You are on page 1of 95

ADMINISTRASI MANAJEMEN

DALAM
PENGELOLAAN PENDIDIKAN
BAB I
PENDAHULUAN
Pada dasarnya kemampuan manusia itu terbatas (fisik, pengetahuan, waktu
dan perhatian) sedangkan kebutuhannya tidak terbatas usaha untuk
memenuhi kebutuhan dan terbatasnya kemampuan untuk melakukan
pekerjaan mendorong manusia membagi pekerjaan tugas dan tanggung jawab
dengan adanya pembagian kerja, tugas, dan tanggung jawab ini maka
terbentuklah kerjasama dan keterikatan formal dalam suatu organisasi.
Pada dasarnya manajemen itu penting sebab pekerjaan itu berat dan sulit
untuk dikerjakan sendiri sehingga itu perlu pembagian kerja, tugas dan
tanggung jawab dalam penyelesaiannya. Manajemen yang baik akan
meningkatkan daya guna dan hasil guna semua potensi yang dimiliki.
Manajemen selalu dibutuhkan dalam setiap kerjasama dalam sekelompok
orang.
Setiap manejer dalam pelaksanaan tugasnya, aktivitasnya, dan
keterampilannya untuk mencapai tujuan harus melaksanakan perencanaan
pengorganisasian, penngarahan, dan pengendalian dengan baik.
Dalam tataran nilai, pendidikan mempunyai peran vital sebagai pendorong
individu dan warga masyarakat untuk meraih progresivitas pada semua lini
kehidupan. Di samping itu, pendidikan dapat menjadi determinan penting
bagi proses transformasi personal maupun sosial. Dan sesungguhnya inilah
idealisme pendidikan yang mensyaratkan adanya pemberdayaan.
Namun dalam tataran ideal, pergeseran paradigma yang awalnya memandang
lembaga pendidikan sebagai lembaga sosial, kini dipandang sebagai suatu
lahan bisnis basah yang mengindikasikan perlunya perubahan pengelolaan.
Perubahan pengelolaan tersebut harus seirama dengan tuntutan zaman.

BAB II
PEMBAHASAN
1. A. Administrasi Pendidikan
Kata administrasi berasal dari bahasa Latin yang terdiri atas
kata ad dan ministare.Kata ad mempunyai
arti
yang
sama dengan
kata to dalam bahasa inggris, yang berarti ke atau kepada.
Dan ministare sama artinya dengan kata to surve atau toconductyang berarti
melayani, membantu, atau mengarahkan. Dalam bahasa inggris to
administer berarti pula mengatur, memelihara (to look after), dan
mengarahkan.[1]
Jadi, kata administrasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan atau usaha
untuk membantu, melayani, mengarahkan, atau mengatur semua kegiatan
didalam mencapai suatu tujuan. Meskipun peraktek administrasi sejak dahulu
kala telah dilaksanakan orang, bahkan sejak manusia bermasyarakat dan
bernegara, administrasi sebagai ilmu baru muncul pada permulaan
pertengahan kedua abad ke-19.
Frederick Taylor (1856) sering disebut sebagai bapak dari gerakan
manajemen berdasarkan ilmu pengetahuan. Dengan demikian, ia dapat pula
dikatakan sebagai pelopor dari timbulnya ilmu administrasi. Ia pernah
bekerja sebagai buruh rendahan sampai tingkat yang paling tinggi di dalam
perusahaan.[2]
Administrasi pendidikan ialah segenap proses pengarahan dan
pengintegrasian segala sesuatu, baik personel, spritual maupun material yang
bersangkut paut dengan pendidikan, jadi dalam proses administrasi
pendidikan segenap usaha orang-orang yang terlibat di dalam proses
pencapaian tujuan pendidikan itu di integrasikan, diorganisasi dan
dikioordinasi secara efektif, dan semateri yang diperlukan dan yang telah ada
dimanfaatkan secara efesien.
Sedangkan pendidikan, baik diartikan sebagai prioses produk, adalah masalah
perseorangan. Anak didik sendirilah yang harus membuat perubahan di dalam
dirinya sesuai dengan yang di kehendakinya. Proses pendidikan terjadi dalam
diri individu, dan dari produk pendidikan menyatakan diri di dalam tingkah
lakunya. Demikianlah pendidikan tidak sama dengan pendidikan.

Engkoswara (1987:1) mengemukakan bahwa administrasi pendidikan


dalam arti seluas-luasanya adalah suatu ilmu yang mempelajari penataan
sumber daya untuk mencapai tujuan pendidikan secara produktif.
Selanjutnya mengatakan penataan mengandung makna, mengatur,
manajemen, memimpin, mengelola atau mengadministrasikan sumber daya
yang meliputi merencanakan, melaksanakan dan mengawasi, atau membina.
Sumber dayanya terdiri dari; (1) sumber daya manusia (peserta didik,
pendidik, dan pemakai jasa pendidikan), (2) sumber belajar atau kurikulum
(segala sesuatu yang disediakan lembaga pendidikan untuk mencapai tujuan),
dan (3) fasilitas (peralatan, barang, dan keuangan yang menunjang
kemungkinan terjadinya pendidikan). Tujuan pendidikan yang produktif
berupa prestasi yang efektif, dan suasana atau proses yang efisien.
Selanjutnya keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan yang produktif dapat
dilihat dari sudut administratif, psikologis, dan ekonomis.[3]
Secara dingkatnya administrasi pendidikan ialah pembinaan, pengawasan dan
pelaksanaan dari segala sesuatu yang berhubungan dengan urusan-urusan
sekolah.
Beberapa unsur pokok didalam administrasi yang dimaksudkan. Ialah:[4]
1. Adanya sekelompok manusia (sedikitnya dua orang)
2. Adanya tujuan yang hendak dicapai bersama.
3. Adanya tugas/fungsi yang harus dilaksanakan (kegiatan kerja sama)
4. Adanya peralatan dan perlengkapan yang diperlukan.
Semua unsur tersebut harus diatur dan dikelola sedemikian rupa sehingga
mengarah kepada tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditentukan.
Proses administrasi pendidikan diperlukan berbagai pendekatan untuk
mencapai tujuan, salah satu pendekatan yaitu pendekatan terpadu. Konsep
pendekatan administrasi terpadu ialah suatu pendekatan yang dilandasi oleh
norma dan keadaan yang berlaku, menelaah ke masa silam dan berorientasi
ke masa depan secara cermat dan terpadu dalam berbagai dimensi.
Pendekatan terpadu melibatkan dimensi serta optimalisasi fungsi
koordinasi,dan pelaksanaannya ditunjang dengan konsep manajemen
partisipatif. Konsep manajemen partispasif, mempunyai dimensi konteks,
tujuan dan lingkungan. Hal itu dikembangkan menjadi suatu proses dalam
administrasi pendidikan terpadu yang intinya ada keterlibatan semua pihak
yang terkait dalam organisasi pendidikan.
John M.Cohen dan Norman T.Uphoff (1977:6-8) mengungkapkan bahwa
kerangka kerja secara koordinasi dalam suasana partisifasif mempunyai tiga
dimensi yakni; Kerangka kerja tersebut, menunjukkan bagaimana suatu
pengembangan program dilakukan, melalui pendekatan partisipasi.

Partisipasi dari instrumental yang ada seperti konstitusi, keterlibatan


masyarakat, kelompok atau personal. Kondisi ini,tergantung pada
keterlibatan dalam ; (a) pengambilan keputusan; (b) pelaksanaan keputusan;
(c) manfaat adanya partisipasi; dan (d) keterlibatan dalam evaluasi.
Berrdasarkan dari uraian tersebut, tampak bahwa proses administrasi merujuk
pada aktivitas pencapaian tujuan. Proses tersebut, diperlukan berbagai
pendekatan yang selaras dengan karakteristik suatu organisasi, yang
mempunyai visi, misi, fungsi dan tujuan serta strategi pencapaiannya.[5]
1. B. Manajemen Pendidikan
Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur, pengaturan
dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan dari fungsi-fungsi
manajemen itu. Jadi, manajemen merupakan suatu proses untuk mewujudkan
tujuan yang diinginkan.
G.R. Terry berpendapat bahwa manajement is a distinck process of planning,
organizing, actuating, and controling performed to determine and
accomplish stated objectivies by the use of human being other
recourses. Artinya manajemen adalah suatu proses yang khas yang terdiri
dari tindakan-tindakan perencanaan pengorganisasian, pengarahan, dan
pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaransasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan
sumber-sumber lainnya.
Sedangkan menurut Haroid dan cyrilo Donnel mengemukakan managament
is getting things done throug people in bringing about tjis coordinating of
group activity themanager, as a manager plans, organizes, staffs, direct, and
control the acktivities other people. Artinya manajemen adalah usaha
mencapai tujuan tertentu melalui kegiatan orang lain. Dengan demikian
manajemen mengadakan kordinasi atas sejumlah aktivitas orang lain yang
meliputi perencanaan, pengorganisasian, penempatan, pengarahan, dan
pengendalian.[6]
Jika kita simak defenisi-defenisi diatas dapatlah ditarik kesimpulan bahwa
1.
2.

Manajemen mempunyai tujuan yang ingin dicapai.


Manajemen merupakan perpaduan antara ilmu dengan seni.
A.
Manajemen merupakan proses yang sistematik, terkordinasi,
koferatif, dan terintegrasi dalam memanfaatkan unsur-unsurnya.
B.
Manajemen baru dapat diterapakan jika ada dua orang atau
lebih melakukan kerja sama dalam suatu organisasi.
C.
Manajemen harus didasarkan dengan pembagian kerja, tugas,
dan tanggung jawab.
D.
Manajemen terdiri dari beberapa fungsi.
E.
Manajemen hanya merupakan alat untuk mencapai tujuan.

Reiguluth dan Garfinkel (1993) menjelaskan guru adalah sebagai fasilitator


dan manajemen pendidikan. Peran ini mensyaratkan sistem yang berbasis
sumber data dan penggunaan kekuatan alat-alat dengan kemajuan tekhnologi
dari pada berbasis kepada guru.
Tugas propesional guru adalah melakukan kegiatan mengajar, dan
selanjutnya murid melakukan respon-respon yang disebut belajar. Menurut
Dauis (1991:35) peran guru sebagai menejer dalam proses pengajaran:
1.
2.

Merencanakan, yaitu menyusun tujuan belajar mengajar (pengajaran).


Mengorganisasikan, yaitu menghubungnkan atau menggabungkan
seluruh sumber daya belajar mengajar dalam mencapai tujuan secara
efektif dan efesien.
3. Memimpin, yaitu apakah pekerjaan atau kegiatan belajar mengajar
mencapai tujuan pengajaran, sehingga diketahui hasil yang dicapai.
Fungsi manajemen pembelajaran yaitu: perencanaan pengajaran,
pengorganisasian pengajaran, dann evaluasi pengajaran. Dalam menjalankan
fungsi manajemen dimaksud, seorang guru harus memanfaatkan sumber daya
pengajaran (learning resouces) yang ada didalam kelas maupun diluar kelas.
[7]
Manajemen oleh para penulis dibagi atas beberapa fungsi, pembagian fungsifungsi manajemen ini adalah:
1.
2.
3.

Supaya sistematika urutan pembahasannya lebih teratur.


Agar analisis pembahasannya lebih mudah dan lebih mendalam.
Untuk menjadi pedoman pelaksanaan proses manajemen bagi
manejer.[8]
Fungsi-fungsi manajemen antara lain:
1. Planning
Planning ialah menetapkan pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh kelopok
untuk mencapai tujuan yang digariskan. Planning mencakup kegiatan
pengambilan keputusan, karena termasuk pemilihan-pemilihan alternatifalternatif keputusan.
2. Organizing
Organizing ialah mengelompokkan dan menentukan berbagai kegiatan
penting dan memberikan kekuasaan untuk melaksanakan kegiatan.
1.

Actuating

Actuating atau disebut juga gerakan aksi mencakup kegiatan yang


dilakukan seseorang manajer untuk mengawali dan melanjutkan kegiatan
yang ditetapkan untuk mengawali dan melanjutkan kegiatan yang ditetapkan
oleh unsur perencana dan pengorganisasian agar tujuan-tujaun tersebut dapat
dipahami.
1. Motovating
Motivating merupakan sebuah kata yang lebih disukai oleh beberapa pihak
dari pada kata actuating. Beberapa pihak yang lain menganggap arti dari
kedua kata tersebut adalah sama.
1. Staffing
Mencakup mendapatkan, menempatkan, dan mempertahankan anggota pada
posisi yang dibutuhkan oleh pekerjaan organisasi yang bersangkutan.
1. Directing
Merupakan pengarahan yang diberikan kepada bawahan sehingga mereka
menjadi pegawai yang berpengetahuan dan akan bekerja aktif menuju sasaran
yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
1. Controling
Mencakup kelanjuatan tugas untuk melihat apakah kegiatan dilaksanakan
sesuai rencana. Pelaksanaan kegiatan dievaluasi dan penyimpangan yang
tidak di inginkan diperbaiki supaya tujuan dapat tercapai dengan baik
1. Inovating
Mencakup pengembangan gagasan baru, mengkombinasikan pemikiran baru
dengan yang lama, mencari gagasan dari kegitan lain dan melaksanakannya
atau dapat juga dilakukan dengan cara memberi stimulai kepada rekan
sekerja untuk mengembangkan gagasan baru dalam pekerjaan mereka.
1. Representing
Mencakup pelaksanaan tugas pegawai sebagai anggota resmi dari sebuah
perusahaannya dalam urusannya dengan pihak pemerintahan, kalangan
swasta bank, penjual, langganan, dan kalangan luar lainnya.
1. Coordinating
Merupakan sunkronisasi yang teratur dalam usaha individu yang
berhubungan dengan jumlah waktu dan tujuan mereka, sehingga diambil
tindakan yang serempak menuju sasaran yang telah ditetapkan.[9]

1. C. Efektifitas Manajemen dalam Lembaga Pendidikan


Dalam ranah aktivitas, implementasi manajemen terhadap pengelolaan
pendidikan haruslah berorientasi pada efektivitas terhadap segala aspek
pendidikan baik dalam pertumbuhan, perkembangan, maupun keberkahan
(dalam perspektif syariah). Berikut ini merupakan urgensi manajemen
terhadap bidang manajemen pendidikan:[10]
1. Manajemen Kurikulum
1)
Mengupayakan efektifitas perencanaan
2)

Mengupayakan efektifitas pengorganisasian dan koordinasi

3)

Mengupayakan efektifitas pelaksanaan

4)

Mengupayakan efektifitas pengendalian/pengawasan

1. Manajemen Personalia
Manajemen ini berkisar pada staff development (teacher development),
meliputi:
1) Training
2)

Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)

3)

Inservice Education (Pendidikan Lanjutan)


1.

1)

Manajemen Siswa
Penerimaan Siswa (Daya Tampung, Seleksi)

2)
Pembinaan Siswa (Pengelompokkan, Kenaikan Kelas, Penentuan
Program, Ekskul)
3)

Pemberdayaan OSIS

1. Manajemen Keuangan
Dalam keuangan pengelolaan pendidikan, manajemen harus berlandaskan
pada prinsip: efektivitas, efisiensi dan pemerataan .
1. Manajemen Lingkungan
Urgensi manajemen terhadap lingkungan pendidikan bertujuan dalam
merangkul seluruh pihak terkait yang akan berpengaruh dalam segala
kebijakan dan keberlangsungan pendidikan. Manajemen ini berupaya
mewujudkan cooperation with Society dan stake holder identification.

BAB III
KESIMPULAN
Kata administrasi berasal dari bahasa Latin yang terdiri atas
kata ad dan ministare.Kata ad mempunyai
arti
yang
sama dengan
kata to dalam bahasa inggris, yang berarti ke atau kepada.
Dan ministare sama artinya dengan kata to surve atau toconductyang berarti
melayani, membantu, atau mengarahkan. Dalam bahasa inggris to
administer berarti pula mengatur, memelihara (to look after), dan
mengarahkan
Administrasi pendidikan ialah segenap proses pengarahan dan
pengintegrasian segala sesuatu, baik personel, spritual maupun material yang
bersangkut paut dengan pendidikan, jadi dalam proses administrasi
pendidikan segenap usaha orang-orang yang terlibat di dalam proses
pencapaian tujuan pendidikan itu di integrasikan, diorganisasi dan
dikioordinasi secara efektif, dan semateri yang diperlukan dan yang telah ada
dimanfaatkan secara efesien.
Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur, pengaturan
dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan dari fungsi-fungsi
manajemen itu. Jadi, manajemen merupakan suatu proses untuk mewujudkan
tujuan yang diinginkan
Fungsi-fungsi manajemen antara lain
v

Planning

Organizing

Actuating

Motovating

Staffing

Directing

Controling

Inovating

Representing

Coordinating

[1] Ngalim Purwanto, Administarasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung:


PT. Remaja Rosda Karya, 2002), hlm. 1.
[2] Ibid., hlm. 2
[3] R. Fred David, Konsep Manajemen Strategis, (Jakarta: PT Indeks, 2004),
hlm. 54.
[4] Ngalim Purwanto, Op.Cit., hlm. 5
[5] S.P. Malayu Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: PT
Toko Gunung Agung, 1995), hlm. 13.
[6] Malayu, Manajemen, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), hlm. 1-3.
[7] Syafaruddin, Irwan Nasution, Manajemen Pembelajaran, (Jakarta:
Quantum Teaching,2005), hlm. 71.
[8] Malayu, Op.Cit., hlm. 37.
[9] George R. Terry, Prinsip-Prinsip Manajemen, (Jakarta: Bumu Aksara
1990), hlm. 17.
[10]
Oteng Sutisna, Administrasi Pendidikan. (Bandung: Angkasa,
1985), hlm. 20.
Share this:

http://irpan1990.wordpress.com/administrasi-manajemen-dalampengelolaan-pendidikan/

Program Administrasi
Tujuan Pendidikan Nasional berdasarkan kepada Pancasila, bertujuan untuk
meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan
bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur,
berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab,
mandiri, cerdas dan terampil serta sehat jasmani dan rohani. Salah satu tujuan
Pendidikan Nasional di atas, diimplimentasikan dalam berbagai kegiatan
yang telah dilakukan diantaranya dalam pengelolaan administrasi sekolah
yang mencakup diantaranya dalam peningkatan jenis mutu pelayanan kepada
masyarakat. Dalam rangka mewujudkan pencapaian tujuan Pendidikan
Nasional dimaksud, maka kegiatan-kegiatan tersebut di atas harus ditunjang
oleh pelayanan administrasi sekolah yang teratur, terarah, dan terencana.
Pelayanan administrasi sekolah yang baik akan menunjang penyelenggaran
proses belajar dan mengajar yang baik pula sesuai Permendiknas Nomor 24
Tahun 2008.
Penyelenggaraan proses belajar yang baik akan dapat meningkatkan hasil
belajar siswa seperti yang diharapkan oleh tujuan Pendidikan Nasional.
Pelayanan administrasi sekolah yang baik harus mengikuti ketentuan dan
peraturan yang telah dikeluarkan oleh instansi atau unit yang relevan di
lingkungan Departemen/ Dinas Pendidikan Nasional. Agar semua sekolah
dapat menyelenggarakan pendidikan di sekolah, sesuai dengan ketentuan dan
peraturan administrasi sekolah yang berlaku.
Dalam pelaksanaan kegiatan sekolah khususnya bidang administrasi selalu
mengacu kepada peraturan dan prundang-undangan yang berlaku, adapun
sumber tersebut adalah : (1) Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional; (2) Permendiknas Nomor 24 tahun 2007 tentang
Standar Sarana Prasarana Sekolah SD-MI, SMP-MTS, SMA-MA.
(3) Peraturan Daerah Kota Bandung nomor 20 tahun 2002 tentang
Penyelenggaraan Pendidikan di Kota Bandung. (4) Permendiknas nomor 24
tahun 2008 tentang Standar Tenaga Administrasi Sekolah/ Madrasah; (5)
Kepres nomor 80 tahun 2003 tentang Pengelolaan Pengadaan Barang/ Jasa
(6) Keputusan Kepala SMA Negeri 5 Bandung nomor 800/ 579/ SMAN
5/2010 tentang Pedoman Kerja SMA Negeri 5 Bandung.

Target Sasaran Mutu Bidang Administrasi : (1) Mengoptimalkan pelayanan;


(2) Menyusun sistem administrasi di bidang pengendalian dan penyimpanan

dokumen; (3) Meningkatkan pelayanan 7K; (4) Meningkatkan kompetensi


sumber daya manusia (SDM).
Secara khusus kegiatan bidang administrasi mengacu pada peningkatan mutu
pelayanan administrasi, antara lain :
a. Administrasi kepegawaian.
b. Administrasi keuangan.
c. Administrasi kesiswaan.
d. Administrasi pengelolaan perlengkapan/ inventarisasi.
e. Administrasi persuratan dan kearsipan.
f. Pengelolaan kebersihan,
kerindangan (5-K).

keamanan,

ketertiban,

keindahan,

dan

Pengorganisasian Personil.
Unsur Administrasi adalah tenaga kependidikan SMA Negeri 5 Bandung,
berstatus Pegawai Negeri Sipil dan Non Pegawai Negeri Sipil, memenuhi
kualifikasi akademik dan kompetensi secara umum dan khusus dengan
ketentuan :
Bagi yang berstatus Pegawai Negeri Sipil keberadaannya ditetapkan
secara tersendiri sesuai ketentuan peraturan perundangan yang berlaku.
Bagi yang berstatus Non Pegawai Negeri Sipil keberadaannya
didasarkan atas kebutuhan SMA Negeri 5 Bandung dengan
memperhatikan ketentuan rekrutmen yang telah ditetapkan.
Unsur Tata Usaha terdiri dari :
(1) Tenaga administrasi; (2) Tenaga perpustakaan; (3) Tenaga laboratorium;
(4) Tenaga kebersihan; (5) Tenaga teknis
Struktur Organisasi.

Tugas Pokok Bidang Administrasi.


1. Kepala Administrasi. Tugas pokok Kepala Administrasi SMA Negeri 5
Bandung adalah membantu pelaksanaan tugas Kepala SMA Negeri 5
Bandung pada ketatausahaan di bidang kurikulum, kesiswaan, sarana
prasarana, hubungan masyarakat dan perencanaan pengembangan,
serta mewakili Kepala SMA Negeri 5 Bandung. Mengkoordinir
pelaksanaan kegiatan administrasi sekolah dan bertanggung jawab
kepada Kepala Sekolah.

2. Bagian Keuangan. Bendahara Rutin/ UYHD. Melaksanakan administrasi


keuangan untuk gaji pegawai negeri sipil (PNS), administrasi dana
UYHD yang bersumber dari pemerintah. Bendahara SPP (PUMC).
Melaksanakan administrasi keuangan Komite Sekolah.
3. Bagian Kepegawaian Melaksanakan administrasi kepegawaian tenaga
edukatif dan tenaga administratif.
4. Bagian Kesiswaan. Melaksanakan administrasi kelengkapan bidang
kesiswaan : buku induk siswa, data siswa, absensi siswa, dll.
5. Bagian Perlengkapan/ Inventarisasi. Melaksanakan administrasi bidang
perlengkapan, pengelolaan barang milik Negara dan milik sekolah,
penyediaan sarana/ prasarana pendidikan.
6. Bidang Umum.
o

Persuratan dan Kearsipan. Pengelolaan surat-surat yang masuk


maupun yang keluar, dan mengelola kearsipan.

Penggandaan. Melaksanakan
tugas
penggandaan/
perbanyakan baik dalam bentuk soal maupun surat-surat edaran
intern sekolah.

K-5. Melaksanakan tugas keamanan, ketertiban, kebersihan,


keindahan, dan kerindangan.

Kepala Administrasi :
Dharma Nirwana, S.AP.
Bendahara Rutin :
Gularso
Bendahara PUMC:
Suhermiasri

Loading
http://sman5bdg.sch.id/page/p/11/Program%20Administrasi

ADMINISTRASI DAN PENGELOLAAN SEKOLAH


i

ADMINISTRASI
DAN PENGELOLAAN SEKOLAH
(Administrasi Kurikulum dan Pembelajaran)
PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN
PENDIDIK
DAN
TENAGA
KEPENDIDKAN
PERTANIAN
CIANJUR
2009
KOMPETENSI SUPERVISI MANAJERIAL

KATA PENGANTAR
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 tahun 2007
tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah berisi standar
kualifikasi dan kompetensi pengawas sekolah. Standar kualifikasi
menjelaskan persyaratan akademik dan nonakademik untuk diangkat
menjadi pengawas sekolah. Standar kompetensi memuat
seperangkat kemampuan yang harus dimiliki dan dikuasai pengawas
sekolah untuk dapat melaksanakan tugas pokok, fungsi dan tanggung
jawabnya.
Ada enam dimensi kompetensi yang harus dikuasai pengawas
sekolah yakni: (a) kompetensi kepribadian, (b) kompetensi supervisi
manajerial, (c) kompetensi supervisi akademik, (d) kompetensi
evaluasi pendidikan, (e) kompetensi penelitian dan pengembangan,
dan (f) kompetensi sosial. Dari hasil uji kompetensi di beberapa
daerah menunjukkan kompetensi pengawas sekolah masih perlu
ditingkatkan terutama dimensi kompetensi supervisi manajerial,
supervisi akademik, evaluasi pendidikan dan kompetensi peneli- tian
dan pengembangan. Untuk itu diperlukan adanya diklat peningkatan
kompetensi pengawas sekolah baik bagi pengawas sekolah dalam
jabatan terlebih lagi bagi para pengawas sekolah.
Materi dasar untuk semua dimensi kompetensi sengaja
disiapkan agar dapat dijadikan rujukan oleh para pelatih dalam

melaksanakan diklat peningkatan kompetensi pengawas sekolah di


masing-masing dinas kab/kota di seluruh Indonesia.
Untuk meningkatkan kompetensi pengawas, PPPPTK Pertanian
mengadakan Pendidikan dan Pelatihan Jarak Jauh (PPJJ). Hal ini
diharapkan dapat meningkatkan kuantitas layanan yang diharapkan
sampai ke seluruh dinas kab/kota di Indonesia.
Perkembangan teknologi informasi ini membuka peluang bagi
dunia pendidikan untuk mengembangkan model pembelajaran yang
dapat membantu meningkatkan kompetensi pengawas dengan
kuantitas yang diharapkan.
ii
Bahan ajar ini digunakan pada PPJJ PPPPTK Pertanian Cianjur,
sebagai bahan acuan peningkatan kompetensi menejerial pengawas.
Cianjur, April 2009
Kepala PPPPTK Pertanian Cianjur
Drs. Dedy H. Karwan, MM
NIP 130929635
iii
http://ahmadialqorni.blogspot.com/2012/05/administrasi-danpengelolaan-sekolah.html

PENTINGNYA
MANAJEMEN
PENGELOLAAN PENDIDIKAN

DALAM

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Manajemen Pendidikan Islam

Dosen,
Dr. H. Hasbi Indra, MA.

Disusun Oleh:
Dede Mahfudh
Dayat

MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS

IBN

KHALDHUN

BOGOR
1430 H/2009 M
A. Pendahuluan
Bertolak dari asumsi bahwa life is education and education
is life dalam arti pendidikan sebagai persoalan hidup dan
kehidupan maka diskursus seputar pendidikan merupakan salah
satu topik yang selalu menarik. Setidaknya ada dua alasan yang
dapat diidentifikasi sehingga pendidikan tetap up to date untuk
dikaji.

Pertama,

kebutuhan

akan

pendidikan

memang

pada

hakikatnya krusial karena bertautan langsung dengan ranah hidup


dan

kehidupan

manusia.

Membincangkan

pendidikan

berarti

berbicara kebutuhan primer manusia. Kedua, pendidikan juga


merupakan

wahana

strategis

bagi

upaya

perbaikan

mutu

kehidupan manusia, yang ditandai dengan meningkatnya level


kesejahteraan, menurunnya derajat kemiskinan dan terbukanya
berbagai alternatif opsi dan peluang mengaktualisasikan diri di
masa depan.
Dalam tataran nilai, pendidikan mempunyai peran vital
sebagai pendorong individu dan warga masyarakat untuk meraih
progresivitas
pendidikan

pada
dapat

semua
menjadi

lini

kehidupan.

determinan

Di

penting

samping
bagi

itu,

proses

transformasi personal maupun sosial. Dan sesungguhnya inilah


idealisme pendidikan yang mensyaratkan adanya pemberdayaan.
Namun dalam tataran ideal, pergeseran paradigma yang
awalnya memandang lembaga pendidikan sebagai lembaga sosial,
kini

dipandang

sebagai

suatu

lahan

bisnis

basah

yang

mengindikasikan perlunya perubahan pengelolaan. Perubahan


pengelolaan tersebut harus seirama dengan tuntutan zaman.
Situasi,

kondisi

dan

tuntutan

pasca

booming-nya

era

reformasi membawa konsekuensi kepada pengelola pendidikan


untuk

melihat

kebutuhan

kehidupan

di

masa

depan.

Maka

merupakan hal yang logis ketika pengelola pendidikan mengambil


langkah antisipatif untuk mempersiapkan diri bertahan pada
zamannya. Mempertahankan diri dengan tetap mengacu pada
pembenahan

total

mutu

pendidikan

berkaitan

erat

dengan

manajemen pendidikan adalah sebuah keniscayaan.

B. Pembahasan
1. Pengertian Manajemen
Perkembangan dinamis aplikasi manajemen berangkat dari
keragaman definisi tentang manajemen. Semula, manajemen yang

berasal dari
manage,

bahasa Inggris: management dengan kata kerja to

diartikan

secara

umum

sebagai

mengurusi

atau

kemampuan menjalankan dan mengontrol suatu urusan atau act


of running and controlling a business (Oxford, 2005). Selanjutnya
definisi manajemen berkembang lebih lengkap. Stoner (1986)
mengartikan

manajemen

sebagai

proses

perencanaan,

pengorganisasian, memimpin dan mengawasi usaha-usaha dari


anggota organisasi dan dari sumber-sumber organisasi lainnya
untuk mencapai organisasi yang telah ditetapkan. G.R. Terry (1986)
sebagaimana dikutip Malayu S.P Hasibuan (1996)- memandang
manajemen sebagai suatu proses, sebagai berikut: Management
is a distinct process consisting of planning, organizing, actuating
and controlling performed to determine and accomplish stated
objectives by the use of human being and other resources.
Sementara,
Manajemen

Malayu
Sumber

S.P.

Hasibuan

Daya

(1995)

Manusia

dalam

mengemukakan

bukunya
bahwa

manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan


sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif
dan efisien untuk mencapai tujuan tertentu.
Manajemen kemudian diartikan sebagai suatu rentetan
langkah yang terpadu untuk mengembangkan suatu organisasi
sebagai suatu system yang bersifat sosio-ekonomi-teknis; dimana
system adalah suatu kesatuan dinamis yang terdiri dari bagianbagian

yang

berhubungan

secara

organik;

dinamis

berarti

bergerak, berkembang ke arah suatu tujuan; sosio (social) berarti


yang bergerak di dalam dan yang menggerakkan sistem itu adalah
manusia; ekonomi berarti kegiatan dalam sistem bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan manusia; dan teknis berarti dalam kegiatan
dipakai harta, alat-alat dan cara-cara tertentu (Kadarman, 1991).

Dengan demikian, manajemen merupakan kebutuhan yang


niscaya untuk memudahkan pencapaian tujuan manusia dalam
organisasi, serta mengelola berbagai sumberdaya organisasi,
seperti sarana dan prasarana, waktu, SDM, metode dan lainnya
secara efektif, inovatif, kreatif, solutif, dan efisien.
2. Urgensi Manajemen dalam Pengelolaan Pendidikan
Kepekaan melihat kondisi global yang bergulir dan peluang
masa depan menjadi modal utama untuk mengadakan perubahan
paradigma dalam manajemen pendidikan. Modal ini akan dapat
menjadi pijakan yang kuat untuk mengembangkan pendidikan.
Pada titik inilah diperlukan berbagai komitmen untuk perbaikan
kualitas. Ketika melihat peluang, dan peluang itu dijadikan modal,
kemudian

modal

menjadi

pijakan

untuk

mengembangkan

pendidikan yang disertai komitmen yang tinggi, maka secara


otomatis

akan

terjadi

sebuah

efek

domino

(positif)

dalam

pengelolaan organisasi, strategi, SDM, pendidikan dan pengajaran,


biaya, serta marketing pendidikan.
Untuk

menuju

point

education

change

(perubahan

pendidikan) secara menyeluruh, maka manajemen pendidikan


adalah

hal

pendidikan

yang

harus

sehingga

diprioritaskan

menghasilkan

untuk

out-put

kelangsungan

yang

diinginkan.

Walaupun masih terdapat institusi pendidikan yang belum memiliki


manajemen

yang

bagus

dalam

pengelolaan

pendidikannya.

Manajemen yang digunakan masih konvensional, sehingga kurang


bisa menjawab tantangan zaman dan terkesan tertinggal dari
modernitas.
Jika manajemen pendidikan sudah tertata dengan baik dan
membumi, niscaya tidak akan lagi terdengar tentang pelayanan
sekolah yang buruk, minimnya profesionalisme tenaga pengajar,
sarana-prasarana tidak memadai, pungutan liar, hingga kekerasan

dalam pendidikan. Manajemen dalam sebuah organisasi pada


dasarnya dimaksudkan sebagai suatu proses (aktivitas) penentuan
dan pencapaian tujuan organisasi melalui pelaksanaan empat
fungsi dasar: planning, organizing, actuating, dan controlling dalam
penggunaan

sumberdaya

organisasi.

Karena

itulah,

aplikasi

manajemen organisasi hakikatnya adalah juga amal perbuatan


SDM organisasi yang bersangkutan.
a.

Planning
Satu-satunya hal yang pasti di masa depan dari organisasi
apapun termasuk lembaga pendidikan adalah perubahan, dan
perencanaan penting untuk menjembatani masa kini dan masa
depan yang meningkatkan kemungkinan untuk mencapai hasil
yang diinginkan. Mondy dan Premeaux (1995) menjelaskan bahwa
perencanaan merupakan proses menentukan apa yang seharusnya
dicapai

dan

bagaimana

mewujudkannya

dalam

kenyataan.

Perencanaan amat penting untuk implementasi strategi dan


evaluasi

strategi

pengorganisasian,

yang

berhasil,

pemotivasian,

terutama

karena

penunjukkan

aktivitas

staff,

dan

pengendalian tergantung pada perencanaan yang baik (Fred R.


David, 2004).
Dalam dinamika masyarakat, organisasi beradaptasi kepada
tuntunan perubahan melalui perencanaan. Menurut Johnson (1973)
bahwa: The planning process can be considered as the vehicle for
accomplishment of system change. Tanpa perencanaan sistem
tersebut tak dapat berubah dan tidak dapat menyesuaikan diri
dengan

kekuatan-kekuatan lingkungan yang

berbeda.

Dalam

sistem terbuka, perubahan dalam sistem terjadi apabila kekuatan


lingkungan

menghendaki

atau

menuntut

bahwa

suatu

keseimbangan baru perlu diciptakan dalam organisasi tergantung


pada rasionalitas pembuat keputusan. Bagi sistem sosial, satu-

satunya wahana untuk perubahan inovasi dan kesanggupan


menyesuaikan diri ialah pengambilan keputusan manusia dan
proses perencanaan.
Dalam

konteks

lembaga

pendidikan,

untuk

menyusun

kegiatan lembaga pendidikan, diperlukan data yang banyak dan


valid, pertimbangan dan pemikiran oleh sejumlah orang yang
berkaitan dengan hal yang direncanakan. Oleh karena itu kegiatan
perencanaan

sebaiknya

melibatkan

setiap

unsur

lembaga

pendidikan tersebut dalam rangka peningkatan mutu pendidikan.


Menurut Rusyan (1992) ada beberapa hal yang penting
dilaksanakan terus menerus dalam manajemen pendidikan sebagai
implementasi perencanaan, diantaranya:
-

Merinci

tujuan

dan

menerangkan

kepada

setiap

pegawai/personil lembaga pendidikan.


-

Menerangkan atau menjelaskan mengapa unit organisasi


diadakan.

Menentukan tugas dan fungsi, mengadakan pembagian dan


pengelompokkan tugas terhadap masing-masing personil.

Menetapkan kebijaksanaan umum, metode, prosedur dan


petunjuk pelaksanaan lainnya.

Mempersiapkan

uraian

jabatan

dan

merumuskan

rencana/sekala pengkajian.
-

Memilih para staf (pelaksana), administrator dan melakukan


pengawasan.

Merumuskan jadwal pelaksanaan, pembakuan hasil kerja


(kinerja),

pola

pengisian

staf

dan

formulir

laporan

pengajuan.
-

Menentukan keperluan tenaga kerja, biaya (uang) material


dan tempat.

Menyiapkan anggaran dan mengamankan dana.

Menghemat ruangan dan alat-alat perlengkapan.

Hirarki Rencana

Visi,
Misi,
Tujuan
Sasaran
Strategi
Kebijakan
Prosedur dan Kebijakan
Program
Anggaran
Sumber: Terry (1986); Kadarman et.al (1996)
b. Organizing
Tujuan

pengorganisasian

adalah

mencapai

usaha

terkoordinasi dengan menerapkan tugas dan hubungan wewenang.


Malayu S.P. Hasbuan (1995) mendifinisikan pengorganisasian
sebagai suatu proses penentuan, pengelompokkan dan pengaturan
bermacam-macam aktivitas yang diperlukan untuk mencapai
tujuan, menempatkan orang-orang pada setiap aktivitas ini,
menyediakan alat-alat yang diperlukan, menetapkan wewenang
yang secara relative didelegasikan kepada setiap individu yang
akan melakukan aktivitas-aktivitas tersebut. Pengorganisasian
fungsi manajemen dapat dilihat terdiri dari tiga aktivitas berurutan:
membagi-bagi

tugas

menjadi

pekerjaan

yang

lebih

sempit

(spesialisasi

pekerjaan),

membentuk

menggabungkan

departemen

pekerjaan

untuk

(departementalisasi),

dan

mendelegasikan wewenang (Fred R. David, 2004).


Dalam konteks pendidikan, pengorganisasian merupakan
salah

satu

aktivitas

berlangsungnya
diharapkan.

manajerial

kegiatan

Lembaga

yang

kependidikan

pendidikan

juga

menentukan

sebagaimana

sebagai

suatu

yang

organisasi

memiliki berbagai unsur yang terpadu dalam suatu sistem yang


harus terorganisir secara rapih dan tepat, baik tujuan, personil,
manajemen, teknologi, siswa/member, kurikulum, uang, metode,
fasilitas, dan faktor luar seperti masyarakat dan lingkungan sosial
budaya.
Sutisna (1985) mengemukakan bahwa organisasi yang baik
senantiasa mempunyai dan menggunakan tujuan, kewenangan,
dan pengetahuan dalam melakukan pekerjaan-pekerjaan. Dalam
organisasi yang baik semua bagiannya bekerja dalam keselarasan
seakan-akan

menjadi

sebagian

terpisahkan.

Semua itu

baru

dari

keseluruhan

dapat dicapai

yang

tak

oleh organisasi

pendidikan, manakala dilakukan upaya: 1) Menyusun struktur


kelembagaan, 2) Mengembangkan prosedur yang berlaku, 3)
Menentukan persyaratan bagi instruktur dan karyawan yang
diterima, 4) Membagi sumber daya instruktur dan karyawan yang
ada dalam pekerjaan.
c. Actuating
Dalam

pembahasan

fungsi

pengarahan,

aspek

kepemimpinan merupakan salah satu aspek yang sangat penting.


Sehingga definisi fungsi pengarahan selalu dimulai dimulai dan
dinilai cukup hanya dengan mendifinisikan kepemimpinan itu
sendiri.

Menurut Kadarman (1996) kepemimpinan dapat diartikan


sebagai seni atau proses untuk mempengaruhi dan mengarahkan
orang lain agar mereka mau berusaha untuk mencapai tujuan yang
hendak

dicapai

oleh

kelompok.

Kepemimpinan

juga

dapat

didefinisikan sebagai suatu kemampuan, proses atau fungsi yang


digunakan untuk mempengaruhi dan mengarahkan orang lain
untuk berbuat sesuatu dalam rangka mencapai tujuan tertentu.
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa seorang
pemimpin bertugas untuk memotivasi, mendorong dan memberi
keyakinan kepada orang yang dipimpinnya dalam suatu entitas
atau kelompok, baik itu individu sebagai entitas terkecil sebuah
komunitas ataupun hingga skala negara, untuk mencapai tujuan
sesuai dengan kapasitas kemampuan yang dimiliki. Pemimpin juga
harus dapat memfasilitasi anggotanya dalam mencapai tujuannya.
Ketika pemimpin telah berhasil membawa organisasinya mencapai
tujuannya, maka saat itu dapat dianalogikan bahwa ia telah
berhasil menggerakkan organisasinya dalam arah yang sama
tanpa paksaan.
Dalam konteks lembaga pendidikan, kepemimpinan pada
gilirannya bermuara pada pencapaian visi dan misi organisasi atau
lembaga pendidikan yang dilihat dari mutu pembelajaran yang
dicapai dengan sungguh-sungguh oleh semua personil lembaga
pendidikan. Soetopo dan Soemanto (1982) menjelaskan bahwa
kepemimpinan pendidikan ialah kemampuan untuk mempengaruhi
dan menggerakkan orang lain untuk mencapai tujuan pendidikan
secara bebas dan sukarela. Di dalam kepemimpinan
sebagaimana
demokratisasi,

dijalankan
spesialisasi

pimpinan
tugas,

harus

pendidikan

dilandasi

pendelegasian

konsep

wewenang,

profesionalitas dan integrasi tugas untuk mencapai tujuan bersama


yaitu tujuan organisasi, tujuan individu dan tujuan pemimpinnya.

Ada tiga keterampilan pokok yang dikemukakan Hersey dan


Blanchard (1988) -sebagaimana dikutip oleh Syafaruddin (2005)
dalam bukunya Manajemen Lembaga Pendidikan Islam- yang
berlaku umum bagi setiap pimpinan termasuk pimpinan lembaga
pendidikan, yaitu:
1. Technical skill-ability to use knowledge, methods, techniques
and equipment necessary for the performance of specific
tasks acquired from experiences, education and training.
2. Human skill-ability and judgment in working with and
through people, including in understanding of motivation
and an application of effective leadership.
3. Conceptual skill-ability to understand the complexities of the
overall organization and where ones own operation fits into
the organization. This knowledge permits one to act
according to the objectives of the total organization rather
than only on the basis of the goals and needs of ones own
immediate group.
d. Controling
Sebagaimana

yang

dikutif

Muhammad

Ismail

Yusanto

(2003), Mockler (1994) mendifinisikan pengawasan sebagai suatu


upaya sistematis untuk menetapkan standar prestasi kerja dengan
tujuan

perencanaan

untuk

mendesain

sistem

umpan

balik

informasi; untuk membandingkan prestasi sesungguhnya dengan


standar yang telah ditetapkan itu; menentukan apakah ada
penyimpangan dan mengukur signifikansi penyimpangan tersebut;
dan

mengambil

tindakan

perbaikan

yang

diperlukan

untuk

menjamin bahwa semua sumberdaya perusahaan telah digunakan


dengan cara yang paling efekif dan efisien guna tercapainya tujuan
perusahaan.

Dalam

konteks

mengistilahkan
pengajaran

dan

pendidikan,

pengawasan

sebagai

pembelajaran

atau

Depdiknas

(1999)

pengawasan

program

supervisi

yang

harus

diterapkan sebagai berikut:


1) Pengawasan yang dilakukan pimpinan dengan memfokuskan
pada usaha mengatasi hambatan yang dihadapi para
instruktur

atau

staf

dan

tidak

semata-mata

mencari

kesalahan.
2) Bantuan dan bimbingan diberikan secara tidak langsung.
Para staf diberikan dorongan untuk memperbaiki dirinya
sendiri, sedangkan pimpinan hanya membantu.
3) Pengawasan dalam bentuk saran yang efektif
4) Pengawasan yang dilakukan secara periodik.

3. Efektifitas Manajemen dalam Lembaga Pendidikan


Dalam ranah aktivitas, implementasi manajemen terhadap
pengelolaan pendidikan haruslah berorientasi pada efektivitas
terhadap segala aspek pendidikan baik dalam pertumbuhan,
perkembangan, maupun keberkahan (dalam perspektif syariah).
Berikut ini merupakan urgensi manajemen terhadap bidang
manajemen pendidikan:
a.

Manajemen Kurikulum
1) Mengupayakan efektifitas perencanaan
2) Mengupayakan efektifitas pengorganisasian dan koordinasi
3) Mengupayakan efektifitas pelaksanaan
4) Mengupayakan efektifitas pengendalian/pengawasan

b.

Manajemen Personalia
Manajemen ini berkisar pada staff development (teacher
development), meliputi:

1) Training
2) Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)
3) Inservice Education (Pendidikan Lanjutan)
c.

Manajemen Siswa
1) Penerimaan Siswa (Daya Tampung, Seleksi)
2) Pembinaan

Siswa

(Pengelompokkan,

Kenaikan

Kelas,

Penentuan Program, Ekskul)


3) Pemberdayaan OSIS
d.

Manajemen Keuangan
Dalam keuangan pengelolaan pendidikan, manajemen harus
berlandaskan

pada

prinsip:

efektivitas,

efisiensi

dan

pemerataan .
e.

Manajemen Lingkungan
Urgensi

manajemen

terhadap

lingkungan

pendidikan

bertujuan dalam merangkul seluruh pihak terkait yang akan


berpengaruh dalam segala kebijakan dan keberlangsungan
pendidikan.

Manajemen

ini

berupaya

mewujudkan

cooperation with Society dan stake holder identification.

C. Penutup
Berkenaan dengan manajemen pendidikan, Islam telah
menggariskan

bahwa

hakikat

amal

perbuatan

haruslah

berorientasi bagi pencapaian ridla Allah SWT. Bila perbuatan


manusia memenuhi dua syarat itu sekaligus, maka amal itu
tergolong ahsan (ahsanul amal), yakni amal terbaik di sisi Allah
SWT.

Dengan

dipandang

demikian,

pula

implementasi

sebagai

Islam

keberadaan
suatu

dalam

manajemen

sarana

kegiatan

untuk

organisasi

memudahkan

organisasi

tersebut.

Implementasi nilai-nilai Islam berwujud pada difungsikannya Islam


sebagai kaidah berpikir dan kaidah amal dalam seluruh kegiatan
organisasi. Nilai-nilai Islam inilah sesungguhnya nilai utama
organisasi yang menjadi payung strategis hingga taktis seluruh
aktivitas organisasi.
Sebagai kaidah berpikir, aqidah dan syariah difungsikan
sebagai

asas

atau

landasan

pola

pikir

dalam

beraktivitas.

Sedangkan sebagai kaidah amal, syariah difungsikan sebagai tolok


ukur kegiatan. Tolok ukur syariah digunakan untuk membedakan
aktivitas yang halal atau haram. Hanya kegiatan yang halal saja
yang dilakukan oleh seorang muslim, sementara yang haram akan
ditinggalkan semata-mata untuk menggapai keridloan Allah SWT.

Daftar Pustaka
David, R. Fred. 2004. Konsep Manajemen Strategis, Edisi VII
(terjemahan). Jakarta, PT Indeks.
Hasibuan, S.P. Malayu. 1995. Manajemen Sumber Daya Manusia,
cetakan II. Jakarta, PT Toko Gunung Agung.

__________________.

1996.

Manajemen,

Dasar,

Pengertian

dan

Masalah, Cetakan I. Jakarta, PT Toko Gunung Agung.


Ismail, M. Yusanto. 2003. Pengantar Manajemen Syariat, Cetakan II.
Jakarta, Khairul Bayan.
Johnson, R.A. 1973. The Theory and Management of System. Tokyo:
McGraw Hill Kogakusha.
Kadarman, A.M. et.al. 1996. Pengantar Ilmu Manajemen. Jakarta,
Gramedia.
Mondy, R.W.and Premeaux, S.H. 1995. Management: Concepts,
Practices and Skills. New Jersey, Prentice Hall Inc Englewood
Cliffs.
Oxford,

Learners

Pocket

Dictionary.

2005.

Newyork,

Oxford

University Press.
Rusyan, A. Tabrani. 1992. Manajemen Kependidikan. Bandung:
Media Pustaka.
Soetopo,

Hendiyat

Operasional

dan

Soemanto,

Administrasi

Wasty.

Pendidikan.

1982.

Pengantar

Surabaya:

Usaha

Nasional.
Sutisna, Oteng. 1985. Administrasi Pendidikan. Bandung: Angkasa.
Syafaruddin.

2005.

Manajemen

Lembaga

Pendidikan

Islam,

Cetakan I. Jakarta: Ciputat Press.

Posted on Juli 7, 2012

PENDAHULUAN
Era reformasi telah membawa perubahan-perubahan mendasar
dalam berbagai kehidupan termasuk kehidupan pendidikan.
Salah satu perubahan mendasar adalah manajemen Negara,
yaitu dari manajemen berbasis pusat menjadi manajemen

berbasis daerah. Secara resmi, perubahan manajemen ini telah


diwujudkan dalam bentuk Undang-Undang Republik Indonesia
No. 22 Tahun 1999, yang kemudian direvisi dan disempurnakan
menjadi

Undang-Undang

Pemerintahan

Daerah.

No.32

Pedoman

tahun

2004

tentang

pelaksanaannyapun

telah

dibuat melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 25


tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan
Propinsi

sebagai

Daerah

Otonom.

Konsekuensi

logis

dari

Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah tersebut adalah


bahwa manajemen pendidikan harus disesuaikan dengan jiwa
dan

semangat

otonomi.

Penyesuaian dengan jiwa dan semangat otonomi itu, antara lain


terwujud dalam bentuk perubahan arah paradigma pendidikan,
dari paradigma lama ke paradigma baru, yang tentu juga
berdampak pada paradigma perencanaan pendidikannya.
Secara ideal, paradigma baru pendidikan tersebut mestinya
mewarnai kebijakan pendidikan baik kebijakan pendidikan yang
bersifat

substantif

maupun

implementatif.

Seperti

yang

dinyatakan oleh Azyumardi Azra (2002: xii) bahwa dengan era


otonomi

daerah

lembaga-lembaga

pendidikan,

seperti

sekolah, madrasah, pesantren, universitas (perguruan tinggi),


dan lainnya yang terintegrasi dalam pendidikan nasionalharuslah

melakukan

reorientasi,

rekonstruksi

kritis,

restrukturisasi, dan reposisi, serta berusaha untuk menerapkan


paradigma baru pendidikan nasional. Selain itu, implementasi
kebijakan tersebut diharapkan berdampak positif terhadap
kemajuan

pendidikan

di

daerah

dan

di

tingkat

satuan

pendidikan.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas, Reformulasi konsep
pendidikan

dan

rekonstruksi

fondasi

pendidikan

nasional,

utamanya menyangkut hak-hak pendidikan masyarakat dan


nilai-nilai dasar pendidikan saat ini mutlak untuk dipikirkan
(rethinking) dan direaktualisasi. Salah satu konsepnya adalah
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).
ANALISIS MASALAH
Era otonomi daerah telah mengakibatkan terjadinya pergeseran
arah paradigma pendidikan, dari paradigma lama ke paradigma
baru, meliputi berbagai aspek mendasar yang saling berkaitan,
yaitu (1) dari sentralistik menjadi desentralistik, (2) dari
kebijakan yang top down ke kebijakan yang bottom up, (3) dari
orientasi

pengembangan

parsial

menjadi

orientasi

pengembangan holistik, (4) dari peran pemerintah sangat


dominan

ke

meningkatnya

peranserta

masyarakat

secara

kualitatif dan kuantitatif, serta (5) dari lemahnya peran institusi


non sekolah ke pemberdayaan institusi masyarakat, baik
keluarga, LSM, pesantren, maupun dunia usaha (Fasli Jalal,
2001: 5).4
Agak berbeda dengan hal tersebut, dalam buku Depdiknas
(2002:10) tentang Materi Pelatihan Terpadu untuk Kepala Dinas
Kabupaten/Kota, selain perubahan paradigma dari sentralistik
ke desentralistik dan orientasi pendekatan dari atas ke
bawah (top down approach) ke pendekatan dari bawah ke
atas (bottom up approach) sebagaimana yang sudah disebut
dalam buku Fasli Jalal, juga disebutkan tiga paradigma baru
pendidikan

lainnya,

debirokratisasi,

yaitu

dari

dari

birokrasi

Manajemen

berlebihan

Tertutup

ke

(Closed

Management) ke Manajemen Terbuka (Open Management),


dan pengembangan pendidikan, termasuk biayanya, terbesar
menjadi tanggung jawab pemerintah berubah ke sebagian

besar menjadi tanggung jawab orang tua siswa dan masyarakat


(stakeholders).
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) adalah salah satu strategi
wajib

yang

Indonesia

tetapkan

sebagai

standar

dalam

mengembangkan keunggulan pengelolaan sekolah. Penegasan


ini dituangkan dalam USPN Nomor 20 tahun 2003 pada pasal 51
ayat 1 bahwa pengelolaan satuan pendidikan pendidikan
menengah

dilaksanakan

berdasarkan

standar

pelayanan

minimal dengan prinsip manajemen berbasis sekolah.


MBS merupakan model aplikasi manajemen institusional yang
mengintegrasikan
dengan

lebih

seluruh sumber

menekankan

kebijakan melalui

pada

internal dan eksternal


pentingnya

menetapkan

perluasan otonomi sekolah.

Sasarannya

adalah mengarahkan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi


kebijakan

dalam

rangka

mencapai

tujuan.

Spesifikasinya

berkenaan dengan visi, misi, dan tujuan yang dikemas dalam


pengembangan kebijakan dan perencanaan (Wikipedia, 2012)
MBS juga merupakan salah satu model manajemen strategik.
Hal

ini

berarti

meningkatkan

pencapaian

tujuan

melalui

pengerahan sumber daya internal dan eksternal. Menurut


Thomas Wheelen dan J. David Hunger (1995), empat langkah
utama dalam menerapkan perencanaan strategik yaitu (1)
memindai lingkungan internal dan eksternal (2) merumuskan
strategi yang meliputi perumusan visi-misi, tujuan organisasi,
strategi,

dan

kebijakan

(3)

implementasi strategi

meliputi

penyusunan progaram, penyusunan anggaran, dan penetapan


prosedur (4) mengontrol dan mengevaluasi kinerja.
Bagaimana Menerapkan MBS?

Penerapan MBS sebagai salah satu model manajemen strategik


dalam sistem pengelolaan pendidikan dengan tujuan untuk
mencapai peningkatan mutu pendidikan yang berstandar maka
terdapat

beberapa

langkah

strategis

yang

perlu

sekolah

lakukan:
-

Merumuskan dan menyepakati standar lulusan yang

diharapkan bersama dengan indikator dan target yang jelas


yang merujuk pada standar nasional pendidikan.
-

Menetapkan strategi yang akan sekolah terapkan untuk

menghasilkan
dengan

lulusan

yang

peningkatan

pendidik,

tenaga

diharapkan

kebutuhan

dan

relevansinya

kurikulum,

kependidikan,

kompetensi

sarana-prasarana,

dan

pembiayaan
-

Meningkatan daya dukung informasi dengan cara

memindai

kekuatan,

memindai

peluang

kelemahan
dan

lingkungan

ancaman

internal

lingkungan

serta

eksternal.

Penyediaan informasi yang tepat dan terpercaya merupakan


bagian

penting

dalam

menunjang

sukses

pengambilan

keputusan.
-

Meningkatkan efektivitas komunikasi pihak internal dan

eksternal sekolah dalam upaya meningkatkan pemahaman


mengenai tugas dan tanggung jawab masing-masing, serta
dalam

membangun

dan

mengembangkan

kerja

sama

memberikan pelayanan pendidikan secara optimal kepada


siswa.
-

Meningkatkan

daya

kolaborasi

sekolah

dalam

menerapkan keputusan bersama ini sebagai bagian dari upaya

melibatkan

seluruh

warga

sekolah

agar

memiliki

daya

partisipasi yang kuat untuk mengubah kebijakan menjadi aksi.


Dalam

upaya

peningkatan

mutu

MBS

sekolah

perlu

meningkatkan standar pengelolaan untuk mendapatkan (1) visi


dan misi sekolah yang diputuskan bersama. (2) menetapkan
tujuan terutama merumuskan indikator dan target mutu lulusan
(3) menetapkan strategi yang melibatkan semua pihak untuk
mewujudkan tujuan yang sekolah harapkan yang berporos pada
meningkatkan mutu lulusan (4) Menetapkan kebijakan dan
program

peningkatan

mutu

lulusan

dengan

menerapkan

delapan standar nasional pendidikan sebagai rujukan mutu


termasuk di dalamnya penetapan anggaran untuk menyediakan
akses dan kecukupan standar serta menetapkan keunggulan
yang mungkin sekolah wujudkan. Sekolah yang efektif memiliki
dokumen program yang telah disepakati bersama dan semua
pihak yang terlibat memahami tugas masing-masing.
-

Melaksanakan kegiatan sesuai dengan program sesuai

dengan standar, melaksanakan anggaran sesuai dengan yang


disepakati, memanfaatkan seluruh sumber daya secara efektif
dan efisien, dan memastikan bahwa seluruh tahap kegiatan
yang dilaksanakan seusai dengan rencana.
-

Sekolah memastikan bahwa proses penyelenggaraan

sekolah mengarah pada tercapainya tujuan dengan indikator


dan target yang telah ditetapkan bersama. Sekolah juga
melakukan studi bersama yang melibatkan seluruh unsur yang
bertanggung jawab untuk meningkatkan penjaminan bahwa
penyelenggaraan sekolah mencapai target yang diharapkan.
Fokus

utama

penjaminan

mutu

adalah

pembelajaran dan pengelolaan secara efektif.

terselenggaranya

Melaksanakan kontrol sesuai dengan hasil kesepakatan

bersama dan mengolah hasil evaluasi sebagai bahan perbaikan


selanjutnya.
Untuk mendukung efektifnya empat tahap kegiatan itu perlu
memperhatikan dengan sungguh-sungguh tentang beberapa hal
berikut :
-

Mendeskripsikan lulusan dengan indikator yang jelas

yang

diikuti

dengan

indentifikasi

kebutuhan

kurikulum,

kompetensi pendidik, sarana, biaya, dan sistem pengelolaan.


-

Meningkatkan

keberdayaan

sekolah

dalam

mengembangkan sistem informasi sebagai bahan pengambilan


keputusan.
-

Menyediakan infomasi yang perlu dipahami oleh seluruh

anggota

komunitas

agar

tiap

orang

dipastikan

dapat

melaksanakan tugasnya secara optimal


semua

Meningkatkan kegiatan sosialisasi program sehingga


pihak

dipastikan

mendapatkan

informasi

secara

transparan dan akuntabel.


-

Meningkatkan kekerapan dan kedalaman komunikasi

baik secara langsung maupun komunikasi berbasis teknologi


informasi dan komunikasi.
-

Mengembangkan tim pengembang mutu yang akan

mengimplementasikan kegiatan yang melibatkan pihak internal


dan eksternal.

Mempersiapkan

instrumen

pengukuran

pencapaian

kinerja baik terhadap proses maupun hasil dengan indikator


yang transparan sehingga semua pihak memahami betul
ukuran keberhasilan yang disepakati.
-

Melaksanakan pertemuan mengembangakan

rencana

kegiatan, evaluasi kegiatan, dan evaluasi hasil.


-

Menyusun

pertanggung

jawaban

program

secara

transparan dan akuntabel.


-

Melakukan perbaikan berkelanjutan.

Pertanyaannya, sudahkan daerah siap melaksanakan MBS? saya


khawatir tidak banyak daerah di Indonesia yang benar-benar
siap menerapkan MBS. Masih terlalu banyak hambatan yang
harus ditanggulangi sebelum benar-benar menetapkan MBS
sebagai
berbasis

model

untuk

sekolah

melakukan

telah

perubahan.

menimbulkan

Manajemen

perdebatan

karena

berbagai kekuatan pendorong telah membentuk kebijakan, dan


kekuatan-kekuatan
mencerminkan

ini

telah

preferensi

tercermin

politik

atau

atau

orientasi

diduga
ideologi.

Manajemen berbasis sekolah yang digerakkan oleh kepedulian


terhadap pemberdayaan masyarakat dan peningkatan profesi
sering diasosiasikan dengan pemerintahan Pusat. Manajemen
berbasis sekolah telah digerakkan oleh kepentingan untuk
memberikan kebebasan yang lebih besar atau lebih banyak
diferensiasi sering diasosiasikan dengan pemerintahan Daerah.
Manajemen berbasis sekolah yang telah digerakkan, dimana
manajemen

berbasis

sekolah

sering

dipandang

sebagai

manifestasi dari upaya menciptakan satu pasar di antara


sekolah dalam sistem pendidikan umum, sering menimbulkan

perdebatan pada tahap-tahap awal pengadopsian, tetapi ia


terus diterima setelah beberapa waktu, sedemikian rupa
sehingga hanya sedikit pemangku kepentingan ingin kembali
pada pendekatan yang lebih sentralistik dalam mengelola
sekolah.
Strategi Peningkatan Mutu Pendidikan Melalui Penerapan MBS.
Konsep MBS merupakan kebijakan baru yang sejalan dengan
paradigma desentraliasi dalam pemerintahan. Strategi apa yang
diharapkan

agar

penerapan

MBS

dapat

benar-benar

meningkatkan mutu pendidikan.


1. Salah satu strategi adalah menciptakan prakondisi yang
kondusif untuk dapat menerapkan MBS, yakni peningkatan
kapasitas dan komitmen seluruh warga sekolah, termasuk
masyarakat dan orangtua siswa. Upaya untuk memperkuat
peran kepala sekolah harus menjadi kebijakan yang mengiringi
penerapan kebijakan MBS. An essential point is that schools
and teachers will need capacity building if school-based
management is to work. Demikian De grouwe menegaskan.
2.

Membangun

budaya

sekolah

(school

culture)

yang

demokratis, transparan, dan akuntabel. Termasuk membiasakan


sekolah untuk membuat laporan pertanggungjawaban kepada
masyarakat.

Model

memajangkan

RAPBS

di

papan

pengumuman sekolah yang dilakukan oleh Managing Basic


Education (MBE) merupakan tahap awal yang sangat positif.
Juga membuat laporan secara insidental berupa booklet, leaflet,
atau

poster

tentang rencana

kegiatan

sekolah.

Alangkah

serasinya jika kepala sekolah dan ketua Komite Sekolah dapat


tampil bersama dalam media tersebut.

3. Pemerintah pusat lebih memainkan peran monitoring dan


evaluasi. Dengan kata lain, pemerintah pusat dan pemerintah
daerah perlu melakukan kegiatan bersama dalam rangka
monitoring dan evaluasi pelaksanaan MBS di sekolah, termasuk
pelaksanaan block grant yang diterima sekolah.
4. Mengembangkan model program pemberdayaan sekolah.
Bukan hanya sekedar melakukan pelatihan MBS, yang lebih
banyak dipenuhi dengan pemberian informasi kepada sekolah.
Model pemberdayaan sekolah berupa pendampingan atau
fasilitasi dinilai lebih memberikan hasil yang lebih nyata
dibandingkan dengan pola-pola lama berupa penataran MBS.
Syarat Penerapan manajemen berbasis sekolah (MBS)
Sejak awal, pemerintah (pusat dan daerah) haruslah suportif
atas gagasan MBS. Mereka harus mempercayai kepala sekolah
dan dewan sekolah untuk menentukan cara mencapai sasaran
pendidikan di masing-masing sekolah. Penting artinya memiliki
kesepakatan tertulis yang memuat secara rinci peran dan
tanggung jawab dewan pendidikan daerah, dinas pendidikan
daerah, kepala sekolah, dan dewan sekolah. Kesepakatan itu
harus dengan jelas menyatakan standar yang akan dipakai
sebagai dasar penilaian akuntabilitas sekolah. Setiap sekolah
perlu menyusun laporan kinerja tahunan yang mencakup
seberapa baik kinerja sekolah dalam upayanya mencapai tujuan
dan

sasaran,

bagaimana

sekolah

menggunakan

sumber

dayanya, dan apa rencana selanjutnya. Perlu diadakan pelatihan


dalam bidang-bidang seperti dinamika kelompok, pemecahan
masalah dan pengambilan keputusan, penanganan konflik,
teknik

presentasi,

manajemen

stress,

serta

komunikasi

antarpribadi dalam kelompok. Pelatihan ini ditujukan bagi


semua pihak yang terlibat di sekolah dan anggota masyarakat,

khususnya pada tahap awal penerapan MBS. Untuk memenuhi


tantangan

pekerjaan,

kepala

sekolah

kemungkinan

besar

memerlukan tambahan pelatihan kepemimpinan.


Dengan kata lain, penerapan MBS mensyaratkan yang berikut.
1. MBS harus mendapat dukungan staf sekolah.
2. MBS lebih mungkin berhasil jika diterapkan secara bertahap.
Kemungkinan

diperlukan

lima

tahun

atau

lebih

untuk

menerapkan MBS secara berhasil.


3. Staf sekolah dan kantor dinas harus memperoleh pelatihan
penerapannya, pada saat yang sama
juga harus belajar menyesuaikan diri dengan peran dan saluran
komunikasi

yang

baru.

4. Harus disediakan dukungan anggaran untuk pelatihan dan


penyediaan waktu bagi staf untuk bertemu secara teratur.
5.

Pemerintah

wewenang

pusat

kepada

dan

kepala

daerah
sekolah,

harus
dan

mendelegasikan
kepala

sekolah

selanjutnya berbagi kewenangan ini dengan para guru dan


orang tua murid.
6. Hambatan Dalam Penerapan manajemen berbasis sekolah
(MBS)
Beberapa

hambatan

yang

mungkin

dihadapi

pihak-pihak

berkepentingan dalam penerapan MBS adalah sebagai berikut :

1)

Tidak Berminat Untuk Terlibat

Sebagian orang tidak menginginkan kerja tambahan selain


pekerjaan

yang

sekarang

mereka

lakukan.

Mereka

tidak

berminat untuk ikut serta dalam kegiatan yang menurut mereka


hanya menambah beban. Anggota dewan sekolah harus lebih
banyak

menggunakan

waktunya

dalam

hal-hal

yang

menyangkut perencanaan dan anggaran. Akibatnya kepala


sekolah dan guru tidak memiliki banyak waktu lagi yang tersisa
untuk memikirkan aspek-aspek lain dari pekerjaan mereka.
Tidak semua guru akan berminat dalam proses penyusunan
anggaran atau tidak ingin menyediakan waktunya untuk urusan
itu.
2). Tidak Efisien
Pengambilan keputusan yang dilakukan secara partisipatif
adakalanya menimbulkan frustrasi dan seringkali lebih lamban
dibandingkan dengan cara-cara yang otokratis. Para anggota
dewan sekolah harus dapat bekerja sama dan memusatkan
perhatian pada tugas, bukan pada hal-hal lain di luar itu.
3). Pikiran Kelompok
Setelah beberapa saat bersama, para anggota dewan sekolah
kemungkinan besar akan semakin kohesif. Di satu sisi hal ini
berdampak positif karena mereka akan saling mendukung satu
sama lain. Di sisi lain, kohesivitas itu menyebabkan anggota
terlalu kompromis hanya karena tidak merasa enak berlainan
pendapat dengan anggota lainnya. Pada saat inilah dewan
sekolah mulai terjangkit pikiran kelompok. Ini berbahaya
karena keputusan yang diambil kemungkinan besar tidak lagi
realistis.
4) Memerlukan Pelatihan

Pihak-pihak yang berkepentingan kemungkinan besar sama


sekali tidak atau belum berpengalaman menerapkan model
yang rumit dan partisipatif ini. Mereka kemungkinan besar tidak
memiliki pengetahuan dan keterampilan tentang hakikat MBS
sebenarnya

dan

bagaimana

cara

kerjanya,

pengambilan

keputusan, komunikasi, dan sebagainya.


5) Kebingungan Atas Peran dan Tanggung Jawab Baru.
Pihak-pihak yang terlibat kemungkinan besar telah sangat
terkondisi dengan iklim kerja yang selama ini mereka geluti.
Penerapan MBS mengubah peran dan tanggung jawab pihakpihak

yang

kemungkinan

berkepentingan.
besar

akan

Perubahan

yang

menimbulkan

mendadak

kejutan

dan

kebingungan sehingga mereka ragu untuk memikul tanggung


jawab pengambilan keputusan.
6). Kesulitan Koordinasi.
Setiap penerapan model yang rumit dan mencakup kegiatan
yang beragam mengharuskan adanya koordinasi yang efektif
dan efisien. Tanpa itu, kegiatan yang beragam akan berjalan
sendiri ke tujuannya masing-masing yang kemungkinan besar
sama sekali menjauh dari tujuan sekolah.
Apabila pihak-pihak yang berkepentingan telah dilibatkan sejak
awal, mereka dapat memastikan bahwa setiap hambatan telah
ditangani sebelum penerapan MBS. Dua unsur penting adalah
pelatihan yang cukup tentang MBS dan klarifikasi peran dan
tanggung jawab serta hasil yang diharapkan kepada semua
pihak yang berkepentingan. Selain itu, semua yang terlibat
harus memahami apa saja tanggung jawab pengambilan
keputusan yang dapat dibagi, oleh siapa, dan pada level mana
dalam organisasi.

Anggota

masyarakat

sekolah

harus

menyadari

bahwa

adakalanya harapan yang dibebankan kepada sekolah terlalu


tinggi. Pengalaman penerapannya di tempat lain menunjukkan
bahwa daerah yang paling berhasil menerapkan MBS telah
memfokuskan

harapan

mereka

pada

dua

maslahat:

meningkatkan keterlibatan dalam pengambilan keputusan dan


menghasilkan keputusan lebih baik.
Peran Masyarakat dalam pelaksanaan Manajemen Berbasis
Sekolah
Di Era otonomi daerah, ada perluasan peluang bagi peran serta
masyarakat dalam pendidikan baik secara kualitatif maupun
kuantitatif.

Oleh

masyarakat,

di

karena

itu,

untuk

mendorong partisipasi

tingkat

Kabupaten/Kota

dibentuk

Dewan

Pendidikan, sedangkan di tingkat sekolah dibentuk komite


sekolah.
keputusan

Pembentukan
Mendiknas

komite

sekolah

No.044/U/2002

pembentukan

didasarkan
tentang

komite

pada

panduan
sekolah.

Menurut panduan, pembentukan komite sekolah dilakukan


secara transparan, akuntabel, dan demokratis. Transparan
berarti bahwa komite sekolah harus dibentuk secara terbuka
dan diketahui oleh masyarakat secara luas mulai dari tahap
pembentukan panitia persiapan, proses sosialisasi oleh panitia
persiapan, kriteria calon anggota, proses seleksi calon anggota,
pengumuman

calon

anggota,

proses

pemilihan,

dan

penyampaian hasil pemilihan. Akuntabel berarti bahwa panitia


persiapan

pembentukan

komite

sekolah

hendaknya

menyampikan laporan pertanggungjawaban kinerjanya maupun


penggunaan dan kepanitiaan. Sedangkan secara demokratis
berarti bahwa dalam proses pemilihan anggota dan pengurus

dilakukan dengan musyawarah mufakat. Jika dipandang perlu,


dapat dilakukan melalui pemungutan suara.
Masyarakat diberdayakan dengan segenap institusi sosial yang
ada di dalamnya, terutama institusi yang dilekatkan dengan
fungsi mendidik generasi penerus bangsa. Berbagai institusi
kemasyarakatan ditingkatkan wawasan, sikap, kemampuan, dan
komitmennya sehingga dapat berperan serta secara aktif dan
bertanggung jawab dalam pendidikan. Institusi pendidikan
tradisionil seperti pesantren, keluarga, lembaga adat, berbagai
wadah organisasi pemuda bahkan partai politik bukan hanya
diberdayakan

sehingga

dapat

mengembangkan

fungsi

pendidikan dengan lebih baik, melainkan juga diupayakan untuk


menjadi bagian yang terpadu dari pendidikan nasional.
Demikian

juga,

ada

upaya

peningkatan

partisipasi

dunia

usaha/industri dan sektor swasta dalam pendidikan karena


sebagai pengguna sudah semestinya dunia usaha juga ikut
bertanggung jawab dalam penyelenggaraan pendidikan. Apabila
lebih

banyak

institusi

kemasyarakatan

peduli

terhadap

pendidikan maka pendidikan akan lebih mampu menjangkau


berbagai kelompok sasaran khusus seperti kelompok wanita dan
anak-anak kurang beruntung (miskin, berkelainan, tinggal di
daerah terpencil dan sebagainya).
Dalam

upaya

pemberdayaan

masyarakat,

perlu

dilakukan

pembenahan sebagai kebijakan dasar, yaitu pengembangan


kesadaran

tunggal

kebijakan

sosial,

dalam

kemajemukan,

pengayaan

pengembangan

berkelanjutan

(continuous

enrichment) dan pengembangan kebijakan afirmatif (affirmative


policy)
KESIMPULAN

(Fasli

Jalal,

2001:72-73).

Dari uraian diatas dapat disimpulkan beberapa hal sebgai


berikut :
1.

Konsekuensi logis dari pelaksanaan otonomi daerah di


bidang pendidikan adalah bahwa manajemen pendidikan
harus disesuaikan dengan jiwa dan semangat otonomi.
Penyesuaian dengan jiwa dan semangat otonomi itu,
antara

lain

terwujud

dalam

bentuk

perubahan

arah

paradigma pendidikan, dari paradigma lama ke paradigma


baru,

yang

tentu

juga

berdampak

pada

paradigma

perencanaan pendidikannya.
2.

Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) adalah salah satu


strategi wajib yang Indonesia tetapkan sebagai standar
dalam

mengembangkan

keunggulan

pengelolaan

sekolah. Penegasan ini dituangkan dalam USPN Nomor 20


tahun 2003 pada pasal 51 ayat 1 bahwa pengelolaan
satuan pendidikan pendidikan menengah dilaksanakan
berdasarkan standar pelayanan minimal dengan prinsip
manajemen berbasis sekolah.
3.

Di Era otonomi daerah, ada perluasan peluang bagi peran


serta masyarakat dalam pendidikan baik secara kualitatif
maupun kuantitatif. Oleh karena itu, untuk mendorong
partisipasi masyarakat, di tingkat Kabupaten/Kota dibentuk
Dewan Pendidikan, sedangkan di tingkat sekolah dibentuk
komite sekolah.

DAFTAR PUSTAKA
Azyumardi Azra. 2002. Paradigma Baru Pendidikan Nasional.
Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
Depdiknas. 2002. Memiliki Wawasan Tentang Model-Model
Perencanaan Tingkat Kabupaten/Kota. (Materi Pelatihan Terpadu
Untuk Kepala Dinas Kabupaten/Kota)

Fasli Jalal. 2001. Reformasi Pendidikan Dalam Konteks Otonomi


Daerah. Yogyakarta:
Adicita Karya Nusa.
Wawan E. Kuswandono, Reformasi Birokrasi, Perspektif Politik,
Jurnal Jejaring Administrasi Publik, Departemen Administrasi
FISIP, Unair, th I no. 3, Januari-Juni 2010
Keputusan

Mendiknas

No.044/U/2002

tentang

panduan

pembentukan komite sekolah,


Undang-undang

Nomor

20

Tahun

2003

tentang

Sistem

Pendidikan Nasional
Wikipedia, Manajemen Berbasis Sekolah
http://kembar3n.wordpress.com/2012/07/07/reformasiadministrasi-publik-pada-sektor-pendidikan-di-era-otonomi-daerahmelalui-manajemen-berbasis-sekolah-m-b-s/

KOMPETENSI SUPERVISI MANAJERIAL


02-A2

PENGAWAS SEKOLAH
PENDIDIKAN DASAR
PENGAWAS SEKOLAH

ADMINISTRASI
DAN PENGELOLAAN SEKOLAH

DIREKTORAT TENAGA KEPENDIDIKAN


DIREKTORAT JENDERAL PENINGKATAN MUTU
PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
2008

KATA PENGANTAR
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 tahun
2007 tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah berisi standar
kualifikasi dan kompe- tensi pengawas sekolah. Standar kualifikasi
menjelaskan persyaratan akade- mik dan nonakademik untuk
diangkat menjadi pengawas sekolah. Standar kompetensi memuat
seperangkat kemampuan yang harus dimiliki dan dikuasai
pengawas sekolah untuk dapat melaksanakan tugas pokok, fungsi
dan tanggung jawabnya.
Ada enam dimensi kompetensi yang harus dikuasai pengawas
sekolah yakni: (a) kompetensi kepribadian, (b) kompetensi
supervisi manajerial, (c) kompetensi supervisi akademik, (d)
kompetensi evaluasi pendidikan, (e) kompetensi penelitian dan
pengembangan, dan (f) kompetensi sosial. Dari hasil uji
kompetensi di beberapa daerah menunjukkan kompetensi
pengawas sekolah masih perlu ditingkatkan terutama dimensi
kompetensi supervisi manajerial, supervisi akademik, evaluasi
pendidikan dan kompetensi peneli- tian dan pengembangan. Untuk
itu diperlukan adanya diklat peningkatan kompetensi pengawas
sekolah baik bagi pengawas sekolah dalam jabatan terlebih lagi
bagi para calon pengawas sekolah.
Materi dasar untuk semua dimensi kompetensi sengaja
disiapkan agar dapat dijadikan rujukan oleh para pelatih dalam
melaksanakan diklat pening- katan kompetensi pengawas sekolah
di mana pun pelatihan tersebut dilaksa-nakan. Kepada tim penulis
materi diklat kompetensi pengawas sekolah yang terdiri atas dosen
LPTK dan widya iswara dari LPMP dan P4TK kami ucapkan terima
kasih. Semoga tulisan ini ada manfaatnya.
Jakarta, Juni 2008
Direktur Tenaga Kependidikan
Ditjen PMPTK

Surya Dharma, MPA., Ph.D

DAFTAR ISI
Kata Pengantar ........................................................................
i
Daftar Isi..................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................
1
A Latar Belakang ..............................................................
1
B Dimensi Kompetensi .....................................................
1
C Kompetensi yang Hendak Dicapai ................................
2
D Indikator Pencapaian.....................................................
2
E Alokasi Waktu................................................................
2
F Skenario Pelatihan.........................................................
2
BAB II DIMENSI ADMINISTRASI SEKOLAH.................................
4
A Administrasi Kurikulum dan Pembelajaran.....................
5
B Administrasi Kesiswaan ................................................
21
C Administrasi Pendidik dan Tenaga Kependidikan ..........
35
D Administrasi Sarana dan Prasarana Pendidikan.............
37
E Administrasi Pembiayaan ..............................................
44
F Administrasi Program Hubungan Sekolah dengan
Masyarakat ...................................................................
50

G Administrasi Bimbingan dan Konseling ........................


55
H Administrasi
Tata
Persuratan ....................................................................
55
BAB III PENGELOLAAN SEKOLAH .............................................
63
A. Pengertian, Tujuan, Karakteristik, dan Prinsip MBS........
63
B. Kemampuan Dasar Pengawas Sekolah.........................
69
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................
70

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.
Dalam dasa warsa terakhir berkembang visi dan paradigma baru dalam
pengelolaan pendidikan umumnya, dan sekolah khususnya. Apabila pada era
sebelumnya sekolah dipandang sebagai bagian dari birokrasi pendi- dikan, maka
sekarang ini sekolah adalah lembaga yang melayani masyarakat. Pergeseran
paradigma ini berimplikasi luas dalam administrasi dan pengelo- laan sekolah.
Paling tidak ada tiga prinsip atau azas yang harus selalu diperhatikan dalam
pengelolaan sekolah, yaitu: partisipasi, transparansi dan akuntabilitas. Ketiga hal ini
diharapkan dapat mendorong peningkatan mutu pendidikan yang selama ini belum
menggembirakan. Partisipasi, menuntut setiap penye- lenggara dan pengelola
sekolah melibatkan stakeholder dalam perumusan berbagai kebijakan. Transparansi
mengharuskan sekolah terbuka, terutama dalam pemerolehan dan penggunaan
dana, sehingga mendapatkan kepercayaan masyarakat. Transparansi tidak akan
terjadi tanpa didukung oleh akuntabilitas, yaitu pertanggung jawaban pihak sekolah
terhadap orang tua dan masyarakat, tidak hanya dalam aspek pengelolaan sumbersumber daya, namun juga dalam proses pembelajaran dan pelayanan yang mereka
berikan.
Dengan adanya pergeseran paradigma tersebut, maka kepala sekolah
semakin dituntut serius, berhati-hati dan terbukan dalam administrasi dan
pengelolaan sekolah. Hal ini tentu harus didukung oleh pengawas, selaku pembina,
pembimbing dan penilai kinerja sekolah.
Materi pelatihan ini dirancang bagi pengawas, sebagai bekal mereka dalam
memantau dan membina administrasi dan pengelolaan sekolah.

B. Dimensi Kompetensi
Dimensi kompetensi yang diharapkan dibentuk pada akhir pendidikan dan pelatihan ini
adalah dimensi kompetensi supervisi manajerial.

C. Kompetensi yang Hendak Dicapai


Setelah mengikuti materi pendidikan dan latihan ini, pengawas diharapkan mampu
membina kepala kekolah dalam pengelolaan dan administrasi satuan pendidikan berdasarkan
manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah.
D. Indikator Pencapaian

Setelah menyelesaikan pelatihan ini, Pengawas diharapkan:


1. Mampu menguasai substansi dan teknis administrasi sekolah yang meliputi:
administrasi kurikulum, peserta didik, ketenagan, sarana dan prasarana,
keuangan, bimbingan dan konseling serta hubungan sekolah dengan
masyarakat.
2. Mampu membina kepala sekolah dalam administrasi kurikulum, peserta didik,
ketenagan, sarana dan prasarana, keuangan, bimbingan dan konseling serta
hubungan sekolah dengan masyarakat.

3. Mampu memahami konsep manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah,


tujuan, prinsip, karakteristik dan implementasinya.
4. Mampu membina kepala sekolah dalam mengelola sekolah sesuai dengan
manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah.

E.

Alokasi Waktu

No
.
1.
2.
3.

Materi Diklat

Alokasi

Konsep Dasar Administrasi Sekolah


Bidang Garapan Administrasi Sekolah
Pengelolaan Sekolah berdasarkan MPBS

1 jam
4 jam
2 jam

F. Skenario Diklat
1 Perkenalan
2 Penjelasan tentang dimensi kompetensi, indikator, alokasi waktu dan ske-nario pendidikan
dan pelatihan administrasi dan pengelolaan sekolah
3 Pre-test
4 Eksplorasi pemahaman peserta berkenaan dengan administrasi dan penge-lolaan sekolah
melalui pendekatan andragogi.
5 Penyampaian Materi Diklat:
a. Menggunakan pendekatan andragogi, yaitu lebih mengutamakan
pengungkapan kembali pengalaman peserta pelatihan, menganalisis,
menyimpulkan, dan mengeneralisasi dalam suasana diklat yang aktif,
inovatif, kreatif, efektif, menyenangkan, dan bermakna. Peranan pelatih
lebih sebagai fasilitator.
b. Diskusi tentang indikator keberhasilan administrasi dan pengelolaan
sekolah.
c. Praktik analisis kasus pembinaan administrasi dan pengelolaan sekolah.
6
7
8

Post test
Refleksi bersama antara peserta dengan pelatih mengenai jalannya pela-tihan
Penutup

BAB II
DIMENSI ADMINISTRASI SEKOLAH

Sebagai suatu sistem, sekolah terdiri atas komponen-kompenen yang saling terkait dan
saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan. Berbagai input mulai dari siswa, guru, biaya, serta
instrumental dan environmental input lainnya harus dapat didayagunakan seefektif mungkin
dalam proses transformasi, untuk menghasilkan output berupa peserta didik yang memiliki
seperangkat nilai, sikap, pengetahuan serta keterampilan baru. Untuk menda- yagunakan semua
sumber daya tersebut, diperlukan administrasi dan penge-lolaan sekolah yang baik.
Kata administrasi berasal dari bahasa Latin, ad dan ministrare. Ad berarti intensif,
ministrare berarti melayani, membantu, dan memenuhi. Administrasi berarti melayani secara
intensif (Husaini Usman, 2006). Selanjutnya, Simon (1987) menafsirkan bahwa administrasi
sebagai seni untuk menyelesaikan sesuatu. Kegiatan administrasi ditekankan pada proses dan
metode untuk menjamin suatu tindakan yang tepat.
Administrasi dapat dipandang sebagai proses dan dapat pula dipandang sebagai tugas
(kewajiban). Administrasi sebagai proses sama dengan admi-nistrasi dalam arti luas.
Administrasi sebagai proses kegiatan meliputi: perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan/kepemimpinan dan pengawasan/ pengendalian. Keempat komponen tersebut
merupakan suatu sistem yang terpadu, yakni antara satu dengan lainnya saling berkaitan secara
utuh. Artinya, perencanaan harus diorganisasikan, diarahkan, dan diawasi. Pengorganisasian
juga harus direncanakan, diarahkan, dan kemudian dikendalikan. Begitu pula pengendalian pun
harus direncanakan, diorganisasikan, dan diarahkan. Oleh karena itu administrasi sekolah
merupakan kegiatan penyediaan, pengaturan dan pendayagunaan segenap sumber daya untuk
mencapai tujuan pendidikan di sekolah secara efektif dan efisien.
Adapun bidang tugas yang harus dikelola di dalam administrasi sekolah antara lain
mencakup: (1) administrasi kurikulum dan pembelajaran (2) administrasi kesiswaan, (3)
administrasi pendidik dan tenaga kependi- dikan, (4) administrasi sarana dan prasarana
pendidikan, (5) administrasi keuangan/pembiayaan, (6) administrasi program hubungan sekolah
dengan masyarakat, (7) administrasi program bimbingan dan konseling, dan (8) administrasi
persuratan. Berikut ini akan diuraikan kedelapan bidang tugas tersebut.
A. Administrasi Kurikulum dan Pembelajaran
1. Kurikulum
Di dalam Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005, tentang Standar Nasional
Pendidikan, dinyatakan bahwa kurikulum adalah seperang- kat rencana dan pengaturan

mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembe- lajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada jenjang pendidikan dasar dan menengah
dikembangkan oleh sekolah dan komite sekolah berpedoman pada standar isi dan standar
kompetensi lulusan, serta panduan penyusunan kurikulum yang dibuat oleh BSNP dengan
memperhatikan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum.
Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam
kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan
silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan pendidikan
tertentu (PPRI No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 5 ayat 2). Standar
isi yang memuat administrasi struktur kurikulum, beban belajar, kurikulum
TK/SD/MI/SDLB/SMP dan kalender akademik.
a

Administrasi Struktur Kurikulum TK/SD/SMP


1

Struktur Kurikulum TK
Struktur kurikulum TK berisi substansi pembelajaran yang ditempuh dalam satu jenjang
pendidikan selama satu tahun mulai Semestaer 1 dan 2 seperti pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Struktur Kurikulum TK


Semester I
No
Tema
1
2
3
4
5

Diri Sendiri
Lingkunganku
Kebutuhanku
Binatang
Tanaman

Alokasi
Waktu
3 Mg
4 Mg
4 Mg
3 Mg
3 Mg

Semester II
No
Tema
1
2
3
4
5
6

Rekreasi
Pekerjaan
Air Udara/Api
Alat Komunikasi
Tanah Airku
Alam Semesta

Alokasi
Waktu
4 Mg
3 Mg
2 Mg
2 Mg
3 Mg
3 Mg

2) Struktur Kurikulum SD/MI


Struktur kurikulum SD/MI meliputi substansi pembelajaran yang ditempuh dalam
satu jenjang pendidikan selama enam tahun mulai Kelas I sampai dengan Kelas VI seperti
pada Tabel 2.2
Tabel 2. 2 Struktur Kurikulum SD/MI
Komponen

Kelas dan Alokasi Waktu


I
II
III
IV, V, dan VI

A. Mata Pelajaran
1. Pendidikan Agama
2. Pendidikan
Kewarganegaraan
3. Bahasa Indonesia
4. Matematika

3
2
5
5

5. Ilmu Pengetahuan Alam


6. Ilmu Pengetahuan Sosial
7. Seni
Budaya
dan
Keterampilan
8. Pendidikan
Jasmani,
Olahraga dan Kesehatan
B. Muatan Lokal
C. Pengembangan Diri
Jumlah

4
3
4
4

26

27

2
2*)
32

28

*) Ekuivalen 2 jam pembelajaran

3) Struktur Kurikulum SMP/MTs


Struktur kurikulum SMP/MTs meliputi substansi pembelajaran yang ditempuh dalam
satu jenjang pendidikan selama tiga tahun mulai Kelas VII sampai dengan Kelas IX
seperti pada Tabel 2.3
Tabel 2.3 Struktur Kurikulum SMP/MTs
Komponen
A. Mata Pelajaran
1. Pendidikan Agama
2. Pendidikan Kewarganegaraan
3. Bahasa Indonesia
4. Bahasa Inggris
5. Matematika
6. Ilmu Pengetahuan Alam
7. Ilmu Pengetahuan Sosial
8. Seni Budaya
9. Pendidikan Jasmani, Olahraga
dan Kesehatan
10. Keterampilan/Teknologi Informasi
dan Komunikasi
B. Muatan Lokal
C. Pengembangan Diri
Jumlah

Kelas dan Alokasi Waktu


VII

VIII

IX

2
2
4
4
4
4
4
2
2

2
2
4
4
4
4
4
2
2

2
2
4
4
4
4
4
2
2

2
2*)
32

2
2*)
32

2
2*)
32

2*) Ekuivalen 2 jam pembelajaran

b. Beban Belajar
Beban belajar yang diatur pada ketentuan ini adalah beban belajar sistem paket pada
jenjang pendidikan dasar dan menengah. Sistem Paket adalah sistem penyelenggaraan program
pendidikan yang peserta didiknya diwajibkan mengikuti seluruh program pembelajaran dan
beban belajar yang sudah ditetapkan untuk setiap kelas sesuai dengan struktur kurikulum yang
berlaku pada satuan pendidikan. Beban belajar setiap mata pelajaran pada Sistem Paket
dinyatakan dalam satuan jam pembelajaran.
Beban belajar dirumuskan dalam bentuk satuan waktu yang dibutuhkan oleh peserta
didik untuk mengikuti program pembelajaran melalui sistem tatap muka, penugasan terstruktur,
dan kegiatan mandiri tidak terstruktur. Semua itu dimaksudkan untuk mencapai standar
kompetensi lulusan dengan memerhatikan tingkat perkembangan peserta didik.

Kegiatan tatap muka adalah kegiatan pembelajaran yang berupa proses interaksi antara
peserta didik dengan pendidik. Beban belajar kegiatan tatap muka per jam pembelajaran pada
masing-masing satuan pendidikan ditetapkan sebagai berikut:
1 SD/MI/SDLB berlangsung selama 35 menit;
2
3

SMP/MTs/SMPLB berlangsung selama 40 menit;


SMA/MA/SMALB/ SMK/MAK berlangsung selama 45 menit.

Beban belajar kegiatan tatap muka per minggu pada setiap satuan pendidikan adalah sebagai
berikut:
1 Jumlah jam pembelajaran tatap muka per minggu untuk SD/MI/ SDLB:

Kelas I s.d. III adalah 29 s.d. 32 jam pembelajaran;

2
3

Kelas IV s.d. VI adalah 34 jam pembelajaran.

Jumlah jam pembelajaran tatap muka per minggu untuk SMP/MTs/SMPLB


adalah 34 jam pembelajaran.
Jumlah jam pembelajaran tatap muka per minggu untuk SMA/MA/SMALB/
SMK/MAK adalah 38 s.d. 39 jam pembelajaran.

Beban belajar kegiatan tatap muka keseluruhan


TK/SD/MI/SMP/MTs adalah sebagaimana tertera pada Tabel 2.4.

untuk

satuan

pendidikan

Tabel 2.4. Beban Belajar Kegiatan Tatap Muka Keseluruhan


untuk Satuan Pendidikan SD/MI/SMP

Satuan
Kelas
Pendidikan

I s.d.
III

Satu jam
pemb.
tatap
muka
(menit)
35

Jumlah
jam
pemb.
Per
minggu

26-28

Minggu
Efektif
per tahun
ajaran

Waktu
pembelajaran
per tahun

Jumlah jam
per
tahun
(@60 menit)

34-38

884-1064 jam
pembelajaran
(30940 37240
menit)

516-621

34-38

1088-1216 jam
pembelajaran
(38080 - 42560
menit

635-709

34-38

1088 - 1216 jam


pembelajaran
(43520 - 48640
menit)

725-811

SD/MI/
SDLB*)
IV s.d.
VI

SMP/MTs/
SMPLB*)

VII
s.d. IX

35

40

32

32

c.

Kalender
Akademik

Seorang
pengawas
harus
bisa membimbing
kepala
sekolah
dalam menyusun
kalender akademik
dan

mengadministrasikannya. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun kalender akademik


antara lain adalah:
1) Kepala sekolah/madrasah menyusun kalender pendidikan/akademik yang
meliputi jadwal pembelajaran, ulangan, ujian, kegiatan ektra kurikuler, dan
hari libur;
2) Penyusunan kalender pendidikan/akademik:
a) Didasarkan pada standar isi,
b) Berisi mengenai pelaksanaan aktivitas sekolah/madrasah selama satu
tahun dan dirinci secara semesteran, bulanan, dan mingguan;
c) Diputuskan dalam rapat dewan pendidik dan ditetapkan noleh kepala
sekolah/madrasah
3) Sekolah/madrasah menyusun jadwal penyusunan KTSP;
4) Sekolah/madrasah menyusun mata pelajaran yang dijadwalkan pada
semester gasal dan semester genap.

Alokasi waktu minggu efektif belajar, waktu libur dan kegiatan lainnya tertera pada Tabel
5.2.
Tabel 5.2.Contoh Alokasi Waktu pada Kelender Pendidikan
N
o
1

Kegiatan

Alokasi Waktu

Keterangan

Minggu efektif belajar

Digunakan untuk kegiatan pembelajaran


efektif pada setiap satuan pendidikan

Jeda tengah semester

Jeda antarsemester

Minimum 34 minggu
dan maksimum 38
minggu
Maksimum
2
minggu
Maksimum
2
minggu

Libur akhir tahun


pelajaran
Hari libur keagamaan

Maksimum
minggu
2 4 minggu

Digunakan untuk penyiapan kegiatan dan


administrasi akhir dan awal tahun pelajaran
Daerah khusus yang memerlukan libur
keagamaan
lebih
panjang
dapat
mengaturnya sendiri tanpa mengurangi
jumlah minggu efektif belajar dan waktu
pembelajaran efektif

Hari
libur
umum/nasional
Hari libur khusus

Maksimum
minggu
Maksimum
minggu
Maksimum
minggu

Disesuaikan dengan Peraturan Pemerintah

Untuk satuan pendidikan sesuai dengan ciri


kekhususan masing-masing
Digunakan
untuk
kegiatan
yang
diprogramkan
secara
khusus
oleh
sekolah/madrasah tanpa mengurangi jumlah
minggu efektif belajar dan waktu
pembelajaran efektif

6
7
8

Kegiatan
khusus
sekolah/madrasah

Satu minggu setiap semester


Antara semester I dan II

Permulaan tahun pelajaran adalah waktu dimulainya kegiatan pembelajaran pada awal tahun
pelajaran pada setiap satuan pendidikan.
Minggu efektif belajar adalah jumlah minggu kegiatan pembelajaran untuk setiap tahun
pelajaran pada setiap satuan pendidikan.
Waktu pembelajaran efektif adalah jumlah jam pembelajaran setiap minggu, meliputi
jumlah jam pembelajaran untuk seluruh matapelajaran termasuk muatan lokal, ditambah jumlah
jam untuk kegiatan pengembangan diri.
Waktu libur adalah waktu yang ditetapkan untuk tidak diadakan kegiatan pembelajaran
terjadwal pada satuan pendidikan yang dimaksud. Waktu libur dapat berbentuk jeda tengah
semester, jeda antar semester, libur akhir tahun pelajaran, hari libur keagamaan, hari libur umum
termasuk hari-hari besar nasional, dan hari libur khusus.

Contoh 2. 1.
Perhitungan Hari Belajar Efektif
TK/SD/SMP..
Tahun Pelajaran 2006 2007
Semester Ganjil
Bulan

Hari
Efektif

Minggu Libur
Efektif Minggu Lib.
Khusus

Jumlah Hari
Lib.
Semester
Umum

Jumlah

Contoh 2.2. Pemetaan Standar Kompetensi


dan Kompetensi Dasar per Semester
Mata Pelajaran :
Kelas/Semester
:
Tahun Pelajaran
:
Sekolah
:
No

Standar
Kompetensi

Kompetensi
Dasar

Indikator

Aspek
Penguasaan
Konsep

Keterampilan
Sosial

Contoh 2.3. Penentuan Standar Kompetensi Belajar Minimal (SKBM)


KD/Indikator

SK
M
(%)

Kriteria / Aspek

No
Esensial

Kompleksitas

Intake
Siswa

Sumber
Pendukung

KD = Kompetensi Dasar

2. Proses Pembelajaran
Administrasi standar proses memuat administrasi:
a Perencanaan proses pembelajaran,
b
c
d

Pelaksanaan proses pembelajaran,


Penilaian hasil pembelajaran
Pengawasan proses pembelajaran.

a). Perencanaan proses pembelajaran

Salah satu tugas pengawas TK/SD/SMP yaitu membimbing Kepala TK/SD/SMP dan guru
adalah membuat rencana pembelajaran melalui Program Pembelajaran kemudian program yang
sudah direncanakan itu diadministrasikan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun
program pembelajaran antara lain adalah:
1) Pengawas TK/SD/SMP ikut memantau dan menjamin mutu kegiatan
pembelajaran untuk setiap mata pelajaran dan program pendidikan
tambahan yang dipilihnya;
2) Kegiatan pembelajaran didasarkan pada standar kompetensi lulusan,
standar isi, dan peraturan pelaksanaanya, serta standar proses dan standar
penilaian.
3) Mutu pembelajaran dikembangkan dengan:
a) Model kegiatan pembelajaran mengacu pada standar proses;

b) Melibatkan peserta didik secara aktif, demokratis, mendidik,


memotivasi, mendorong kreativitas, dan dialogis;
c) Tujuan agar peserta didik mencapai pola pikir dan kebebasan berpikir
sehingga dapat melaksanakan aktivitas intelektual yang berupa
berpikir, beragumentasi, mengkaji, menemukan, dan memprediksi;
d) Pemahaman bahwa keterlibatan peserta didik secara aktif dalam
pembelajaran yang dilakukan secara sungguh-sungguh dan mendalam
untuk mencapai pemahaman konsep, tidak terbatas pada materi yang
diberikan oleh guru.
e) Setiap guru bertanggung jawab terhadap mutu perencanaan kegiatan
pembelajaran untuk setiap mata pelajaran yang diam-punya agar
peserta didik mampu:
(1) Meningkatkan rasa ingin tahunya;
(2) Mencapai keberhasilan belajarnya secara konsisten sesuai dengan
tujuan pendidikan, mengembangkan kompetensi dasar;
(3) Memahami perkembangan pengetahuan dengan kemampuan
mencari sumber informasi;
(4) Mengolah informasi menjadi pengetahuan;
(5) Menggunakan pengetahuan untuk menyelesaikan masalah;
(6) Mengkomunikasikan pengetahuan pada pihak lain; dan
(7) Mengembangkan belajar mandiri dan kelompok dengan proporsi
yang wajar.
f) Guru membuat silabus berdasarkan standar kompetensi lulusan,
standar isi, dan peraturan pelaksanaanya, serta standar proses dan
standar penilaian; memilih strategi pembelajaran yang sesuai;
melaksanakan evaluasi sumatif dan formatif; dan merencanakan
program pembelajaran semeteran dan tahunan.
Contoh berikut ini dapat dikembangkan sesuai dengan kreativitas dan
kebutuhan sekolahnya.
Contoh 2. 4. Administrasi Program Semester dan Tahunan
Mata Pelajaran :
Jenjang
:
Kelas / Semester :
Tahun Pelajaran
:
No

Kompetensi
Dasar

Diberikan pada bulan ke


Jul

Agt

Sep Ok

No

De

..

Target
Ketuntasan (%)
Renc
Pelak

Ket.

Contoh 2.5.Administrasi Komponen Rencana


Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Satuan Pendidikan
Mata Pelajaran

: ...................................................................
: ...................................................................

Kelas/Semester
:
Materi Ajar
:
Alokasi Waktu
:
a standar kompetensi
b kompetensi dasar
:
c tujuan pembelajaran :
d indikator
:
e materi ajar
:
f metode pengajaran
:
1 Kegiatan Awal
:
2 Kegiatan Inti
:
3 Kegiatan Akhir
:
g sumber belajar/ bahan:
h penilaian hasil belajar :
1 Jenis tagihan
:
2 Bentuk
:
3 Soal
:

...................................................................
....................................................................
....................................................................
:.....................................................................
...................................................................
....................................................................
.....................................................................
.....................................................................
.....................................................................
.....................................................................
.....................................................................
.....................................................................
.....................................................................
.....................................................................
.....................................................................
.....................................................................
.....................................................................

b). Administrasi Pelaksanaan Proses Pembelajaran


Aspek yang diadministrasikan adalah pelaksanaan proses pembelajaran yang
dilaksanakan oleh kepala/wakil TK/SD/SMP bidang kurikulum dan guru. Tugas
seorang pengawas TK/SD/SMP dalam pelaksanaan proses pembelajaran adalah
membimbing kepala TK/SD/SMP terhadap kegiatan pembelajaran sesuai dengan
peraturan yang ditetapkan pemerintah dengan memperhatikan:
a Perkembangan metode pembelajaran mutakhir;
b Penggunakan metode pembelajaran yang bervariasi, inovatif, dan tepat untuk
mencapai tujuan pembelajaran;
c Penggunakan fasilitas, peralatan, dan alat bantu yang tersedia secara efektif
dan efisien;
d Sifat alamiah kurikulum, kemampuan peserta didik, dan pengalaman belajar
sebelumnya yang bervariasi serta kebutuhan khusus bagi peserta didik dari
yang mampu belajar dengan cepat sampai yang lambat;
e Pembelajaran melalui lintas kurikulum, hasil-hasil penelitian dan penerapannya;
f Pendekatan kompetensi agar dapat menghasilkan lulusan yang mudah
beradaptasi, memiliki motivasi, kreatif, mandiri, mempunyai etos kerja yang
tinggi, memahami belajar seumur hidup, dan berpikir logis dalam
menyelesaikan masalah.
c). Administrasi Penilaian Hasil Pembelajaran

Tugas seorang pengawas TK/SD/SMP dalam administrasi penilaian hasil belajar siswa
antara lain adalah:
a Membimbing Kepala TK/SD/SMP dan guru dalam menyusun program

b
c

penilaian hasil belajar yang berkeadilan, bertanggung jawab dan


berkesinambungan;
Membimbing Kepala TK/SD/SMPdan guru dalam penyusunan progam
penilaian hasil belajar didasarkan pada Standar Penilaian Pendidikan.
Membimbing Kepala TK/SD/SMP dan guru dalam menilai hasil belajar untuk
seluruh kelompok mata pelajaran, dan membuat catatan keseluruhan, untuk
menjadi bahan program remedial, klarifikasi capaian ketuntasan yang

direncanakan, laporan kepada pihak yang memerlukan, pertimbangan


kenaikan kelas atau kelulusan, dan dokumentasi.
Program penilaian hasil belajar perlu ditinjau secara priodik, berdasarkan
data kegagalan dan kendala pelaksanaan program termasuk temuan penguji
eksternal dalam rangka mendapatkan rencana penilaian yang lebih adil dan
bertanggung jawab.
Membimbing Kepala TK/SD/SMP dan guru dalam menetapkan prosedur yang
mengatur transparansi sistem evaluasi hasil belajar untuk penilaian formal
yang berkelanjutan. Semua guru mengembalikan hasil kerja siswa yang telah
dinilai
Membimbing Kepala TK/SD/SMP dan guru dalam menetapklan petunjuk
pelaksanaan operasional yang mengatur mekanisme penyampaian
ketidakpuasan peserta didik dan penyelesaiannya mengenai penilaian hasil
belajar dengan memperhatikan dua hal, yaitu:
a Penilaian meliputi semua kompetensi dan materi yang diajarkan.
b Seperangkat metode penilaian perlu disiapkan dan digunakan secara
terencana untum tujuan diagnostic, formatif, dan sumatif, sesuai
dengan metode/strategi pembelajaran yang digunakan.
Membimbing Kepala TK/SD/SMP dan guru menyusun ketentuan pelaksanaan
penilaian hasil belajar sesuai dengan standar penilaian pendidikkan.
Selanjutnya, Kepala TK/SD/SM dan guru dianjurkan melaporakan hasil belajar
kepada orang tua peserta didik, komite sekolah dan institusi di atasnya.

Contoh 2.6. Silabus dan Sistem Penilaian


Nama Sekolah
:
Mata Pelajaran
:
Kelas/Semester
:
Standar Kompetensi
:
Kompetensi
Dasar

Materi
Pembelajaran

Kegiatan
Pembelajaran

Indikator

Penilaian

Alokasi
Waktu

Sumber
Bahan

Jenis
tagihan:
Bentuk
Instrumen
:

Contoh 2.7. Penilaian Psikomotor


No
1.
2.

dst.

Nama Siswa

Menggunakan
Alat

Demonstrasi ..........

Jumlah

Rata-rata
Hasil Kerja

Skala
0-20
21-40
41-60
61-80
81-100

tidak tepat
kurang tepat
Tepat
tepat sekali
sangat tepat

tidak bagus
kurang bagus
Bagus
bagus sekali
sangat bagus

tidak sesuai
kurang sesuai
sesuai
sesuai sekali
sangat sesuai

Contoh2. 8 Penilaian Afektif


No

Nama Siswa

Kedisiplinan

Kerjasam
a

Ide

Kreativitas

Jumlah

Ratarata

1.
2.
3.
...
Dst

Skala
A
B
C
D

Amat baik
Baik
Cukup
Kurang

76-100
51-75
26-50
26-50

Administrasi penilaian belajar siswa berupa arsip laporan hasil belajar siswa yang
diterima setiap tiga/enam bulan sekali.
d). Administrasi Pengawasan Proses Pembelajaran
Tenaga Administrasi Sekolah mengadministrasikan hasil pengawasan
pembelajaran antara lain berupa hasil pemantauan, supervisi, evaluasi, dan
pelaporan serta catatan tindak lanjut untuk memperbaiki kinerja kepala TK/SD/SM
dan guru dalam pengelolaan pembelajaran.
Contoh 2. 9. Buku Pemeriksaan Administrasi Pembelajaran
N
o

Nama
Guru

Mata
Pelajar
an

Ke- A. Program Pembelajaran


las P P Standar Kompetensi
No
Tgl
N
T S Tgl
o

Keterangan:
PT: Program Tahunan
PS: Program semester
RPP: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Tgl

No

RPP/PMH
I II III

IV

PMH: Persiapan Mingguan/ Harian


Contoh 2.10. Instrumen Pengawasan Administrasi Kurikulum
dan Program Pembelajaran
No.

1.

2.

3.

4.
5.

6.
7.
8

9.

10.

Komponen

Ada
A

Tidak ada
AT

Keterangan
1. Baik
2. Cukup
3. Jelek

Buku/ Dokumen Kurikulum


a Standar Isi (kerangka dasar, struktur
kurikulum)
b Standar Proses
c Standar Kompetensi lulusan (standar
kompetensi, kompetensi dasar)
d Standar Penilaian
e Panduan panduan (Penyusunan
Silabus dan Penilaian, pembelajaran)
Penyusunan Program Pengajaran
a Pemetaan Standar Kompetensi dan
Kompetensi dasar setiap Mata Pelajaran
b Standar Ketuntasan Belajar Minimal
(SKBM)
c Perhitungan hari belajar efektif/ kalender
pembelajaran
d Program semester dan Tahunan
e Silabus dan system penilaian setiap
mata pelajaran
f Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
g Jadwal Pelajaran
h Tugas siswa
i Pengembangan diri/ Ekstrakur
j Perbaikan dan Pengayaan
Buku Nilai
a Data Siswa
b Ulangan harian
c Ulangan umum
d Tugas siswa
Leger/ DKN
Kumpulan soal
a Ulangan harian
b Ulangan umum
Grafik Daya Serap/ Ketuntasan Belajar
Grafik pencapaian target kompetensi
Grafik rata-rata nilai UAN
a Siswa Baru
b Siswa Lulusan
Observasi kelas
a Kunjungan semua guru
b Catatan tentang guru setelah diobservasi
Daftar buku wajib/ alat peraga dan
referensi

Keterangan: A = ada dan fungsional


AT= ada tapi tidak fungsional
Saran Tindak Lanjut: .......................................................................................
3. Administrasi Penilaian Pendidikan

Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur


pencapaian hasil belajar peserta didik (PP Nomor 19 2005). Evaluasi pendidikan adalah kegiatan
pengendalian, penjaminan, dan penetapan mutu pendidikan terhadap berbagai komponen
pendidikan pada setiap jalur, jenjang, dan jenis pendidikan sebagai bentuk pertanggungjawaban
penyelenggaraan pendidikan. Penilaian Pendidiakan menurut PP Nomor 19 2005 Bab XI dibagi
menjadi lima bagian, yaitu : (1) Penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan dasar, menengah,
dan pendidikan tinggi; (2) Penilaian hasil belajar oleh pendidik; (3) Penilaian hasil belajar oleh
satuan pendidikan; (4) Penilaian hasil belajar oleh pemerintah; dan (5) Kelulusan.
Penilaian pendidikan pada pendidikan dasar dan menengah terdiri dari penilaian hasil
belajar oleh pendidik, penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan, dan penilaian hasil belajar
oleh pemerintah. Sedangkan, penilaian hasil belajar pada jenjang pendidikan tinggi terdiri dari
penilaian hasil belajar oleh pendidik dan penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan tinggi.
Penilaian hasil belajar dilakukan untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil dalam
bentuk ulangan harian, ulangan tengah semster, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan
kelas. Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan bertujuan menilai pencapaian standar
kompetensi lulusan untuk semua mata pelajaran. Penilaian hasil belajar oleh pemerintah
bertujuan untuk menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran
tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan teknologi dan dilakukan dalam
bentuk ujian nasional. Ujian nasional dilakukan secara obyektif, berkeadilan, dan akuntabel.
Hasil ujian nasional digunakan sebagai salah satu pertimbangan untuk: (1) Pemetaan mutu
program dan/atau satuan pendidikan; (2) Dasar seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya; (3)
penentuan kelulusan peserta didik dari program dan/atau satuan pendidikan; (4) pembinaan dan
pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam upayanya untuk meningkatkan mutu
pendidikan. Peserta didik dinyatakan lulus dari satuan pendidikan pada pendidikan dasar dan
menengah setelah: (1) Menyelesaikan seluruh program pembelajaran; (2) Memperoleh nilai
minimal baik pada penilaian akhir untuk seluruh mata pelajaran kelompok mata pelajaran agama
dan akhlak mulia, kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata
pelajaran estetika, dan kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga, dan kesehatan ; (3) Lulus
ujian sekolah/madrasah untuk kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi; dan (4)
Lulus ujian nasional.
Contoh 2.11 Format Administrasi Penilaian Hasil Belajar
Mata Pelajaran
: .
Kelas
: .
Kompetensi Dasar
: . Semester
Standar Ketuntasan
: Tahun Pel.
No.

NAMA

Ulangan
Harian 1
3

Remidiasi
1
4

Remidiasi
1
5

Remidiasi
1
6

Nilai
Akhir
7

:
:

Ket.
8

B. Administrasi Kesiswaan

Tujuan administrasi kesiswaan adalah mengatur kegiaatan-kegiatan peserta didik dari mulai
masuk sampai lulus sekolah. Pengaturan kegiatan peserta didik tersebut diarahkan pada
peningkatan mutu kegiatan belajar mengajar baik intra maupun ekstrakurikuler, sehingga

memberikan kontribusi bagi pencapaian visi, misi, dan tujuan sekolah serta tujuan pendidikan
secara keseluruhan. Ruang lingkup administrasi kesiswaan meliputi:
1. Perencanaan Peserta Didik
Perencanaan merupakan terjemahan dari kata planning. Yang dimaksud
dengan perencanaan adalah memikirkan di muka tentang apa-apa yang harus
dilakukan. Muka di sini perlu diberi garis bawah, oleh karena ia berkenaan dengan
kurun waktu dan bukan kurun tempat. Perencanaan sendiri adalah aktivitasnya,
sedangkan hasil dari perencanaan tersebut adalah rencana yang berwujud rumusan
tertulis. Dengan perkataan lain, jika rencana yang terumus secara tertulis tersebut
belum ada maka aktivitas perencanaan tersebut belum selesai atau belum berhasil.
Perencanaan peserta didik adalah suatu aktivitas memikirkan di muka
tentang hal-hal yang harus dilakukan berkenaan dengan peserta didik di sekolah,
baik sejak peserta didik akan memasuki sekolah maupun mereka akan lulus dari
sekolah. Yang direncanakan adalah hal-hal yang harus dikerjakan berkenaan
dengan penerimaan peserta didik sampai dengan pelulusan peserta didik.
2 Penerimaan Siswa Baru (PSB)
Penerimaan siswa baru meliputi kegiatan: Penetuan kebijakan PSB,
sistem PSB, kriteria PSB, Prosedur PSB, dan pemecahan problem-problem PSB.
Sebagai dasar pembuatan kebijakan mengenai proses penerimaan peserta didik
atau penerimaan siswa baru, Permendikanas Nomor 19 tahun 2007 tentang
Standar Pengelolaan Pendidikan oleh Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah,
menggariskan ketentuan yang berkenaan dengan kriteria calon peserta didik
dan norma-norma pelaksanaan penerimaan peserta didik.
a Kriteria calon peserta didik :
1 SD/MI berusia sekurang-kurangnya 6 (enam) tahun,
pengecualian
terhadap usia peserta didik yang dari 6 (enam) tahun dilakukan atas
dasar rekomendasi tertulis dari pihak yang berkompeten, seperti koselor
sekolah/madrasah maupun psikolog.
2 SDLB/SMPLB/SMALB berasal dari peserta didik yang memiliki kelainan
fisik, emosional, intelektual, mental, sensorik, dan/atau sosial;
3 SMP/MTs berasal dari lulusan SD, MI, Paket A atau satuan pendidikan
bentuk lainnya yang sederajat.
4 SMA/SMK, MA/MAK berasal dari anggota masyarakat yang telah lulus
dari SMP/MTs, Paket B atau satuan pendidikan lainnya yang sederajat.
b Penerimaan Peserta didik sekolah/madrasah dilakukan :
1 Secara objektif, transparan, dan akuntabel sebagaimana tertuang dalam
aturan sekolah/madrasah,
2 Tanpa diskriminasi atas dasar pertimbangan gender, agama, etnis,
status sosial, kemampuan ekonomi bagi SD/MI, SMP/Mts penerima
subsidi dari Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah;
3 Berdasar kriteria hasil ujian nasional bagi SMA/SMK, MA/MAK
4 Sesuai dengan daya tampung sekolah/madrasah.
3 Orientasi Siswa Baru
Orientasi siswa baru mencakup kegiatan pada hari-hari pertama sekolah,
Masa Orientasi Siswa (MOS), pendekatan dan tehnik-tehnik yang digunakan.

Setelah kegiatan orientasi siswa baru selesai, maka aktivitas administrasi


peserta didik selanjutnya meliputi:
a Mengatur kehadiran, dan ketidakhadiran peserta didik di sekolah
b Mengatur pengelompokan peserta didik
c Mengatur evaluasi peserta didik, baik dalam rangka memperbaiki
proses belajar mengajar, bimbingan penyuluhan maupun kepentingan
peserta didik.
d Mengatur kenaikan tingkat/ kenaikan kelas peserta didik
e Mengatur peserta didik yang drop out
f Mengatur kode etik, dan peningkatan disiplin peserta didik
g Mengatur organisasi peserta didik yang meliputi seperti OSIS,
Organisasi Pramuka, PMR, KIR, Kelompok Studi tour, Club Pecinta Alam,
Peringatan Hari Besar Keagamaan, dan sebagainya.
h Mengatur layanan peserta didik

Layanan BK,

Layana perpustakaan

Layanan laboratorium

Layanan penasihat akademik (wali kelas)

Layanan koperasi siswa/i.

i. Mengatur kegiatan pelaksanaan wawasan wiyatamandala.


4. Pengaturan Kehadiran Peserta Didik
a. Batasan Kehadiran dan Ketidakhadiran
Kehadiran peserta didik di sekolah (school attandence) adalah kehadiran dan
keikutsertaan peserta didik secara fisik dan mental terhadap aktivitas sekolah pada
jam-jam efektif di sekolah. Sedangkan ketidakhadiran adalah ketiadaan partisipasi
secara fisik peserta didik terhadap kegiatan-kegiatan sekolah.
Pada jam-jam efektif sekolah, peserta didik memang harus berada di sekolah.
Kalau tidak ada di sekolah, haruslah dapat memberikan keterangan yang syah serta
diketahui oleh orang tua atau walinya. Hal demikian sangat penting, oelh karena
ada insiden-insiden seperti: peserta didik menyatakan kepada orang tua atau
walinya bahwa ia berangkat ke sekolah, tetapi ternyata tidak hadir di sekolah.
Carter V. Good (1981) memberi batasan kehadiran sebagai berikut:
The act of being present, particulary at school (certain court dicisions have
defined attendance at school as not merely being bodily presence but
incluiding actual participation in the work and activities orientasi the school).
Pengertian kehadiran seperti yang dikemukakan di atas seringkali
dipertanyakan, terutama pada saat teknologi pendidikan dan pengajaran telah
berkembang pesat seperti sekarang ini. Kalau misalnya saja, aktivitas-aktivitas
sekolah dapat dipancarkan melalui TV dan bisa sampai ke rumah, apakah kehadiran
peserta didik secara fisik di sekolah masih dipandang mutlak?
Jika pendidikan atau pengajaran dipandang sebagai sekedar penyampaian
pengetahuan, sedangkan para peserta didik dapat menyerap pesan-pesan
pendidikan melalui layar kacanya di rumah, ketidakhadiran peserta didik di sekolah
secara fisik mungkin tidak menjadi persoalan. Sebaliknya, jika pendidikan bukan
sekadar penyerapan ilmu pengetahuan, melainkan lebih jauh membutuhkan
keterlibatan aktif secara fisik dan mental dalam prosesnya, maka kehadiran secara
fisik di sekolah tetap penting apapun alasannya, dan bagaimanapun canggihnya

teknologi yang dipergunakan. Pendidikan telah lama dipandang sebagai suatu


aktivitas yang harus melibatkan peserta didik secara aktif, dan tidak sekedar
sebagai penyampaian informasi belaka.
b. Sebab-sebab Ketidakhadiran Peserta Didik
Ada banyak sumber penyebab ketidakhadiran peserta didik di sekolah.
Pertama, ketidakhadiran yang bersumber dari lingkungan keluarga. Ada kalanya
suatu keluarga mendukung terhadap kehadiran peserta didik di sekolah, dan
adakalanya tidak mendukung. Bahkan dapat juga terjadi, bahwa keluarga justru
menjadi perintang bagi peserta didik untuk hadir di sekolah. Pemecahan atas
ketidakhadiran peserta didik yang bersumber dari keluarga demikian, tentulah lebih
ditujukan pada langkah-langkah kuratif bagi kehidupan keluarga.
Adapun ketidakhadiran yang disebabkan atau bersumber dari keluarga adalah
sebagai berikut:
1 Kedua orang tuanya baik ayah maupun ibu, bekerja. Hal demikian bisa
terjadi, mengingat disamping peserta didik tersebut tidak mendapatkan
pengawasan keluarga, juga bisa jadi yang bersangkutan memang disuruh
menjaga rumah oleh kedua orang tuanya.
2 Ada kegiatan keagamaan di rumah. Kegiatan keagamaan demikian, terutama
pada masyarakat yang religius, bisa menjadikan sebab peserta didik tidak
hadir di sekolah.
3 Ada persoalan di lingkungan keluarga. Meskipun masalah tersebut tidak
bersangkut paut dengan peserta didik, umumnya juga mempengaruhi jiwa
peserta didik. Misalnya adanya pertengkaran antara ayah dan ibu, bisa
menjadikan penyebab bagi peserta didik untuk tidak hadir di sekolah.
4 Ada kegiatan darurat di rumah. Kegiatan yang sifatnya darurat, lazim
memaksa anak untuk turut menyelesaikan sesegera mungkin. Hal demikian,
bisa menjadikan penyebab peserta didik tidak dapat hadir di sekolah.
5 Adanya keluarga, famili dan atau handai taulan yang pindah rumah. Ini
seringkali menjadikan peserta didik untuk turut serta membantu serta
menghadirinya. Tidak jarang, pindah rumah demikian bersamaan dengan hari
dan
atau
jam
sekolah.
Pindah
rumah
memang
tidak
pernah
mempertimbangkan aspek peserta didik sedang bersekolah ataukan tidak.
6 Ada kematian. Kematian di dalam keluarga umumnya membawa duka bagi
anak. Oleh karena dukanya tersebut, anak kemudian tidak hadir di sekolah.
7 Letak rumah yang jauh dari sekolah. Hal demikian tidak jarang menjadikan
peserta didik malas untuk hadir ke sekolah. Terkecuali jika ada
transportasinya. Sungguhpun demikian, jarang juga ketika sudah ada
transportasinya, peserta didik juga masih tetap tidak hadir di sekolah, karena
mungkin waktu itu tidak mempunyai uang ongkos transportasi.
8 Ada keluarga yang sakit. Pada saat salah seorang anggota keluarga ada yang
sakit, tidak jarang peserta didik dimintai untuk menunggu atau merawatnya,
sehingga menjadi penyebab peserta didik tidak bersekolah.
9 Baju seragam yang tidak ada lagi. Ini dialami oleh mereka yang secara
ekonomi memang lemah. Tidak seragam ke sekolah dikhawatirkan
mendapatkan sangsi, umumnya peserta didik memilih tidak hadir di sekolah.
10 Kekurangan makanan yang sehat. Ini terjadi pada peserta didik yang berada
di daerah-daerah kantong kemiskinan.

11 Ikut orang tua berlibur. Hari libur orang tua yang tidak bersamaan dengan
hari libur sekolah bisa memberi peluang bagi tidak hadirnya peserta didik di
sekolah. Karena, tidak jarang peserta didik mengikuti liburan orang tuanya.
12 Orang tua pindah tempat kerja. Orang tua yang pindah tempat kerja bisa
menyebabkan anak tidak hadir di sekolah, oleh karena anak kadang-kadang
mengikuti orang tua baik untuk jangka waktu lama maupun untuk jangka
waktu tertentu saja.
b

Catatan Kehadiran dan Ketidakhadiran Peserta Didik


Peserta didik yang hadir di sekolah hendaknya dicatat oleh guru dalam buku
presensi. Sementara peserta didik yang tidak hadir di sekolah dicatat dalam buku
absensi. Dengan perkataan lain, presensi adalah daftar kehadiran peserta didik,
sementara absensi adalah buku daftar ketidakhadiran peserta didik.
Begitu jam pertama dinyatakan masuk, serta para peserta didik masuk ke
kelas, guru mempresensi peserta didiknya satu persatu. Selain agar mengenali satu
persatu peserta didiknya yang masuk sekolah dan yang tidak masuk sekolah.
Demikian juga pada jam-jam berikutnya setelah istirahat, guru perlu mempresensi
kembali, barangkali ada peserta didinya yang pulang sebelum waktunya. Tidak
jarang, peserta didik pulang sebelum waktunya, hanya karena sudah dinyatakan
masuk melalui presensi pada jam pertama.
5. Pengaturan Kedisiplinan Peserta Didik

a. Urgensi dan Makna Kedisiplinan


Disiplin sangat penting artinya bagi peserta didik. Karena itu, ia harus
ditanamkan secara terus-menerus kepada peserta didik. Jika disiplin ditanamkan
secara terus menerus, maka disiplin tersebut akan menjadi kebiasaan bagi peserta
didik. Orang-orang yang berhasil dalam bidangnya masing-masing umumnya
mempunyai kedisiplinan yang tinggi. Sebaliknya orang yang gagal, umumnya tidak
disiplin.
Apa yang dimaksud dengan disiplin? Banyak para ahli yang memberikan
pengertian sesuai dengan sudut pandang mereka. The Liang Gie (1972)
memberikan pengertian disiplin sebagai berikut:
Disiplin adalah suatu keadaan tertib di mana orang-orang yang tergabung
dalam suatu organisasi tunduk pada peraturan-peraturan yang telah ada
dengan rasa senang hati.
Goods (1959) dalam Dictionary of Education mengartikan disiplin sebagai berikut:
a Proses atau hasil pengarahan atau pengendalikan keinginan, dorongan atau
kepentingan guna mencapai maksud atau untuk mencapai tindakan yang
lebih sangkil.
b Mencari tindakan terpilih dengan ulet, aktif dan diarahkan sendiri, meskipun
menghadapi rintangan.
c Pengendalian perilaku secara langsung dan otoriter dengan hukuman atau
hadiah.
d Pengekangan dorongan dengan cara yang tak nyaman dan bahkan
menyakitkan.
Websters New World Dictionary (1959) membeikan batasan disiplin sebagai:
Latihan untuk mengendalikan diri, karakter dan keadaan secara tertib dan efisien.
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut kiranya jelas, bahwa disiplin
adalah suatu keadaan di mana sesuatu itu berada dalam keadaan tertib, teratur

dan semestinya, serta tidak ada suatu pelanggaran-pelanggaran baik secara


langsung atau tidak langsung.
Adapun pengertian disiplin peserta didik adalah suatu keadaan tertib dan
teratur yang dimiliki oleh peserta didik di sekolah, tanpa ada pelanggaranpelanggaran yang merugikan baik secara lansung maupun tidak langsung terhadap
peserta didik sendiri dan terhadap sekolah secara keseluruhan.
Ada tiga macam disiplin. Pertama, disiplin yang dibangun berdasarkan konsep
otoritarian. Menurut kacamata konsep ini, peserta didik di sekolah dikatakan
mempunyai disiplin tinggi manakala mau duduk tenang sambil memperhatikan
uraian guru ketika sedang mengajar. Peserta didik diharuskan mengiyakan saja
terhadap apa yang dikehendaki guru, dan tidak boleh membantah. Dengan
demikian, guru bebas memberikan tekanan kepada peserta didik, dan memang
harus menekan peserta didik. Dengan demikian, peserta didik takut dan terpaksa
mengikuti apa yang diingini oleh guru.
Kedua, disiplin yang dibangun berdasarkan konsep permissive. Menurut konsep
ini, peserta didik haruslah diberikan kebebasan seluas-luasnya di dalam kelas dan
sekolah. Aturan-aturan di sekolah dilonggarkan dan tidak perlu mengikat kepada
peserta didik. Peserta didik dibiarkan berbuat apa saja sepanjang itu menurutnya
baik. Konsep permissive ini merupakan anti tesa dari konsep autoritarian. Keduanya
sama-sama berada dalam kutub ekstrim.
Ketiga, disiplin yang dibangun berdasarkan konsep kebebasan yang terkendali
atau kebebasan yang bertanggung jawab. Disiplin demikian, memberikan
kebebasan seluas-luasnya kepada peserta didik untuk berbuat apa saja, tetapi
konsekuensi dari perbuatan itu, haruslah ia tanggung. Karena ia yang menabur,
maka ialah yang menuai. Konsep ini merupakan konvergensi dari konsep otoritarian
dan permissive di atas.
Menurut konsep kebebasan terkendali ini, peserta didik memang diberi
kebebasan, asal yang bersangkutan tidak menyalahgunakan kebebasan yang
diberikan. Sebab tidak ada kebebasan mutlak di dunia ini, termasuk di negara
liberal sekalipun. Ada batas-batas tertentu yang harus diikuti oleh seseorang dalam
kerangka kehidupan bermasyarakat, termasuk juga kehidupan bermasyarakat
dalam setting sekolah. Bahkan pendamba kebebasan mutlak pun, sebenarnya akan
terbatasi oleh kebebasan itu sendiri.
Kebebasan jenis ketiga ini juga lazim dikenal dengan kebebasan terbimbing.
Terbimbing karena dalam menerapkan kebebasan tersebut, diaksentuasikan kepada
hal-hal yang konstruktif. Manakala arah tersebut berbalik atau berbelok ke hal-hal
yang destruktif, maka dibimbing kembali ke arah yang konstruktif.
Berdasarkan tiga konsep disiplin tersebut, kemudian dikemukakan teknik-teknik
alternatif pembinaan disiplin peserta didik. Pertama, dinamai dengan teknik
external control, ialah suatu teknik di mana disiplin peserta didik haruslah
dikendalikan dari luar peserta didik. Teknik ini meyakini kebenaran akan teori X,
yang mempunyai asumsi-asumsi tak baik mengenai manusia. Karena tak baik,
mereka senantiasa diawasi dan dikontrol terus, agar tidak terjerembab ke dalam
kegiatan-kegiatan yang destruktif dan tidak produktif. Menurut teknik external
control ini, peserta didik harus terus menerus didisiplinkan, dan kalau perlu ditakuti
dengan ancaman dan ditawari dengan ganjaran. Ancaman diberikan kepada
peserta didik yang tidak disiplin, sementara ganjaran diberikan kepada peserta
didik yang mempunyai disiplin tinggi.

Kedua, dinamainya dengan teknik inner control atau internal control. Teknik ini
merupakan kebalikan dari teknik di atas. Teknik ini mengupayakan agar peserta
didik dapat mendisiplinkan dari mereka sendiri. Peserta didik disadarkan akan arti
pentingnya disiplin. Sesudah sadar, ia akan mawas diri dan berusaha
mendisiplinkan diri sendiri. Jika teknik ini dapat dikembangkan dengan baik, maka
akan mempunyai kekuatan yang lebih hebat dibandingkan dengan teknik external
control.
Jika teknik inner control ini yang dipilih oleh guru, maka guru haruslah bisa
menjadi teladan dalam hal kedisiplinan. Sebab, guru tidak akan dapat
mendisiplinkan peserta didiknya, tanpa ia sendiri harus berdisiplin. Guru harus
sudah punya self control dan inner control yang baik.
Ketiga, adalah teknik cooperatit control. Menurut teknik ini, antara pendidik dan
peserta didik harus saling bekerjasama dengan baik dalam menegakkan disiplin.
Guru dan peserta didik lazimnya membuat semacam kontrak perjanjian yang berisi
aturan-aturan kedisiplinan yang harus ditaati bersama-sama. Sangsi atas
pelanggaran disiplin juga ditaati dan dibuat bersama.
Kontrak atau perjanjian seperti ini sangat penting, oleh karena hanya dengan
cara demikianlah pendidik dan peserta didik dapat bekerjasama dengan baik.
Dalam suasana demikianlah, maka peserta didik juga merasa dihargai. Inisiatif
yang berasal dari dirinya, biarpun itu berbeda dengan inisiatif guru, asalkan baik
juga diterima oleh guru dan peserta didik lainnya.
2. Peserta Didik yang Mutasi dan Drop Out
a. Alasan, Arti dan Macam Mutasi
Mutasi dan drop out seringkali membawa masalah di dunia pendidikan kita.
Oleh karena itu, keduanya haruslah ditangani dengan baik di dunia pendidikan kita.
Sebab, kalau tidak ditangani, seringkali membawa keruwetan yang berlarut-larut.
Yang pada gilirannya, akan mengganggu aktivitas-aktivitas sekolah secara
keseluruhan.
Ada beberapa macam mutasi. Pertama, adalah mutasi intern. Yang dimaksud
dengan mutasi intern adalah mutasi yang dilakukan oleh peserta didik di dalam
sekolahan itu sendiri. Umumnya, peserta didik demikian hanyalah pindah kelas
saja, dalam suatu kelas yang tingkatannya sejajar. Mutasi intern ini, dilakukan oleh
peserta didik yang sama jurusannya, atau yang berbeda jurusannya.
Kedua, adalah mutasi ekstern. Yang dimaksud dengan mutasi ekstern adalah
perpindahan peserta didik dari satu sekolah ke sekolah lain dalam satu jenis, dan
dalam satu tingkatan. Meskipun ada juga peserta didik yang pindah ke sekolah lain
dengan jenis sekolah yang berlainan. Pada sekolah-sekolah negeri hal demikian
menjadi persoalan; meskipun pada sekolah swasta, terutama yang kekurangan
peserta didik, tidak pernah menjadi persoalan.
Ada banyak penyebab peserta didik mutasi. Adapun faktor penyebab tersebut,
dapat bersumber dari peserta didik sendiri, lingkungan keluarga, lingkungan
sekolah, dan lingkungan teman sebaya.
Yang bersumber dari peserta didik sendiri adalah:
1 Yang bersangkutan tidak kuat mengikuti pelajaran di sekolah tersebut.
2 Tidak suka dengan sekolah tersebut, atau merasa tidak cocok.
3 Malas.
4 Ketinggalan dalam pelajaran.
5 Bosan dengan sekolahnya.

Yang bersumber dari lingkungan keluarga adalah:


1 Mengikuti orang tua pindah kerja.
2 Dititipkan oleh orang tuanya di tempat nenek atau kakeknya, karena
ditinggal tugas belajar ke luar negeri
3 Mengikuti orang tua yang sedang tugas belajar.
4 Disuruh oleh orang tuanya pindah.
5 Orang tua merasa keberatan dengan biaya yang harus dikeluarkan di
sekolah tersebut.
6 Mengikuti orang tua pindah rumah.
7 Mengikuti orang tua transmigrasi.
Yang bersumber dari lingkungan sekolah adalah:
1 Lingkungan sekolah yang tidak menarik.
2 Fasilitas sekolah yang tidak lengkap.
3 Guru di sekolah tersebut sering kosong.
4 Adanya kebijakan-kebijakan sekolah yang dirasakan berat oleh peserta
didik.
5 Sulitnya sekolah tersebut dijangkau, termasuk oleh transportasi yang ada.
6 Sekolah tersebut dibubarkan, karena alasan-alasan, seperti kekurangan
murid.
7 Sekolah tersebut dirasakan peserta didik tidak bonafid, seperti rendahnya
angka kelulusan setiap tahun.
Yang bersumber dari lingkungan teman sebaya, yaitu:
1 Bertengkar dengan teman.
2 Merasa diancam oleh teman.
3 Tidak cocok dengan teman.
4 Merasa terlalu tua sendiri dibandingkan dengan teman-teman sebayanya.
5 Semua teman yang ada di sekolah tersebut, berlainan jenis dengan dirinya,
sehingga merasa sendirian
6 Semua teman yang ada di sekolah tersebut berlainan strata dengan dirinya.
Yang bersumber dari lain-lain adalah:
1 Seringnya sekolah tersebut dilanda banjir
2 Adanya peperangan yang mendadak sehingga di sekolah tersebut tidak
memungkinkan untuk belajar.
3 Adanya bencana alam di wilayah atau daerah tempat sekolah tersebut
berada.
4 Sekolah tersebut tiba-tiba ambruk, karena sudah terlalu tua.
Dalam banyak hal, mutasi memang perlu dicegah, agar terdapat
kesinambungan pengetahuan peserta didik yang diterima sebelumnya dengan
kelanjutannya. Oleh karena itu, ijin mutasi hendaknya diberikan jika disertai dengan
alasan yang dapat diterima dan sangat baik bagi perkembangan peserta didik itu
sendiri. Seminimal mungkin, mutasi peserta didik yang bersifat ekstern haruslah
dikurangi. Pencegahan dan pengurangan tersebut, tentu bergantung kepada
macam sumber faktor penyebabnya. Sungguhpun demikian, ada banyak faktor
penyebab yang tidak bisa ditanggulangi. Dalam hal demikian, mereka yang mutasi
memang harus dicarikan jalan keluarnya, agar menguntungkan bagi perkembangan
peserta didik.
Jika sumber penyebab mutasi berasal dari diri peserta didik sendiri, maka
langkah preventif yang harus dilakukan adalah memberikan semacam jaminan
kepada peserta didik, bahwa kalau dapat menyelesaikan studi di sekolah tersebut,

peserta didik nantinya akan mempunyai prospek tertentu sebagaimana lulusanlulusan lain dari sekolah tersebut. Ini perlu dikemukakan, agar mereka yakin benar
dengan kebaikan sekolahnya. Dengan demikian, setelah ia memilih sekolah
tersebut, tidak akan ragu-ragu lagi.
Peserta didik juga perlu mendapatkan bimbingan yang baik di sekolah tersebut,
agar dapat menyesuaikan dirinya dengan baik, dan dapat mengikuti pelajaran
dengan baik. Dengan penyesuaian diri yang baik dan belajar dengan baik, ia tidak
ketinggalan dengan teman-temannya yang lain. Dengan demikian, ia tidak punya
alasan untuk pindah ke sekolah lain.
Disamping itu, peserta didik perlu bimbingan dengan baik agar merencanakan
belajarnya, dan diupayakan konsisten dengan rencana yang ia buat. Kemalasan
dalam mempelajari bab-bab awal, bisa beruntun sampai dengan bab-bab akhir.
Oleh karena itu, dorongan dan atau motivasi yang terus menerus dari sekolah, akan
membantu peserta didik untuk giat belajar dan tidak malas. Lebih lanjut, peserta
didik akan merasa senang belajar di sekolah tersebut.
Jika sumber penyebab mutasi tersebut berasal dari sekolah, tak ada alternatif
lain kecuali memperbaiki kondisi sekolah. Yang diperbaiki, tentu saja tidak saja
sarana dan prasarana fisik sekolah, melainkan sekaligus kondisi sekolah secara
keseluruhan. Disiplin guru perlu ditingkatkan, proses dan metode belajar
pembelajaran dibuat sevariatif mungkin, fasilitas dan sarana yang ada hendaknya
difungsionalkan dengan baik. Demikian juga layanan-layanan yang ada di sekolah,
diupayakan dapat memuaskan peserta didiknya. Upayakan agar peserta didik
betah di sekolah tersebut.
Jika sumber penyebab mutasi peserta didik tersebut berasal dari lingkungan
keluarga, maka jalinan kerja sama antara sekolah dengan keluarga memang perlu
ditingkatkan. Jangan sampai, hanya karena persoalan sepele saja kemudian anak
tidak sekolah atau mutasi ke sekolah lain. Perlu ada komunikasi yang intens antara
sekolah dan keluarga, sehingga keduanya tidak mengalami miscommunication.
Adapun, jika peserta didik, karena alasan tertentu yang dapat diterima akan
mutasi, maka hendaknya mereka diberi keterangan sesuai dengan apa adanya.
Tidak boleh dibaik-baikkan atau dijelek-jelekkan. Sebab, bagaimanapun juga,
mutasi ke sekolah lain adalah hak peserta didik sendiri. Berilah ia keterangan
bahwa yang bersangkutan memang pernah bersekolah di sekolah tersebut, dan
kemukakan alasan-alasan mengapa yang bersangkutan mutasi. Keteranganketerangan yang lazim diberikan berkaitan dengan peserta didik yang mutasi ialah:
identitas anak, asal sekolah, prestasi akademik di sekolah, kelakuan dan kerajinan
dan alasan-alasan yang bersangkutan mutasi. Dengan demikian, sekolah yang
dituju oleh peserta didik tersebut, mendapatkan gambaran yang senyatanya
mengenai anak tersebut.
Sebelum peserta didik tersebut mutasi, berilah saran-saran kepada yang
bersangkutan: apakah sudah meneliti benar tentang kualitas sekolah tersebut?
Apakah dia sudah cocok benar dengan sekolahnya yang baru itu? Apakah yang
bersangkutan sudah mengecek dan mengkonfirmasikan kepada kepala sekolahnya,
bahwa ia akan diterima? Apakah masih tersedia fasilitas bagi dirinya, jika ia mutasi
ke sekolah tersebut? Apakah yang bersangkutan tidak rugi kalau harus mutasi?
Pertanyaan demikian patut dikemukakan kepada peserta didik yang akan mutasi,
agar dia tidak kecewa di kemudian hari. Pertanyaan demikian sekaligus mencegah
kepada yang bersngkutan, agar tidak ditolak di sekolah barunya, sementara dari
sekolah lamanya sudah terlanjur secara formal dinyatakan mutasi.

Bagi sekolah yang akan menerima peserta didik yang akan mutasi, hendaknya
juga meneliti lebih lanjut terhadap mereka, sebelum menyatakan menerima. Jangan
sampai, sekolah yang sebelumnya sudah tertib dan baik, bisa berubah kacau hanya
karena ada seorang murid yang baru mutasi dari sekolah lain. Untuk itulah, sekolah
harus meneliti mengenai: identitas, kelakuan/kerajinan, prestasi akademiknya,
jurusan atau program asalnya, dan alasan-alasan yang berangkutan mutasi.
Tentu, dapat menerima tidaknya sekolah tersebut, juga harus didasarkan atas
ketersediaan fasilitas dan kesejajaran sekolah tersebut. Ini sangat penting, karena
tidak mungkin sekolah dapat menerima peserta didik tanpa fasilitas; dan menerima
peserta didik yang kemampuannya tidak sejajar dengan teman-teman yang ada di
sekolah tersebut. Sebab kalau ini terjadi, akan memberatkan peserta didik itu
sendiri.
b. Peserta Didik yang Drop Out
Yang dimaksud dengan drop out adalah keluar dari sekolah sebelum waktunya,
atau sebelum lulus. Drop out demikian ini perlu dicegah, oleh karena hal demikian
dipandang sebagai pemborosan bagi biaya yang sudah terlanjur dikeluarkan
untuknya. Banyaknya peserta didik yang drop out adalah indikasi rendahnya
produktivitas pendidikan. Tinginya angka drop out juga bisa mengganggu angka
partisipasi pendidikan atau sekolah.
C. Administrasi Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Administrasi Pendidik dan Tenaga Kependidikan meliputi hal-hal sebagai berikut.


1.
a
b

Pendayagunaan Ketenagaan
Kelayakan Guru Mengajar
Pelaksanaan pembagian tugas Guru, Tenaga Teknis, dan Tenaga Tata
Laksana
c Pemberian tugas tambahan kepada Guru, dan Tenaga Teknis yang belum
memenuhi jumlah jam wajib mengajar minimal.
2. Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3)
a Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan terhadap masing-masing guru,
tenaga teknis dan tata laksana.
b Pencatatan kegiatan guru, tenaga teknis dan tenaga tatalaksana sebagai
bahan pembuatan penilaian pelaksanaan pekerjaan tahunan.
3. Daftar Urut Kepangkatan (DUK)
a Daftar urut kepangkatan Guru, Tenaga Teknis dan Kepala Tata Usaha di
lingkungan sekolah.
b Daftar urut kepangkatan disusun sesuai dengan ketentuan dan perubahan
formasi sekolah.
4. Mutasi Kepangkatan
a Pemberitahuan kenaikan gaji berkala kepada KPN bagi guru, tenaga teknis,
dan tenaga tata laksana yang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
b Pengusulan kenaikan pangkat/tingkat guru, tenaga teknis dan tenaga tata
laksana yang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
c Pemberitahuan dan pengusulan mutasi guru, tenaga teknis dan tenaga tata
laksana.
5. Pengembangan Ketenagaan

Daftar urut prioritas guru, tenaga teknis dan tenaga tata laksana untuk
mengikuti penataran/ pelatihan antara lain: LKG, SPKG, MGMP, Laboran,
Perpustakaan dan Bendaharawan.
b Pembinaan secara teratur terhadap guru, tenaga teknis dan tenaga tata
laksana dalam melaksanakan tugas sehari-hari.
c Langganan majalah profesi untuk guru, tenaga teknis dan tenaga tata
laksana.
d Pemberian dorongan terhadap guru, tenaga teknis dan tenaga tata
laksana untuk menambah pengetahuan.
6. Usaha Kesejahteraan Pegawai
a Penyelesaian keanggotaan Taspen dan Asuransi Kesehatan Guru, Tenaga
Teknis dan Tenaga Tata Laksana di lingkungan sekolah.
b Peningkatan kesejahteraan (Koperasi, arisan, kegiatan rekreasi dan olah
raga).
7. Tata Tertib Kerja
a Pedoman Tata Tertib Guru, Tenaga Teknis lainnya dan Tenaga Tata Laksana.
b Sumber penyusunan tata tertib kerja tersebut (ketentuan, peraturan, dan
kesepakatan yang mendukung tata tertib kerja).
Mengacu pada PPRI No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,
Pasal 1 ayat 7 bahwa standar pendidik dan tenaga kependidikan adalah criteria
pendidikan prajabatan dan kelayakan fisik maupun mental, serta pendidikan dalam
jabatan. Adapun, administrasi standar pendidik dan tenaga kependidikan meliputi
kualifikasi akademik dan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan.
Contoh 2.12. Administrasi Pendidik dan Tenaga Kependidikan
N
o

Nama

Tmp&
Tgl.lhr

1
1.

2
3
Joko S,Pd Yogya,
12-2-50

Pangkat/
Gol
4
IVA

Jab.

TMT

5
Gr
Pmb

6
3/1/
80

Masa
KerJa
7
27

Sertifikasi
8
lulus

Pend.
Terakhir
9
S2

Usia Kua
lifi
kasi
10
12
57
ya

Stan
dar
13
su
dah

Contoh 2.13. Administrasi Penilaian Portofolio Sertifikasi Guru


No

Nama Kual Diklat Peng


Perenc Pnilain
Akdmik
Mengajar Pelak Peng
Pemb Awas
2
3
4
5
6
7

Pres
Akd
mik
8

Karya Ikutsrtan Peng Penghrg


Peng Forum Org aan
Prof Ilmiah
9
10
12
13

D. Administrasi Sarana dan Prasarana Pendidikan

1. Sarana Pendidikan
Sarana pendidikan adalah semua perangkat peralatan, bahan, dan perabot yang secara
langsung digunakan dalam proses pendidikan di sekolah. Adapun, prasarana pendidikan adalah
semua perangkat kelengkapan dasar yang secara tidak langsung menunjang pelaksanaan
pelaksanaan proses pendidikan di sekolah. Sarana pendidikan diklasifikasikan menjadi tiga

macam, yaitu (1) habis tidaknya dipakai; (2) bergerak tidaknya pada saat digunakan; (3)
hubungannya dengan proses belajar mengajar.
Dilihat dari habis tidaknya dipakai, ada dua macam sarana pendidikan, yaitu sarana
pendidikan yang habis dipakai dan sarana pendidikan tahan lama.
a) Sarana pendidikan yang habis dipakai adalah segala bahan atau alat yang
apabila digunakan bisa habis dalam waktu yang relatif singkat.
Contoh, kapur tulis, beberapa bahan kimia untuk praktik guru dan siswa,
dsb.
Selain itu, ada sarana pendidikan yang berubah bentuk, misalnya kayu,
besi, dan kertas karton yang sering digunakan oleh guru dalam mengajar.
Contoh: pita mesin ketik/komputer, , bola lampu, dan kertas.
b) Sarana pendidikan tahan lama
Sarana pendidikan tahan lama adalah keseluruhan bahan atau alat yang
dapat digunakan secara terus menerus dan dalam waktu yang relatif lama.
Contoh, bangku sekolah, mesin tulis, atlas, globe, dan beberapa peralatan
olah raga.

Ditinjau dari bergerak tidaknya pada saat digunakan, ada dua macam sarana pendidikan,
yaitu sarana pendidikan yang bergerak dan sarana pendidikan tidak bergerak.
a) Sarana pendidikan yang bergerak
Sarana pendidikan yang bergerak adalah sarana pendidikan yang bisa
digerakkan atau dipindah sesuai dengan kebutuhan pemakainya,
contohnya: almari arsip sekolah, bangku sekolah, dsb.
b) Sarana pendidikan yang tidak, adalah semua sarana pendidikan yang tidak
bisa atau relatif sangat sulit untuk dipindahkan, misalnya saluran dari
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).

Ditinjau dari hubungannya dengan Proses Belajar Mengajar, Sarana Pendidikan


dibedakan menjadi 3 macam bila ditinjau dari hubungannya dengan proses belajar
mengajar, yaitu: alat pelajaran, alat peraga, dan media pengajaran.
a) Alat pelajaran
Alat pelajaran adalah alat yang digunakan secara langsung dalam
proses belajar mengajar, misalnya buku, alat peraga, alat tulis, dan alat
praktik.
b) Alat peraga
Alat peraga adalah alat pembantu pendidikan dan pengajaran, dapat
berupa perbuatan-perbuatan atau benda-benda yang mudah memberi
pengertian kepada anak didik berturut-turut dari yang abstrak sampai
dengan yang konkret.
c) Media pengajaran adalah sarana pendidikan yang digunakan sebagai
perantara dalam proses belajar mengajar, untuk lebih mempertinggi
efektivitas dan efisiensi dalam mencapai tujuan pendidikan. Ada tiga
jenis media, yaitu media audio, media visual, dan media audio visual.

2. Prasarana
Adapun prasarana pendidikan di sekolah bisa diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu:
a.

Prasarana pendidikan yang secara langsung digunakan untuk proses belajar


mengajar, seperti ruang teori, ruang perpustakaan, ruang praktik
keterampilan, dan ruang laboratorium.

b. Prasarana sekolah yang keberadaannya tidak digunakan untuk proses


belajar mengajar, tetapi secara langsung sangat menunjang terjadinya
proses belajar mengajar, misalnya ruang kantor, kantin sekolah, tanah dan
jalan menuju sekolah, kamar kecil, ruang usaha kesehatan sekolah, ruang
guru, ruang kepala sekolah, dan tempat parkir kendaraan.

Proses administrasi sarana prasarna meliputi 5 hal, yaitu: (1) penentuan kebutuhan, (2)
pengadaan, (3) pemakaian, (4) pengurusan dan pencatatan, (5) pertanggungjawaban. Untuk lebih
jelasnya, perhatikan gambar berikut.

Penentuan Kebutuhan

Pertanggungjawaban

Pengurusan dan
Pencataan

Pengadaan

Penggunaan dan
Pemeliharaan

Gambar 2.2. Proses Administrasi Sarana dan Prasarana


a.
Penentuan Kebutuhan
Melaksanakan analisis kebutuhan, analisis anggaran, dan penyeleksian
sarana prasarana sebelum mengadakan alat-alat tertentu. Berikut adalah
prosedur analisis kebutuhan berdasarkan kepentingan pendidikan di sekolah.
1) Perencanaan Pengadaan Barang Bergerak
(a) Barang yang habis dipakai, direncanakan dengan urrutan sebagai
berikut.
Menyusun daftar perlengkapan yang disesuaikan dengan kebutuhan
dari rencana kegiatan sekolah.
Memperkirakan biaya untuk pengadaan barang tersebut tiap bulan.
Menyusun rencana pengadaan barang menjadi rencana triwulan dan
kemudian menjadi rencana tahunan.
(b) Barang tak habis dipakai, direncanakan dengan urutan sebagai berikut.
Menganalisis dan menyusun keperluan sesuai dengan rencana
kegiatan sekolah serta memperhatikan perlengkapan yang masih
ada dan masih dapat dipakai.
Memperkirakan biaya perlengkapan yang direncanakan dengan
memperhatikan standar yang telah ditentukan.
Menetapkan skala prioritas menurut dana yang tersedia, urgensi
kebutuhan dan menyusun rencana pengadaan tahunan.
2) Penentuan Kebutuhan Barang Tidak Bergerak
Pengadaan barang tidak bergerak meliputi pengadaan tanah dan bangunan,
direncanakan dengan urutan sebagai berikut.
(a) Mengadakan survei tentang keperluan bangunan yang akan direnovasi
dengan maksud untuk memperoleh data mengenai: fungsi bangunan,
struktur organisasi, jumlah pemakai dan jumlah alat-alat/ perabot yang
akan ditempatkan.

(b) Mengadakan perhitungan luas bangunan yang disesuaikan dengan


kebutuhan dan disusun atas dasar data survei.
(c) Menyusun rencana anggaran biaya yang disesuaikan dengan harga
standar yang berlaku di daerah yang bersangkutan.
(d) Menyusun pentahapan rencana anggaran biaya yang disesuaikan
dengan rencana pentahapan pelaksanaan secara teknis, serta
memperkirakan anggaran yang disediakan setiap tahun, dengan
memperhatikan skala prioritas yang telah ditetapkan, sesuai dengan
kebijaksanaan departemen.

3) Perhitungan Kebutuhan Ruang Belajar


Menghitung kebutuhan ruang belajar harus memperhatikan tambahan
jumlah siswa yang diperkirakan akan ditampung pada tahun yang akan
datang. Perkiraan tambahan jumlah siswa didasarkan pada anak usia
sekolah yang akan ditampung dan arus lulusan yang akan memasuki
jenjang pendidikan yang lebih tinggi di tingkat propinsi/ kabupaten. Selain
itu, juga perlu memperhatikan jumlah murid yang keluar dari sekolah baik
lulusan, pindahan, maupun putus sekolah.
Perhitungan kebutuhan ruang belajar/guru tergantung dari jumlah
tambahan siswa, jumlah rata-rata murid untuk setiap rombongan
belajar/kelas, dan efisiensi penggunaan ruang belajar (shift). Selanjutnya,
perhitungan kebutuhan ruang belajar dapat diformulasikan sebagai berikut.
Jumlah siswa
Jumlah siswa
Kebutuhan
yang diperkirakan
sekarang
tambahan
=
ruang belajar
Jumlah siswa
>
shift
Rata-rata per kelas
b. Pengadaan Sarana Prasarana
Pengadaan sarana prasarana pendidikan merupakan upaya merealisasikan
rencana kebutuhan pengadaan perlengkapan yang telah disusun sebelumnya,
antara lain sebagai berikut.
a) Pengadaan buku, alat, dan perabot dilakukan dengan cara membeli,
menerbitkan sendiri, dan menerima bantuan/ hadiah/ hibah.
b) Pengadaan bangunan, dapat dilaksanakan dengan cara:
(1) membangun bangunan baru;
(2) membeli bangunan;
(3) menyewa bangunan;
(4) menerima hibah bangunan;
(5) menukar bangunan;
c) Pengadaan tanah, dapat dilakukan dengan cara membeli, menerima bahan,
menerima hak pakai, dan menukar.
c. Penggunaan dan Pemeliharaan
Ada dua prinsip yang harus diperhatikan dalam pemakaian perlengkapan
pendidikan, yaitu prinsip efektivitas dan prinsip efisiensi. Prinsip efektivitas
berarti semua pemakaian perlengkapan pendidikan di sekolah harus ditujukan
semata-mata dalam memperlancar pencapaian tujuan pendidikan sekolah, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Adapun, prinsip efisiensi berti,

pemakaian semua perlengkapan pendidikan secara hemat dan hati-hati sehingga


semua perlengjkapan yang ada tidak mudah habis, rusak, atau hilang.
Pemeliharaan merupakan kegiatan yang terus menerus untuk mengusahakan
agar barang tetap dalam keadaan baik atau siap untuk dipakai. Menurut kurun
waktunya, pemeliharaan dibedakan dalam:
a) pemeliharaan sehari-hari, misalnya:
mobil, mesin disel, mesin ketik,
komputer, dsb.
b) pemeliharaan berkala, yaitu: dua bulan sekali, tiga bulan sekali, dsb.
d. Pengurusan dan Pencatatan
Semua sarana prasarana harus diinventarisasi secara periodik, artinya secara
teratur dan tertib berdasarkan ketentuan atau pedoman yang berlaku. Melalui
inventarisasi perlengkapan pendidikan diharapkan dapat tercipta administrasi
barang, penghematan keuangan, dan mempermudah pemeliharaan dan
pengawasan. Apabila dalam inventarisasi terdapat sejumlah perlengkapan yang
sudah tidak layak pakai maka perlu dilakukan penghapusan.
e. Pertanggungjawaban (Pelaporan)
Penggunaan sarana prasarana inventaris sekolah harus dipertanggungjawabkan
dengan jalan membuat laporan penggunaan barang-barang tersebut yang
ditujuakn kepada instansi terkait. Laporan tersebut sering disebut dengan
mutasi barang. Pelaporan dilakukan sekali dalam setiap triwulan, terkecuali bila
di sekolah itu ada barang rutin dan barang proyek maka pelaporan pun
seharusnya dibedakan.
3. Laboratorium
Laboratorium adalam tempat praktik dan menguji suatu hal yang berkenaan
dengan teori yang sedang dipelajari dan atau telah didapat atau dikuasainya. Di
laboratorium orang-orang dapat melakukan pengujian yang didukung dengan alatalat uji dan bahan uji. Beberapa macam laboratorium, seperti : laboratorium
bahasa, IPA, IPS, Komputer (IT), dsb. Agar penggunaan laboratorium dapat tertib
dan efektif maka diperlukan adanya administrasi laboratorium yang antara lain
sebagai berikut.
a. Pengelola
b. Ruang Laboratorium
c. Peralatan dan Bahan Laboratorium
d. Pemeliharaan dan Penempatan
e. Tata tertib dan Keamanan
f Kegiatan Laboratorium
g Pelaporan
4. Perpustakaan
Perpustakaan merupakan jantungnya sebuah sekolah. Suatu sekolah bisa
berkualitas apabila sekolah tersebut dapat menyediakan, mengelola dan
memanfaatkan perpustakaan secara efektif. Perpustakaan adalah tempat
menyediakan buku-buku bacaan, penunjang, dan referensi lain baik berbentuk
cetak maupun elektronik (books or nonbooks materials) yang mendukung
tercapainya tujuan pendidikan. Selain itu, perpustakaan juga merupakan tempat
kegiatan siswa belajar (membaca buku atau referensi lain dan atau memperhati
tayangan melalui media pembelajaran lainnya yang disediakan sehingga
membantu keefektifan kegiatan belajar mengajar. Untuk itu, di sekolah wajib

diselenggarakan perpustakaan. Untuk membantu penyelenggaraan perpustakaan


yang efektif maka perlu diadakan administrasi perpustakaan, yaitu:
a. Pengelola
b. Ruang Perpustakaan
c. Program Kerja
d. Perlengkapan, seperti:
1) Kartu Anggota Perpustakaan
2) Kartu Peminjam
3) Kartu Katalog
4) Katalog Buku/non-buku (media elektronik)
E. Administrasi Pembiayaan
Standar pembiayaan adalah standar yang mengatur komponen dan besarnya
biaya operasi satuan pendidikan yang berlaku selama satu tahun. (PPRI No. 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 1 ayat 10). Pembiayaan
pendidikan terdiri atas:

1 Biaya investasi
2 Biaya operasi
3. Biaya personal.
Pelaksanaan ketiga hal di atas di atas diperlukan adanya proses merencanakan,
mengorganisasikan, mengarahkan, mengkoordinasikan, mengawasi, dan melaporkan kegiatan
bidang keuangan agar tujuan sekolah dapat tercapai secara efektif dan efisien.
1. Perencanaan

Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dalam menyusun rencana keuangan sekolah
sebagai berikut.
1) Perencanaan harus realistis
Perencanaan harus mampu menilai bahwa alternatif yang dipilih sesuai
dengan kemampuan sarana/fasilitas, daya/ tenaga, dana, maupu waktu.
2) Perlunya koordinasi dalam perencanaan
Perencanaan harus mampu memperhatikan cakupan dan sarana/ volume
kegiatan sekolah yang kompleks.
3) Perencanaan harus berdasarkan pengalaman, pengetahuan, dan intuisi.
Pengalaman, pengetahuan, dan intuisi, mampu menganalisa berbagai
kemungkinan yang terbaik dalam menyususn perencanaan.
4) Perencanaan harus fleksible (luwes).
Perencanaan mampu menyesuaikan dengan segala kemungkinan yang
tidak diperhatikan sebelumnya tanpa harus membuat revisi.
5) Perencanaan yang didasarkan penelitian
Perencanaan yang berkualitas perlu didukung suatu data yang lengkap dan
akurat melalui suatu penelitian.
6) Perencanaan sesuai dengan tujuan.
Perencanaan yang baik akan menentukan mutu kegiatan-kegiatan yang
diselenggarakan.
Merencanakan Anggaran dan Sumber Dana Sekolah
Anggaran belanja adalah suatu pernyataan yang terurai tentang sumbersumber keuangan yang perlu untuk melaksanakan berbagai program sekolah
selama periode satu tahun fiskal. Proses pembuatan anggaran pendidikan

melibatkan penentuan pengeluaran maupun pendapatan yang bertalian dengan


keseluruhan operasi sekolah.
1) Jenis Kegiatan
a) Kegiatan operasi, yaitu kegiatan-kegiatan dengan menggunakan alat atau
tanpa alat yang berkaitan dengan proses belajar mengajar baik dalam
maupu di luar kelas.
b) Kegiatan Perawatan, yaitu kegiatan perawatan yang dilakukan untuk
memelihara dan memperbaiki sarana dan prasarana yang ada di sekolah
agar sarana prasaran tersebut dapat berfungsi dalam menunjang
kelancaran proses belajar mengajar.
2) Sumber Dana
Sumber dana untuk penyelenggaraan kegiatan pendidikan di sekolah, yaitu:
a) Dari pemerintah berupa:
Anggaran Rutin (DIK)
Anggaran Operasional, pembangunan dan perawatan (OPF)
Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
Dana Penunjang Pendidikan (DPP)
b) Dari orang tua siswa, adalah dana yang dikumpulkan melalui komite
sekolah dari orang tua siswa.
c) Dari masyarakat, misalnya: sumbangan perusahaan industri, lembaga sosial
donatur, tokoh masyarakat, alumni, dsb.
3) Penyususnan Rencana Operasional (RENOP)
Dalam penyususnan RENOP sebaiknya menempuh kebijakan berimbang, dan
pelaksanaan operasional di sekolah membentuk team work yang terdiri dari
para wakil kepala sekolah dibantu para wakil kepala sekolah dibantu beberapa
guru senior. Atas dasar hasil kerja team tersebut baru dibahas dalam forum
rapat dewan guru dan nara sumber lain yang dianggap perlu, sehingga akan
bertanggung jawab terhadap keberhasilan rencana tersebut.
Alur penyususnan RENOP dapat digambarkan adalah sebagai berikut.
PROGRAM KERJA

REKAPITU-LASI
RINCIAN KEGIATAN SEKOLAH PER JENIS PENERIMAAN
RENOP

A
B
C
Gambar 2.1. Alur Penyusunan Rencana Operasional
Contoh 2. 14. Format Program Kerja
PROGRAM KERJA
TK/SD/SMP .......................................
TAHUN PELAJARAN ...............................
No
No

Program
Kerja

Uraian
Kegiatan

Rencana Pembiayaan
DPP Komite BOS
Jadwal Rutin

Lain-lain

Jmlh

Jumlah

........................
Kepala Sekolah
........................
NIP.

Untuk
a)
b)
c)
d)

memformat program kerja tersebut, langkah-langkah yang dilakukan:


Menginventarisir kegiatan sekolah pada tahun ajaran mendatang
Menyusun list kegiatan menurut sekolah prioritas
Menentukan sasaran atau volume
Menentukan unit cost dengan membandingkan unit cost atau penjajakan ke
jalan
e) Menghimpun data pendukung :

Data sekolah ( murid, guru, pegawai, pesuruh, jam mengajar,


praktik laboratorium)

Data fisik ( gedung, ruang kepsek, ruang guru, ruang laboratorium,

WC, dan lain-lain)


f) Membuat kertas kerja dan laporan
g) Menentukan sumber dana dan pembenaan anggaran
h) Menuangkan dalam format baku untuk usulan RENOP
i) Proses usulan atau pengiriman
2. Organisasi dan Koordinasi

Kepala sekolah dituntut untuk dapat mengorganisasikan dengan menetapkan orang-orang


yang akan melaksanakan tugas pekerjaan, membagi tugas, dan menetapkan kedudukan, serta
hubungan kerja satu dengan lainnya agar tidak terjadi benturan dan kesimpangsiuran satu
dengan lainnya. Orang-orang yang diperlukan untuk mengelola kegiatan dana di sekolah antara
lain:
1) Bendahara
2) Pemegang buku kas umum
3) Pemegang Buku Pembantu Mata Anggaran, Buku Bank, Buku Pajak
Regristasi SPM, dan lain-lain.
4) Pembuat Laporan dan Pembuat Arsip Pertanggungjawaban Keuangan.

Staf yang dipilih untuk untuk membantu pengelolaan keuangan sekolah dituntut untuk
memahami tugasnya sebagai berikut:
1) Paham pembukuan;
2) Memahami peraturan yang berlaku dalam penyelenggaraan administrasi
keuangan;
3) Layak dan mempunyai dedikasi tinggi terhadap pimpinan dan tugas;
4) Memahami bahwa bekerja di bidang keuangan adalah pelayanan;
5) Kurang tanggapnya bagian keuangan akan dapat mempengaruhi
kelancaran pencapaian tujuan.
3. Pelaksanaan
Pelaksanaan administrasi keuangan terdiri dari hal-hal sebagai berikut.
1. Pengurusan Keuangan. Hal-hal yang berkenaan dengan pengurusan keuangan
adalah:
a. SK Bendaharawan Sekolah.
b. Bendaharawan bukan Guru atau Kepala Tata Usaha.
c. Penunjukkan Bendaharawan memenuhi persyaratan.
d. Pemeriksaan keuangan oleh Kepala Sekolah
e. Pemisahan antara bendaharawan:
Rutin
OPF

SPP DPP Komite Sekolah


BOS, BIS, BOM
Sanggar PKG/LKG
2. Kelengkapan Tata Usaha keuangan sekolah, meliputi:
a. Daftar Gaji.
b. Daftar lembur dan atau daftar honorarium.
c. Buku Kas Tabelaris, Buku Kas dan Buku Kas Pembantu
d. Tempat penyimpanan uang, kertas berharga dan tanda bukti pengeluaran
e. Brand Kas
3. Pencatatan Keuangan. Pencatatan keuangan terdiri dari:
a. Pengerjaan pembukuan kas umum/tabelaris sesuai dengan peraturan yang
berlaku.
b Penerimaan SPMU otorisasi rutin, dibukukan pada buku register SPMU,
sedangkan penerimaan OPF dalam buku tersendiri.
c Penerimaan dan penyetoran SPP dibukukan sesuai dengan peraturan yang
berlaku (tanda bukti setoran).
d Penerimaan dan penggunaan DPP dibukukan sesuai dengan peraturan yang
berlaku.
e Penerimaan dan penyetoran PPh dan PPn dibukukan pada buku kas
umum/tabelaris
f Penerimaan dan penggunaan dana bantuan pemerintah setempat atau dari
Komite Sekolah dibukukan dalam buku kas khusus.
g Telah dibuat berita acara penutupan kas pada saat penutupan buku kas
setiap tiga bulan (inspeksi mendadak minimal tiga bulan sekali)
h Tanda bukti pengeluaran (surat pertanggungan jawab disampaikan ke KPKN,
tidak melewati tanggal 10 bulan berikutnya)
i Laporan penggunaan keuangan menurut sumbernya kepada atasan yang
bersangkutan
j Peringatan/teguran tertulis kepada Bendaharawan apabila ada penggunaan
uang yang tidak sesuai dengan tanda bukti yang ada dan penggunaan
diluar rencana.
k Perlu diperhatikan/diteliti ada tidaknya tunggakan untuk pembayaran listrik,
telepon, air, atau gas pada sekolah yang bersangkutan.
Contoh 2. 15 Salah Satu Format Administrasi Keuangan
No

Biaya Operasi Jml Besar Gaji (Rp) Total (Rp)

1
1.
2.
Dst

2
Gaji Guru BP
Tunj Guru BP

3
1
1

4
2.000.000
250.000

5
2.000.000
250.000

BiayaStandar
(Rp)
6
2.000.000,00
300.000,00

Standar
Ket.
Sekarang
7
8
Memenuhi
Tidak

4. Pengawasan
Pengawasan adalah usaha untuk mencegah terjadinya penyimpangan
dari aturan, prosedur atau ketentuan Dengan pengawasan (controlling)
diharapkan penyimpangan yang mungkin terjadi dapat ditekan sehingga
kerugian dapat dihindari. Pengawasan dapat ditempuh melalui:
a. Pemeriksaan Kas

Pemeriksaan adalah suatu proses sistematis untuk memperoleh bukti secara


objektif tentang pernyataan-pernyataan berbagai kejadian/kegiatan sekolah
dengan tujuan untuk menetapakan tingkat kesesuaian antara pernyataanpernyatan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, dan penyampaian
hasil-hasilnya kepada yang berkepentingan.
Prosedur pemeriksaan kas yang biasa dilakukan oleh pembiasa sebagai
berikut :
a) Dilakukan dengan tiba-tiba
b) Bendaharawan wajib mengeluarkan uang yang dikuasainya dalam lingkup
tanggung jawab atasnya
c) Adakah bukti-bukti pembayaran yang belum dibukukan
d) Adakah surat-surat berharga
e) Bendahawan harus membuat surat pernyataan dengan bentuk yang sudah
dibakukan
f) Adakah bukti-bukti pengeluaran yang belum disahkan oleh kepala sekolah
g) Sisa kas harus sama dengan sisa dibuku khas umum. Sisa kas terdiri dari
(uang kertas, uang logam) saldo bank, surat berharga.
h) Setelah selesai pemeriksaan kas, maka perlu dibuat register penutupan kas
i) Selanjutnya BKU ditutup dan ditandatangani oleh bendaharaawan dan
kepala sekolah
j) Buat Berita Acara Pemeriksaan kas dengan format yang telah dibakukan
k) Penyampaian Berita Acara pemeriksaan kas

F. Administrasi Hubungan Sekolah dengan Masyarakat


1 Pengertian Humas/Public Relation
Ruslan (2006) mengatakan bahwa humas merupakan mediator yang
berada di antara pimpinan organisasi dengan publiknya. Selan-jutnya, ia
mengatakan bahwa aktivitas tugas humas adalah mengelola komunikasi antara
organisasi dengan publiknya. Jadi dapat dikatakan bahwa humas (public
relation) adalah aktivitas yang menghubungkan antara organisasi dengan
masyarakat (public) demi tercapaianya tujuan organisasi dan harapan
masyarakat dengan produk yang dihasilkan.
2. Tujuan Humas
a) Meningkatkan partisipasi, dukungan, dan bantuan secara konkret dari
masyarakat baik berupa tenaga, sarana prasaran maupun dana demi
kelancaran dan tercapainya tujuan pendidikan.
b) Menimbulkan dan membangkitkan rasa tanggung jawab yang lebih besar
pada masyarakat terhadap kelangsungan program pendidikan di sekolah
secara efektif dan efisien.
c) Mengikutsertakan masyarakat dalam memecahkan permasalahan yang
dihadapi sekolah.
d) Menegakkan dan mengembangkan suatu citra yang menguntungkan
(favorable image) bagi sekolah terhadap para stakeholdernya dengan
sasaran yang terkait, yaitu piblik internal dan publik eksternal.
e) Membuka kesempatan yang lebih luas kepada para pemakai produk/lulusan
dan pihak-pihak yang terkait untuk partisipasi dalam meningkatkan mutu
pendidikan.

3. Prinsip-prinsip Humas
Prinsip-prinsip humas menurut Fasli Jalal dan Dedy Supriyadi (2001) disingkat
TEAM WORK.
a) T = Together (bersama-sama), antara anggota yang satu dengan anggota
yang lainnya bisa bekerja sama dalam organisasi agar dapat mencapai
tujuan orgaisasi secara efektif dan efisien.
b) E = Emphaty (pandai merasakan perasaan orang lain), menjaga perasaan
orang lain dengan selalu menghargai pendapat dan hasil kerja orang
lain. Menjaga untuk tidak membuat orang lain tersinggung.
c) A = Assist (saling membantu), ringan tangan untuk membantu pekerjaan
orang lain dalam organisasi sehingga dapat nmenghindarkan
persaingan negatif.
d) M = Maturity
(saling penuh kedewasaan), dewasa dalam menghadapi
permasalahan, bisa mengendalikan diri dari emosi sehingga dapat
mengatasi masalah secara baik dan menguntungkan bersama.
e) W = Willingness (saling mematuhi), menjunjung keputusan bersama
dengan mematuhi aturan-aturan sebagai hasil kesepakatan bersama.
f) O = Organization (saling teratur),
bekerja sesuai dengan aturan main
yang ada dalam organisasi dan sesuai dengan tugas serta kewajiban
masing-masing anggota.
g) R = Respect (saling menghormati), menghormati antara satu dengan yang
lainnya, menghormati dari yang muda dengan yang lebih tua begitu
sebaliknya, dari yang lebih tua dengan yang lebih muda sehingga bisa
menjaga kekompakan kerja.
h) K = Kindness (saling berbaik hati), bersabar, menyikapi orang lain secara
baik.
4. Fungsi Humas
Menurut Edward L. Bernay, dalam (Ruslan, 2006) terdapat tiga fungsi
utama humas (public relation) yaitu:
a) memberikan penerangan kepada masyarakat.
b) melakukan persuasi untuk mengubah sikap dan perbuatan masyarakat
secara langsung.
c) berupaya
untuk
mengintegrasikan
sikap
dan
perbuatan
suatu
badan/lembaga sesuai dengan sikap dan perbuatan masyarakat atau
sebaliknya.
Selanjutnya, fungsi humas menurut pakar humas Internasional, Cutlip &
Centre, and Canfield (1982) dirumuskan sebagai berikut.
a) Menunjang aktivitas utama manajemen dalam mencapai tujuan bersama.
b) Membina hubungan yang harmonis antara badan/organisasi dengan
publiknya yang merupakan khalayak sasran.
c) Mengidentifikasi segala sesuatu yang berkaitan dengan opini, persepsi, dan
tanggapan masyarakat terhadap badan/ organisasi yang diwakilinya, atau
sebaliknya.
d) Melayani keinginan publiknya dan memberikan sumbang saran kepada
pimpinan demi tujuan dan manfaat bersama.

e) Menciptakan komunikasi dua arah timbal balik, dan mengatur informasi,


publikasi serta pesan dari badan/ organisasi ke publiknya, demi tercapainya
citra positif bagi kedua belah pihak.
Dua pendapat tentang fungsi humas di atas dapat disimpulkan sebagai
berikut.
a) Agen pembaharuan
b) Wadah kerja sama
c) Penyalur aspirasi
d) Pemberi informasi.
5. Pelaksanaan Humas
Aktivitas, program, tujuan (goal) hingga pada sasaran yang hendak dicapai oleh
organisasi/ instansi tidak terlepas dari dukungan masyarakat. Berikut adalah
beberapa hal yang termasuk pada pelaksanaan humas.
a) Mengundang komite sekolah untuk membantu pemecahan permasalahan
sekolah.
b) Memberdayakan sumber daya pendidikan yang ada di masyarakat yang
meliputi:
(1) Sumber daya lingkungan
(a) kebun percobaan pertanian/ kehutanan
(b) kolam ikan
(c) daerah perkebunan/reboisasi
(d) perpustakaan
(2) Sumber daya manusia
(a) dokter
(b) guru tari
(c) polisi
(d) dll.
c) Berperan serta secara aktif dalam semua kegiatan masyarakat yang
mendukung program sekolah.
Contoh: bakti sosial, menghadiri undangan, berbela sungkawa, dan
sebagainya.
d) Melaksanakan perubahan ke arah yang lebih baik, misalnya: budaya
belajar, budaya disiplin, budaya sopan santun, dan pelaksanaan perintah.
Selanjutnya, secara singkat dapat disimpulkan bahwa administrasi
hubungan sekolah dengan masyarakat meliputu hal-hal berikut.
1) Hubungan kerja sama sekolah dengan orang tua dan Komite Sekolah.
2) Hubungan sekolah dengan lembaga lain.
3) Partisipasi sekolah dalam kegiatan masyarakat.
G. Administrasi Bimbingan dan Konseling/Bimbingan Karier
1. Pengertian Bimbingan Konseling/BK
Istilah bimbingan merupakan terjemahan dari istilah guidance dalam
bahasa Inggris. Bimbingan dapat diartikan bantuan atau tuntunan. Secara
khusus bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada individu untuk
mengerahkan kemampuan dan kesempatan yang ada pada dirinya agar
menjadi manusia yang mandiri dan dewasa. Selanjutnya, konseling dapat
didefinisikan suatu proses antarpribadi dari seseorang dengan orang lain untuk
membantu dalam meningkatkan pemahaman dan kecakapan yang dimilikinya

atau usaha untuk membantu seseorang dalam menolong dirinya sendiri. Jadi,
bimbingan konseling merupakan proses pemberian bantuan dari seorang
konselor kepada klien untuk mengarahkan kemampuan dan membantu
pemahaman diri seorang klien sehingga bisa dewasa dan mandiri.
2. Bentuk- bentuk Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling
Layanan bimbingan konseling dapat berupa:
(a) Pengumpulan data pribadi siswa dan data lingkungan.
Kegiatan ini dimaksudkan untuk memperoleh pemahaman yang lebih
mendalam terhadap pribadi siswa.
(b) Pemberian informasi, yaitu layanan yang diberikan agar siswa memperoleh
pemahaman terhadap diri dan lingkungannya sehingga dapat membuat
keputusan secara tepat.
(c) Pengajaran perbaikan dan pengayaan, yaitu layanan untuk membantu
siswa dalam mengatasi kesulitan-kesulitan belajar.
(d) Macam-macam bimbingan kelompok, yaitu bantuan kepada siswa untuk
mengatasi masalah-masalah melalui interaksi kelompok.
(e) Penyuluhan individual, yaitu bantuan pemecahan masalah melalui
pendekatan individual dalam situasi penyuluh.
(f) Alih tangan atau referal, yaitu bantuan untuk mengirimkan siswa kepada
pihak yang dipandang relevan untuk memberikan bantuan.
3.

Hal-Hal yang Perlu Diadministrasikan


Untuk menunjang pelaksanaan bimbingan konseling secara efektif maka perlu
adanya administrasi BK yang antara lain sebagai berikut.
(a) Program BK
(b) Buku Pribadi Siswa
(c) Kartu Kasus
(d) Buku Catatan Kasus
(e) Peta Kelas
(f) Peta Siswa
(g) Sosiogram.

H. Administrasi Tata Persuratan dan Kearsipan


1. Macam-macam Surat dan Pengertiannya
Untuk mempermudah membedakan macam-macam surat maka perlu
memahami pengertian surat berdasarkan macamnya, adalah sebagai berikut.
a) Surat adalah alat komunikasi tertulis yang digunakan untuk menyampaikan
informasi oleh suatu pihak kepada pihak lain.
b) Surat dinas adalah surat yang dibuat oleh lembaga/instansi berisi hal-hal
penting berkenaan dengan kelembagaan/organisasi.
c) Memo adalah catatan singkat yang diketik atau ditulis tangan oleh atasan
kepada bawahan tenang pokok persoalan kedinasan.
d) Nota dinas adalah surat yang dibuat oleh atasan kepada bawahan atau oleh
bawahan kepada atasan atau antarkaryawan setingkat yang berisi catatan
singkat tentang tugas.
e) Surat pengantar adalah surat yang ditujuakan kepada seseorang atau
pejabat yang berisi penjelasan singkat tentang surat, dokumen dan atau
barang, bahan lain yang dikirimkan.

f)

g)
h)

i)
j)
k)
l)
m)
n)
o)

p)
q)

r)
s)

Surat kawat atau tekegram adalah surat singkat dengan menggunakan


kata-kata biasa dan atau kata sandi mengenai hal yang perlu cepat
disampaikan melalui telegraf.
Surat keputusan adalah surat berisi keputusan tentang hal yang ditetapkan
oleh pejabat yang berwenang.
Surat edaran adalah surat yang berisi penjelasan/ petunjuk cara
melaksanakan peraturan perundang-undangan dan atau perintah yang
telah ada.
Surat undangan adalah surat pemberitahuan kepada seseorang untuk
menghadiri acara pada waktu dan tmpat yang telah ditentukan.
Surat tugas adalah surat yang berisi penugasan dari pejabat yang
berwenang kepada seseorang untuk melaksanakan kegiatan.
Surat kuasa adalah surat yang berisi kewenangan penerima kuasa untuk
bertindak atau melakukan kegiatan atas nama pemberi kuasa.
Surat pengumuman adalah surat yang berisi pemberitahuan mengenai
sesuatu hal yang ditujukan mengenai pegawai atau masyarakat umum.
Surat yang menyatakan kebenaran suatu hal disertai pertanggungjawaban
atau pernyataan tersebut.
Surat keterangan adalah surat yang berisi keterangan auatu hal agar tidak
menimbulkan keraguan.
Berita acara adalah surat yang berisi laporan tentang suatu kejadian atau
peristiwa mengenai waktu, tempat, keterangan, dan petunjuk lain
sehubungan dengan kejadian/ atau peristiwa tersebut.
Penerima surat atau pengirim surat adalah petugas yang menerima surat
masuk atau mengirim surat keluar.
Pengarah surat adalah pimpinan satuan kerja yang menangani surat
menyurat dan kearsipan atau petugas yang ditunjuk untuk mengarahkan
surat sesuai dengan masalahnya.
Pengelola surat adalah petugas yang mengolah/ menyelesaikan isi surat.
Penata arsip adalah petugas yang melaksanakan penataan arsip.

2) Menyusun Surat.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menyusun surat, yaitu:
Syarat Surat
a) Objektif
b) Sistematis
c) Singkat, tidak bertele-tele
d) Jelas masalahnya, alamat tujuan dan alamat pengirim
e) Lengkap isinya
f) Sopan
g) Wujud fisik yang menarik (kualitas kertas, bentuk surat, ketikan dan
sebagainya)
Bahasa Surat:
a) Menggunakan bahasa yang komunikatif, dapat dimengerti artinya oleh
penulis surat.
b) Bahasa baku/ resmi, yakni sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia.
Bagian Surat:

Kepala surat

Tanggal Suar

Nomor Surat

Perihal

Alamat dalam

Salam pembuka

Isi surat

Salam penutup

Nama Jabatan (penutup surat)

Inisial

Tembusan

Bentuk Surat:
1) Resmi/Official Style
2) Lurus Penuh/ Full Block Style
3) Lurus/ Block Style/ Modified Block Style
4) Setengah Lurus/ Semi Block Stye
5) Sederhana/ Simplified Style
6) Lekuk/ Idented Style
7) Alinea menggantung/ hanging paragraf
8) Lurus dengan perihal atau Pokok Surat/ Subject Notice.
3) Pengurusan Surat
Pengurusan surat meliputi: mencatat, mengarahkan, dan mengendalikan surat
baik surat masuk maupun surat keluar.
a) Pengurusan Surat Masuk
Urusan kerja pengurusan surat masuk, yaitu: menerima surat masuk dan
mengecek kebenaran alamatnya, membubuhkan tanda tangan/ paraf pada
buku ekspedisi pengantar surat, kemudian memilih surat untuk
memisahkan surat dinas dan surat pribadi, memilih surat dinas atas dasar
rahasia (tertutup) dengan tidak rahasia (terbuka).
Pengurusan surat masuk dibagi menjadi tiga, yaitu:
(1) Pengurusan surat masuk biasa (rutin)
Pengurusan surat biasa tidak menggunakan kartu sebagai sarana
pencatat surat, melainkan menggunakan lembar pengantar surat rutin.
Setiap surat yang diterima oleh satuan kerja yang menangani surat
menyurat dan kearsipan dikelompokkan berdasarkan instansi atau
satuan kerja asal surat. Selanjutnya, masing-masing kelompok surat
dicatat pada lembar pengantar surat berdasarkan satuan kerja pengolah
surat yang bersangkutan.
(2) Pengurusan surat masuk penting
Surat diidentifikasi sebagai surat penting apabila:

Surat terlambat sampai di unit pengolah sehingga dapat berakibat


terganggunya kelancaran pekerjaan;

Surat hilang/ terlambat sampai di unit pengolah sehingga dapat


menimbulkan kerugian;

Surat memerlukan tidak lanjut;

Surat

mempengaruhi

kelanjutan

hidup

organisasi

yang

bersangkutan.

Surat hilang sehingga sulit memperoleh informasi tentang surat


tersebut di tempat lain.

(3) Pengurusan Surat Rahasia


Surat rahasia dicatat pada lembar pengantar surat rahasia dan
disampaikan kepada alamatnya tetap dalam keadaan tertutup.
b) Pengurusan Surat Keluar
(1) Pengurusan surat keluar meliputi pencatatan pada lembar pengantar
rutin untuk surat rutin, kartu kendali untuk surat penting, dan lembar
pengantar rahasia untuk surat rahasia.
(2) Surat ke luar dibagi tiga golongan:
(a) Surat biasa
(b) Surat penting
(c) Surat rahasia.
(3) Pengurusan surat ke luar dimulai sejak pembuatan konsep surat sampai
pengirimannya.
(4) Surat dinas ke luar dibuat dengan menggunakan lembar konsep surat.
(5) Surat rahasia ditangani dari awal sampai pengiriman atas tanggung
jawab sepenuhnya pimpinan pengolah surat.
(6) Pengiriman surat ke luar harus menggunakan satu pintu.
(7) Kode surat ke luar, meliputi:
(a) Kode unit kerja
Kode unit kerja (eselon II) termasuk kode unit kerja Kantor Wilayah
di Propinsi.

1785

Kode Kantor Wilayah Dedikbud Propinsi.

Kode Nomor Urut Kantor/ Kabupaten/ Kotamadya

Kode Jenis Sekolah dan Nomor Urut Sekolah

Penyusunan kode nomor urut pelaksanan teknis Sekolah Menengah


Umum ditetapkan oleh Kepala Kantor Wilayah Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan propinsi yang bersangkutan.
(b) Kode perihal
Contoh
kode
surat
dari
Sekolah
Menengah
Pertama:1785/102.1/SMP.01/KP/87
Nomor urut surat ke luar
102
Kode Kanwil Depdikbud Jabar
1
Kode urut kantor Kabupaten/Kodya di wilayah I
Propinsi Jabar
SMP
Kode jenis wilayah sekolah dan nomor urut sekolah di
Kab/Kodya tersebut.
KP
Kode perihal kepegawaian
07
Tahun 2007

4) Uraian Format Pengurusan Surat


1) Pengurusan surat masuk biasa (rutin), menggunakan lembar pencatatan
lembar pengantar surat rutin.
2) Lembar pengantar surat penting disebut kartu kendali.
Selain berfungsi sebagai alat pencatat dan alat pengendali, kartu kendali
berfungsi sebagai alat penelusur untuk menemukan surat dengan tepat dan
cepat, dan sebagai arsip pengganti.
Tata cara pengisian kartu kendali:

a) Kolom

: M
melambangkan surat masuk
K
melambangkan surat ke luar
Bila yang dilayani surat ke luar maka huruf M
dicoret dan bila yang dilayani surat masuk maka
huruf K dicoret.
b) Kolom tanggal
: Tempat tanggal penerimaan/ pengiriman surat
c) Kolom nomor urut : Tempat nomor urut penerimaan dan pengiriman
surat, dari 01 dan seterusnya dalam waktu satu
bulan.
d) Kolom indeks
: Tempat indeks / masalah dalam surat sesuai cara
pelaksanaan mengindeks arsip.
e) Kolom kode
: Tempat kode/ tanda klasifikasi danpenggolongan
surat yang sesuai dengan pola klasifikasi arsip
yang berlaku.
f) Kolom hal
: Tempat perihal yang termaktub dalam surat.
g) Kolom isi ringkas : Tempat ringkasan dari surat.
h) Kolom lampiran
: Tempat jumlah lampiran dan macam lampiran
yang ada.
i) Kolom dari/kepada : Tempat dari/ kepada siapa surat diterima atau
dikirim. Untuk surat masuk, kata kepada dicoret
dan untuk surat ke luar kata dari dicoret.
j) Kolom pengolah
: Tempat
satuan
organisasi
yang
dianggap
bertanggung jawab di dalam penyelesaian surat
tersebut.
k) Kolom tanggal
: Tempat tanggal surat yang diterima/ dikirim.
l) Kolom paraf
: Tempat nomor paraf yang menerima surat di tata
usaha pengolah/ sekretaris pengolah.
m) Kolom nomor surat : Tempat nomor surat yang diterima/ dikirim.
n) Kolom catatan
: Tempat keterangan yang perlu dicatat/ tunjuk
silang kalau diperlukan.
5) Pengelolaan Arsip
Arsip sebagai pusat ingatan, sumber informasi, dan sumber penelitian. Arsip
harus dikelola dengan cara:
a) Sistem penataan/ penyimpanan arsip, yaitu dengan menggunakan:
(1) Sistem masalah,
(2) Sistem abjad
(3) Sistem tanggal
(4) Sistem wilayah
b) Arsip pasif penting dan permanen, harus dirawat dan dijaga agar terjamin
keamanan dan keutuhannya, antara lain, arsip-arsip yang menyangkut akta
tanah, akta pendirian gedung, akte status sekolah, dan sebagainya (Pasal 3
UU No. 7 Tahun 1971 tentang ketentuan pokok kearsipan).
c) Untuk mencegah penumpukan arsip yang tidak berguna, dilakukan
penyusustan/ pemusnahan arsip yang tidak berguna dengan mengikuti
prosedur yang berlaku sesuai dengan PP No. 34 Tahun 1979 tentang
Penyusustan Arsip.

BAB III
PENGELOLAAN SEKOLAH MELALUI MBS

Pengelolaan sekolah yang dibahas dalam bab ini difokuskan pada pengelolaan berbasis
sekolah atau lebih populer dengan istilah manajemen berbasis sekolah (MBS). Bab ini akan
memuat tentang (a) pengertian MBS, tujuan, prinsip-prinsip dan karakteristik MBS, dan (b)
Kemampuan Pengawas dalam MBS
A. Pengertian, Tujuan, Karakteristik, dan Prinsip MBS
1. Pengertian MBS
Kehadiran konsep MBS dalam wacana pengelolaan pendidikan di Indonesia,
tidak lepas dari konteks gerakkan restrukturisasi dan reformasi
sistem
pendidikan nasional, melalui desentralisasi dan pemberian otonomi yang lebih
besar kepada satuan pendidikan atau sekolah. Hal ini diinspirasi oleh beberapa
konsep pengelolaan sekolah, seperti self managings school atau school based
management, self governing school, Local manage-ment of schools, school
based badgeting, atau guarant maintained schools. Konsep-konsep di atas
menjelaskan bahwa sekolah ditargetkan untuk melakukan proses pengambilan
keputusan (school based decision making) yang berarah pada system pengelolaan,
kepemimpinan, dan peningkatan mutu (administrating for excellence) dan
effective schools.
Gerakan ini juga dimaksudkan untuk memobilisasi keterlibatan emosional,
tanggung jawab, dan rasa memiliki dari warga sekolah dan masyarakat. Hal
terakhir ini sangat lekat dengan konsep community based education yang
didasarkan pada paradigma bahwa pendidikan seharus tidak terlepas dari realitas
dan aspirasi masyarakat di mana satuan pendidikan berada, baik berkaitan dengan
isi dan tujuan pendidikan, pemerolehan sumber daya, pengelolaan, maupun
akuntabilitasnya.

Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) merupakan strategi untuk mencapai


sekolah efektif. MBS adalah gagasan pengambilan keputusan yang berkaitan
dengan pendidikan diletakkan pada tempat yang paling dekat dengan proses
belajar mengajar (Mustafa Bahrudin, 2001). Selain itu (MPMBS Dikdasmen 2001),
manajemen berbasis sekolah dimaksudkan dengan model manajemen yang
memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah dan mendorong pengembilan
keputusan partisipatif secara langsung oleh warga sekolah ( guru, siswa kepala
sekolah, staf administrasi, orangtua siswa dan masyarakat.
MBS sebagai model manajemen pendidikan yang memberikan otonomi lebih
besar kepada sekolah, memberikan fleksibilitas (keluwesan) kepada sekolah, dan
mendorong partisipasi secara langsung stakeholder (guru, siswa, orang-tua, tokoh
masyarakat, ilmuwan, pengusaha, alumni, anggota seprofesi, dan pemerintah)
untuk meningkatkan mutu sekolah berdasarkan kebijakan pendidikan nasional dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku (Depdiknas 2002). Otonomi ialah
kewenangan dan kemandirian dalam mengatur diri sendiri secara merdeka (tidak
tergantung pihak lain). Fleksibilitas ialah keluwesan-keluwesan yang diberikan
kepada sekolah untuk mengelola sekolah dengan baik dalam rangka meningkatkan
mutu sekolah. Partisipasi ialah keterlibatan langsung dan aktif stakeholders dalam
manajemen pendidikan baik dalam arti luas maupun dalam arti sempit dalam
rangka meningkatkan mutu sekolah. MPMBS (Manajemen Peningkatan Mutu
Berbasis Sekolah) dengan MBS (Manajemen Berbasis Sekolah) hakekatnya tidak
berbeda. MPMBS terfokus pada peningkatan mutu, sedangkan MBS pada efektivitas
pengelolaan sekolah.
2. Tujuan MBS
Tujuan umum MBS bertujuan untuk memandirikan atau memberdayakan
sekolah melalui pemberian kewenangan (otonomi) kepada sekolah, pemberian
fleksibilitas yang lebih besar kepada sekolah untuk mengelola sumberdaya sekolah,
dan mendorong partisipasi warga sekolah dan masyarakat untuk meningkatkan
mutu pendidikan.
Tujuan khusus MBS untuk meningkatkan:
a Kinerja sekolah (mutu, relevansi, efisiensi, efektivitas, inovasi, dan
produktivitas sekolah) melalui kemandirian dan inisiatif sekolah,
b Transformasi proses belajar mengajar secara optimal,
c Peningkatkan motivasi kepala sekolah untuk lebih bertanggung jawab
terhadap mutu peserta didik,
d Tanggung jawab sekolah kepada stakeholders,
e Tanggung jawab baru bagi pelaku MBS,
f Kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam penyelenggaraan
pendidikan,
g Kompetensi sehat antar sekolah,
h Efisiensi dan efektivitas sekolah,
i Usaha mendesentralisasi manajemen pendidikan, dan
j Pemberdayaan sarana dan prasarana sekolah yang ada sesuai kebutuhan
peserta didik.
3. Karakteristik MBS
MBS memiliki karakteristik yang harus dipahami oleh sekolah
menerapkan. Karakteristik MBS didasarkan atas input, proses, dan output.

yang

a. Output yang Diharapkan


Output pendidikan adalah kinerja (prestasi) sekolah. Kinerja sekolah dihasilkan
dari proses pendidikan. Output pendidikan dinyatakan tinggi jika prestasi sekolah
tinggi dalam hal:
1 Prestasi akademik siswa berupa nilai ulangan umum, Nilai Ujian Nasional,
Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB), lomba karya ilmiah remaja,
lomba Bahasa Inggris, Lomba Fisika, Lomba Matematika, dan sebagainya;
2 Prestasi nonakademik siswa seperti imtaq, kejujuran, kerjasama, rasa kasih
sayang, keingintahuan, solidaritas, toleransi, kedisiplinan, kerajinan, prestasi
olahraga, kesopanan, olahraga, kesenian, kepramukaan, keterampilan,
harga diri, dan kegiatan ekstrakurikuler lainnya. Mutu sekolah dipengaruhi
oleh tahapan kegiatan yang saling mempengaruhi (proses) yaitu
perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan; dan
3 Prestasi lainnya seperti kinerja sekolah dan guru meningkat, kepuasan,
kepemimpinan kepala sekolah handal, jumlah peserta didik yang berminat
masuk ke sekolah meningkat, jumlah putus sekolah menurun, guru dan
tenaga tata usaha yang pindah dan berhenti berkurang, peserta didik dan
guru serta tenaga tata usaha yang tidak hadir berkurang, hubungan
sekolah-masyarakat meningkat, dan kepuasan stakeholder meningkat.
b. Proses Pendidikan
Proses ialah berubahnya sesuatu (input) menjadi sesuatu yang lain (output). Di
tingkat sekolah, proses meliputi pelaksanaan administrasi dalam arti proses (fungsi)
dan administrasi dalam arti sempit.
Sekolah yang efektif memiliki:
1 PBM yang efektivitasnya tinggi;
2 Kepemimpinan sekolah yang kuat;
3 Lingkungan sekolah yang aman dan tertib;
4 Penggelolaan tenaga pendidik dan kependidikan yang efektif;
5 Memiliki budaya mutu;
6 Memiliki tim kerja yang kompak, cerdas, dan dinamis;
7 Memiliki kewenangan (kemandirian);
8 Partisipasi stakeholder tinggi;
9 Memiliki keterbukaan manajemen;
10 Memiliki kemauan dan kemampuan untuk berubah (psikologis dan fisik);
11 Melakukan evaluasi dan perbaikan secara berkelanjutan;
12 Responsif dan antisipatif terhadap kebutuhan;
13 Komunikasi yang baik;
14 Memiliki akuntabilitas; dan
15 Sekolah memiliki sustainabilitas (keberlangsungan hidup).
c. Input Pendidikan
Input adalah sesuatu yang harus tersedia untuk berlangsungnya proses.
Input juga disebut sesuatu yang berpengaruh terhadap proses. Input merupakan
prasyarat proses. Input terbagi empat yaitu input SDM, input sumberdaya, input
manajemen, dan input harapan.
Input SDM meliputi: kepala sekolah, guru, pengawas, staf TU, dan siswa.
Input sumberdaya lainnya meliputi: peralatan, perlengkapan, uang, dan bahan).

Input perangkat (manajemen) meliputi: struktur organisasi, peraturan perundangundangan, deskripsi tugas, kurikulum, rencana, dan program. Input harapan
meliputi: visi, misi, strategi, tujuan, dan sasaran sekolah.
Input pendidikan meliputi: (1) memiliki kebijakan, tujuan, dan sasaran mutu
yang jelas; (2) sumberdaya tersedia dan siap, (3) staf yang kompeten dan
berdekasi tinggi; (4) memiliki harapan prestasi yang tinggi, (5) fokus pada
pelanggan (khususnya siswa), dan (6) manajemen (Depdiknas, 2002).
Tinggi rendahnya mutu input tergantung kesiapan input. Makin tinggi
kesiapan input, makin tinggi pula mutu input. Kesiapan input sangat diperlukan
agar proses berjalan dengan baik. Proses bermutu tinggi bila pengkoordinasian,
penyerasian input harmonis sehingga mampu menciptakan situasi belajar yang
menyenangkan, mampu mendorong motivasi belajar, dan benar-benar
memberdayakan siswa. Memberdayakaan siswa mengandung makna siswa
menguasai ipteks yang diajarkan, menghayati, mengamalkan, dan mampu belajar
cara belajar (mampu mengembangkan dirinya). Output bermutu tinggi bila sekolah
menghasilkan prestasi akademik dan nonakademik siswa, dan prestasi lainnya
seperti yang telah diungkapkan di atas.
4. Prinsip-Prinsip MBS
Prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan MBS adalah
sebagai berikut.
a Pendidikan yang efektif melibatkan semua pihak yang terkait.
b Sekolah adalah unit terpenting bagi pendidikan yang efektif.
c Segala keputusan sekolah dibuat oleh pihak-pihak yang benar-benar mengerti
tentang sekolah termasuk seluruh warganya.
d Guru-guru harus membantu dalam pembuatan keputusan program pendidikan
dan kurikulum.
e Sekolah memiliki kemandiria dalam membuat keputusan pengalokasian dana,
dan
f Perubahan akan bertahan lebih lama apabila melibatkan stakeholder.

Berikut adalah contoh instrumen observasi supervisi MBS.


Tabel 4.1 Instrumen Observasi Supervisi MBS
Nama Pengawas : .........
Nama Sekolah : .........
No.
1

Aspek yang diobservasi


2

1.
2.

3.

Menyusun rencana dan program pelaksanaan


MBS dengan melibatkan stakeholder.
Mengoordinasikan dan menyerasikan segala
sumberdaya di sekolah dan di luar sekolah
untuk mencapai sasaran MBS
Melaksanakan program MBS secara efektif
dan efisien dengan menerapkan prinsip Total
Quality Management (TQM) dan pendekatan
sistem.

Pelaksanaan
Belum
Baik
Baik
3
4

Masalah

Pemecahan

4.

5.

6.

7.

Melaksanakan
pengawasan
dan
pembimbingan pelaksanaan MBS sehingga
kejituan implementasi dapat dijamin untuk
mencapai sasaran MBS
Pada setiap akhir tahun ajaran melakukan
evaluasi pencapaian sasaran MBS yang telah
ditetapkan. Hasilnya untuk menentukan
sasaran baru MBS tahun berikutnya.
Menyusun laporan pelaksanaan MBS beserta
hasilnya secara lengkap dan benar untuk
disampaikan kepada Dinas Pendidikan
kabupaten/kota, komite sekolah dan yayasan
(bagi sekolah swasta).
Mempertanggungjawabkan hasil pelaksanaan
MBS kepada stakeholder.

B. Kemampuan Dasar Pengawas Sekolah


Berkaitan dengan MBS, ada tujuh kemampuan dasar yang harus dimiliki
pengawas sekolah dalam membina kepala sekolah, yaitu:
1 Membantu penyusunan rencana pengembangan sekolah (termasuk
menetapkan visi, misi, tujuan, sasaran, indikator keberhasilan, arah dan
strategi, kebijakan internal, dan program kerjanya);
2 Memantau pengelolaan sistem kode etik dan tata laku semua subjek
pendidikan meliputi pendidik, tenaga kependidikan, dan siswa/peserta didik;
3 Memfasilitasi pengambilan keputusan demokratik, partisipatif, dan kolektif;
4 Membimbing pengembangan kurikulum dan silabus secara dinamik dan
berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan pencapaian peningkatan mutu
pendidikan;
5 Memantau pelaksanaan program pendidikan berorientasi kepada peningkatan
mutu pendidikan yang memperhatikan baik unsur masukan, proses, dan
hasil/output pendidikan;
6 Mengarahkan pendelegasian dan pendistribusian tugas, wewenang, dan tang
gung jawab secara proporsional dan konsisten; dan
7 Mendorong pengelolaan seluruh sumber daya pendidikan termasuk dana
(BSNP, 2006).
Demikianlah paparan mengenai Manajemen Berbasis Sekolah sebagai
bentuk model atau paradigma baru dalam pengelolaan sekolah. Tentu saja hal
ini menuntut pengawas untuk dapat memahami esensinya sehingga mampu
membina para kepala sekolah dan stakeholder lainnya..

DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas. 2003. Pedoman Administrasi Sekolah Dasar. Jakarta: Direktorat
Pendidikan TK dan SD Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.
Depdiknas. 2002. Pedoman Administrasi Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama. Jakarta:
Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar
dan Menengah.
Depdikbud. 1997. Petunjuk Administrasi Sekolah Menengah Umum. Jakarta:
Direktorat Sarana Pendidikan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah.
Depdikbud. 1994. Petunjuk Pelaksanaan Supervisi di Sekolah. Jakarta : Direktorat
Pendidikan Menengah Umum. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah.
PPRI No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta : Depdiknas.
Permendiknas Nomor 19 tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan oleh
Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta: Depdiknas.

You might also like