Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
10
Obstruksi usus
Pankreatitis
Distribusi faeces
d. Kontraindikasi
Tidak ada kontraindikasi mutlak pada foto polos abdomen, tetapi jika
mungkin harus dihindari pada wanita sampai akhir periode reproduksi dan
wanita hamil untuk mencegah paparan radiasi.
e. Macam-macam pemeriksaan foto polos abdomen
1. Pemeriksaan radiodiagnostik sederhana, tanpa persiapan :
Foto polos abdomen tanpa persiapan dimana terutama melihat
gambaran distribusi dari gas dalam usus serta kelainannya (BOF).
2. Pemeriksaan radiodiagnostik sederhana dengan persiapan sebelumnya:
Dikerjakan terutama bila nantinya diperkirakan akan ada gangguan
dari hasil photo bila kondisi penderita belum memenuhi syarat, yaitu.:
Foto polos abdomen melihat saluran kencing (BNO atau KUB) dalam hal
ini kotoran dalam usus sangat mengganggu hasil photo sehingga harus
dibersihkan sebelumnya. Foto polos abdomen dengan persiapan untuk
melihat keadaan ginjal dan salurannya serta bagian belakang abdomen ,
Dalam hal ini kita harus membersihkan sisa makanan (faecal material) dari
11
dengan
pencahar/laxant/urus-urus
malam
sebelum
Obat-obatan :
Suppositoria
supposutoria atau Microlax.
per
anum,
seperti
Dulcolax
12
f. Teknik Pemeriksaan
Sebaiknya pemotretan dibuat dengan memakai kaset film yang dapat
mencakup seluruh abdomen beserta dindingnya. Perlu disiapkan ukuran
kaset dan film ukuran 35 x 43 cm.
Foto polos abdomen dapat dilakukan dalam 3 posisi, yaitu :
1. Tiduran telentang (supine), sinar dari arah vertikal dengan proyeksi
antero-posterior (AP).
2. Duduk atau setengah duduk atau berdiri kalau memungkinkan, dengan
sinar horizontal proyeksi AP.
3. Tiduran miring ke kiri (Left Lateral Decubitus = LLD), dengan sinar
horizontal, proyeksi AP.
g. Prosedur Kerja
a) Posisi AP supine
Persyaratan teknis : ukuran film 35x43 cm/30x40 cm, posisi
memanjang menggunakan grid yang bergerak maupun statis, dengan
variasi 70-80 kV dan 20-25 mAs.
Posisi obyek : bagian tengah kaset setinggi krista iliaka dengan batas
tepi bawah setinggi simfisis pubis, tidak ada rotasi pelvis dan bahu.
Pusat sinar pada bagian tengah film dengan jarak minimal 102 cm
13
Gambar 1. Posisi AP
Supine
simphisis pubis pada film. Titik tengah terletak pada garis tengah film.
Arah sinar horizontal 90o dengan film dengan proyeksi AP untuk
melihat air fluid level dan kemungkinan perforasi usus.
14
Gambar 3. Posisi AP
15
h. Anatomi Radiografi
Abdomen membentang dari diafragma hingga pelvis.
16
Abdomen atau lebih dikenal dengan perut berisi berbagai organ penting dalam
sistem pencernaan, endokrin dan imunitas pada tubuh manusia. Ada sembilan
pembagian regio (daerah) di abdomen berdasarkan regio organ yang ada
didalamnya, yaitu :
1. Hypochondrium kanan: sebagian hati, kantung empedu dan bagian atas
ginjal kanan
2. Epigastrium : ginjal kanan dan kiri, sebagian hati dan lambung serta
sebagian kantung empedu
3. Hypochondrium kiri: limpa, sebagian lambung, bagian atas ginjal kiri,
sbagian usus besar
4. Lateralis kanan: sebagian hati dan usus besar serta bagian bawah ginjal
kanan
5. Umbilicalis: sebagian besar usus halus, pankreas, ureter bagian atas,
usus besar, serta bagian bawah kantung empedu
6. Lateralis kiri: sebagian kecil usus besar dan bagian bawah ginjal kiri
7. Inguinalis kanan: sebagian kecil usus besar
8. Pubic : usus buntu, sebagian usus halus dan usus besar, ureter kanan dan
kiri, serta sebagian kantung kemih
9. Inguinalis kiri: sebagian kecil usus besar
17
5.
6.
7.
8.
9.
Umbilicalis: ulcus usus halus 12 jari, kerusakan usus halus batu ureter
Lateralis kiri: batu ginjal
Inguinalis kanan: hernia, KET, appendisitis.
Pubic : appendisitis (agak kekanan), hernia, batu ureter
Inguinalis kiri: hernia, KET.
18
19
20
aorta pada pasien usia lanjut, penderita diabetes dan penderita aortitis yang
disebabkan oleh penyakit Takayashu.
Carilah adanya massa jaringan lunak dan gas ekstraluminal. Udara akan
terlihat
hitam
karena
meneruskan
sinar-X
yang
dipancarkan
dan
21
Bila
tidak
yakin
apakah
terdapat
udara
bebas
intraperitoneum atau tidak, foto dekubitus kiri pada abdomen bagian atas
akan menunjukkan udara bebas dalam bentuk bulan sabit dengan densitas
rendah disebelah lateral dari tepi lateral lobus kana hati. Pada foto
terlentang abdomen, udara bebas sulit dideteksi. Ada dua tanda yang dapat
membantu : tanda Rigler, yaitu adanya gas di dinding usus sisi manapun,
dan tanda garis ligamentum falsiform hepatis yang terbentuk di kuadran
kanan atas oleh udara bebas.
22
Gambar 10. Foto ini menegaskan adanya udara bebas subdafragma pada
foto toraks tegak.
B. Gambaran gas di luar usus
Gas dapat dideteksi di dinding kandung empedu pada kolesistitis
emfisematosa dan di dalam lumen kandung empedu bila terdapat fistula
dengan usus atau bila terdapat anastomosis dengan percabangan bilier.
Gas berada di dalam parenkim ginjal disebabkan oleh pielonefritis
emfisematosa. Hal ini biasanya akibat infeksi ginjal berat oleh E. Coli
pada penderita diabetes.
Gambar 11. Gas bebas perirenal dan renal pada penderita diabetes yang
mengalami infeksi E. Coli pada ginjalnya
23
Gas di dalam dinding usus tampak sebagai bayangan lusen linear di dalam
dinding usus. Ini biasanya disebabkan oleh infark dinding usus. Pada bayibayi prematur, gas intramural dapat terlihat pada keadaan necrotizing
enterocolitis (NEC). Pada bayi-bayi ini juga sering terdapat gas di dalam
vena porta.
Gambar 12. Pandangan setempat kolon pada bayi prematur menunjukkan udara
intramural yang disebabkan oleh NEC.
D. Obstruksi usus
Diagnosis obstruksi usus dibuat secara klinis dan ditegakkan dengan foto
polos. Foto terlentang, tegak, dan dekubitus abdomen biasanya diperlukan.
Penyebab tersering obstruksi usus halus adalah adhesi akibat pembedahan
sebelumnya, peritonitis, apendisitis, hernia inkarserata, intusepsi, volvulus,
kelainan kongenital berupa stenosis atau atresis, tumor, dan batu empedu
yang masuk ke dalam usus. Terlepasnya batu empedu pada lumen
intestinal dapat menimbulkan keadaan seperti ileus dan disebut sebagai
gallstone ileus yang pada pencitraan menunjukan gambaran seperti ileus
obtruktif namun tanpa disertai air fluid levels yang signifikans dan
biasanya ditemukan batu radiopak yang berasal dari batu empedu.
Gambaran radiologis obstruksi usus pada foto polos abdomen diantaranya
adalah :
a) Single bubble appearance
Terjadi pada kondisi kelainan kongenital hipertrofi pilorus, yakni
adanya hipertrofi pada lapisan sirkular otot pilorus, terbatas pada
lingkaran pilorus dan jarang berlanjut ke otot gaster. Pada foto
polos abdomen tampak adanya single bubble appearance, yaitu
terdapat satu gelembung udara akibat pelebaran lambung.
24
atau
invaginasi
yang
25
26
normal lambung dan kolon terisi sejumlah kecil gas tetapi pada
usus halus biasanya tidak tampak.
Pada foto polos abdomen tampak gambaran air fluid level yang
pendek-pendek dan bertingkat-tingkat seperti tangga disebut juga
step ladder appearance karena cairan transudasi berada dalam usus
halus yang mengalami distensi.
27
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada foto polos abdomen tiga posisi
pada kondisi obstruksi usus adalah :
1. Posisi terlentang (supine). Gambaran yang diperoleh yaitu
pelebaran usus di proksimal daerah obstruksi, penebalan dinding
usus, gambaran seperti duri ikan (herring bone appearance).
2. Posisi setengah duduk atau berdiri. Gambaran radiologis
didapatkan adanya air fluid level dan step ladder appearance.
3. Posisi LLD, untuk melihat air fluid level dan kemungkinan
perforasi usus. Dari air fluid level dapat diduga gangguan pasase
usus. Bila air fluid level pendek berarti ada ileus letak tinggi,
sedangkan jika panjang-panjang kemungkinan gangguan di kolon.
Gambaran yang diperoleh adalah adanya udara bebas infra
diafragma dan air fluid level.
E. Batu radioopak
Gambaran radioopak pada foto polos abdomen merupakan tanda adanya
kalsifikasi berupa batu. Gambaran batu ini biasanya terjadi pada kondisi
nefrolithiasis, ureterolithiasis, vesicolithiasis, kolelithiasis, dan kolelistitis.
Foto polos abdomen dapat menentukan besar, macam dan lokasi batu
radioopak. Penilaian batu ginjal pada foto polos abdomen yang penting
diperhatikan adalah : jumlah, densitas, bayangan batu, lokasi, komplikasi
(obstruksi, parut ginjal, atau pembentukan striktur), terjadinya anomali,
dan nefrokalsinosis.
Berdasarkan opasitasnya batu pada traktus urinarius dibagi menjadi tiga :
batu opak (batu kalsium), batu semiopak (batu magnesium-amoniumfosfat atau MAP), dan batu radiolusen (batu asam urat dan batu sistin).
Batu radiolusen adalah batu dengan kandungan kalsium yang minimal
sehingga tidak dapat dilihat pada foto polos abdomen yang biasanya
mengandung komponen asam urat. Dalam keadaan demikian dapat
dilakukan pemeriksaan CT scan polos tanpa media kontras untuk
mengevaluasinya.
28
Batu pada kandung empedu dan salurannya biasa dijumpai pada kuadran
kanan atas dan biasanya berbentuk poligonal. Foto polos abdomen
biasanya tidak memberikan gambaran yang khas karena hanya sekitar 1015% batu kandung empedu yang bersifat radioopak. Kadang kandung
empedu yang mengandung cairan empedu berkadar kalsium tinggi dapat
dilihat dengan foto polos. Pada peradangan akut dengan kandung empedu
yang membesar atau hidrops, kandung empedu kadang terlihat sebagai
massa jaringan lunak di kuadran kanan atas yang menekan gambaran
udara dalam usus besar, di fleksura hepatica.
29
Gambar 21. Foto polos abdomen dengan ascites tanpa adanya massa atau
kalsifikasi
Pada foto polos abdomen dalam posisi supine akan tampak gambaran
sebagai berikut :
a) Usus akan tampak melayang di dalam cairan ascites.
b) Abdomen berbentuk bulging.
c) Gambaran abu-abu atau ground-glass appearance karena kontras
berkurang dan warna abu-abu yang disebabkan hamburan sinar
radiasi dari cairan di dalam abdomen.
d) Bayangan liver, garis psoas, ginjal tampak kabur karena adanya
cairan di sekitar organ tersebut.
e) Peningkatan hemidiafragma kanan dan kiri.
30
31
I. Trauma
Selain keadaan patologis traktus gastrointestinal, foto radiografi polos
abdomen juga dapat membantu untuk kelainan lainnya seperti trauma
tumpul abdomen yang dapat mengevaluasi awal kemungkinan kontusio
ginjal atau perdarahan retroperitoneal dengan menilai kontur ginjal atau
kontur psoas yang terlihat suram atau terselubung, fluid collection pada
cavum peritoneum, free air, perubahan controur organ abdomen, fraktur
iga, spine, pelvis.
2.2 Peritonitis
32
adekuat.
Peritonitis kimia
Kimia (steril) peritonitis dapat disebabkan oleh iritasi seperti empedu,
darah, barium, atau zat lain atau oleh peradangan transmural dari
organ visceral (misalnya, penyakit Crohn) tanpa inokulasi bakteri
rongga peritoneal.
Abses peritoneal
Abses peritoneal menjelaskan pembentukan cairan yang terinfeksi
oleh eksudat fibrin, omentum, dan / atau organ visceral yang
berdekatan. Mayoritas abses terjadi setelah peritonitis sekunder.
Pembentukan abses mungkin komplikasi operasi.
b. Patofisiologi
Pada peritonitis sekunder terjadi kontaminasi rongga peritoneum yang
steril terhadap mikroorganisme yang berasal dari traktus gastrointestinal.
Dalam keadaan fisiologis tidak ada hubungan langsung antara lumen
gastrointestinal dengan rongga peritoneum, namun apabila terjadi
kerusakan integritas dari traktus gastrointestinal hubungan tersebut
tercipta. Kerusakan integritas dari traktus gastrointestinal terjadi pada
beberapa kondisi, seperti appendisitis perforasi, perforasi ulkus peptikum
(gaster atau duodenum), perforasi colon (sigmoid) karena diverticulitis,
sampai volvulus, kanker, dan strangulasi (hernia inguinalis, femoralis, atau
obturator).
33
34
sebelumnya.2
Berbeda dengan peritonitis sekunder, peritonitis primer patut
dicurigai pada pasien-pasien dengan tanda klinis asites dan riwayat
PMN),
kimia darah
dapat ditemukan
dan
pemeriksaan urinalisis
traktus
urinarius.
untuk menyingkirkan
Selain
pemeriksaan
diagnosis
darah,
dari
pemeriksaan
diagnostic
35
vesika urinaria penuh, CT-scan murni dan CT-scan dengan kontras. Jika
temuan fotoRontgen dan ultrasonografi tidak jelas, sebaiknya jangan ragu
untuk menggunakan CT-scan, dengan pertimbangan metode ini dapat
mendeteksi cairandan jumlah udara yang sangat sedikit sekali pun yang
tidak terdeteksi oleh metode yang disebutkan sebelumnya.
Perforasi gastrointestinal adalah penyebab umum dari akut abdomen.Isi
yang keluar dari perforasi dapat mengandung udara, cairan lambungdan
duodenum,
empedu,
makanan,
dan
bakteri.
Udara
bebas
atau
36
37
BAB III
ANALISIS KASUS
Pasien datang dengan keluhan nyeri perut di seluruh lapang
sejak 2 hari yang lalu. Nyeri dirasakan semakin memberat, ketika
pasien makan selalu muntah dan BAB terakhir kemarin berwarna
kehitaman. Pasien belum pernah memiliki riwayat dengan
keluhan yang sama sebelumnya. Riwayat dalam keluarga dengan
riwayat yang sama disangkal. Pasien memiliki riwayat operasi
tumor colli bilateral 3 hari yang lalu.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya nyeri tekan di seluruh
lapang perut disertai rebound tenderness. Pada pemeriksaan
darah lengkap didapatkan tidak didapatkan tanda gejala infeksi
yang meningkat seperti leukositosis namun didapatkan kadar
hemoglobin yang rendah yaitu 7,0 g/dL.
Berdasarkan gejala dan tanda klinis di atas, maka dilakukan
pemeriksaan radiologi foto polos abdomen 3 posisi untuk melihat
kemungkinan
adanya
perforasi
gaster
yang
menyebabkan
kasus
ini
adalah
perforasi
saluran
cerna.
Pada
38
posisi
yang
kurang
menggambarkan
adanya
benar-benar
mencari
perforasi
gastrointestinal
yang
39
40
BAB IV
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penulisan laporan kasus mengenai foto polos
abdomen 3 posisi pada peritonitis e.c. perforasi gaster maka
dapat disimpulkan bahwa :
1. Foto polos abdomen 3 posisi dilakukan atas adanya indikasi
perforasi saluran gastrointestinal
2. Berdasarkan temuan klinis dan gambaran radiologi foto polos
abdomen
posisi
didapatkan
diagnosa
peritonitis
e.c.
perforasi gaster
3. Gambaran free air pada foto polos abdomen posisi LLD dan
semi
erect
mengindikasikan
adanya
udara
bebas
yang
41
DAFTAR PUSTAKA