You are on page 1of 28

Makalah Industri Media

Perkembangan Media Televisi

Kelompok:
Ahmad Failihi Darmayuza 210110110052
Aditya Kresna 210110110080
Aulia Risky 210110110119
Sicipan Octavianata 210110110146
Danang D Hanantio 210110110154
M. Anugerah Budiman 21011011015
Fadhil Muhammad 210110110170
Harry Afif Pratama 210110110177

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Media Televisi merupakan media konvensional yang sudah tidak asing lagi dalam kehidupan
manusia sehari-hari. Televisi merupakan salah satu media massa yang paling populer di
kalangan masyarakat. Televisi dapat dinikmati oleh semua kalangan baik anak-anak, remaja
dan orang dewasa tidak ada batasan status dan ekonomi.
Perkembangan televisi dari zaman ke zaman terjadi sangat signifikan, kita dapat mengetahui
televisi yang awalnya menggunakan aki untuk dapat menyala, hingga sekarang saat ini yang
sudah menggunakan baterai yang dapat dibawa kemana saja tanpa memerlukan sumber
listrik. Selain itu perubahan bentuk yang terjadi pada televisi juga sangat cepat yang bermula
berbentuk tabung menjadi televisi layar datar bahkan saat ini teknologi yang terdapat di
dalam sebuah televisi sudah sangat canggih, salah satu contohnya saja televisi yang bisa
dioperasikan dengan sensor gerakan tangan ataupun sensor suara.
Media Televisi saat ini juga mengalami perubahan fungsi, semula televisi hanya digunakan
sebagai media informatif dan entertaining, namun kini televisi dapat menjadi sarana
kampanye dari para pemilik media untuk kepentingan pribadi.
Oleh karena itu, makalah ini dibuat untuk dapat mengetahui perkembangan dari televisi dari
masa ke masa serta penggunaan media televisi saat ini di Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana sejarah perkembangan televisi ?
2. Apa saja dampak positif dan negatif televisi ?
3. Bagaimana penggunaan televisi pada saat ini di Indonesia ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah perkembangan televisi
2. Untuk menjelaskan dampak positif dan negatif yang ditimbulkan oleh televisi
3. Untuk mengetahui penggunaan televisi saat ini di Indonesia

BAB II

PENJELASAN

2.1 Sejarah Perkembangan Televisi


Televisi adalah sebuah teknologi yang sangat berpengaruh dalam perkembangan
tekhnologi informasi di seluruh dunia. Pada awal perkembanganya, televisi adalah gabungan
teknologi optik mekanik dan elektronik yang digunakan untuk merekam, menampilkan dan
menyiarkan gambar visual.
Perkembangan televisi dari zaman ke zaman dalam penemuan televisi, terdapat
banyak pihak, penemu maupun inovator yang terlibat, baik perorangan maupun badan usaha.
Televisi adalah karya massal yang dikembangkan dari tahun ke tahun awal dari televisi tentu
tidak bisa dipisahkan dari penemuan dasar, hukum gelombang elektromagnetik yang
ditemukan oleh Joseph Henry dan Michael Faraday 1831 yang merupakan awal dari era
komunikasi elektronik 1876 George Carey menciptakan selenium camera yang
digambarkan dapat membuat seseorang melihat gelombang listrik. Belakangan, Eugen
Goldstein menyebut tembakan gelombang sinar dalam tabung hampa itu dinamakan sebagai
sinar katoda. Perkembanganya:
-

George Carey (1876) membuat selenium camera yang bisa membuat seseorang
melihat gelombang listrik yaang disebut katoda. Gambar pertama yang berhasil
dikirimkan secara elektrik adalah melalui mesin faksimile mekanik sederhana dan
dikembangkan pada akhir abad ke- 19.

Pada tahun 1878, konsep pertama pengiriman gambar bergerak yang menggunakan
daya elektrik adalah konsep gabungan telepon dan gambar bergerak atau teleponskop,
tidak lama setelah penemuan telepon.

Pada tahun 1881, pertama kali mengirim gambar menggunakan sistem pemindaian
gambar, yaitu menggunaka pantelegraf, yang menggunakan mekanisme pemindaian
pendulum. Penggagas pertama yang menggunakan istilah televisi adalah Constatin
Perskyl dari Rusia (1900)

Pada 1907 dua orang yang bernama Campbell Swinton dan Boris Rosing melakukan
percobaan terpisah menggunakan sinar katoda untuk mengirim sebuah gambar.

Televisi warna diciptakan oleh Peter Goldmark pada 1940.

Sebuah lembaga RCA memperkenalkan LCD pertama pada 1968

Para Ilmuwan dari perusahaan Kodak berhasil menciptakan tampilan jenis baru
Organic Light Emitting Diode (OLED). Sejak itu, mereka terus mengembangkan
jenis televisi OLED. Sementara itu, Walter Spear dan Peter Le Comber membuat
display warna LCD dari bahan thin film transfer yang ringan. 1979

Proyek layar plasma Larry Weber selesai. Ia berhasil menciptakan layar plasma yang
lebih stabil dan cemerlang. Larry Weber kemudian megadakan riset dengan investasi
senilai 26 juta dolar Amerika Serikat dari perusahaan Matsushita. 1995

Pada dekade 2000, Masing masing jenis teknologi layar semakin disempurnakan.
Baik LCD, Plasma maupun CRT terus mengeluarkan produk terakhir yang lebih
sempurna dari sebelumnya.

Jenis Televisi
-

Televisi Analog. Televisi jenis ini menginformasikan gambar dengan cara


memvariasikan frekuensi dari sinyal.

Televisi digital, yaitu alat yang berfungsi menangkap siaran TV digital. Televisi jenis
ini merupakan perkembangan dari sistem siaran analog ke sistem digital.

Perkembangan jenis televisi sesuai dengan perkembangan sejarahnya.


1. TV Mekanik
Merupaka cikal bakal lahirnya televisi. Pada 1914, Paul Nipkow membuat piringan
metal kecil yang bisa berputar dengan lubang-lubang di dalamnya. Menggunakan
piringan Nipkow Logie Baird dan Francis Jenkins menciptakan sistem penangkapan
gambar, transmisi serta penerimanya dengan sistem mekanik.
2. TV Elektronik
Dari TV mekanik beralih ke TV elektronik dengan harga yang lebih terjangkau. Pada
1920 Fransworth dan Zwaryskin mulai memancarkan siaran dengan mengguankan
sistem yang sepenuhnya elektronik.
3. TV Berwarna
Pada 1940, Peter Goldmark menciptakan televisi warna dengan resolusi warna 343
garis.

4. Plasma Display TV
Pada

1975

Larry Weber

membuat

tampilan

plasma

berwarna.

Ia

terus

mengembangkan proyek ini sehingga menciptakan layar plasma yang stabil dan
cemerlang pada 1995.
Perkembangan terbaru terbaru televisi
1. TV resolusi tinggi (HDTV) yang menjadi standar televisi digital internasional.
2. Televisi internet, televisi yang menggunakan akses koneksi internet untuk
menggunakanya.
3. Smart TV memiliki kemampuan mengakses berbagai konten dan terkoneksi melalui
Internet tanpa batas, termasuk bermain games dan mengakses hiburan online lainnya.
Televisi ini juga dapat terhubung dengan berbagai gadget lain seperti handphone.

2.2Sejarah dan Penggunaan Televisi di Indonesia


Sebenarnya Indonesia merupakan negara yang tidak kalah maju dalam dunia
pertelevisian khususnya di kawasan Asia. Siaran televisi pertama kalinya di ditayangkan
tanggal 17 Agustus 1962 yaitu bertepatan dengan peringatan Hari Kemerdekaan Republik
Indonesia yang ke XVII. Pada saat itu, siaran hanya berlangsung mulai pukul 07.30 sampai
pukul 11.02 WIB untuk meliput upacara peringatan hari Proklamasi di Istana Negara. Namun
yang menjadi tonggak Televisi Republik Indonesia (TVRI) adalah ketika Indonesia menjadi
tuan rumah Asian Games ke IV di Stadion Utama Senayan. Dengan adanya perhelatan
tersebut maka siaran televisi secara kontinyu dimulai sejak tanggal 24 Agustus 1962 dan
mampu menjangkau seluruh dua puluh tujuh propinsi yang ada pada waktu itu.
Sebagai satu-satunya stasiun televisi di Indonesia, TVRI yang mampu menjangkau
wilayah nusantara hingga pelosok dengan menggunakan satelit komunikasi ruang angkasa
kemudian berperan sebagai corong pemerintah kepada rakyat. Bahkan hingga sampai
sebelum tahun 1990an, TVRI menjadi single source information bagi masyarakat dan tidak
dipungkiri bahwa kemudian timbul upaya media ini dijadikan sebagai media propaganda
kekuasaan.

Seiring dengan kemajuan demokrasi dan kebebasan untuk berekspresi, pada tahun
1989 pemerintah mulai membuka kran ijin untuk didirikannya televisi swasta. Tepatnya
tanggal 24 Agustus 1989 Rajawali Citra Televisi atau RCTI mulai siaran untuk pertama
kalinya. Siaran pada waktu itu hanya mampu diterima dalam ruang lingkup yang terbatas
yaitu wilayah JABOTABEK saja kemudian daerah lain memanfaatkan decoder untuk
merelay siarannya.
Setelah RCTI kemudian disusul berurutan oleh Surya Citra Televisi (SCTV) pada
tahun 1990 dan Televisi Pendidikan Indonesia (TPI) pada tahun 1991. Siaran nasional RCTI
dan SCTV baru dimulai tahun 1993 kemudian pada tahun 1994 berdiri ANTeve dan Indosiar.
Hingga saat ini tercatat ada 11 stasiun televisiyang mengudara secara nasional, selain stasiun
tersebut di atas ada Trans TV, Global TV, Lativi, Metro Tv dan TV7.
Dibukanya kebebasan pers dalam era reformasi ini bukan tidak menimbulkan banyak
tantangan, ketika dunia pertelevisian kita yang dinilai oleh Garin Nugroho sebagai bayi yang
langsung diajak menjadi dewasa dengan berbagai permasalahan, khususnya sumber daya
manusia. Percepatan transformasi yang dipaksakan tersebut menjadikan kultur indutri televisi
bertumbuh setengah jadi yang berwajah dua. Pada satu wajah, percepatan industri televisi
melahirkan percepatan sumber daya manusia pada teknologi dan manajemen produksi dalam
pertumbuhan berskala deret ukur. Sementara, pada wajah lain, kreativitas mengelola ide
bertumbuh deret hitung. Sebutlah, kelangkaan penulis skenario hingga ide. Pada aspek
apresiasi, masyarakat diperkenalkan dengan berbagai jenis program televisi dari berbagai
bentuk kuis, talks show, opera sabun hingga variety show. Inilah transformasi masyarakat
lisan dan baca menjadi masyarakat televisi. Sebuah migrasi besar-besaran panduan media
yang menjadikan seluruh kehidupan akan mendapatkan bias dari televisi. Ketika jumlah
stasiun televisi swasta terus meningkat pesat, ekonomi masih mengalami krisis, kue iklan
hampir sama, dan tatanan status dan peran televisi baik nasional diatur oleh Undang-Undang
Penyiaran yang disatu sisi masih menimbulkan pro dan kontra di masyarakat pertelevisian.
Melihat dari sisi media televisi (swasta) sebagai industri, memang menjadi sebuah
dilema dan permasalahan tersendiri antara idealisme program siaran yang akan disajikan
dengan pertarungan untuk mendapatkan pendapatan agar mampu memperrtahankan
eksistensinya. Masyarakat audience sebagai tolok ukur sajian program siaran juga menjadi
kurang objektif ketika dihadapkan pada kebutuhan pelaku iklan sebagai nyawa industri
televisi. Maka tidak heran jika satu produk sebuah televisi yang banyak diminati (berdasarkan

polling SRI yang belum tentu akurat) kemudian akan diikuti secara berbondong-bondong
oleh stasiun yang lainnya. Keseragaman yang tidak mungkin menimbulkan kebingungan
masyarakat. Bahkan secara umum masing-masing stasiun televisi di Indonesia belum punya
identitas diri agar lebih mudah dikenal masyarakat. Menurut pandangan penulis baru Metro
TV saja yang dari awal mengukuhkan dirinya sebagai stasiun news, meskipun di beberapa
jam siarnya masih tergoda untuk menyiarkan programa hiburan.
Di era reformasi sekarang ini pemerintah membuka kebijakan untuk membuka
selebar-lebarnya kebebasan pers. Hal ini menimbulkan suasana baru di bidang jurnalistik
cetak maupun elektronik tidak terkecuali media televisi. Hal yang paling mencolok adalah
menjamurnya stasiun-stasiun televisi lokal yang didirikan dibeberapa daerah. Namun sayang
karena kurangnya sumber daya manusia yang kompatibel atau factor manajemen perusahaan
yang kurang mapan atau bahkan kurang jelinya membidik peluang program siaran kelokalan
yang cocok untuk kultur audience lokal, maka banyak dijumpai stasiun televisi lokal yang
belum begitu maju dan hanya terkesan bertahan atau bahkan gulung tikar. Hal ini dapat
dilihat adanya benang merah ketika membandingkan televisi lokal yang harus berusaha
bertarung untuk menggaet pemirsa lokalnya dengan televisi nasional dengan daya tarik sajian
program acaranya yang mampu menjangkau audience secara luas.
Selain permasalahan di atas, televisi lokal sekarang harus berjuang lebih keras dengan
adanya persoalan Rancangan Peraturan Pemerintah tentang penyiaran yang berpotensi
membatasi banyak hal di dunia penyiaran kita. Rancangan Peraturan Pemerintah tentang
penyiaran ini dalam realitanya sangat tidak sejalan dengan UU Penyiaran, yang seharusnya di
pegang oleh Komisi Penyiaran Indonesia (KPI ), banyak terpangkas dengan kewenangan
Pemerintah yang terlalu besar. Sehingga mengingatkan kita pada jaman orde baru yang serba
mengikat dan tak mendapat kebebasan dari pemerintah (Asosiasi Televisi Lokal Indonesia).
Hal ini tentunya menjadi keprihatinan, ketika televisi lokal yang diharapkan sebagai warna
baru dunia penyiaran tanah air dan menjadi salah satu media massa yang menjadi kebanggaan
masyarakat daerah dengan semangat kelokalan/otonomi daerah sudah harus berhadapan
dengan berbagai tantangan. Berbagai daerah selama ini di sadari kurang optimal diangkat
dalam wujud audio visual. Sehingga kehadiran televisi lokal, menjadi solusi penting untuk
hal tersebut. Paket tayangan yang bermaterikan sosial, budaya, pariwisata, ekonomi, dan
unsur kedaerahan lainnya tentunya menjadi suatu kebutuhan bagi seluruh lapisan masyarakat
tersebut, demi optimalisasi pembangunan setempat. Termasuk diantaranya harapan atas
peluang pembukaan lapangan pekerjaan baru bagi daerah.

2.3Karakteristik Televisi
1. Bersifat Tidak Langsung
Televisi adalah satu jenis dan bentuk media massa yang paling danggih dilihat dari sisi
teknologi yang digunakan, dan paling mahal dilihat dari segi investasi yang ditanamkan.
Televisi sangat bergantung pada kekuatan peralatan elektronik yang sangat rumit. Inilah
yang disebut media teknis. Sebagai contoh, tanpa listrik, siaran televisi tak mungkin bisa
diudarakan dan diterima pemirsa di mana pun. Investasi yang harus ddikeluarkan untuk
mendirikan erbuah stasiun televisi komersial, yang dikelola secara professional dengan
lingkup nasional, mencapai ratusan miliar rupiah.
Sifat padat teknologi dan padat modal inilah yang menyebabkan televisi sangat
kompromistik dengan kepentingan pemilik modal serta nilai-nilai komersial arus
kapitalisme global. Salah satu eksesnya, bahasa televisi tidak jarang tampil vulgat. Sarat
dengan dimrnsi kekerasan dan sadism, atau bahkan terjebak dalam eksploitasi seks secara
vulgar. Kecaman demi kecaman pun terus mengalir dari public yang peduli masa depan
bangsa.
2. Bersifat Satu Arah
Siaran televisi bersifat satu arah. Kita sebagai pemirsa hanya bisa menerima berbagai
program acara yang sudah dipersiapkan oleh pihgak pengelola televisi. Kita tidak bisa
menyela, melakukan interupsi saat itu agar suatu acara disiarkan atau tidak disiarkan.
Menurut teori komunikasi massa, kita sebagai khalayak televisi bersifat aktif dan selektif.
Jadi meskipun siaran televisi bersifat satu arah, tidak berarti kita pun menjadi pasif. Kita
aktif mencari acara yang kiya inginkan. Kita selektif untuk tidak menonton semua acara
yang ditayangkan. Tetapi kehadiran alat ini pun, tidak serta-merta mengurangi tingkat
kecemasan masyarakat, terutama kalangan pendidik, budayawan, dan agamawan.
3. Bersifat Terbuka
Televisi ditujukan kepada masyarakat secara terbuka ke berbagai tempat yang dapat
dijangkau oleh daya pancar siarannya. Artinya, ketika siaran televisi mengudara, tidak
ada lagi apa yang disebut pembatasan letak geografis, usia biologis, dan bahkan tingkatan

akademis khalayak. Siapa pun dapat mengakses siaran televisi. Di sini khalayak televisi
bersifat anonym dan heterogen. Karena bersifat terbuka, upaya yang dapat dilakukan para
pengelola televisi untuk mengurangi ekses yang timbul adalah mengatur jam tayang
acara.
4. Publik Tersebar
Khalayak televisi tidak berada di suatu wilayah, tetapi terserbar di berbagai wilayah
dalam lingkup local, regional, nasional, dan bahkan internasional. Kini, di Indonesia
tumbuh subur stasiun televisi local yang siarannya hanya menjangkau suatu kota, atau
paling luas beberapa kota dalam radius puluhan km saja dari pusat kota yang menjadi
fokus wilayah siarannya itu. Di Bandung saja, terdapat tiga stasiun televisi lokal. Dalam
perspektif komersial, publik tersebar sangat menguntunkan bagi para pemasang iklan.
Untuk televisi komersial, iklan adalah darah dan urat nadi hidupnya.
5. Bersifat Selintas
Pesan-pesan televisi hanya dapat dilihat dan didengar secara sepintas siarannya tidak
dapat dilihat dan dedengar ulang oleh pemirsa kecuali dalam hal-hal khusus seperti pada
adegan ulang sercara lambat, atau dengan alat khusus seperti perekam video cassette
recorder (VCR). Sifatnya yang hanya dapat dilihat sepintas ini, sangat memengaruhi
cara-cara penyampaian pesan. Selain harus menarik, bahasa pesan yang disampaikan
televisi harus mudah dimengerti dan dicerna oleh khalayak pemirsa tanpa menimbulkan
kebosanan (Wahyudi, 1986:3-4).
FOKUS KHALAYAK

LOYAL = Pemirsa yang fanatik dengan apapun yang disajikan stasiun

KRITIS = pemirsa yang rajin mengoreksi

PASIF = Pemirsa yang tidak mau terlibat secara langsung

BEBAS = Pemirsa yang tidak terikat stasiun manapun

SIFAT KHALAYAK

HETEROGEN = Pemirsa dengan banyak ragam perbedaan

SELEKTIF = Kritis dalam meilih progam

UNPREDICTABLE = Minatnya sulit ditebak

FLOATING AUDIENCE = Tidak terikat meda manapun

KIBLAT PROGRAM
TV RATING + SHARE = PROGRAM

2.4 Proses Komunikasi


Elemen-elemen yang dibutuhkan dalam berkomunikasi
1. A source
2. A process of encoding
3. A message
4. A channel
5. A process of decoding
6. A receiver
7. The potential for feedback
8. The chance of noise
Proses pengiriman pesan
Proses pengiriman pesan dimulai dengan source sebagai pemberitahu, ingin menyampaikan
pesan atau ide pada bagian lain yaitu penerima. Source dapat memiliki atau tidak memiliki
pengetahuan tentang receiver atau penerima pesan. Source dapat dimaksudkan sebagai
individu, group atau bahkan organisasi.
Encoding mengacu pada aktifitas bahwa pengirim pesan (source), menterjemahkan gagasangagasan dan ide-ide dalam satu bentuk yang mungkin dapat dirasakan. Ketika anda memiliki
sesuatu yang ingin dikatakan, otak dan lidah anda bekerja bersama-sama (biasanya) untuk
membentuk kata dan mengucapkan satu kalimat. Jadi encoding dalam communication setting
dapat diletakkan satu atau beberapa kali. Dalam pembicaraan tatap muka, pembicara encodes
gagasannya dalam kata-kata. Melalui telepon, fase ini diulang. Telepon secara bertahap
meng-encodes gelombang suara menjadi energi elektromagnetik.
Pesan adalah produk fisik yang aktual yang diencode dari source. Ketika kita berbicara, yang
kita bicarakan adalah pesan. Ketika kita menulis sebuah surat apa yang kita tuliskan di kertas
adalah pesan. Beberapa pesan lebih dapat dikontrol oleh penerima pesan dari pada oleh yang
lainnya. sebagai contoh pikiran tentang bagaimana sulit atau mudahnya bagi anda untuk
memutuskan komunikasi, yang pertama pada saat komunikasi tatap muka dengan orang lan,
kedua selam bertelepon, dan yang ketiga saat melihat iklan televisi.
Channel adalah jalannya pesan menuju pada penerima/receiver. Gelombang cahaya
membawa pesan visual. Beberapa pesan membutuhkan lebih dari satu channel untuk
membawa sampai pada penerima pesan.
Proses penerimaan pesan
proses decoding adalah lawannya dari proses encoding. Hal ini terdiri dari aktifitas
penterjemahkan atau mengertikan pesan fisik dalam bentuk arti terakhir untuk penerima
pesan. Seperti anda membaca baris ini, anda decoding sebuah pesan. Jika anda menyalakan
radio ketika decoding baris ini, anda decoding dua pesan secara simultan-dalam bentuk satu
aural, satu visual. Keduanya manusia dan mesin dapat sebagai decoder. Radio, sebagai

decoder, begitu juga dengan videotape playback unit, dengan telepon, dan sebuah profector
film.
Sebuah komunikasi tunggal dapat menghasilkan banyak bagian dari decoding. Seorang
reporter duduk dalam ruang pertemuan pemerintah kota dan mengambil notes (decoding).
Dia sedang menelpon, menceritakan untuk ditulis ulang, dimana reporter yang lain menulis
cerita yang dibaca (decoding). Ceritanya kemudian dibaca oleh editor (decoding). Pada saat
berikutnya, cerita ini dicetak, dan kemudian dibaca oleh pembaca(decoding).
The receiver atau penerima pesan adalah target dari pesan, dia adalah tujuan. Penerima pesan
dapat seseorang sebuah group, sebuah institusi, atau yang lebih besar, kumpulan orang-orang
yang tidak bernama. Pada saat ini, orang-orang lebih sering sebagai penerima informasi
(receiver) dalam komunikasi dari pada pengirim informasi (source)
Feedback mangacu pada respon-respin yang diberikan para penerima pesan yang merubah
dan membentuk sub sequenct pesan dari pengirim pesan
Faktor terakhir adalah noise. Terdapat 3 tipe noise, semantic, mechanicalm dan environment

2.5 Televisi Digital di Indonesia


Siaran TV Digital adalah siaran TV dengan sinyal yang dikirimkan adalah sinyal digital
(digital broadcasting).

Peta dunia yang menunjukkan siaran digital. Yang berwarna biru adalah yang menggunakan DVB-T

Keberadaan TV Digital di Indonesia


Hampir semua stasiun TV penyiaran baik TVRI maupun TV swasta nasional telah
memanfaatkan sistem teknologi penyiaran dengan teknologi digital khususnya pada sistem
perangkat studio untuk memproduksi program, melakukan penyuntingan, perekaman dan
penyimpanan data. Pengiriman sinyal gambar, suara dan data telah menggunakan sistem
transmisi digital dengan menggunakan pemancar. Sistem transmisi digital melalui pemancar
ini menggunakan standar yang disebut DVB-T (Digital Video Broadcasting Terestrial).
Uji Coba TV Digital
Dari hasil uji coba siaran digital TV, teknologi DVB-T mampu memultipleks beberapa
program sekaligus. Enam program siaran dapat dimasukkan sekaligus ke dalam satu kanal
TV berlebar pita 8 MHz, dengan kualitas cukup baik. Di samping itu, penambahan varian
DVB-H (handheld) mampu menyediakan tambahan sampai enam program siaran lagi,
khususnya untuk penerimaan bergerak (mobile). Hal ini sangat memungkinkan bagi
penambahan siaran-siaran TV baru.
Sistem penyiaran TV Digital adalah penggunaan apliksi teknologi digital pada sistem
penyiaran TV yang dikembangkan di pertengahan tahun 90 an dan diujicobakan pada tahun
2000. Pada awal pengoperasian sistem digital ini umumnya dilakukan siaran TV secara
Simulcast atau siaran bersama dengan siaran analog sebagai masa transisi. Sekaligus ujicoba
sistem tersebut sampai mendapatkan hasil penerapan siaran TV Digital yang paling ekonomis
sesuai dengan kebutuhan dari negara yang mengoperasikan.
Penonaktifan analog
1. Fase I (20082010)
o Percobaan DTV
o Pengosongan layanan primer lainnya (broadband telepon genggam dan RFID)
2. Fase II (20122015)
o Siaran TV analog & DTV simulcast
3. Fase III (2015-2017)

o TV analog dinonaktifkan
o Pengosongan siaran DTT melalui saluran 22 sampai 48
o Pengosongan broadband telepon genggam di gelombang 694 MHz sampai 806
MHz
4. Fase IV (2018-)
o Tidak ada layanan TV analog
o 100% siaran DTV melalui saluran 22 sampai 48
Wilayah siaran

Kawasan Ekonomi Maju 1: Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur mulai
Q1 2011 sampai Q2 2015

Kawasan Ekonomi Maju 2: Sumatera Utara, Banten, Yogyakarta, Kalimantan Timur,


dan Kepulauan Riau mulai Q4 2012 sampai Q1 2016

Kawasan Ekonomi Berkembang 3: Aceh, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Bengkulu,


Sumatera Selatan, Lampung, Bangka Belitung, Bali, Maluku, Sulawesi Selatan,
Sulawesi Utara, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Tengah mulai Q3 2013 sampai Q4
2016

Kawasan Ekonomi Berkembang 4: Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur,


Papua Barat, Maluku Utara, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah,
Gorontalo, and Kalimantan Selatan mulai Q1 2014 sampai Q2 2017

Kawasan Ekonomi Berkembang 5: Papua mulai Q3 2014 sampai Q4 2017

Penyiar saat ini


Hingga Agustus 2012, TVRI adalah satu-satunya stasiun TV yang menyiarkan televisi digital
di Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Batam. TVRI memiliki 376 pemancar analog, 30 di
antaranya kompatibel dan siap dialihkan ke digital.
Pada akhir September 2012, Metro TV mulai mengoperasikan transmisi televisi digital di:

Jakarta

Bandung

Semarang

Surabaya

Malingping, Padeglang, Anyer, dan Cilegon di Banten

Frekuensi TV Digital
Secara teknik pita spectrum frekuensi radio yang digunakan untuk televisi analog dapat
digunakan untuk penyiaran televisi digital sehingga tidak perlu ada perubahan pita alokasi
baik VHF maupun UHF (Ultra High Frequency). Sedangkan lebar pita frekuensi yang
digunakan untuk analog dan digital berbanding 1 : 6 artinya bila pada teknologi analog
memerlukan pita selebar 8 MHz untuk satu kanal transmisi, maka pada teknologi digital
dengan lebar pita frekuensi yang sama dengan teknik multiplek dapat digunakan untuk
memancarkan sebanyak 6 hingga 8 kanal transmisi sekaligus dengan program yang berbeda
tentunya.
Selain ditunjang oleh teknologi penerima yang mampu beradaptasi dengan lingkungan yang
berubah, TV digital perlu ditunjang oleh sejumlah pemancar yang membentuk jaringan
berfrekuensi sama atau SFN (single frequency network) sehingga daerah cakupan dapat
diperluas. Produksi peralatan pengolah gambar yang baru (cable, satellite, VCR, DVD
players, camcorders, video games consoles) adalah dengan menggunakan format digital.
Untuk itu supaya pesawat analog masih dapat dipakai diperlukan inverter (set top box) yang
dapat mengubah signal digital ke analog sehingga dapat dilihat dengan menggunakan TV
receiver biasa
Kelebihan Frekuensi TV Digital
Teknologi digital efisien dalam pemanfaatan spektrum. Ada satu penyelenggara televisi
digital meminta spektrum dalam jumlah yang cukup besar artinya tidak cukup hanya 1 (satu)
kanal carrier melainkan lebih. Hal ini disebabkan dalam penyelenggaraannya nanti
penyelenggara hanya akan berfungsi sebagai operator penyelenggara jaringan yaitu untuk

mentransfer program dari stasiun-stasiun televisi lain yang ada di dunia menjadi satu paket
layanan sebagaimana penyelenggaraan televisi kabel berlangganan yang ada saat ini.
Meningkatnya penyelenggaraan televisi dimasa depan dapat diantisipasi dengan suatu
terobosan kebijakan dalam pemanfaatan spektrum frekuensi, misalkan penyelenggara televisi
digital hanya berfungsi sebagai operator penyelenggara jaringan televisi digital, sedangkan
programnya dapat diselenggarakan oleh operator yang khusus menyelenggarakan jasa
program televisi digital (operator lain). Dari aspek regulasi akan terdapat izin penyelenggara
jaringan dan izin penyelenggara jasa sehingga dapat menampung sekian banyak perusahaan
baru yang akan bergerak dibidang penyelenggaraan televisi digital. Dengan demikian akan
dapat dihindari adanya monopoli penyelenggaraan televisi digital di Indonesia.
Karakteristik Sistem Penyiaran TV Digital Terestrial
Karakteristik Sistem Penyiaran TV Digital yang ada di Indonesia dibagi berdasarkan kualitas
penyiaran, manfaat dan keunggulan TV Digital tersebut. TV Digital dalam perkembangannya
memiliki karakteristik yang berbeda di tiap wilayah(area) penyiaran. Oleh karena itu,
karakteristik sistem penyiaran TV Digital akan sama apabila berada di radius yang sama.
Kualitas Penyiaran TV Digital
Kualitas gambar dan warna yang dihasilkan jauh lebih bagus daripada televisi analog. Desain
dan implementasi sistem siaran TV digital terutama ditujukan pada peningkatan kualitas
gambar. Terdapat dua aspek yang berbeda dan memerlukan kompromi dalam hal ini. Pada
satu sisi, teknologi TV digital memungkinkan pengiriman gambar dengan akurasi dan
resolusi sangat tinggi, tetapi pada sisi lain memerlukan tersedianya kanal dengan laju sangat
tinggi, mencapai belasan Mbps. Di sisi lain, sistem TV digital juga diharapkan mampu
menghasilkan penerimaan gambar yang jernih, stabil, dan tanpa efek bayangan atau gambar
ganda, walaupun pesawat penerima berada dalam keadaan bergerak dengan kecepatan tinggi.
Manfaat Penyiaran TV Digital

Pemirsa juga dapat memilih sendiri kapan akan menonton, remote tidak lagi untuk
memilih saluran tapi juga untuk melihat simpanan program, (siaran interaktif).
Televisi yang menjadi siaran interaktif akan lebih memudahkan pemirsanya untuk
mencari-cari program yang dia sukai. Tidak ada lagi prime-time karena saat itu
pemirsa dapat mencari program lain yang dibutuhkan.

Penerimaan mobile, efisiensi kanal frekuensi, dan potensi jasa tambahan seperti TVInteraktif dan layanan data-casting.

Aplikasi teknologi siaran digital menawarkan integrasi dengan layanan multimedia


lainnya serta integrasi dengan layanan interaktif seperti Video on Demand (VoD), Pay
Per View (PPV), bahkan layanan komunikasi dua arah seperti teleconference

Keunggulan TV Digital

Kelebihan signal digital dibanding analog adalah ketahanannya terhadap noise dan
kemudahannya untuk diperbaiki (recovery) di penerima dengan kode koreksi error
(error correction code). Sinyal digital bisa dioperasikan dengan daya yang rendah
(less power).

Pada transmisi digital menggunakan less bandwidth (high efficiency bandwidth)


karena interference digital channel lebih rendah, sehingga beberapa channel bisa
dikemas atau "dipadatkan" dan dihemat. Hal ini menjadi sangat mungkin karena
broadcasting TV Digital menggunakan sistem OFDM (Orthogonal Frequency
Division Multiplexing) yang tangguh dalam mengatasi efek lintas jamak (multipath
fading). Kemudian keuntungan lainnya adalah bahwa sinyal digital bisa dioperasikan
dengan daya yang rendah (less power).

Migrasi dari era analog menuju era digital memiliki konsekuensi tersedianya saluran
siaran yang lebih banyak. Tidak ada lagi antrian ataupun penolakan izin terhadap
rencana pendirian televisi nasional maupun lokal karena keterbatasan frekuensi.
Televisi digital pun dapat digunakan layaknya browser internet, sehingga sangat
integratif fungsinya.

Penyiaran TV Digital Terrestrial bisa diterima oleh sistem penerimaan TV Fixed dan
penerimaan TV Bergerak. Kebutuhan daya pancar tv digital juga lebih kecil dan
ketahanan terhadap interferensi dan kondisi lintasan radio yang berubah-ubah
terhadap waktu (seperti yang terjadi jika penerima TV berada di atas mobil yang
berjalan cepat), serta penggunaan bandwidth yang lebih efisien.

Transisi ke TV Digital
Pesawat TV analog tidak akan bisa menerima sinyal digital, maka diperlukan pesawat TV
digital yang baru agar TV dapat menggunakan alat tambahan baru yang berfungsi mengubah
sinyal digital menjadi analog. Perangkat tambahan tersebut disebut dengan decoder atau set
top box (STB). Proses perpindahan dari teknologi analog ke teknologi digital akan
membutuhkan sejumlah penggantian perangkat baik dari sisi pemancar TV-nya ataupun dari
sisi penerima siaran.
Awal Transisi ke TV Digital
Pada saat pemerintah memulai siaran digital yang berbasis terrestrial perlu dilakukan proses
transisi migrasi dengan meminimalkan risiko kerugian khusus yang dihadapi baik oleh
operator TV (Broadcasters) maupun masyarakat. Resiko kerugian khusus yang dimaksud
adalah informasi program ataupun perangkat tambahan yang harus dipasang. Bila perubahan
diputuskan untuk dilakukan maka perlu dilaksanakan melalui masa Simulcast, yaitu masa
dimana sebelum masyarakat mampu membeli pesawat penerima digital dan pesawat
penerima analog yang dimilikinya harus tetap dapat dipakai menerima siaran analog dari
pemancar TV yang menyiarkan siaran TV Digital.
Alasan Transisi TV Digital
Masa transisi diperlukan untuk melindungi puluhan juta pemirsa (masyarakat) yang telah
memiliki pesawat penerima TV analog untuk dapat secara perlahan-lahan beralih ke
teknologi TV digital dengan tanpa terputus layanan siaran yang ada selama ini. Selain juga
melindungi industri dan investasi operator TV analog yang telah ada, dengan memberi
kesempatan prioritas bagi operator TV eksisting.
Keuntungan memberikan prioritas kepada operator TV eksisting adalah mereka dapat
memanfaatkan infrastruktur yang telah dibangun, seperti studio, tower, bangunan, SDM dan
lain sebagainya. Selain itu karena infrastruktur TV digital terrestrial relatif jauh lebih mahal
dibandingkan dengan infrastruktur TV analog, maka efisiensi dan penggunaan kembali
fasilitas dan infrastruktur yang telah dibangun menjadi sangat penting.
Akibat Transisi ke TV Digital
Untuk membuka kesempatan bagi pendatang baru di dunia TV siaran digital ini, maka dapat
ditempuh pola Kerja Sama Operasi antar penyelenggara TV eksisting dengan calon

penyelenggara TV digital. Sehingga di kemudian hari penyelenggara TV digital dapat dibagi


menjadi "network provider" dan "program / content provider".
Jika kanal TV digital ini diberikan secara sembarangan kepada pendatang baru, selain
penyelenggara TV siaran digital terrestrial harus membangun sendiri infrastruktur dari nol,
maka kesempatan bagi penyelenggara TV analog eksisting seperti TVRI, 5 TV swasta
eksisting dan 5 penyelenggara TV baru untuk berubah menjadi TV digital di kemudian hari
akan tertutup karena kanal frekuensinya sudah habis.
Model Bisnis Penyiaran TV Digital Kedepan
Perspektif bentuk penyelenggaraan sistem penyiaran di era digital juga mengalami perubahan
yang sangat berarti baik dari pemanfaatan kanal maupun teknologi jasa pelayanannya. Pada
pemanfaatan kanal frekuensi akan terjadi efisiensi penggunaan kanal yang sangat berarti.
Satu kanal frekuensi yang saat ini hanya bisa diisi oleh satu program saja nantinya akan bisa
diisi antara empat sampai enam program sekaligus. Sepuluh program siaran TV-swasta
Nasional saat ini yang menduduki juga 10 kanal di UHF (Ultra High Frequency) hanya
menduduki 2 atau 3 kanal saja.
Di sisi lain pendudukan kanal-kanal saat ini untuk sistem tranmisi analog juga tidak hemat
karena antara kanal yang berdekatan harus ada 1 kanal kosong sebagai kanal perantara. Kanal
perantara ini tidak ada disistem digital dan kanal frekuensi di sistem digital bisa dimanfaatkan
secara berurutan. Bentuk jasa pelayanan sistem penyiaran digital secara blok jaringan juga
akan terpisah-pisah yaitu mulai dari penyedia program (content creators) kemudian akan
dikirim ke content agregators yang berfungsi sebagai pendistribusi program yang kemudian
program itu diubah dalam bentuk format MPEG2 atau MPEG4. Lalu dikirim ke MPEG2
multiplexer providers dan kemudian disalurkan ke berbagai pemirsa melalui jaringan
pemancar TV Digital oleh transport providers.
Dengan pemisahan ini maka masing-masing bisa lebih terkonsentrasi pada bidang bisnisnya
sendiri sehingga masyarakat pemirsa TV akan memperoleh kualitas pelayanan yang lebih
beragam dan tentunya lebih baik. Pada sistem penyiaran TV Digital dimungkinkan
munculnya jasa-jasa layanan baru seperti informasi-informasi laporan lalu lintas, ramalan
cuaca, berita, olahraga, pendidikan, bursa saham, kesehatan dan informasi-informasi layanan
masyarakat lainnya. Para penyedia content hanya terkonsentrasi pada isi program saja dan
tidak perlu mengurus penyiapan infrastruktur jaringan dan pengoperasiannya. Penyedia

content hanya membayar sewa jaringan transmisi saja atau bisa dijual kepada content
distributor

Sistem televisi berjaringan di Indonesia


Sistem televisi berjaringan di Indonesia adalah sistem televisi berjaringan di Indonesia yang
mengharuskan televisi- televisi yang memiliki daya frekuensi siaran nasional (RCTI, SCTV,
MNCTV, Indosiar, antv, Metro TV, Trans TV, tvOne, Trans7, dan Global TV, agar
melepaskan frekuensi terhadap daerah- daerah siaran mereka dan menyerahkan pada
orang/lembaga/organisasi daerah yang ingin menggunakannya untuk dikembangkan. Bila
televisi-televisi yang berlokasi di Jakarta menginginkan siarannya dapat diterima di daerah
tertentu, maka ia harus bekerjasama dengan televisi yang ada di daerah bersangkutan. Sistem
ini akan diberlakuakn di Indonesia pada 28 Desember 2009. TV nasional dapat bertindak
sebagai induk stasiun jaringan dan TV lokal bertindak sebagai anggota stasiun jaringan,
stasiun induk bertindak sebagai koordinator yang siarannya direlai oleh anggota (pasal 34
ayat 1 dan 2 PP Penyelenggaraan Lembaga Penyiaran Swasta). Dalam TV berjaringan spirit
dasar dari siaran berjaringan adalah terpenuhinya aspek diversity of ownership, diversity of
content, dan kearifan lokal
Dasar hukum
UU 32/2002 Pasal 60 ayat (2), yang menyatakan bahwa:
1. Lembaga penyiaran radio yang ingin berjaringan, harus bermitra dengan lembaga
penyiaran radio lain; tenggat waktu penyesuaian hingga akhir tahun 2004
2. Yang sudah memiliki relai di satu daerah, lembaga penyiaran radio bisa menggunakan
stasiun relainya hingga 2006, sampai berdirinya stasiun lokal berjaringan di daerah
tersebut
3. Lembaga penyiaran televisi yang ingin berjaringan, harus bermitra dengan lembaga
penyiaran televisi lain; tenggat waktu penyesuaian hingga akhir tahun 2005
UU Penyiaran no. 32 tahun 2002, pasal 6
1. Penyiaran diselenggarakan dalam satu sistem penyiaran nasional.

2. Dalam sistem penyiaran nasional sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), Negara
menguasai spektrum frekuensi radio yang digunakan untuk penyelenggaraan
penyiaran guna sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
3. Dalam sistem penyiaran nasional terdapat lembaga penyiaran dan pola jaringan yang
adil dan terpadu yang dikembangkan dengan membentuk stasiun jaringan dan stasiun
lokal.
4. Untuk penyelenggaraan penyiaran, dibentuk sebuah komisi penyiaran.
Fungsi
Sarana mewujudkan demokratisasi penyiaran.
Manfaat
1. sistem stasiun berjaringan ini memiliki manfaat untuk menciptakan sistem penyiaran
yang berkeadilan dan berpihak pada publik. Karena selama ini dominasi isi siaran
televisi dipegang oleh para televisi yang berlokasi di Jakarta. Bahkan isi siarannya
sudah sampai pada level menghegemoni.
2. sistem berjaringan mampu mengakomodasi isi siaran lokal sehingga dapat menjadi
pengerem terhadap isi siaran yang memiliki bias kultur, nilai, dan cara pandang orang
yang tinggal di Jakarta. Dengan begitu ada terdapat ruang bagi masyarakat daerah
untuk mengekspresikan hasrat, kepentingan, kultur, nilai, dan cara pandang orang
daerah di ruang publik yang bernama penyiaran. Sehingga tercipta penyiaran yang
berkeadilan mendudukan kepentingan daerah dan kepentingan Jakarta pada posisi
yang setara dan sejajar.
3. Dengan diberlakukannya sistem ini maka porsi iklan yang jumlahnya triliunan rupiah
yang selama ini hanya dinikmati TV yang ada di Jakarta akan terditribusi ke televisitelevisi lokal yang ada di daerah. Dengan begitu, pemerataan ekonomi di bidang
penyiaran akan terjadi.
4. Pemerataan kesempatan bagi investor lokal di daerah untuk dapat berpartisipasi dalam
bidang pertelevisian.

Kendala
1. Terjadi tumpang tindih antara kewenangan perizinan lembaga penyiaran antara KPI
dengan Kementerian Kominfo sehingga dari sisi yuridis dan teknis masih sulit
dilaksanakan di lapangan karena belum terbangunnya sistem secara memadai
2. Terdapat tantangan yang sistematis dari pihak asosiasi TV nasional. Karena kerjasama
antara TV nasional dengan TV lokal sulit dilakukan
3. Persiapan dari TV lokal yang belum memadai, dari segi teknis maupun sumber daya
manusia.

2.6 Industri Media Televisi


Perkembangan teknologi telah memunculkan era kapitalisme di kepemilikan perusahaan
media. banyak sekarang ini media yang diduduki atau dikuasai oleh berbagai kepentingan,
mulai dari kepentingan mencari keuntungan, politik dan budaya. Salah satu media yang
banyak diincarkan para kaum kapitalis adalah media televisi. kemampuan menyediakan
visual dan audio dalam satu perangkat menjadikan media televisi memiliki daya tarik sendiri.
Konsumen tertarik dengan sajikan yang hampir menyerupai tatap muka secara langsung,
padahal yang terjadi adalah tatap muka secara tidak langsung.
Semakin banyaknya kepemilikan televisi di Indonesia menyebabkan bidang media mendapat
perhatian bagi para pengusaha untuk menginvestasikan modalnya untuk menguasai bidang
tersebut. tujuan mulia dari sebuah televisi untuk memberikan tayangan yang mendidik dan
berguna untuk audiens lama kelamaan menjadi luntur karena efek kapitalisme yang
menghinggapi perusahaan-perusahaan media sekarang ini.
Televisi menjadinya siarannya sebagai ladang pencari uang. Pemirsa dipaksa untuk
memperbanyak rating suatu program tv agar ketertarikan pengiklan tinggi dan harga jual spot
menjadi mahal. Tayangan didominasi oleh program-program humor yang berbau kekerasan,
gossip dan hal-hal yang menyenangkan tetapi tidak mendidik pemirsanya. Televisi sekarang
ini menyediakan tayangan yang disukai atau diminati oleh pemirsanya, bukan tayangan yang
diperlukan oleh pemirsa seperti tayangan pendidikan. Iklan yang ditayangkan juga membuat
pemirsa memiliki prilaku komsumtif melalui tampilan yang meningkatkan keinginan pemirsa
untuk membeli barang.

Tidak hanya dengan menjual program acara dan iklan, para pemilik media atau pengusaha
mencoba untuk menguasai pasar media dan mengendalikan arus informasi yang sampai pada
audiens. Keluarnya Undang Undang Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers dan Undang Undang
Nomor 32 tahun 2002 tentang Penyiaran memunculkan kebebasan para pengusaha untuk
memiliki dan memusatkan kegiatan media dalam satu lingkup kegiatan. Konglomerasi media
dilakukan oleh para pemilik media untuk mencapai tujuan menguasai pasar media dengan
memiliki beberapa perusahaan media. Dengan cara tersebut, pemilik dapat mengendalikan
arus infomasi, mengurai persaingan, mendominasi pasar dan meningkatkan pendapatan.
Meskipun hal ini terlihat menguntungkan untuk para pemilik perusahaan besar, perusahaan
kecil yang bergabung menjadikan hal ini sebagai sarana batu loncatan, peningkat popularitas
dan pertolongan modal untuk berkembang.
Salah satu contoh dari konglomerasi media di televisi adalah MNC group. MNC group terdiri
dari MNC TV, RCTI, Global TV dan beberapa media lainnya. MNC group memiliki tiga
televisi swasta nasional untuk mencoba menguasai pasar televisi nasional dan mengatur arus
informasi yang berjalan. Selain usaha menguasai pasar media televisi, MNC group berusaha
untuk mengusaai media secara keseluruhan. Hadirnya MNC group di media cetak, radio dan
rekaman mencontohkan pemusatan untuk menguasai pasar media di Indonesia.
Pada riset yang dilakukan oleh AGB Nielsen Reseacrh, pada kuartal ke-3 tahun 2006, MNC
Group meraup 4,8 triliun dari total belanja iklan di televisi. Hal ini menunjukan bagaimana
media massa mampu menghasilkan pendapatan yang besar dan menjadikan media massa
sebagai lahan untuk menghasilkan uang. Dibawah adalah tabel keuntungan beberapa televisi
swasta nasional di Indonesia dari belanja iklan :
Stasiun TV

Pendapatan

MNC Group

4,8 Triliun

32,9

Trans Corp.

3,4 Triliun

23,2

ANTV & Lativi

2,3 Triliun

15,7

Selain untuk mendapatkan pendapatan dari industri media, televisi digunakan oleh beberapa
individu atau kelompok untuk kepentingan politik. Seperti yang terjadi sekarang ini, iklaniklan di televisi berisikan wajah-wajah para calon legislatif, presiden atau informasi seputar
politik dan partainya. Televisi digunakan sebagai media untuk meningkatkan elektabilitas

suatu partai dan kandidatnya. Program televisi yang menayangkan kegiatan yang berkaitan
dengan kepentingan politik pemilik perusahaan media televisi tersebut.

2.7 Dampak Positif dan Negatif Televisi


Televisi sebagai media massa dapat menimbulkan dampak yang positif ataupun
negatif. Dampak atau akibat yang ditimbulkan oleh televisi dapat dipersepsikan berbeda-beda
oleh setiap orang, hal itu tergantung bagaimana khalayak merepresentasikan suatu program
ataupun tayangan yang ada di dalam televisi. Berbagai stasiun televisi biasanya sudah
menampilkan kategori-kategori dari sebuah program televisi yang membatasi siapa saja yang
boleh menonton suatu program televisi itu sendiri. Bagaimana kita menyikapi hal ini tentunya
kita harus cerdas dalam menonton televisi, yaitu dengan bisa memilih acara-acara yang
benar-benar mendidik.
Adapun beberapa dampak positif yang ditimbulkan oleh televisi antara lain:
1. Televisi dapat dijadikan sebagai media pendidikan. Masyarakat dapat mengetahui
berita yang terjadi dari seluruh penjuru dunia secara aktual dan faktual dengan waktu
yang cepat dan memberikan wawasan yang cukup luas.
2. Beberapa penelitian mengatakan, bahwa seorang anak yg sering menonton televisi
memiliki wawasan yg lebih luas di banding anak-anak yg tidak menonton tv. Teori itu
sangat lah masuk akal, karena banyak sekali stasiun televisi menggarap tema edukatif
seperti menyiarkan film documenter sejarah, flora fauna, sain dan lain sebagainya.
3. Memberikan Hiburan. Televisi memberikan tayangan-tayangan yang entertaining bagi
khalayaknya yang membutuhkan hiburan.
4. Merangsang interaksi, dan pertumbuhan

mental

sosial

anak,

serta

memperluas pengetahuan.
5. Televisi merupakan sarana hiburan yang murah. Untuk menonton acara yang ada di
belahan bumi lain dapat dilakukan tanpa harus pergi ke tempat tersebut.

Adapun beberapa dampak negatif yang ditimbulkan oleh televisi antara lain:
1. Menonton televisi terlalu lama dapat merusak mata, terutama bagi yang sering
menonton televisi dalam jarak dekat, dapat memicu terjadinya penurunan penglihatan,
sehingga mata menjadi minus. Selain itu radiasi yang ditimbulkan oleh televisi dapat
berpengaruh pada kesehatan.

2. Dapat memicu tindak kekerasan pada anak. Banyak program televisi yang
menayangkan kekerasan tanpa disensor terlebih dahulu. Sebuah acara seperti 'Smack
Down' yg tidak di tayangkan pada waktu yg semestinya, sehingga banyak anak-anak
yg menonton acara itu hingga menirukan adegan-adegan gulat itu kepada temannya.
3. Kecanduan. Konsumsi televisi yang berlebihan akan menimbulkan rasa candu yang
kemudian akan memberikan rasa malas melakukan sesuatu dan menunda-nunda
pekerjaan.
4. Acara televisi mengandung pornografi. Masih banyak tayangan televisi yang
sebenarnya tidak layak ditayangkan pada waktu semestinya membuat anak-anak dapat
menonton konten-konten yang berbau ponografi.
5. Televisi juga mampu memberikan sifat konsumtif pada si anak. Tayangan iklan yang
ada di televisi secara terus-menerus dapat merangsang si anak untuk membeli produk
yang ia lihat di televisi.
Itulah beberapa dampak positif dan negatif televisi yang harus kita kenali. Dampak positif
dan negativ televisi bisa dikendalikan dari kesadaran diri sendiri. Masih banyak kegiatan
menyenangkan lainnya daripada sekedar menghabiskan waktu kita hanya untuk nonton kotak
ajaib.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan dan Saran

Televisi adalah sebuah teknologi yang sangat berpengaruh dalam perkembangan tekhnologi
informasi di seluruh dunia. Pada awal perkembanganya, televisi adalah gabungan teknologi
optik mekanik dan elektronik yang digunakan untuk merekam, menampilkan dan menyiarkan
gambar visual.
Perkembangan televisi dari zaman ke zaman dalam penemuan televisi, terdapat banyak pihak,
penemu maupun inovator yang terlibat, baik perorangan maupun badan usaha.
Jenis Televisi : Televisi Analog. Televisi jenis ini menginformasikan gambar dengan cara
memvariasikan frekuensi dari sinyal. Televisi digital, yaitu alat yang berfungsi menangkap
siaran TV digital. Televisi jenis ini merupakan perkembangan dari sistem siaran analog ke
sistem digital.
Perkembangan terbaru terbaru televisi : TV resolusi tinggi (HDTV) yang menjadi standar
televisi digital internasional. Televisi internet, televisi yang menggunakan akses koneksi
internet untuk menggunakanya. Smart TV memiliki kemampuan mengakses berbagai konten
dan terkoneksi melalui Internet tanpa batas, termasuk bermain games dan mengakses hiburan
online lainnya. Televisi ini juga dapat terhubung dengan berbagai gadget lain seperti
handphone.
Televisi memiliki banyak dampak positif dan dampak negatif.
Siaran televisi pertama kalinya di Indonesia ditayangkan tanggal 17 Agustus 1962 yaitu
bertepatan dengan peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke XVII. Pada
saat itu, siaran hanya berlangsung mulai pukul 07.30 sampai pukul 11.02 WIB untuk meliput
upacara peringatan hari Proklamasi di Istana Negara. Namun yang menjadi tonggak Televisi
Republik Indonesia (TVRI) adalah ketika Indonesia menjadi tuan rumah Asian Games ke IV
di Stadion Utama Senayan.
tanggal 24 Agustus 1989 Rajawali Citra Televisi atau RCTI. Setelah RCTI kemudian disusul
berurutan oleh Surya Citra Televisi (SCTV) pada tahun 1990 dan Televisi Pendidikan
Indonesia (TPI) pada tahun 1991. Siaran nasional RCTI dan SCTV baru dimulai tahun 1993
kemudian pada tahun 1994 berdiri ANTeve dan Indosiar. Dan yang terakhir Net TV pada 26
Mei 2013.
Saran

Sebagai mahasiswa komunikasi yang berfokus pada media, kita perlu tahu adanya
perkembangan terhadap media Televisi. Media televisi yang begitu pesat memberikan banyak
kemudahan bagi manusia untuk mendapatkan informasi yang kini hanya tinggal memilih
sesuai dengan keinginannya. Namun dibalik itu kita sebagai penikmat sekaligus sasaran harus
semakin dewasa untuk mampu memilih dan memilah sajian yang ditampilkan baik atau
buruknya, sistem sistem yang mengatur televisi tidak hanya pada satu kepentingan namun
banyak. Ada dari kepentingan pemerintah, pemilik perusahaan, dan juga kepentingan jurnalis.
Kita harus pandai menyikapi dan berusaha untuk mempertahankan kondisi media ini.

DAFTAR PUSTAKA
Perkembangan

sejarah

televisi

dan

Jenis

televisi

diperoleh

http://www.anneahira.com/sejarah-televisi.htm pada tanggal 26 November 2013

dari

MT.

Supriyanto.

2013.

Sejarah

Perkembangan

Televisi.

Diperoleh

dari

http://www.vedcmalang.com/pppptkboemlg/index.php/artikel-coba-2/teknologiinformasi/535-teknik-televisi pada tanggal 26 November 2013


Wicak, Assidiq. 2013. Dampak Positif dan Negatif menonton TV. Diperoleh dari :
http://newsland.heck.in/dampak-positif-dan-negatif-menonton-tv.xhtml

pada tanggal 26

November 2013
Positif

Negatif

Televisi

Dihubungkan

dengan

Globalisasi.

Diperoleh

dari

http://www.bimbingan.org/positif-negatif-televisi-dihubungkan-dengan-globalisasi.htm
pada tanggal 26 November 2013
Pandiya. Dampak Negatif Program Televisi pada Remaja Kota Semarang. Diperoleh
dari : Jurnal Ilmiah Politeknik Negeri Semarang pada tanggal 26 November 2013.
www.polines.ac.id/ragam/.../jurnalragam/paper_6%20apr%202008.pdf
Wahyuti. 2010. Pendampingan Orang Tua dalam Penggunaan Media Televisi Pada Anak
Usia Dini. Diperoleh dari : http://wahyuti4tklarasati.blogspot.com/2010/06/pendampinganorang-tua-dalam-penggunaan.html pada tanggal 26 November 2013
Andarini, S. S. (2010, September 23). Konglomerasi Media, Kepentingan
Ekonomi Pemilik, dan Kebenaran. Studi Konsentrasi Kepemilikan Media Massa
di

Indonesia.

Dipetik

Desember

10,

2013,

dari

Eka

Wenats:

http://ekawenats.blogspot.com/2010/09/konglomerasi-media-kepentinganekonomi.html
Bastara, A. (2012, Juni 04). Karakteristik Televisi. Dipetik Desember 10, 2013,
dari

Kambuse:

http://arifinbastra.blogspot.com/2012/06/karakteristik-

televisi.html
Halim, S. (2011). Khalayak Televisi (2). Dipetik Desember 10, 2013, dari
Scribd: http://www.scribd.com/doc/50363541/KHALAYAK-TELEVISI-2
Kementerian

Komunikasi

dan

Informatika

Republik

Indonesia.

(t.thn.).

Indonesia Memasuki era TV Digital. Dipetik Desember 10, 2013, dari Si Arta:
http://tvdigital.kominfo.go.id/?p=130#more-130

Maryadi, E. (t.thn.). Konglomerasi Media di Indonesia. Dipetik Desember 10,


2013,

dari

http://www.satudunia.net/system/files/Konglomerasi%20Media

%20di%20Indonesia-SATUDUNIA-ITEM.pdf
Wikipedia. (2013, Oktober 11). Media Nusantara Citra. Dipetik Desember 10,
2013, dari Wikipedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Media_Nusantara_Citra
Wikipedia. (2012, September 29). Sistem Televisi Berjaringan di Indonesia.
Dipetik

Desember

10,

2013,

dari

Wikipedia:

http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_televisi_berjaringan_di_Indonesia
Wikipedia. (2013, September 08). Televisi Digital di Indonesia. Dipetik
Desember

10,

2013,

dari

http://id.wikipedia.org/wiki/Televisi_digital_di_Indonesia

Wikipedia:

You might also like