Professional Documents
Culture Documents
Kelompok:
Ahmad Failihi Darmayuza 210110110052
Aditya Kresna 210110110080
Aulia Risky 210110110119
Sicipan Octavianata 210110110146
Danang D Hanantio 210110110154
M. Anugerah Budiman 21011011015
Fadhil Muhammad 210110110170
Harry Afif Pratama 210110110177
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Media Televisi merupakan media konvensional yang sudah tidak asing lagi dalam kehidupan
manusia sehari-hari. Televisi merupakan salah satu media massa yang paling populer di
kalangan masyarakat. Televisi dapat dinikmati oleh semua kalangan baik anak-anak, remaja
dan orang dewasa tidak ada batasan status dan ekonomi.
Perkembangan televisi dari zaman ke zaman terjadi sangat signifikan, kita dapat mengetahui
televisi yang awalnya menggunakan aki untuk dapat menyala, hingga sekarang saat ini yang
sudah menggunakan baterai yang dapat dibawa kemana saja tanpa memerlukan sumber
listrik. Selain itu perubahan bentuk yang terjadi pada televisi juga sangat cepat yang bermula
berbentuk tabung menjadi televisi layar datar bahkan saat ini teknologi yang terdapat di
dalam sebuah televisi sudah sangat canggih, salah satu contohnya saja televisi yang bisa
dioperasikan dengan sensor gerakan tangan ataupun sensor suara.
Media Televisi saat ini juga mengalami perubahan fungsi, semula televisi hanya digunakan
sebagai media informatif dan entertaining, namun kini televisi dapat menjadi sarana
kampanye dari para pemilik media untuk kepentingan pribadi.
Oleh karena itu, makalah ini dibuat untuk dapat mengetahui perkembangan dari televisi dari
masa ke masa serta penggunaan media televisi saat ini di Indonesia.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah perkembangan televisi
2. Untuk menjelaskan dampak positif dan negatif yang ditimbulkan oleh televisi
3. Untuk mengetahui penggunaan televisi saat ini di Indonesia
BAB II
PENJELASAN
George Carey (1876) membuat selenium camera yang bisa membuat seseorang
melihat gelombang listrik yaang disebut katoda. Gambar pertama yang berhasil
dikirimkan secara elektrik adalah melalui mesin faksimile mekanik sederhana dan
dikembangkan pada akhir abad ke- 19.
Pada tahun 1878, konsep pertama pengiriman gambar bergerak yang menggunakan
daya elektrik adalah konsep gabungan telepon dan gambar bergerak atau teleponskop,
tidak lama setelah penemuan telepon.
Pada tahun 1881, pertama kali mengirim gambar menggunakan sistem pemindaian
gambar, yaitu menggunaka pantelegraf, yang menggunakan mekanisme pemindaian
pendulum. Penggagas pertama yang menggunakan istilah televisi adalah Constatin
Perskyl dari Rusia (1900)
Pada 1907 dua orang yang bernama Campbell Swinton dan Boris Rosing melakukan
percobaan terpisah menggunakan sinar katoda untuk mengirim sebuah gambar.
Para Ilmuwan dari perusahaan Kodak berhasil menciptakan tampilan jenis baru
Organic Light Emitting Diode (OLED). Sejak itu, mereka terus mengembangkan
jenis televisi OLED. Sementara itu, Walter Spear dan Peter Le Comber membuat
display warna LCD dari bahan thin film transfer yang ringan. 1979
Proyek layar plasma Larry Weber selesai. Ia berhasil menciptakan layar plasma yang
lebih stabil dan cemerlang. Larry Weber kemudian megadakan riset dengan investasi
senilai 26 juta dolar Amerika Serikat dari perusahaan Matsushita. 1995
Pada dekade 2000, Masing masing jenis teknologi layar semakin disempurnakan.
Baik LCD, Plasma maupun CRT terus mengeluarkan produk terakhir yang lebih
sempurna dari sebelumnya.
Jenis Televisi
-
Televisi digital, yaitu alat yang berfungsi menangkap siaran TV digital. Televisi jenis
ini merupakan perkembangan dari sistem siaran analog ke sistem digital.
4. Plasma Display TV
Pada
1975
Larry Weber
membuat
tampilan
plasma
berwarna.
Ia
terus
mengembangkan proyek ini sehingga menciptakan layar plasma yang stabil dan
cemerlang pada 1995.
Perkembangan terbaru terbaru televisi
1. TV resolusi tinggi (HDTV) yang menjadi standar televisi digital internasional.
2. Televisi internet, televisi yang menggunakan akses koneksi internet untuk
menggunakanya.
3. Smart TV memiliki kemampuan mengakses berbagai konten dan terkoneksi melalui
Internet tanpa batas, termasuk bermain games dan mengakses hiburan online lainnya.
Televisi ini juga dapat terhubung dengan berbagai gadget lain seperti handphone.
Seiring dengan kemajuan demokrasi dan kebebasan untuk berekspresi, pada tahun
1989 pemerintah mulai membuka kran ijin untuk didirikannya televisi swasta. Tepatnya
tanggal 24 Agustus 1989 Rajawali Citra Televisi atau RCTI mulai siaran untuk pertama
kalinya. Siaran pada waktu itu hanya mampu diterima dalam ruang lingkup yang terbatas
yaitu wilayah JABOTABEK saja kemudian daerah lain memanfaatkan decoder untuk
merelay siarannya.
Setelah RCTI kemudian disusul berurutan oleh Surya Citra Televisi (SCTV) pada
tahun 1990 dan Televisi Pendidikan Indonesia (TPI) pada tahun 1991. Siaran nasional RCTI
dan SCTV baru dimulai tahun 1993 kemudian pada tahun 1994 berdiri ANTeve dan Indosiar.
Hingga saat ini tercatat ada 11 stasiun televisiyang mengudara secara nasional, selain stasiun
tersebut di atas ada Trans TV, Global TV, Lativi, Metro Tv dan TV7.
Dibukanya kebebasan pers dalam era reformasi ini bukan tidak menimbulkan banyak
tantangan, ketika dunia pertelevisian kita yang dinilai oleh Garin Nugroho sebagai bayi yang
langsung diajak menjadi dewasa dengan berbagai permasalahan, khususnya sumber daya
manusia. Percepatan transformasi yang dipaksakan tersebut menjadikan kultur indutri televisi
bertumbuh setengah jadi yang berwajah dua. Pada satu wajah, percepatan industri televisi
melahirkan percepatan sumber daya manusia pada teknologi dan manajemen produksi dalam
pertumbuhan berskala deret ukur. Sementara, pada wajah lain, kreativitas mengelola ide
bertumbuh deret hitung. Sebutlah, kelangkaan penulis skenario hingga ide. Pada aspek
apresiasi, masyarakat diperkenalkan dengan berbagai jenis program televisi dari berbagai
bentuk kuis, talks show, opera sabun hingga variety show. Inilah transformasi masyarakat
lisan dan baca menjadi masyarakat televisi. Sebuah migrasi besar-besaran panduan media
yang menjadikan seluruh kehidupan akan mendapatkan bias dari televisi. Ketika jumlah
stasiun televisi swasta terus meningkat pesat, ekonomi masih mengalami krisis, kue iklan
hampir sama, dan tatanan status dan peran televisi baik nasional diatur oleh Undang-Undang
Penyiaran yang disatu sisi masih menimbulkan pro dan kontra di masyarakat pertelevisian.
Melihat dari sisi media televisi (swasta) sebagai industri, memang menjadi sebuah
dilema dan permasalahan tersendiri antara idealisme program siaran yang akan disajikan
dengan pertarungan untuk mendapatkan pendapatan agar mampu memperrtahankan
eksistensinya. Masyarakat audience sebagai tolok ukur sajian program siaran juga menjadi
kurang objektif ketika dihadapkan pada kebutuhan pelaku iklan sebagai nyawa industri
televisi. Maka tidak heran jika satu produk sebuah televisi yang banyak diminati (berdasarkan
polling SRI yang belum tentu akurat) kemudian akan diikuti secara berbondong-bondong
oleh stasiun yang lainnya. Keseragaman yang tidak mungkin menimbulkan kebingungan
masyarakat. Bahkan secara umum masing-masing stasiun televisi di Indonesia belum punya
identitas diri agar lebih mudah dikenal masyarakat. Menurut pandangan penulis baru Metro
TV saja yang dari awal mengukuhkan dirinya sebagai stasiun news, meskipun di beberapa
jam siarnya masih tergoda untuk menyiarkan programa hiburan.
Di era reformasi sekarang ini pemerintah membuka kebijakan untuk membuka
selebar-lebarnya kebebasan pers. Hal ini menimbulkan suasana baru di bidang jurnalistik
cetak maupun elektronik tidak terkecuali media televisi. Hal yang paling mencolok adalah
menjamurnya stasiun-stasiun televisi lokal yang didirikan dibeberapa daerah. Namun sayang
karena kurangnya sumber daya manusia yang kompatibel atau factor manajemen perusahaan
yang kurang mapan atau bahkan kurang jelinya membidik peluang program siaran kelokalan
yang cocok untuk kultur audience lokal, maka banyak dijumpai stasiun televisi lokal yang
belum begitu maju dan hanya terkesan bertahan atau bahkan gulung tikar. Hal ini dapat
dilihat adanya benang merah ketika membandingkan televisi lokal yang harus berusaha
bertarung untuk menggaet pemirsa lokalnya dengan televisi nasional dengan daya tarik sajian
program acaranya yang mampu menjangkau audience secara luas.
Selain permasalahan di atas, televisi lokal sekarang harus berjuang lebih keras dengan
adanya persoalan Rancangan Peraturan Pemerintah tentang penyiaran yang berpotensi
membatasi banyak hal di dunia penyiaran kita. Rancangan Peraturan Pemerintah tentang
penyiaran ini dalam realitanya sangat tidak sejalan dengan UU Penyiaran, yang seharusnya di
pegang oleh Komisi Penyiaran Indonesia (KPI ), banyak terpangkas dengan kewenangan
Pemerintah yang terlalu besar. Sehingga mengingatkan kita pada jaman orde baru yang serba
mengikat dan tak mendapat kebebasan dari pemerintah (Asosiasi Televisi Lokal Indonesia).
Hal ini tentunya menjadi keprihatinan, ketika televisi lokal yang diharapkan sebagai warna
baru dunia penyiaran tanah air dan menjadi salah satu media massa yang menjadi kebanggaan
masyarakat daerah dengan semangat kelokalan/otonomi daerah sudah harus berhadapan
dengan berbagai tantangan. Berbagai daerah selama ini di sadari kurang optimal diangkat
dalam wujud audio visual. Sehingga kehadiran televisi lokal, menjadi solusi penting untuk
hal tersebut. Paket tayangan yang bermaterikan sosial, budaya, pariwisata, ekonomi, dan
unsur kedaerahan lainnya tentunya menjadi suatu kebutuhan bagi seluruh lapisan masyarakat
tersebut, demi optimalisasi pembangunan setempat. Termasuk diantaranya harapan atas
peluang pembukaan lapangan pekerjaan baru bagi daerah.
2.3Karakteristik Televisi
1. Bersifat Tidak Langsung
Televisi adalah satu jenis dan bentuk media massa yang paling danggih dilihat dari sisi
teknologi yang digunakan, dan paling mahal dilihat dari segi investasi yang ditanamkan.
Televisi sangat bergantung pada kekuatan peralatan elektronik yang sangat rumit. Inilah
yang disebut media teknis. Sebagai contoh, tanpa listrik, siaran televisi tak mungkin bisa
diudarakan dan diterima pemirsa di mana pun. Investasi yang harus ddikeluarkan untuk
mendirikan erbuah stasiun televisi komersial, yang dikelola secara professional dengan
lingkup nasional, mencapai ratusan miliar rupiah.
Sifat padat teknologi dan padat modal inilah yang menyebabkan televisi sangat
kompromistik dengan kepentingan pemilik modal serta nilai-nilai komersial arus
kapitalisme global. Salah satu eksesnya, bahasa televisi tidak jarang tampil vulgat. Sarat
dengan dimrnsi kekerasan dan sadism, atau bahkan terjebak dalam eksploitasi seks secara
vulgar. Kecaman demi kecaman pun terus mengalir dari public yang peduli masa depan
bangsa.
2. Bersifat Satu Arah
Siaran televisi bersifat satu arah. Kita sebagai pemirsa hanya bisa menerima berbagai
program acara yang sudah dipersiapkan oleh pihgak pengelola televisi. Kita tidak bisa
menyela, melakukan interupsi saat itu agar suatu acara disiarkan atau tidak disiarkan.
Menurut teori komunikasi massa, kita sebagai khalayak televisi bersifat aktif dan selektif.
Jadi meskipun siaran televisi bersifat satu arah, tidak berarti kita pun menjadi pasif. Kita
aktif mencari acara yang kiya inginkan. Kita selektif untuk tidak menonton semua acara
yang ditayangkan. Tetapi kehadiran alat ini pun, tidak serta-merta mengurangi tingkat
kecemasan masyarakat, terutama kalangan pendidik, budayawan, dan agamawan.
3. Bersifat Terbuka
Televisi ditujukan kepada masyarakat secara terbuka ke berbagai tempat yang dapat
dijangkau oleh daya pancar siarannya. Artinya, ketika siaran televisi mengudara, tidak
ada lagi apa yang disebut pembatasan letak geografis, usia biologis, dan bahkan tingkatan
akademis khalayak. Siapa pun dapat mengakses siaran televisi. Di sini khalayak televisi
bersifat anonym dan heterogen. Karena bersifat terbuka, upaya yang dapat dilakukan para
pengelola televisi untuk mengurangi ekses yang timbul adalah mengatur jam tayang
acara.
4. Publik Tersebar
Khalayak televisi tidak berada di suatu wilayah, tetapi terserbar di berbagai wilayah
dalam lingkup local, regional, nasional, dan bahkan internasional. Kini, di Indonesia
tumbuh subur stasiun televisi local yang siarannya hanya menjangkau suatu kota, atau
paling luas beberapa kota dalam radius puluhan km saja dari pusat kota yang menjadi
fokus wilayah siarannya itu. Di Bandung saja, terdapat tiga stasiun televisi lokal. Dalam
perspektif komersial, publik tersebar sangat menguntunkan bagi para pemasang iklan.
Untuk televisi komersial, iklan adalah darah dan urat nadi hidupnya.
5. Bersifat Selintas
Pesan-pesan televisi hanya dapat dilihat dan didengar secara sepintas siarannya tidak
dapat dilihat dan dedengar ulang oleh pemirsa kecuali dalam hal-hal khusus seperti pada
adegan ulang sercara lambat, atau dengan alat khusus seperti perekam video cassette
recorder (VCR). Sifatnya yang hanya dapat dilihat sepintas ini, sangat memengaruhi
cara-cara penyampaian pesan. Selain harus menarik, bahasa pesan yang disampaikan
televisi harus mudah dimengerti dan dicerna oleh khalayak pemirsa tanpa menimbulkan
kebosanan (Wahyudi, 1986:3-4).
FOKUS KHALAYAK
SIFAT KHALAYAK
KIBLAT PROGRAM
TV RATING + SHARE = PROGRAM
decoder, begitu juga dengan videotape playback unit, dengan telepon, dan sebuah profector
film.
Sebuah komunikasi tunggal dapat menghasilkan banyak bagian dari decoding. Seorang
reporter duduk dalam ruang pertemuan pemerintah kota dan mengambil notes (decoding).
Dia sedang menelpon, menceritakan untuk ditulis ulang, dimana reporter yang lain menulis
cerita yang dibaca (decoding). Ceritanya kemudian dibaca oleh editor (decoding). Pada saat
berikutnya, cerita ini dicetak, dan kemudian dibaca oleh pembaca(decoding).
The receiver atau penerima pesan adalah target dari pesan, dia adalah tujuan. Penerima pesan
dapat seseorang sebuah group, sebuah institusi, atau yang lebih besar, kumpulan orang-orang
yang tidak bernama. Pada saat ini, orang-orang lebih sering sebagai penerima informasi
(receiver) dalam komunikasi dari pada pengirim informasi (source)
Feedback mangacu pada respon-respin yang diberikan para penerima pesan yang merubah
dan membentuk sub sequenct pesan dari pengirim pesan
Faktor terakhir adalah noise. Terdapat 3 tipe noise, semantic, mechanicalm dan environment
Peta dunia yang menunjukkan siaran digital. Yang berwarna biru adalah yang menggunakan DVB-T
o TV analog dinonaktifkan
o Pengosongan siaran DTT melalui saluran 22 sampai 48
o Pengosongan broadband telepon genggam di gelombang 694 MHz sampai 806
MHz
4. Fase IV (2018-)
o Tidak ada layanan TV analog
o 100% siaran DTV melalui saluran 22 sampai 48
Wilayah siaran
Kawasan Ekonomi Maju 1: Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur mulai
Q1 2011 sampai Q2 2015
Jakarta
Bandung
Semarang
Surabaya
Frekuensi TV Digital
Secara teknik pita spectrum frekuensi radio yang digunakan untuk televisi analog dapat
digunakan untuk penyiaran televisi digital sehingga tidak perlu ada perubahan pita alokasi
baik VHF maupun UHF (Ultra High Frequency). Sedangkan lebar pita frekuensi yang
digunakan untuk analog dan digital berbanding 1 : 6 artinya bila pada teknologi analog
memerlukan pita selebar 8 MHz untuk satu kanal transmisi, maka pada teknologi digital
dengan lebar pita frekuensi yang sama dengan teknik multiplek dapat digunakan untuk
memancarkan sebanyak 6 hingga 8 kanal transmisi sekaligus dengan program yang berbeda
tentunya.
Selain ditunjang oleh teknologi penerima yang mampu beradaptasi dengan lingkungan yang
berubah, TV digital perlu ditunjang oleh sejumlah pemancar yang membentuk jaringan
berfrekuensi sama atau SFN (single frequency network) sehingga daerah cakupan dapat
diperluas. Produksi peralatan pengolah gambar yang baru (cable, satellite, VCR, DVD
players, camcorders, video games consoles) adalah dengan menggunakan format digital.
Untuk itu supaya pesawat analog masih dapat dipakai diperlukan inverter (set top box) yang
dapat mengubah signal digital ke analog sehingga dapat dilihat dengan menggunakan TV
receiver biasa
Kelebihan Frekuensi TV Digital
Teknologi digital efisien dalam pemanfaatan spektrum. Ada satu penyelenggara televisi
digital meminta spektrum dalam jumlah yang cukup besar artinya tidak cukup hanya 1 (satu)
kanal carrier melainkan lebih. Hal ini disebabkan dalam penyelenggaraannya nanti
penyelenggara hanya akan berfungsi sebagai operator penyelenggara jaringan yaitu untuk
mentransfer program dari stasiun-stasiun televisi lain yang ada di dunia menjadi satu paket
layanan sebagaimana penyelenggaraan televisi kabel berlangganan yang ada saat ini.
Meningkatnya penyelenggaraan televisi dimasa depan dapat diantisipasi dengan suatu
terobosan kebijakan dalam pemanfaatan spektrum frekuensi, misalkan penyelenggara televisi
digital hanya berfungsi sebagai operator penyelenggara jaringan televisi digital, sedangkan
programnya dapat diselenggarakan oleh operator yang khusus menyelenggarakan jasa
program televisi digital (operator lain). Dari aspek regulasi akan terdapat izin penyelenggara
jaringan dan izin penyelenggara jasa sehingga dapat menampung sekian banyak perusahaan
baru yang akan bergerak dibidang penyelenggaraan televisi digital. Dengan demikian akan
dapat dihindari adanya monopoli penyelenggaraan televisi digital di Indonesia.
Karakteristik Sistem Penyiaran TV Digital Terestrial
Karakteristik Sistem Penyiaran TV Digital yang ada di Indonesia dibagi berdasarkan kualitas
penyiaran, manfaat dan keunggulan TV Digital tersebut. TV Digital dalam perkembangannya
memiliki karakteristik yang berbeda di tiap wilayah(area) penyiaran. Oleh karena itu,
karakteristik sistem penyiaran TV Digital akan sama apabila berada di radius yang sama.
Kualitas Penyiaran TV Digital
Kualitas gambar dan warna yang dihasilkan jauh lebih bagus daripada televisi analog. Desain
dan implementasi sistem siaran TV digital terutama ditujukan pada peningkatan kualitas
gambar. Terdapat dua aspek yang berbeda dan memerlukan kompromi dalam hal ini. Pada
satu sisi, teknologi TV digital memungkinkan pengiriman gambar dengan akurasi dan
resolusi sangat tinggi, tetapi pada sisi lain memerlukan tersedianya kanal dengan laju sangat
tinggi, mencapai belasan Mbps. Di sisi lain, sistem TV digital juga diharapkan mampu
menghasilkan penerimaan gambar yang jernih, stabil, dan tanpa efek bayangan atau gambar
ganda, walaupun pesawat penerima berada dalam keadaan bergerak dengan kecepatan tinggi.
Manfaat Penyiaran TV Digital
Pemirsa juga dapat memilih sendiri kapan akan menonton, remote tidak lagi untuk
memilih saluran tapi juga untuk melihat simpanan program, (siaran interaktif).
Televisi yang menjadi siaran interaktif akan lebih memudahkan pemirsanya untuk
mencari-cari program yang dia sukai. Tidak ada lagi prime-time karena saat itu
pemirsa dapat mencari program lain yang dibutuhkan.
Penerimaan mobile, efisiensi kanal frekuensi, dan potensi jasa tambahan seperti TVInteraktif dan layanan data-casting.
Keunggulan TV Digital
Kelebihan signal digital dibanding analog adalah ketahanannya terhadap noise dan
kemudahannya untuk diperbaiki (recovery) di penerima dengan kode koreksi error
(error correction code). Sinyal digital bisa dioperasikan dengan daya yang rendah
(less power).
Migrasi dari era analog menuju era digital memiliki konsekuensi tersedianya saluran
siaran yang lebih banyak. Tidak ada lagi antrian ataupun penolakan izin terhadap
rencana pendirian televisi nasional maupun lokal karena keterbatasan frekuensi.
Televisi digital pun dapat digunakan layaknya browser internet, sehingga sangat
integratif fungsinya.
Penyiaran TV Digital Terrestrial bisa diterima oleh sistem penerimaan TV Fixed dan
penerimaan TV Bergerak. Kebutuhan daya pancar tv digital juga lebih kecil dan
ketahanan terhadap interferensi dan kondisi lintasan radio yang berubah-ubah
terhadap waktu (seperti yang terjadi jika penerima TV berada di atas mobil yang
berjalan cepat), serta penggunaan bandwidth yang lebih efisien.
Transisi ke TV Digital
Pesawat TV analog tidak akan bisa menerima sinyal digital, maka diperlukan pesawat TV
digital yang baru agar TV dapat menggunakan alat tambahan baru yang berfungsi mengubah
sinyal digital menjadi analog. Perangkat tambahan tersebut disebut dengan decoder atau set
top box (STB). Proses perpindahan dari teknologi analog ke teknologi digital akan
membutuhkan sejumlah penggantian perangkat baik dari sisi pemancar TV-nya ataupun dari
sisi penerima siaran.
Awal Transisi ke TV Digital
Pada saat pemerintah memulai siaran digital yang berbasis terrestrial perlu dilakukan proses
transisi migrasi dengan meminimalkan risiko kerugian khusus yang dihadapi baik oleh
operator TV (Broadcasters) maupun masyarakat. Resiko kerugian khusus yang dimaksud
adalah informasi program ataupun perangkat tambahan yang harus dipasang. Bila perubahan
diputuskan untuk dilakukan maka perlu dilaksanakan melalui masa Simulcast, yaitu masa
dimana sebelum masyarakat mampu membeli pesawat penerima digital dan pesawat
penerima analog yang dimilikinya harus tetap dapat dipakai menerima siaran analog dari
pemancar TV yang menyiarkan siaran TV Digital.
Alasan Transisi TV Digital
Masa transisi diperlukan untuk melindungi puluhan juta pemirsa (masyarakat) yang telah
memiliki pesawat penerima TV analog untuk dapat secara perlahan-lahan beralih ke
teknologi TV digital dengan tanpa terputus layanan siaran yang ada selama ini. Selain juga
melindungi industri dan investasi operator TV analog yang telah ada, dengan memberi
kesempatan prioritas bagi operator TV eksisting.
Keuntungan memberikan prioritas kepada operator TV eksisting adalah mereka dapat
memanfaatkan infrastruktur yang telah dibangun, seperti studio, tower, bangunan, SDM dan
lain sebagainya. Selain itu karena infrastruktur TV digital terrestrial relatif jauh lebih mahal
dibandingkan dengan infrastruktur TV analog, maka efisiensi dan penggunaan kembali
fasilitas dan infrastruktur yang telah dibangun menjadi sangat penting.
Akibat Transisi ke TV Digital
Untuk membuka kesempatan bagi pendatang baru di dunia TV siaran digital ini, maka dapat
ditempuh pola Kerja Sama Operasi antar penyelenggara TV eksisting dengan calon
content hanya membayar sewa jaringan transmisi saja atau bisa dijual kepada content
distributor
2. Dalam sistem penyiaran nasional sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), Negara
menguasai spektrum frekuensi radio yang digunakan untuk penyelenggaraan
penyiaran guna sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
3. Dalam sistem penyiaran nasional terdapat lembaga penyiaran dan pola jaringan yang
adil dan terpadu yang dikembangkan dengan membentuk stasiun jaringan dan stasiun
lokal.
4. Untuk penyelenggaraan penyiaran, dibentuk sebuah komisi penyiaran.
Fungsi
Sarana mewujudkan demokratisasi penyiaran.
Manfaat
1. sistem stasiun berjaringan ini memiliki manfaat untuk menciptakan sistem penyiaran
yang berkeadilan dan berpihak pada publik. Karena selama ini dominasi isi siaran
televisi dipegang oleh para televisi yang berlokasi di Jakarta. Bahkan isi siarannya
sudah sampai pada level menghegemoni.
2. sistem berjaringan mampu mengakomodasi isi siaran lokal sehingga dapat menjadi
pengerem terhadap isi siaran yang memiliki bias kultur, nilai, dan cara pandang orang
yang tinggal di Jakarta. Dengan begitu ada terdapat ruang bagi masyarakat daerah
untuk mengekspresikan hasrat, kepentingan, kultur, nilai, dan cara pandang orang
daerah di ruang publik yang bernama penyiaran. Sehingga tercipta penyiaran yang
berkeadilan mendudukan kepentingan daerah dan kepentingan Jakarta pada posisi
yang setara dan sejajar.
3. Dengan diberlakukannya sistem ini maka porsi iklan yang jumlahnya triliunan rupiah
yang selama ini hanya dinikmati TV yang ada di Jakarta akan terditribusi ke televisitelevisi lokal yang ada di daerah. Dengan begitu, pemerataan ekonomi di bidang
penyiaran akan terjadi.
4. Pemerataan kesempatan bagi investor lokal di daerah untuk dapat berpartisipasi dalam
bidang pertelevisian.
Kendala
1. Terjadi tumpang tindih antara kewenangan perizinan lembaga penyiaran antara KPI
dengan Kementerian Kominfo sehingga dari sisi yuridis dan teknis masih sulit
dilaksanakan di lapangan karena belum terbangunnya sistem secara memadai
2. Terdapat tantangan yang sistematis dari pihak asosiasi TV nasional. Karena kerjasama
antara TV nasional dengan TV lokal sulit dilakukan
3. Persiapan dari TV lokal yang belum memadai, dari segi teknis maupun sumber daya
manusia.
Tidak hanya dengan menjual program acara dan iklan, para pemilik media atau pengusaha
mencoba untuk menguasai pasar media dan mengendalikan arus informasi yang sampai pada
audiens. Keluarnya Undang Undang Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers dan Undang Undang
Nomor 32 tahun 2002 tentang Penyiaran memunculkan kebebasan para pengusaha untuk
memiliki dan memusatkan kegiatan media dalam satu lingkup kegiatan. Konglomerasi media
dilakukan oleh para pemilik media untuk mencapai tujuan menguasai pasar media dengan
memiliki beberapa perusahaan media. Dengan cara tersebut, pemilik dapat mengendalikan
arus infomasi, mengurai persaingan, mendominasi pasar dan meningkatkan pendapatan.
Meskipun hal ini terlihat menguntungkan untuk para pemilik perusahaan besar, perusahaan
kecil yang bergabung menjadikan hal ini sebagai sarana batu loncatan, peningkat popularitas
dan pertolongan modal untuk berkembang.
Salah satu contoh dari konglomerasi media di televisi adalah MNC group. MNC group terdiri
dari MNC TV, RCTI, Global TV dan beberapa media lainnya. MNC group memiliki tiga
televisi swasta nasional untuk mencoba menguasai pasar televisi nasional dan mengatur arus
informasi yang berjalan. Selain usaha menguasai pasar media televisi, MNC group berusaha
untuk mengusaai media secara keseluruhan. Hadirnya MNC group di media cetak, radio dan
rekaman mencontohkan pemusatan untuk menguasai pasar media di Indonesia.
Pada riset yang dilakukan oleh AGB Nielsen Reseacrh, pada kuartal ke-3 tahun 2006, MNC
Group meraup 4,8 triliun dari total belanja iklan di televisi. Hal ini menunjukan bagaimana
media massa mampu menghasilkan pendapatan yang besar dan menjadikan media massa
sebagai lahan untuk menghasilkan uang. Dibawah adalah tabel keuntungan beberapa televisi
swasta nasional di Indonesia dari belanja iklan :
Stasiun TV
Pendapatan
MNC Group
4,8 Triliun
32,9
Trans Corp.
3,4 Triliun
23,2
2,3 Triliun
15,7
Selain untuk mendapatkan pendapatan dari industri media, televisi digunakan oleh beberapa
individu atau kelompok untuk kepentingan politik. Seperti yang terjadi sekarang ini, iklaniklan di televisi berisikan wajah-wajah para calon legislatif, presiden atau informasi seputar
politik dan partainya. Televisi digunakan sebagai media untuk meningkatkan elektabilitas
suatu partai dan kandidatnya. Program televisi yang menayangkan kegiatan yang berkaitan
dengan kepentingan politik pemilik perusahaan media televisi tersebut.
mental
sosial
anak,
serta
memperluas pengetahuan.
5. Televisi merupakan sarana hiburan yang murah. Untuk menonton acara yang ada di
belahan bumi lain dapat dilakukan tanpa harus pergi ke tempat tersebut.
Adapun beberapa dampak negatif yang ditimbulkan oleh televisi antara lain:
1. Menonton televisi terlalu lama dapat merusak mata, terutama bagi yang sering
menonton televisi dalam jarak dekat, dapat memicu terjadinya penurunan penglihatan,
sehingga mata menjadi minus. Selain itu radiasi yang ditimbulkan oleh televisi dapat
berpengaruh pada kesehatan.
2. Dapat memicu tindak kekerasan pada anak. Banyak program televisi yang
menayangkan kekerasan tanpa disensor terlebih dahulu. Sebuah acara seperti 'Smack
Down' yg tidak di tayangkan pada waktu yg semestinya, sehingga banyak anak-anak
yg menonton acara itu hingga menirukan adegan-adegan gulat itu kepada temannya.
3. Kecanduan. Konsumsi televisi yang berlebihan akan menimbulkan rasa candu yang
kemudian akan memberikan rasa malas melakukan sesuatu dan menunda-nunda
pekerjaan.
4. Acara televisi mengandung pornografi. Masih banyak tayangan televisi yang
sebenarnya tidak layak ditayangkan pada waktu semestinya membuat anak-anak dapat
menonton konten-konten yang berbau ponografi.
5. Televisi juga mampu memberikan sifat konsumtif pada si anak. Tayangan iklan yang
ada di televisi secara terus-menerus dapat merangsang si anak untuk membeli produk
yang ia lihat di televisi.
Itulah beberapa dampak positif dan negatif televisi yang harus kita kenali. Dampak positif
dan negativ televisi bisa dikendalikan dari kesadaran diri sendiri. Masih banyak kegiatan
menyenangkan lainnya daripada sekedar menghabiskan waktu kita hanya untuk nonton kotak
ajaib.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan dan Saran
Televisi adalah sebuah teknologi yang sangat berpengaruh dalam perkembangan tekhnologi
informasi di seluruh dunia. Pada awal perkembanganya, televisi adalah gabungan teknologi
optik mekanik dan elektronik yang digunakan untuk merekam, menampilkan dan menyiarkan
gambar visual.
Perkembangan televisi dari zaman ke zaman dalam penemuan televisi, terdapat banyak pihak,
penemu maupun inovator yang terlibat, baik perorangan maupun badan usaha.
Jenis Televisi : Televisi Analog. Televisi jenis ini menginformasikan gambar dengan cara
memvariasikan frekuensi dari sinyal. Televisi digital, yaitu alat yang berfungsi menangkap
siaran TV digital. Televisi jenis ini merupakan perkembangan dari sistem siaran analog ke
sistem digital.
Perkembangan terbaru terbaru televisi : TV resolusi tinggi (HDTV) yang menjadi standar
televisi digital internasional. Televisi internet, televisi yang menggunakan akses koneksi
internet untuk menggunakanya. Smart TV memiliki kemampuan mengakses berbagai konten
dan terkoneksi melalui Internet tanpa batas, termasuk bermain games dan mengakses hiburan
online lainnya. Televisi ini juga dapat terhubung dengan berbagai gadget lain seperti
handphone.
Televisi memiliki banyak dampak positif dan dampak negatif.
Siaran televisi pertama kalinya di Indonesia ditayangkan tanggal 17 Agustus 1962 yaitu
bertepatan dengan peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke XVII. Pada
saat itu, siaran hanya berlangsung mulai pukul 07.30 sampai pukul 11.02 WIB untuk meliput
upacara peringatan hari Proklamasi di Istana Negara. Namun yang menjadi tonggak Televisi
Republik Indonesia (TVRI) adalah ketika Indonesia menjadi tuan rumah Asian Games ke IV
di Stadion Utama Senayan.
tanggal 24 Agustus 1989 Rajawali Citra Televisi atau RCTI. Setelah RCTI kemudian disusul
berurutan oleh Surya Citra Televisi (SCTV) pada tahun 1990 dan Televisi Pendidikan
Indonesia (TPI) pada tahun 1991. Siaran nasional RCTI dan SCTV baru dimulai tahun 1993
kemudian pada tahun 1994 berdiri ANTeve dan Indosiar. Dan yang terakhir Net TV pada 26
Mei 2013.
Saran
Sebagai mahasiswa komunikasi yang berfokus pada media, kita perlu tahu adanya
perkembangan terhadap media Televisi. Media televisi yang begitu pesat memberikan banyak
kemudahan bagi manusia untuk mendapatkan informasi yang kini hanya tinggal memilih
sesuai dengan keinginannya. Namun dibalik itu kita sebagai penikmat sekaligus sasaran harus
semakin dewasa untuk mampu memilih dan memilah sajian yang ditampilkan baik atau
buruknya, sistem sistem yang mengatur televisi tidak hanya pada satu kepentingan namun
banyak. Ada dari kepentingan pemerintah, pemilik perusahaan, dan juga kepentingan jurnalis.
Kita harus pandai menyikapi dan berusaha untuk mempertahankan kondisi media ini.
DAFTAR PUSTAKA
Perkembangan
sejarah
televisi
dan
Jenis
televisi
diperoleh
dari
MT.
Supriyanto.
2013.
Sejarah
Perkembangan
Televisi.
Diperoleh
dari
pada tanggal 26
November 2013
Positif
Negatif
Televisi
Dihubungkan
dengan
Globalisasi.
Diperoleh
dari
http://www.bimbingan.org/positif-negatif-televisi-dihubungkan-dengan-globalisasi.htm
pada tanggal 26 November 2013
Pandiya. Dampak Negatif Program Televisi pada Remaja Kota Semarang. Diperoleh
dari : Jurnal Ilmiah Politeknik Negeri Semarang pada tanggal 26 November 2013.
www.polines.ac.id/ragam/.../jurnalragam/paper_6%20apr%202008.pdf
Wahyuti. 2010. Pendampingan Orang Tua dalam Penggunaan Media Televisi Pada Anak
Usia Dini. Diperoleh dari : http://wahyuti4tklarasati.blogspot.com/2010/06/pendampinganorang-tua-dalam-penggunaan.html pada tanggal 26 November 2013
Andarini, S. S. (2010, September 23). Konglomerasi Media, Kepentingan
Ekonomi Pemilik, dan Kebenaran. Studi Konsentrasi Kepemilikan Media Massa
di
Indonesia.
Dipetik
Desember
10,
2013,
dari
Eka
Wenats:
http://ekawenats.blogspot.com/2010/09/konglomerasi-media-kepentinganekonomi.html
Bastara, A. (2012, Juni 04). Karakteristik Televisi. Dipetik Desember 10, 2013,
dari
Kambuse:
http://arifinbastra.blogspot.com/2012/06/karakteristik-
televisi.html
Halim, S. (2011). Khalayak Televisi (2). Dipetik Desember 10, 2013, dari
Scribd: http://www.scribd.com/doc/50363541/KHALAYAK-TELEVISI-2
Kementerian
Komunikasi
dan
Informatika
Republik
Indonesia.
(t.thn.).
Indonesia Memasuki era TV Digital. Dipetik Desember 10, 2013, dari Si Arta:
http://tvdigital.kominfo.go.id/?p=130#more-130
dari
http://www.satudunia.net/system/files/Konglomerasi%20Media
%20di%20Indonesia-SATUDUNIA-ITEM.pdf
Wikipedia. (2013, Oktober 11). Media Nusantara Citra. Dipetik Desember 10,
2013, dari Wikipedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Media_Nusantara_Citra
Wikipedia. (2012, September 29). Sistem Televisi Berjaringan di Indonesia.
Dipetik
Desember
10,
2013,
dari
Wikipedia:
http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_televisi_berjaringan_di_Indonesia
Wikipedia. (2013, September 08). Televisi Digital di Indonesia. Dipetik
Desember
10,
2013,
dari
http://id.wikipedia.org/wiki/Televisi_digital_di_Indonesia
Wikipedia: