You are on page 1of 3

Di Indonesia, upaya yang telah dilakukan untuk menghentikan perilaku merokok

remaja antara lain:


1. Program sosialisasi pencegahan rokok yang dilakukan oleh dinas pendidikan
dan dinas kesehatan secara rutin tiap tahun baik dengan kelompok sasaran
siswa SMP/SMA. Program ini biasanya bersifat pendidikan kesehatan pada
remaja.
2. Pihak sekolah membuat larangan atau tanda dilarang merokok di sekolah.
Adanya konsekuensi atau hukuman bila ada siswa yang merokok di sekolah.
3. Penelitian-penelitian telah banyak dilakukan baik survey maupun eksperimen
untuk melihat dan merubah sikap, persepsi remaja tentang merokok dengan
harapan bahwa perubahan persepsi dan sikap akan membawa perubahan
perilaku remaja untuk tidak merokok.
Pendekatan dalam intervensi merokok
1. Pendekatan Individu
a. Terapi Hipnosa
Terapi hipnosa dipercaya mampu membantu untuk mengurangi
intensitas perilaku yang menyimpang seringkali merupakan perilaku
kebiasaan (habits), termasuk di dalamnya adalah perilaku merokok
(Hukom, 1979).
Dalam pelaksanaan terapi hipnosa ini, klien akan diberikan sugesti
untuk menjauhi perilaku merokok dimana sugesti ini diberikan
langsung kedalam alam bawah sadarnya sehingga pengendalian
perilaku merokok dengan menggunakan terapi hipnosa ini diharapkan
akan menimbulkan efek yang mampu bertahan lebih lama bagi klien.
Dengan demikian tingkat keberhasilan pelaksanaan terapi ini akan
lebih tinggi.
b. NRT (nicotine replacement therapy)
Suatu terapi yang digunakan untuk menghentikan merokok dengan
cara mengalihkan kecanduan nikotin dengan hal yang lain misal,
permen karet ataupun obat-obatan.
Untuk penggunaan obat-obatan biasanya klien akan didampingi oleh
seorang dokter. Dokter disini berperan untuk mengatur dosis yang tepat
serta memberikan masukan-masukan tentang kesehatan kepada klien
agar motivasi klien untuk berhenti merokok lebih kuat.
c. Meningkatkan motivasi internal
Tanamkan dengan kuat alasan anda untuk berhenti merokok.
Selalu bertanya pada diri anda sendiri seberapa besarkah manfaat
merokok bagi diri anda?.
Mulailah dengan mengurangi porsi merokok.
Cobalah untuk selalu menyibukan diri anda dengan melakukan
hal-hal yang positif.
Selalu ingat akan pentingnya kesehatan.
Say no to tobacco.

2. Pendekatan Kelompok
a. Melakukan aksi interpersonal, yang dapat dilakukan secara langsung
maupun tidak langsung. Secara langsung dapat dilaksanakan melalui
masuk ke dalam kelompok perokok dan kemudian melakukan tindakan
persuasif kepada mereka. Secara tidak langsung, dapat dilakukan
melalui psikolog, dokter, guru, bahkan politisi.
b. Melakukan terapi kelompok
T-group (training group )
Anggota dilatih untuk lebih sensitif terhadap kebutuhan orang lain.
Kelompok temu/encounter group
a) Bertemu akhir pekan.
b) Anggota mengemukakan dirinya di hadapan orang banyak.
c) Menekankan self disclosure (mengerti dirinya dan pribadi ke
arah yang lebih memuaskan).
Kelompok mandiri
a) Biasanya diselenggarakan oleh orang yang telah sembuh dari
penyakit, kecanduan, gangguan mental atau sekelompok orang
yang mempunyai masalah yang sama.
b) Biasanya tanpa pemimpin kelompok.
c) Mengandalkan anggota-anggota yang telah lama berada dalam
kelompok.
Kelompok pendukung/support
a) Dukungan moril dari anggota dengan cara membuka diri.
b) Profesional, orang tua, penderitanya sendiri.
c. Mempromosikan berhenti merokok di kalangan guru dan orang tua,
agar mereka menjadi model sebagai panutan.
d. Mengadakan smoking camp
Kegiatan ini dapat dimasukkan ke dalam terapi preventif dan kuratif.
Bila kegiatan ini dilakukan untuk kalangan remaja, dengan tujuan yang
ingin dicapai adalah untuk memberikan pemahaman yang lebih
komprehensif mengenai apa sebenarnya merokok itu, apa saja
bahayanya, apa saja kerugian dari merokok dan efek jangka panjang
dari merokok, maka diharapkan para remaja menyadari hal-hal diatas
dan mengurungkan niat untuk bergaul akrab dengan rokok. Apabila
kegiatan ini ditujukan bagi para perokok, maka dalam kegiatan ini
mereka akan diberikan berbagai macam terapi penyembuhan. Harapan
kami, setelah kegiatan ini selesai mereka akan berhenti merokok.
3. Pendekatan Komunitas
a. Diberlakukan aturan bahwa Rokok tidak boleh dijual sembarang
tempat. Setiap orang yang membeli rokok harus sudah berumur di atas
21 tahun.
b. Posterisasi publikasi ilmiah yang berhubungan dengan merokok serta
bahayanya dan fakta-fakta menarik lainnya tentang merokok. Untuk
kemudian di pajang di sekolah-sekolah, lembaga bimbingan belajar,
tempat-tenpat kursus serta tempat-tempat para remaja biasa berkumpul.
c. Membuat komik dan iklan tentang bahaya merokok
d. Memberikan sanksi yang tegas bagi para siswa yang merokok
e. Penayangan berita-berita kesehatan (penyakit yang umum diakibatkan
oleh merokok dan bagaimana itu akan menghancurkan badan kita)

f. Iklan-iklan tentang bahaya merokok


g. Di setiap bungkus rokok, berikan gambar-gambar mengenai penyakit
yang bisa diderita oleh para perokok.
h. Adanya sanksi tegas bagi siapapun yang merokok pada hari bebas
tembakau sedunia.
i. Kalau biasanya hari tembakau sedunia diadakan 1 tahun sekali, maka
kegiatan ini bisa ditingkatkan menjadi 6 bulan sekali, lalu ditingkatkan
menjadi 3 bulan sekali dan makin lama makin sering intensitasnya.
j. Pelarangan merokok di tempat-tempat tertentu.
k. Adanya program daerah bebas rokok
l. peraturan yang membatasi atau melarang penayangan iklan-iklan
rokok dan mereka pun hanya boleh menjadi sponsor tersier untuk suatu
acara.
m. Pemerintah atau masyarakat memfasilitasi pelayanan gratis bagi
siapapun yang ingin berhenti merokok.
n. Harga rokok dibuat mahal.

You might also like