

Famili

: Noctuidae

Genus

: Spodoptera

Spesies

: Spodoptera exigua

B. Bioekologi
Ulat daun bawang (Spodoptera exigua (Hbner)) mempunyai beberapa variasi
warna yaitu hijau, cokelat muda, dan hitam kecoklatan. Larva berwarna hijau
dengan garis-garis hitam pada punggungnya, berukuran 1,2 1,5 mm. Sedangkan
larva instar lanjut (2-5), berwarna hijau (umumnya didataran rendah) dan
berwarna cokelat (umumnya didataran tinggi), dengan garis kuning pada
punggungnya. Larva berukuran antara 1,5 19 mm, aktif pada malam hari, dan
stadium larva berlangsung selama 8-10 hari.

Larva (ulat) muda terdiri dari lima sampai enam instar. Setelah melalui instar
akhir, larva mejatuhkan diri ke tanah untuk berkepompong (pupa). Larva S.exigua
mempunyai sifat polifag (pemakan segala). Pupa berwarna cokelat muda dengan
panjang 9-11 mm. Pupa berada di dalam tanah 1 cm, dan sering dijumpai juga
pada pangkal batang, terlindung di bawah daun kering. Lama hidup pupa berkisar
antara 6 7 hari. Siklus hidup dari telur sampai imago adalah 3 4 minggu.
Ngengat mempunyai sayap depan berwarna cokelat tua dengan garis-garis kurang
tegas dan terdapat bintik-bintik hitam, rentangan sayap antara 25-30 mm. Sayap
belakang berwarna keputih-putihan dan tepinya bergaris-garis hitam. Ngengat
betina mulai bertelur pada umur 2-10 hari.
C. Gejala serangan
Ulat muda (instar 1) segera melubangi bagian ujung daun, lalu masuk ke dalam
daun bawang. Ulat memakan permukaan daun bagian dalam, dan tinggal bagian
epidermis luar. Daun bawang terlihat menerawang tembus cahaya atau terlihat
bercak-bercak putih transparan, akhirnya daun terkulai.
D. Pengendalian
Pengendalian yang dapat dilakukan yaitu pengendalian secara mekanis yaitu
dengan mengambili daun yang terserang dan sanitasi, secara kultur teknis dengan
cara rotasi tanaman, dan secara hayati dengan menggunakan musuh alami.
5. Thrips Tanaman Cabai
A. klasifikasi
Kingdom

: Animalia

Phylum

: Arthropoda

Class

: Insecta

Ordo

: Thysanoptera

Famili

: Thripidae

Genus

: Thrips

Spesies

: Thrips parvisipinus

B. Bioekologi
Trips dewasa hanya berukuran kurang lebih 1 mm, berwarna kuning pucat, coklat
atau hitam. Semakin rendah suhu suatu lingkungan warna trips biasanya lebih
gelap. Trips jantan tidak bersayap, sedangkan yang betina mempunyai dua pasang
sayap yang halus dan berumbai.
Nimfa berwarna keputih-putihan atau kekuning-kuningan, tidak bisa terbang
tetapi hanya meloncat-loncat saja. Penyebaran dari satu tanaman ke tanaman lain
berlangsung sangat cepat dengan bantuan angin.
Siklus hidup hama trips sekitar 3 minggu. Di daerah tropis siklus hidup tersebut
bisa lebih pendek (7 - 12 hari), sehingga dalam satu tahun dapat mencapai 5 10
generasi. Trips dewasa dapat hidup sampai 20 hari.
C. Gejala dan Kerusakan
Gejala yang di timbulkan dari serangan hama ini terlihat pada permukaan bawah
daun atau bunga. Kerusakan tanaman ditandai dengan adanya bercak-bercak
putih atau keperak-perakan/ kekuning-kuningan terutama pada permukaan bawah
daun. Gejala bercak keperak-perakan awalnya tampak dekat tulang daun menjalar
ke tulang daun hingga seluruh permukaan daun menjadi kuning. Daun kemudian
menjadi coklat, mengeriting atau keriput dan akhirnya kering.
D. Pengendalian
Pengendalian yang dapat dilakukan yaitu:

penyiraman tanaman terserang pada siang hari untuk menurunkan suhu di


sekitar pertanaman dan menghilangkan nimfa trips yang menempel pada daun

Pengendalian fisik, dengan cara pemasangan perangkap berwarna kuning


berperekat sebanyak 80 100 per hektar.

Pengendalian biologi, memanfaatkan musuh alami trips yaitu predator


kumbang macan Coccinellidae.

Sumber : Bahan presentasi kelompok praktikum Pengendalian Hama Tanaman

You might also like