Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Indonesia dengan suku bangsa yang beraneka ragam mempunyai
beranekaragam pula makanan pokoknya. Salah satu diantaranya adalah suku-suku di
papua makanan pokoknya adalah ubi jalar (Ipomoea batatas) (yang mereka sebut
patatas) , talas, sagu dan lain sebagainya.
Keanekaragaman pangan yang tinggi kiranya perlu dipertahankan, dengan
demikian ketergantungan terhadap salah satu jenis pangan tertentu (misalkan: beras)
dapat dikurangi. Hal ini terbukti pada saat pasokan beras harus didatangkan makin
lama makin banyak, tetapi untuk daerah-daerah yang mayoritas penduduknya
mengkonsumsi bahan makanan pokok selain beras, tidak tergantung pasokan
tambahan beras karena sudah memiliki bahan makanan pokok lainnya. Dengan
keanekaragaman makanan pokok ini jelas merupakan suatu keuntungan tersendiri,
karena kebutuhan akan pasokan beras secara nasional bisa dikurangi, dan diharapkan
kebutuhan pangan bisa terpenuhi oleh daerah masing-masing tanpa harus
mendatangkan dari luar.
Kebutuhan Mamika Papua, yang termasuk salah satu wilayah pengembangan
pemukiman terdapat 12 satuan pemukiman (SP) dengan 3 SP diantaranya yang
mayoritas penduduknya berasal dari etnis lokal. Seperti umumnya penduduk asli
papua, pendatang pindah baru (transmigran lokal) inipun umumnya makanan pokoknya
adalah patatas/ubi jalar yang diusahakan secara monokultur. Namun demikian ada juga
umbi yang lain, seperti talas dan gembili yang diusahakan sebagai bahan makanan
tambahan.
Mereka setelah berpindah dari lokasi asal ke lokasi yang baru, dengan lahan dan
lingkungan yang sama sekali berbeda dibanding yang lama, dituntut untuk
menyesuaikan diri terhadap lingkungannya termasuk dengan pola bertani yang baru
untuk tetap dapat memenuhi kebutuhan makanan pokoknya. Untuk itu diperlukan
adopsi inovasi bertani yang sesuai antara lain, dengan cara mengolah tanah, memilih
bibit, pengairan, pemupukan, pengendalian hama, dan penyakit dalam menghasilkan
produk pertanian. Besarnya kemampuan adopsi inovaasi bertani berkaitan dengan
beberapa faktor antara lain : pengetahuan bertani yang mereka miliki, pola pikir
lingkungan yang lestari, motivasi bertani dan lain sebagainya. Masing-masing
keberadaan faktor ini memiliki pertimbangan sendiri-sendiri, seperti mereka sebelumnya
berasal dari lokasi yang keadaan geografis ladangnya berbeda sama sekali dengan
lokasi tempat baru, dan sebelumnya pula terbiasa hanya menanam patatas secara
tradisional dengan luas lahan yang tidak terbatas, sedangkan sekarang (setelah
pindah) diberi keterampilan untuk bertani palawija secara umum, dengan luas lahan
yang terbatas.
Di lokasi yang baru inilah mereka diajarkan cara-cara bertani yang intensif,
sementara cara mereka bertani, sebelumnya lebih sering dengan cara ekstensif. Hal
yang perlu diperhatikan dilokasi yang baru, mereka juga mudah mendapatkan makanan
pokok lain seperti beras, roti dan sagu sebagai patatas sebagai bahan makanan pokok
mereka. Selain itu mereka juga mempunyai berbagai kesempatan atau peluang
bekerja, dan berusaha yang lebih besar. Dengan kondisi seperti ini jelas lambat laun
akan memberikan tekanan tersendiri bagi motivasi mereka apakah tetap
mengkonsumsi patatas sebagai makanan pokoknya atau justru sebaliknya.
Hal lain yang juga dapat mempengaruhi besarnya adopsi inovasi bertani patatas
adalah di lokasi yang baru mereka tidak bisa semmaunya membabat dan membakar
hutan untuk menjadikan ladang, seperti yang pernah dilakukan sebelumnya. Dengan
ikut mempertimbangkan kondisi lingkungan, berarti mereka harus mulai
mempertimbangkan pola bertani yang lestari dan berkesinambungan.
Kegagalan mereka dalam bertani bisa saja menimbulkan berbagai
permasalahan baru, termasuk bisajuga mereka akan kembali ke tampat asalnya.
Apabila ini yang terjadi, kerusakan lingkungan akan smakin berat. Ketidakmampuan
mereka mengadopsi menanam ppatatas di lahan yang terbatas untuk mencukupi
kebutuhannya sebagai makanan pokok, dapat saja membuat mereka beralih pada
makanan pokok lainnya seperti beras, sagu, maupun lainnya. Apabila kondisi ini yang
terjadi, ketergantungan akan suplai pangan menjadi tinggi dan jelas akan terjadi kondisi
rawan pangan, terlebih lagi dalam situasi musim kemarau yang panjang atau kegagalan
panen karena faktor-faktor lainnya.
konsep, prinsip dan prosedur. Ditambahkan pula bahwa pengetahuan itu didalam
pikiran kita dapat disimpan dalambentuk informasi. Selanjutnya pengetahuan yang
objektif mendorong seseorang untuk mempelajari informasi dan kemudian suatu saat
dapat diingat dan dikenal kembali.
Selanjutnya Gage dan Berliner (1984: 58) menyatakan bahwa pengetahuan
merupakan wujud kemampuan untuk mengingat atau mengenal kembali tentang
gagasan atau ide, fakta dan lain sebagainya dalam ssuatu situasi dimana situasi, tanda,
gagasan atau isyarat telah memungkinkan untuk mengeluarkan kembali apa yang
telah disimpannya tersebut.
Mengenal pertanian, menurut AAK (1998 : 13), pertanian adalah penanaman
tanaman dengan tujuan akan memetik hasilnya. Agar pertanian dapat menghasilkan
yang baik, maka harus diusahakan sebaik-baiknya. Selanjutnya dijelaskan bahwa
terdapat beberapa faktor yang harus diperhatikan oleh petani yaitu : (1)iklim dan
lingkungan, (2)tanah, kondisi tanah berikut tata cara pengolahannya, sesuai jenisnya
(3) pemilihan jenis tanaman yang kiranya sesuai dengan lingkungannya
(4)perlindungan tanaman dari segala gangguan (5) rotasi tanaman atau pergiliran dari
berbagai macam tanaman dan eksploitasinya.
Harjadi (1996:38) menjelaskan, dalam bercocok tanam pada masa sekarang ini
dan terutama untuk menunjang besarnya keberhasilan pembangunan pertanian yang
sedang kita galakkan, terdapat 4 input penting yang diperlukan yaitu (1) penggunaan
benih bermutu atau unggul (2) penggunaan pupuk (3)pengendalian hama dan penyakit
tanaman sesuai dengan pengalaman-pengalaman keberhasilan yang akan dilakukan
selama praktik penanaman (4) upaya pengendalian, pemberantasan hama dan
penyakit tanaman dengan memanfaatkan obat-obat kimiawi yang tepat atau benar.