You are on page 1of 5

74

Pengukuran Kualitas Air dengan Parameter Fisika, Kimia, dan Biologi di


Kali Anyar Kelurahan Mojosongo, Surakarta, Jawa Tengah

ABI Y. PRATAMA, ANISA A. WIDIASWARA, DWI N. RAHMATUNNISA, HANA F. ROHMAH, IKA


KUSMIYANTI, IVON N. BERLIAN, LAURENSIUS B. CHRISHERYANTO, RAUDYA A. NABILA,
ULFA IDRIYANAWATI, WIDHA P. TANJUNG
Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta
57126

ABSTRACT
Pengukuran mengunakan parameter Fisika, Kimia, dan Biologi di Kali Anyar Kelurahan Mojosongo, Surakarta, Jawa Tengah
bertujuan untuk mengetahui kualitas air pada sungai tersebut. Metode yang digunakan adalah
Key words: antioxidative activity, tempeh, ground chicken, Rhizopus oryzae, TBARS values.

PENDAHULUAN
Kualitas air merupakan suatu hal krusial yang
berpengaruh pada kesehatan lingkungan. Hal ini
sesuai dengan hakikat air sebagai sumber
kehidupan, hal ini berarti manusia akan selalu
memengaruhi
kehidupan.
Kualitas
air
merefleksikan sanitasi lingkungan sekitar badan
air itu berada. Dari keadaan sanitasi, akan
terlihat perbedaan akan badan air, penyakitpenyakit berbahaya kebanyakan dapat menyebar
melalui kualitas air yang buruk. Misalnya diare,
penyakit Diare membunuh satu anak di dunia ini
setiap 15 detik, karna akses pada sanitasi masih
terlalu rendah(Azwar, 2009).
Di Indonesia terdapat empat dampak kesehatan
oleh pengolahan air dan sanitasi yang buruk,
yakni Diare, Tifus, Polio dan Cacingan. Hal
survei pada tahun 2006 menunjukkan bahwa
kejadian Diare pada semua usia di Indonesia
adalah 423 per 1000 penduduk dan terjadi 1 2
kali per tahun pada anak anak berusia dibawah
5 tahun (Elok Dyah Messwati, 2008).
Pada tahun 2008 dilaporkan terjadinya Kejadian
Luar Biasa (KLB) Diare di 15 provinsi dengan
jumlah penderita sebanyak 8.443 orang, jumlah
kematian sebanyak 209 orang atau Case Fatality
Rate (CFR) sebanyak 2,48%. Hal tersebut
utamanya
disebabkan
oleh
rendahnya
ketersediaan air bersih, sanitasi yang buruk dan

perilaku hidup tidak bersih (Profil Kesehatan


Indonesia, 2008).
Peningkatan jumlah penduduk dan
perkembangan suatu kota berakibatpada
peubahan pola sanitasi masyarakat yang secara
langsung dan tidak langsung akan memengaruhi
daerah sekitarnya.
Air merupakan kebutuhan yang sangat vital bagi
kehidupan manusia. Karena itu jika kebutuhan
akan air tersebut belum tercukupi maka dapat
memberikan dampak yang besar terhadap
kerawanan kesehatan maupun sosial. Pengadaan
air bersih di Indonesia khususnya untuk skala
yang besar masih terpusat di daerah perkotaan,
dan dikelola oleh Perusahan Air Minum (PAM)
kota yang bersangkutan. Namun demikian
secara nasional jumlahnya masih belum
mencukupi dan dapat dikatakan relatif kecil
yakni 16,08 %. Untuk daerah yang belum
mendapatkan pelayanan air bersih dari PAM
umumnya mereka menggunakan air tanah
(sumur), air sungai, air hujan, air sumber (mata
air) dan lainnya (Said Dan Wahjono, 1999).
Kualitas air yang baik ini minimal
mengandung oksigen terlarut sebanyak lebih 5
mg/l. Oksigen terlarut ini dapat ditingkatkan
dengan menambah oksigen ke dalam air
dengan menggunakan aerator atau air yang
terus mengalir. Kelebihan plankton dapat
menyebabkan kandungan oksigen didalam air
menjadi berkurang. Maka dengan itu plankton

75

dalam kolam harus selalu dipantau (Ansori,


2008). Pengukuran kualitas air dapat dilakukan
dengan dua cara, yang pertama adalah
pengukuran kualitas air dengan parameter
fisika dan kimia (suhu, O2 terlarut, CO2 bebas,
pH, konduktivitas, kecerahan, alkalinitas ),
sedangkan yang kedua adalah pengukuran
kualitas air dengan parameter biologi (plankton
dan benthos) (Sihotang, 2006).
BAHAN DAN METODE
Waktu dan tempat praktikum
Praktikum mandiri ini dilaksanakan pada hari
Jumat, 13 Mei 2016 sertahariSenin, 16 Mei
2016. Lokasipengambi lansampel yaitu di Kali
Anyar belakang makam cina, Ngoresan, Jebres,
Surakarta.
Area
pengambilansampelyaitupadasatutitik sampling
dengan 3 kali pengulangan. Selanjutnya
dilakukan pengamatan plankton dengan
mikroskop di Laboratorium 1 Program Studi
Biologi, Fakultas Matematikadan Ilmu
Pengetahuan Alam, UniversitasSebelasMaret,
Surakarta.
Alat dan bahan
Alat yang digunakan yaitu botol air mineral,
alat tulis, TDS, pH meter, DO meter mikroskop
botol flacon gelas beker 250 mL, tissue, pipet,
gelas benda, dan gelas penutup Bahan yang
digunakan yaitu aquades.
Cara kerja
Area sungai Anyar belakang makan cina,
Ngoresan, Jebres, Karanganyar yang akan
diambil sampel air ditentukan terlebih dahulu.
Sampel air diambil dari 1 titik sampling dengan
3 kali pengulangan, yaitu dengan cara botol
mineral yang telah dipotong bagian atasnya dan
dikaitkan dengan tali rafia dimasukkan ke
dalam sungai lalu apabila air telah masuk
diangkat ke atas.Sampel air yang terambil
kemudian diukur faktor abiotik meliputi pH,
DO, TDS dan suhu.Sampel air yang telah
diukur kemudian dimasukkan ke dalam botol
flakon dan diberi label. Sampel air kemudian
dibawa ke Laboratorium Biologi FMIPA UNS
untuk diidentifikasi.
Analisis data

Data yang diperoleh dianalisis dengan melihat


kondisi masyarakat sekitar Kali Anyar
Mojosongo Surakarta dan kondisi lingkungan
berupa parameter fisika, kimia, dan biotik di
sekitarnya secara deskriptif.
HASIL DAN
PEMBAHASAN
Parameter Fisika
Pada praktikum ini dilakukan pengukuran
parameter fisika berupa pengukuran suhu dan
TDS (Total Dissolved Solute), dengan
pengukuran sebanyak tiga kali untuk setiap
parameter (Tabel 1). Suhu yang terukur berkisar
antara 30,6 30,7 C, sedangkan suhu normal
yang terukur pada praktikum ini adalah 31,3
C.Berdasarkan PP RI No. 82 Tahun 2001, batas
kriteria suhu yang terukur yaitu deviasi 3 (kelas
air I - III) dan deviasi 5 (kelas air IV) suhu
normal.Berdasarkan hasil pengukuran tersebut,
suhu air yang terukur masih di bawah ambang
batas nilai suhu untuk kelas air I IV. Hasil
pengukuran TDS pada praktikum ini berkisar
antara 191 192 mg/L. Menurut PP RI No. 82
Tahun 2001, nilai TDS yang terukur maksimal
1000 mg/L (kelas air I III), dan 2000 mg/L
(kelas air IV). Berdasarkan hasil pengukuran
tersebut, air sungai yang diukur pada praktikum
ini masih memenuhi kriteria untuk kelas air I
IV.
Tabel 1. Hasil Pengukuran Parameter Fisika
Air Kalianyar Surakarta
No.

Parameter

Satuan

1.

Suhu

2.

TDS

mg/L

Pengulangan
ke-

Hasil
Pengukuran

1
2
3
1
2
3

30,7
30,6
30,7
192
191
192

Parameter Kimia
Pada praktikum ini, dilakukan pengukuran
parameter kimia berupa pengukuran pH dan DO
(Dissolved
Oxygen),
dengan
pengukuran
sebanyak tiga kali untuk setiap parameter (Tabel
2). Ph yang terukur berkisar 6, 97 7.
Berdasarkan PP RI No. 82 Tahun 2001, nilai ph 6
9 (kelas air I - III), dan 5 9 (kelas air IV),
dengan demikian hasil pengukuran tersebut
menunjukkan bahwa air sungai yang diukur pada

praktikum ini memenuhi kriteria kelas air I IV.


Pengukuran DO pada praktikum ini berkisar pada
nilai 0,44 0, 45 mg/L. Berdasarkan PP RI No.
82 Tahun 2001, nilai DO yang terukur minimal 6
(kelas air I), 4 (kelas air II), 2 (kelas air III), dan 0
(kelas IV). Berdasarkan hasil pengukuran, dapat
dikategorikan air sungai yang diukur masuk ke
dalam kelas air IV.

76

Tabel 3. Hasil Pengukuran Parameter Biotik


Air Kalianyar Surakarta

No

Foto

Nama Spesies

.
1.
Spirogyra sp.

Tabel 2. Hasil Pengukuran Parameter Kimia


Air Kalianyar Surakarta
No.

Parameter

1.

pH

2.

DO

Satuan

mg/L

Pengulangan
ke1
2
3
1
2
3

Hasil
Pengukuran
6,97
6,99
7
0,44
0,45
0,45

2.

Anabaena sp.

3.

Ulothrix

4.

Spesies C

Parameter Biotik
Pada praktikum ditemukan 6 spesies
plankton, yaitu Spyrogyra sp., Anabaena sp.,
Ulothrix,
dan
Oscillatoria.
Ulothrix
mengindikasikan bahwa Kali Anyar mengalami
pencemaran. Dari pembahasan parameter abiotik
diatas menunjukkan bahwa Kali Anyar tercemar
berat pencemaran yang terjadi di sungai Anyar
termasuk pencemaran ringan. Hal ini didukung
dengan beranekaragamnya spesies plankton yang
meliputi, Spyrogyra sp., Anabaena sp., dan
Oscillatoria. Spesies-spesies tersebut termasuk
fitoplankton yang dapat melakukan fotosintesis.
Adanya fitoplankton tersebut mengindikasikan
bahwa sungai Anyar masih memiliki kandungan
oksigen terlarut.
Pencemaran yang terjadi di Kali Anyar
diduga berasal dari sisa kegiatan antropogenik
(kegiatan manusia) di daerah sekitar sungai,
seperti mandi, pembuangan limbah rumah tangga
(limbah pencucian pakaian dan perabotan rumah
tangga, limbah dapur), pembuangan sampah
(organik maupun anorganik), pembuangan tinja.
Aliran Kali Anyar Surakarta tidak melewati
daerah
sekitar
pabrik-pabrik,
sehingga
dimungkinkan bahan pencemar yang berasal dari
pabrik tidak ada. Masyarakat sekitar sungai yang
sering buang air besar di sungai juga turut
menyumbangkan bahan pencemar berupa feses
yang banyak mengandung bakteri coliform.

KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA
Ansori, A.K. 2008. Penentuan Kekeruhan Pada Air
Reservoir di PDAM Tirtanadi Instalasi
Pengolahan Air Sunggal Medan Metode
Turbidimetri. Karya Ilmiah. Program
Studi Diploma III Kimia Analis
Departemen Kimia Fakultas Matematika

77

dan Ilmu Pengetahuan Alam Program


Studi Diploma III Kimia Analis
Universitas Sumatera Utara. Medan.
Ansyari, Fuad. 1979. Kesehatan Lingkungan.
Surabaya: Ghalia Indonesia.
Apriadji, Wied Harry.1994. Memproses sampah.
Jakarta: Penebar Swadaya.
Azwar, A. 1995. Pengantar Ilmu Kesehatan
Lingkungan. Jakarta: Mutiara Sumber
Widya.
Balbus, John M; Catherine Malina .2009.
Identifying vulnerable subpopulations for
climate change health effects in the
United States. Journal of occupational
and environmental medicine / American
College
of
Occupational
and
Environmental Medicine Vol. 51 (1): 33
37.
Damanhuri, E. (1988). Optimasi Lahan Sanitary
Landfill , Suatu Konsep. Jurnal Tehnik
Penyehatan Edisi Mei .
DepKes RI. 2004. Sistem Kesehatan Nasional
2004. Jakarta.
Depkes, RI. 1987. Pedoman Bidang Studi
Pembuangan Sampah ,Akademi Penilik
Kesehatan Teknologi Sanitasi (APKTS).
Jakarta
:
Proyek
Pengembangan
Pendidikan Tenaga Sanitasi Pusat
Departemen Kesehatan.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor 115 Tahun 2003 Tentang Pedoman
Penentuan Status Mutu Air.
Kusyoko, G. 2010. Pengaruh Kepadatan Hunian
dan Perilaku Penghuni Rumah terhadap
Kejadian Penyakit Kusta. Skripsi.
Surabaya: Universitas Airlangga.
Miquel Porta. 2014. A Dictionary of Epidemiology
(6th ed.). New York: Oxford University

Press.
ISBN 978-0-19-997673-7.
Retrieved 16 July 2014.
Nutter, Jr., F.W. 1999. Understanding the
interrelationships between botanical,
human, and veterinary epidemiology: the
Ys and Rs of it all. Ecosys Health. Vol. 5
(3):
13140.
doi:10.1046/j.15260992.1999.09922.x.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan
Kualitas
Air
dan
Pengendalian
Pencemaran Air.
Said, N.I. dan H.D. Wahjono. 1999. Teknologi
Pengolahan Air Limbah Tahu-Tempe
Dengan Proses Biofilter Anaerob dan
Aerob. Jakarta: Kelair.
Sihotang, C. dan Efawani. 2006. Penuntun
Praktikum
Limnologi.
Pekanbaru:
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
UR.
Slamet, J.S. 2002. Kesehatan Lingkungan.
Yogyakarta: Gajahmada University Press.
Slikker, William Jr., Chang, Louis W. 1998.
Handbook
of
Developmental
Neurotoxicology. Academic Press. ISBN
0080533434.
Suprihatin, Agung, Dwi Prihanto, Michel Gelbert.
1996. Pengelolaan Sampah. Malang :
PPPGT / VEDC Malang.
Suryani, M. Ahmad R., dan Mudi R. (1997).
Lingkungan Sumber Daya Alam dan
Kependudukan Dalam Pembanguna n.
Jakata: Universitas Indonesia Press.
Tersiawan,
Magyartoto.
1995.
Lingkungan
Berlanjut. Jakarta : Balai Pustaka.

600 ppm 1,363 2


1,503 10,

nal of Food Science 59:702-706.

78

You might also like