You are on page 1of 49

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kematian maternal telah lama digunakan sebagai indikator penting yang
memberikan petunjuk mengenai tingkat kesehatan wanita yang berhubungan
dengan perilaku reproduksi. Diperkirakan setiap tahunnya terjadi 500.000
kematian maternal 99% diantaranya terjadi di negara sedang berkembang.
negara maju hanya terjadi 5-30 kematian maternal setiap 100.000 kelahiran
hidup (Oxorn, 2010).
Menurut WHO tahun 2011, target Millenium Developmetn Goals (MDGs)
yaitu menurunkan angka kematian ibu menjadi 102/100.000 pada tahun 2015
masih memerlukan upaya dan kerja keras dari seluruh pihak baik pemerintah
maupun masyarakat. Angka Kematian Ibu (AKI) yang tinggi menunjukkan
kurangnya derajat kesehatan ibu. Angka kematian Ibu menjadi salah satu
indicator penting dalam menentukan derajat kesehatan masyarakat.
Dilihat dari survey Demografi Indonesia tahun 2011, Angka Kematian Ibu
(AKI) di Indonesia masih tinggi bahkan tertinggi di Association of South East
Asia Nation (ASEAN) yaitu 307 kematian per 100.000 kelahiran hidup.
Berdasarkan SDKI 2012, rata-rata angka kematian ibu (AKI) tercatat
mencapai 359 per 100 ribu kelahiran hidup.Data SDKI 2007, menjukkan
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia tertinggi Se- ASEAN.Rata-rata
kematian ini jauh melonjak dibanding hasil SDKI 2007 yang mencapai 228
per 100.000 kelahiran hidup. Beberapa faktor penyebab langsung kematian
ibu di Indonesia masih didominasi oleh perdarahan sebesar 42%, eklampsia/
preeklampsi sebesar 13%, abortus sebesar 11%, infeksi sebesar 10 %, partus
lama/ persalinan macet sebesar 9%, dan penyebab lain 15%. Sedangkan faktor
tidak langsung penyebab kematian ibu karena faktor terlambat.Ini semua
terkait dengan faktor akses, sosial budaya, pendidikan, dan ekonomi. (SDKI,
2012)
Angka Kematian Ibu (AKI) dan bayi di Nusa Tenggara Barat (NTB) masih
tinggi, bahkan tertinggi di Indonesia. Tercatat angka kematian ibu melahirkan

91 orang per 100.000 proses melahirkan dan angka kematian bayi menembus
57 jiwa per 1.000 kelahiran.
Persalinan merupakan proses yang penting bagi seorang ibu. Dalam proses
yang penting bagi seorang ibu dalam. Dalam proses persalinan tersebut
makasecara alamiah ibu bersalin akan mengeluarkan banyak energi dan
mengalami perubahan-perubahanbaik secara fisiologis dan psikologis
sehingga dukungan pada ibu bersalin sangat diperlukan. Asuhan persalinan
normal merupakan asuhan yang bersih dan aman selama persalinan dan
setelah bayi lahir. Oleh karena itu, peran petugas kesehatan adalah memantau
persalinann mendeteksi adanya komplikasi danmemberikan kenyamanan saat
bersalin(Rohani, 2011)
SDKI 2007 : AKI 228 per 100.000 kelahiran hidup
AKB 34 per 1.000 kelahiran hidup
SDKI 2012 : AKI 359 Per 100.000 kelahiran hidup
AKB 24 per 1.000 kelahiran hidup
NTB AKI 2012 : 102 Per 100.000 kelahiran hidup
NTB AKB 2012 : 57 Per 1.000 kelahiran hidup
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum.
Mengetahui konsep dasar persalinan kala tiga serta kasus pada
pasien persalinan kala 3
1.2.2 Tujuan Khusus.
Setelah mengikuti presentasi mahasiswa dan kelompok mampu
serta dapat memahami isi dari sub pokok bahasan makalah yaitu tentang
:
1

Mahasiswa Mampu Menjelaskan Mengenai Konsep Dasar Asuhan

2
3

Persalinan Normal Pada Kala III


Mahasiswa Mampu Menjelaskan Mengenai Partograf
Mahasiswa Mampu Menjelaskan Mengenai asuhan persalinan
normal pada ny L

1.3 Rumusan Masalah.


1.3.1. Apa Pengertian?

1.3.2. Apa Etiologi?


1.3.3. Bagaimana Tanda dan Gejala kala III?
1.3.4. Bagiamana Fisiologis persalinan ?
1.3.5. Bagaimana Cara-cara Pelepasan Plasenta?
1.3.6. Apa Prasat untuk Mengetahui Apakah Plasenta Lepas dari Tempat
Implantasinya?
1.3.7. Bagaiamana Tanda tanda Pelepasan Plasenta?
1.3.8. Bagaimana Managemen Aktif Pengeluaran Plasenta?
1.3.9. Bagaiamana Kontraksi Meometrium dan Perdarahan Kala Tiga?
1.3.10.Bagaiamana Penatalaksanaan Pendarahan?
1.3.11.Bagaimana Laserasi ?
1.3.12.Bagaimana Perawatan Luka Perineum?
1.3.13.BagaimanaKeadaan Umum Ibu?
1.3.14.Bagaimana Keadaan Psikologis Ibu?
1.3.15.Apa Faktor faktor yang mempengaruhi persalinan?
1.3.16.Bagaiamana Mekanisme persalinan?
1.3.17.Bagaimana Prosedur Diagnostik?
1.3.18.Bagaimana Asuhan dalam persalinan?
1.3.19.Bagaimana Rujukan?
1.4 Manfaat
1.4.1. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami konsep dasar proses
persalinan pada kala tiga.
1.4.2. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami teknik pengkajian
pada kala tiga
1.4.3. Mahasiswa dapat mengetahui penatalaksanaan pada kala tiga yaitu
pengeluaran plasenta, penatalaksanaan pendarahan serta perawatan
luka pada perineum

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

KONSEP DASAR PERSALINAN


2.1.1

Pengertian
1. Persalinan normal menurut WHO adalah persalinan yang dimulai
secara spontan, beresiko rendah pada awal persalinan dan tetap
demikian selama proses persalinan, bayi lahir secara spontan dalam
presentasi belakang kepala pada usia kehamilan 37-42 minggu,
lengkap dan setelah persalinan ibu maupun bayi berada dalam
kondisi sehat (Huliani, 2003)
2. Persalinan adalah proses alamiah dimana terjadi dilatasi servik,
lahirnya bayi dan plasenta dari rahim ibu.
(JPK-KR, 2008).
2. Persalinan normal adalah bayi lahir melalui vagina dengan letak
belakang kepala/ubun-ubun kecil, tanpa memakai alat bantu serta
tidak

melukai

ibu

maupun

bayi(kecuali

episiotomi)

(Anggraeni,2012).
3. Definisi Persalinan kala 3
Kala tiga disebut juga dengan kala uri atau kala
pengeluaran plasenta, kala tiga merupakan lanjutan dari kala
satu(kala pembukaan) dan kala dua(kala pengeluaran bayi).
Dengan demikian, berbagai aspek yang akan dihadapi pada kala
tiga sangat berkaitan dengan apa yang telah dikerjakan pada
tahap-tahap sebelumnya.
2.2.2

Etiologi
Menurut Muchtar (2005) beberapa teori mengemukakan etiologi dari
persalinan adalah meliputi:

1.

Teori penurunan hormon


Pada 1-2 minggu sebelum proses persalinan mulai terjadi
penurunan kadar hormone estrogen dan progesterone.progesteron
bekerja sebagai penenang otot-otot polos rahim dan akan
menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul
kontraksi otot rahim bila kadar progesteron menurun.

2.

Teori placenta menjadi tua


4

Dengan semakin tuanya plasenta akan menyebabkan


turunnya kadar estrogen dan progesteron yang menyebabkan
kekejangan pembuluh darah,hal ini akan menimbulkan kontraksi
rahim
3.

Teori distensi rahim


Rahim yang menjadi besar dan meregang menyebabkan
iskemia otot-otot rahim, sehingga mengganggu sirkulasi utero
plasenter.
4. Teori iritasi mekanik
Di belakang serviks terletak ganglion servikale (fleksus
frankenhauser) Bila ganglion ini di geser dan di tekan misalnya
oleh kepala janin, akan timbul kontraksi rahim.
5. Induksi partus.
Dengan jalan gagang laminaria, amniotomi, oksitosin drip
dan sexio caesarea.
2.2.3

Tanda dan Gejala kala III


1. Tali pusat memanjang, terasa adanya pelepasan plasenta
2. Semburan darah tiba-tiba

2.2.4

Fisiologis persalinan
Sebab-sebab terjadinya persalinan masih merupakan teori
yang komplek. Perubahan-perubahan dalam biokimia dan biofisika
telah banyak mengungkapkan mulai dari berlangsungnya partus
antara lain penurunan kadar hormon progesterone dan estrogen.
Progesteron merupakan penenang bagi otot otot uterus.
Menurunnya kadar hormon ini terjadi 1-2 minggu sebelum
persalinan. Kadar prostaglandin meningkat menimbulkan kontraksi
myometrium. Keadaan uterus yang membesar menjadi tegang
mengakibatkan iskemi otot otot uterus yang mengganggu sirkulasi
uteroplasenter sehingga plasenta

berdegenerasi. Tekanan pada

ganglion servikale dari fleksus frankenhauser di belakang servik


menyebabkan uterus berkontraksi (Wiknjosastro, 2005).

Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir


dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban (Wiknjosastro,H.
2002).
Dimulai segera setelah bayi lahir sampai dengan lahirnya
placenta ( 30 menit). Setelah bayi lahir, uterus teraba keras dan
fundus uteri sepusat. Beberapa menit kemudian uterus berkontraksi
lagi untuk melepaskan plasenta dari dindingnya. Biasanya plasenta
lepas dalam 6-15 menit setelah bayi lahir dan plasenta keluar spontan
atau dengan tekanan pada fundus uteri (dorsokranial).
Penatalaksanaan aktif pada kala III (pengeluaran aktif
plasenta)

membantu

menghindarkan

terjadinya

perdarahan

pascapersalinan. Tanda tanda pelepasan plasenta :


1. Perubahan bentuk dan tinggi fundus.
2. Tali pusat memanjang
3. Semburan darah tiba tiba.
2.2.5

Cara-cara Pelepasan Plasenta


1. Metode Ekspulsi Schultze
Pelepasan ini dapat dimulai dari tengah (sentral) atau dari pinggir
plasenta. Ditandai oleh makin panjang keluarnya tali pusat dari
vagina (tanda ini dikemukakan oleh Ahfled) tanpa adanya
perdarahan per vaginam. Lebih besar kemungkinannya terjadi
pada plasenta yang melekat di fundus.
2. Metode Ekspulsi Matthew-Duncan
Ditandai oleh adanya perdarahan dari vagina apabila plasenta
mulai terlepas. Umumnya perdarahan tidak melebihi 400 ml.
Bila lebih hal ini patologik.Lebih besar kemungkinan pada
implantasi lateral. Apabila plasenta lahir, umumnya otot-otot
uterus segera berkontraksi, pembuluh-pembuluh darah akan
terjepit, dan perdarahan segera berhenti. Pada keadaan normal
akan lahir spontan dalam waktu kurang lebih 6 menit setelah
anak lahir lengkap.

2.2.6

Prasat untuk Mengetahui Apakah Plasenta Lepas dari Tempat


Implantasinya.
1. Prasat Kustner.
Tangan kanan meregangkan atau menarik sedikit tali pusat.
Tangan kiri menekan daerah di atas simfisis. Bila tali pusat ini
masuk kembali ke dalam vagina, berarti plasenta belum lepas
dari dinding uterus. Bila tetap atau tidak masuk kembali ke
dalam vagina, berarti plasenta lepas dari dinding uterus. Prasat
ini hendaknya dilakukan secara hati-hati. Apabila hanya sebagian
plasenta terlepas, perdarahan banyak akan dapat terjadi.
2. Prasat Strassmann
Tangan kanan meregangkan atau menarik sedikit tali pusat.
Tangan kiri mengetok-ngetok fundus uteri. Bila terasa getaran
pada tali pusat yang diregangkan ini berarti plasenta belum lepas
dari dinding uterus.
3. Prasat Klein
Wanita tersebut disuruh mengedan.Tali pusat tampak turun ke
bawah.Bila pengedanannya dihentikan dan tali pusat masuk
kembali ke dalam vagina, berarti plasenta belum lepas dari
dinding uterus.

2.2.7

Tanda tanda Pelepasan Plasenta


1. Perubahan bentuk dan tinggi fundus uteri
Setelah bayi lahir dan sebelum miometrium mulai berkontraksi,
uterus berbentuk bulat penuh dan tinggi fundus biasanya di
bawah pusat.Setelah uterus berkontraksi dan plasenta terdorong
ke bawah, uterus berbentuk segitiga atau seperti buah pear atau
alpukat dan fundus berada di atas pusat.
2. Tali pusat memanjang
Tali pusat terlihat menjulur keluar melalui vulva.
3. Semburan darah mendadak dan singkat
Darah yang terkumpul di belakang plasenta akan membantu
mendorong plasenta keluar di bantu oleh gaya gravitasi. Apabila

kumpulan darah (retroplasental pooling) dalam ruang di antara


dinding uterus dan permukaan dalam plasenta melebihi kapasitas
tampungnya maka darah tersembur keluar dari tepi plasenta yang
terlepas.Tanda ini kadang kadang terlihat dalam waktu satu
menit setelah bayi lahir dan biasanya dalam 5 menit.
2.2.8

Managemen Aktif Pengeluaran Plasenta


1. Hal pertama yang harus dilakukan saat pengeluaran plasenta yaitu
melakukan penegangan dan dorongan dorso-kranial hingga
plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik
tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian kearah atas,
mengikuti poros jalan lahir(tetap lakukan dorongan dorso-kranial)
1) Jika tali pusat tambah panjang, pindahkan klem hingga
berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta
2) Jika plasenta tidak lepas 15 menit tegangkan tali pusat:
a. Beri dosis ulang oksitosin 10 unit IM
b. Lakukan kateterisasi jika kandung kemih ppenuh
c. Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan
d. Ulangi penegangan tali pusat 15 menit selanjutya
e. Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir
atau bila terjadi perdarahan , segera lakukan plasenta
manual..
2. Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan
kedua tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban
terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah
yang telah disediakan. Jika slaput ketuban robek pakai sarung
tangan DTT untuk melakukan eksplorasi,yaitu sisa selaput
kemudian gunakan jari-jari tangan atau klem DTT untuk
melakukan bagian selaput yang tertinggal.
3. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir lakukan masase
uterus, letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase
dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus
berkontraksi, (fundus teraba keras)

4. Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi dan
pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh, masukkan plasenta
kedalam kantong plastik atau tempat khusus.
5. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum,
lakukan penjahitan jika laserasi menyebabkan perdarahan, atau
jika ada robekan yang menyebabkan perdarahan aktif segera
lakukan penjahitan
2.2.9

Kontraksi Meometrium dan Perdarahan Kala Tiga


Pada kehamilan cukup bulan aliran darah ke uterus 500800cc/menit. Jika uterus tidak berkontraksi dengan segera setelah
kelahiran plasenta, maka ibu akan mengalami perdarahan sekitar
350-500cc/menit dari tempat melekatnya plasenta. Bila uterus
berkontraksi maka miometrium akan menjepit anyaman pembuluh
darah yang berjalan diantara serabut otot tadi. Atonia uteri adalah
suatu kondisi dimana miometrium tidak dapat berkontraksi dan bila
ini terjadi maka darah yang keluar dari bekas tempat melekatnya
plasenta menjadi tidak terkendali.
Seorang ibu dapat meninggal karena perdarahan pasca
persalinan kurang dari satu jam atonia uteri menjadi penyebab lebih
dari 90% pasca persalinan yang terjadi dalam 24 jam setelah
kelahiran bayi (Ripley 1999). Sbagian besar kematian akibat
perdarahan pasca persalinan terjadi pada beberapa jam setelah
kelahiran bayi (Li, et, al, 1996).
Karena alasan ini, penatalaksanaan kala tiga sesuai standart
penerapan menejemen aktif kala tiga merupakan cara terbaik untuk
mengurangi kematian ibu. Dimasa lampau, sebagian basar penolong
persalinan

menatalaksana persalinan kala tiga dengan cara

menunggu plasenta lahir secara alamia (fisiologis). Intervensi


dilakukan jika terjadi penyulit atau jika kemajuan persalinan kala
tiga tidak normal. Menejemen aktif kala tiga hampir tidak menjadi
perhatian karena melahirkan plasenta secara konvensional dianggap
cukup memadai dan fisiologis. Paradikma proaktif (pencegahan)

dianggap berlebihan karena mengacu pada masalahnya yang belum


terjadi sehingga tindakan yang diberikan dianggap pemborosan.
Beberapa faktor predisposisi yang yang terkait dengan
perdarahan persalinan yang disebabkan oleh atonia uteri adalah:
1. yang menyebabkan uterus membesar lebih dari normal selama
kehamilan diantaranya :
a.Jumlah air ketuban yang berlebihan (polihidromnion).
b. Kehamilan gemelin
c.Janin besar (makrosomia)
2. Kala satu dan/atau dua yang memanjang
3. Persalinan yang cepat (partus presipitatus).
4. Persalinan yang diinduksi atau dipercepat oleh oksitosin
(augmentasi)
5. Infeksi intra partum
6. Multiparitas tinggi
7. Magnesium sulfat digunakan untuk mengendalikan kejang pada
preeklampsia /eklampsia.
2.2.10 Penatalaksanaan Pendarahan
Atonia uteri terjadi jika uterus tidak berkontraksi dalam 15detik
setelah dilakukan rangsangan taktil (massase) fundus uteri:
1. Kompresi Bimanual Internal.
a. Pakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril,
dengan lembut masukan secara obstetrik (menyatukan
kelima ujung jari) melalui introitus dan ke dalam vagina ibu
b. Periksa vagina dan servik, jika ada selaput ketuban atau
bekuan

darah

pada

kavum

uteri

mungkin

hal

ini

menyebabkan uterus tak dapat kontraksi secara penuh.


c. Kepalkan tangan dalam dan tempatkan pada foniks anterior,
tekan dinding anterior uterus ke arah tangan luar yang
menahan dan mendorong dinding posterior uterus ke arah
depan sehingga uterus di tekan dari arah depan dan belakang
d. Tekan kuat uterus diantara kedua tangan. Kompresi uterus
ini memberikan tekanan lamsung pada pembuluh darah yang

10

terbuka (bekas implantasi plasenta) di dinding uterus dan


juga merangsang miometrium untuk berkontraksi
e. Evaluasi keberhasilan:
a) Jika uterus berkontraksi danperdarahan berkurang ,
teruskan melakukan KBI selama dua menit, kemudian
perlahan-lahan keluarkan tangan dan pantau ibu secara
melekat selama kala empat.
b) Jika uterus berkontraksi

tapi

perdarahan

masih

berlangsung, periksa ulang perineum, vagina dan servik


s apakah ada laserasi. Segera lakukan penjahitan
untuk menghentikan perdarahan.
c) Jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu 5 menit,
ajarkan

keluarga

untuk

melakukan

kompresi

bimanualeksternal kemudian lakukan langkah-langkah


penatalaksanaan atonia uteriselanjutnya. Minta keluaga
untuk mulai menyiapkan rujukan
f. Berikan 0,2 mg ergometrin IM atau mesoprostol 6001000mcg per rektak. Jangan berikan ergometrin pada ibu
yang hipertensi karena ergometri meningkatkan tekanan
darah
g. Gunakan jarum berdiameter besar ukuran 16-18, pasang
infus dan berikan 500 cc larutan RL, yang mengandung 20
unit oksitosin.
h. Pakai sarung tangan steril atau desinfeksi tingkat tinggi dan
ulangi KBI.
i. Jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu 1 sampai 2
menit,segera rujuk ibu karena hal ini bukan atonia uteri
sederhana. Ibu membutuhkan tindakan gawat darurat
difasilitas kesehatan rujukan yang mampu melakukan
tindakan operasi dan tranfusi darah.
j. Sambil membawa ibu ketempat rujukan, teruskan tindakan
KBI dan infus cairan sampai tiba ditempat rujukan.
2. Kompresi Bimanual Eksternal
a. Letakkan satu tangan pada dinding abdomen dan depan
dinding korpus uteri dan di atas simpisis pubis

11

b. Letakkan tangan lain pada dinding abdomen dan dinding


belakang korpus uteri, sejajar dengan dinding depan korpus
uteri. Usahakan memegang bagian belakang uterus seluas
mungkin.
c. Lakukan kompresi uterus dengan mendekatkan tangan
belakang dan tangan depan agar pembuluh darah didalam
anyaman miometrium dapat dijepit secara manual. Cara ini
dapat menjepit pembuluh darah uterus dan membantu uterus
untuk berkontraksi.
2.2.11 Laserasi
Laserasi adalah robekan perineum bisa terjadi pada hampir
semua persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan
selanjutnya. Robekan ini dapat dihindari atau dikurangi dengan
menjaga jangan sampai dasar panggul dilalui oleh kepala janin
dengan cepat.
Untuk mengetahui apakah ada tidaknya robekan jalan lahir,
maka periksa daerah perineum, vagina dan vulva. Setelah bayi lahir,
vagina akan mengalami peregangan, oleh kemungkinan edema dan
lecet. Introitus vagina juga akan tampak terkulai dan terbuka.
Sedangkan vulva bisa berwarna merah, bengkak dan mengalami
lecet-lecet. Untuk mengetahui ada tidaknya trauma atau hemoroid
yang keluar, maka periksa anus dengan rectal toucher
Klasifikasi laserasi ada 4 yaitu:
a. Derajat pertama: laserasi mengenai mukosa dan kulit perineum,
tidak perlu dijahit.
b. Derajat kedua: laserasi mengenai mukosa vagina, kulit dan
jaringan perineum (perlu dijahit).
c. Derajat ketiga: laserasi mengenai mukosa vagina, kulit, jaringan
perineum dan spinkter ani.
d. Derajat empat: laserasi mengenai mukosa vagina, kulit, jaringan
perineum dan spinkter ani yang meluas hingga ke rektum.
Bila laserasi jalan lahir berada pada derajat III dan IV: Rujuk
segera
12

2.2.12 Perawatan Luka Perineum


1.

Persiapan Alat
1) Siapkan peralatan untuk melakukan penjahitan
a.Wadah berisi: Sarung tangan, pemegang jarum, jarum jahit,
benang jahit, kasa steril, pincet
b. Kapas DTT
c.Buka spuit sekali pakai 10 ml dari kemasan steril, jatuhkan
dalam wadah DTT.
d. Patahkan ampul lidokain
2) Atur posisi bokong ibu pada posisi litotomi di tepi tempat tidur
a.Pasang kain bersih di bawah bokong ibu
b. Atur lampu sorot atau senter ke arah vulva / perineum ibu
c.Pastikan lengan / tangan tidak memakai perhiasan, cuci
tangan dengan sabun pada air mengalir
d. Pakai satu sarung tangan DTT pada tangan kanan
e.Ambil spuit dengan tangan yang berasarung tangan, isi
tabung suntikdengan lidokain dan letakkan kembali ke
dalam wadah DTT
f. Lengkapi pemakaian sarung tangan pada tangan sebelah kiri
g. Bersihkan vulva dan perineum dengan kapas DTT dengan
gerakan satu arah dari vulva ke perineum
h. Periksa vagina, servik dan perineum secara lengkap,
pastikan bahwa laserasi hanya merupakan derajat satu atau
dua

2.

Keuntungan Anestesi Lokal


1) Ibu lebih merasa nyaman (sayang ibu).
2) Bidan lebih leluasa dalam penjahitan
3) Lebih cepat dalam menjahit perlukaannya (mengurangi
kehilangan darah).
4) Trauma pada jaringan lebih sedikit (mengurangi infeksi).
5) Cairan yang digunakan: Lidocain 1 %. Tidak Dianjurkan
Penggunaan

13

Lidocain 2 % (konsentrasinya terlalu tinggi dan menimbulkan


nekrosis

jaringan).

Lidocain dengan epinephrine (memperlambat penyerapan


lidocain dan memperpanjang efekkerjanya)
3.

Tindakan Anastesi Lokal


1) Beritahu ibu tentang tindakan yang akan dilakukan
2) Tusukkan jarum suntik pada daerah kamisura posterior yaitu
bagian sudut bahwa vulva.
3) Lakukan aspirasi untuk memastikan tidak ada darah yang
terhisap
4) Suntikan anestesi sambil menarik jarum suntik pada tepi luka
daerah perineum
5) Tanpa menarik jarum suntik keluar dari luka arahkan jarum
suntik sepanjang luka pada mukosa vagina
6) Lakukan langkah 2-5 diatas pada kedua tepi robekan
7) Tunggu 1-2 menit sebelum melakukan penjahitan

4.

Penjahitan Laserasi pada Perineum


1) Buat jahitan pertama kurang lebih 1 cm diatas ujung laserasi
di mukosa vagina. Setelah itu buat ikatan dan potong pendek
benang dari yang lebih pendek. Sisakan benang kira-kira 1
cm.
2) Tutup mukosa vagina dengan jahitan jelujur, jahit ke bawah
ke arah cincin hymen.
3) Tepat sebelum cincin himen, masukkan jarum ke dalam
mukosa vagina lalu ke belakang cincin himen sampai jarum
ada di bawah laserasi kemudian ditarik keluar pada luka
perineum.
4) Gunakan teknik jelujur saat menjahit lapisan otot. Lihat
kedalam luka untuk mengetahui letak ototnya.
5) Setelah dijahit sampai ujung luka, putarlah jarum dan
mulailah menjahit kearah vagina dengan menggunakan
jahitan subkutikuler.

14

6) Pindahkan jahitan dari bagian luka perineum kembali ke


vagina di belakang cincin himen untuk diikat dengan simpul
mati dan dipotong benangnya.
7) Masukkan jari ke dalam rectum.
8) Periksa ulang kembali pasa luka.
9) Cuci daerah genital dengan lembut kemudian keringkan.
Bantu ibu mencari posisi yang diinginkan
5.

Beri ibu informasi kesehatan tentang :


1) Menjaga perineum selalu bersih dan kering
2) Hindari

penggunaan

obat-obatan

tradisional

pada

perineumnya
3) Cuci perineum dengan sabun dan air bersih yang mengalir 34 x per hari
4) Kembali dalam seminggu untuk memeriksa luka
2.2.13 Keadaan Umum Ibu
Pada kala tiga biasanya keadaan umum ibu baik kesadaran
composmenthis, tapi ibu nampak keletihan karena sehabis mengejan
saat kala dua.
2.2.14 Keadaan Psikologis Ibu
Keadaan psikologis ibu ada 2 yaitu:
1. Cemas: cemas karena terjadi robekan pada daerah kemaluannya
dan timbul adanya nyeri karena proses heacting pada daerah
perineum, dan daerah vaginanya serta takut adanya sesuatu yang
tidak diinginkan pada proses tersebut.
2. Bahagia: kadang-kadang ada ibu yang bahagia karena pada saat
kala tiga ini bayi sudah lahir sehingga ibu bisa melihat bayinya.
Dan pada keadaan inilah seorang ibu ada yang merasa bahagia
2.2.15 Faktor faktor yang mempengaruhi persalinan
a

Power : His dan tenaga mengejan.

Passage : Ukuran panggul dan otot-otot persalinan.

Passenger : Terdiri dari janin, plasenta dan air ketuban.

15

Personality (kepribadian) : yang diperhatikan kesiapan ibu dalam


menghadapi persalinan dan sanggup berpartisipasi selama proses
persalinan.

Provider (penolong) : dokter atau bidan yang merupakan tenaga


terlatih dalam bidang kesehatan
(Wiknjosastro,H. 2005).

2.2.16 Mekanisme persalinan

16

1. Pengertian
Denominator atau petunjuk adalah kedudukan dari salah satu
bagian dari bagian depan janin terhadap jalan lahir.
Hipomoklion adalah titik putar atau pusat pemutaran.
2. Mekanisme persalinan letak belakang kepala
a. Engagement (fiksasi) = masuk
Ialah masuknya kepala dengan lingkaran terbesar
(diameter Biparietal) melalui PAP. Pada primigravida kepala
janin mulai turun pada umur kehamilan kira kira 36
minggu, sedangkan pada multigravida pada kira kira 38
minggu, kadang kadang baru pada permulaan partus.
(Wiknjosastro, 2005, h.129). Engagement lengkap terjadi
bila kepala sudah mencapai Hodge III. Bila engagement
sudah terjadi maka kepala tidak dapat berubah posisi lagi,
sehingga posisinya seolah olah terfixer di dalam panggul,
oleh karena itu engagement sering juga disebut fiksasi. Pada

17

kepala masuk PAP, maka kepala dalam posisi melintang


dengan sutura sagitalis melintang sesuai dengan bentuk yang
bulat lonjong.
Seharusnya pada waktu kepala masuk PAP, sutura
sagitalis akan tetap berada di tengah yang disebut
Synclitismus. Tetapi kenyataannya, sutura sagitalis dapat
bergeser kedepan atau kebelakang disebut Asynclitismus.
Asynclitismus dibagi 2 jenis:
1)

Asynclitismus
anterior

naegele

obliquity

yaitu

bila

sutura

sagitalisbergeser mendekati promontorium.


2)

Asynclitismus
posterior : litzman obliquity yaitu bila sutura sagitalis
mendekati symphisis.

b.

Descensus = penurunan
Ialah penurunan kepala lebih lanjut kedalam panggul. Faktor
factor yang mempengaruhi descensus : tekanan air
ketuban, dorongan langsung fundus uteri pada bokong janin,
kontraksi otot otot abdomen, ekstensi badan janin.

c. Fleksi
Ialah menekannya kepala dimana dagu mendekati sternum
sehingga lingkaran kepala menjadi mengecil suboksipito
bregmatikus ( 9,5 cm). Fleksi terjadi pada waktu kepala
terdorong His kebawah kemudian menemui jalan lahir. Pada
waktu kepala tertahan jalan lahir, sedangkan dari atas
mendapat dorongan, maka kepala bergerak menekan
kebawah.
d. Putaran Paksi Dalam (internal rotation)
Ialah berputarnya oksiput ke arah depan, sehingga ubun
-ubun kecil berada di bawah symphisis (HIII). Faktor-faktor
yang mempengaruhi : perubahan arah bidang PAP dan PBP,

18

bentuk jalan lahir yang melengkung, kepala yang bulatdan


lonjong.
e. Defleksi
Ialah mekanisme lahirnya kepala lewat perineum. Faktor
yang menyebabkan terjadinya hal ini ialah : lengkungan
panggul sebelah depan lebih pendek dari pada yang
belakang. Pada waktu defleksi, maka kepala akan berputar
ke

atas

dengan

suboksiput

sebagai

titik

putar

(hypomochlion) dibawah symphisis sehingga berturut turut


lahir ubun ubun besar, dahi, muka dan akhirnya dagu.
f. Putaran paksi luar (external rotation)
Ialah berputarnya kepala menyesuaikankembali dengan
sumbu badan (arahnya sesuai dengan punggung bayi).
g. Expulsi : lahirnya seluruh badan bayi.
(Cunningham,F Gary, dkk.2005)
2.2.17 Prosedur Diagnostik
Untuk menentukan persalinan sudah pada waktunya adalah :
1 Tanyakan :
a Permulaan timbulnya kontraksi
b Pengeluaran pervaginam seperti lendir, darah, dan atau cairan
ketuban
c Riwayat kehamilan
d Riwayat medik
e Riwayat sosial
f Terakhir kali makan dan minum
g Masalah yang pernah ada
2 Pemeriksaan Umum :
a Tanda vital, BB, TB. Oedema
b Kondisi puting susu
c Kandung kemih
3 Pemeriksaan Abdomen :

19

a Bekas luka operasi


b Tinggi Fundus Uteri
c Kontraksi
d Penurunan Kepala
e Letak janin
f Besar janin
g Denyut jantung janin
4 Pemeriksaan vagina :
a Pembukaan dan penipisan servik
b Selaput ketuban penurunan dan molase
c Anggota tubuh janin yang sudah teraba
5 Pemeriksaan Penunjang :
a Urine

: warna, kejernihan, bau, protein, BJ, dan lain-lain

b Darah

: Hb, BT/CT, dan lain-lain (Saifuddin, 2008).

2.2.18 Asuhan dalam persalinan


Tujuan Asuhan Persalinan :
Mengupayakan kelangsungan hidup dan mencapai derajat
kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui berbagai upaya
yang terintegrasi dan lengkap serta intervensi minimal sehingga
prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat
yang optimal
(Wiknjosastro,GH,dkk, 2007)
Kala III
1.

Pastikan tidak ada bayi yang kedua

2.

Berikan oksitosin 10 IU dalam 1 menit pertama segera setelah


bayi lahir. Lakuakan klem tali pusat 3cm dari bayi, kemudian
urut kearah ibu. Klem 2cm dari klem 1, gunting diantara klem
1 dan klem ke 2. Ikat tali pusat simpul mati bolak balik kemudian
cek APGAR SCOR ke 2. setelah itu lakukan IMD.

3.

Lalukan penegangan tali pusat terkendali, tangan kanan


menegangkan tali pusat sementara tangan kiri dengan arah
dorsokranial mencengkram uterus.

20

4.

Jika ada tanda tanda pelepasan plasenta seperti tali pusat


memanjang, uterus membulat dan ada semburan darah. Plasenta
telah lepas dari insersinya, tangan kanan menarik tali pusat
kebawah lalu keatas sesuai dengan kurve jalan lahir sampai
plasenta nampak divulva lalu tangan kanan menerima plasenta
kemudian memutar kesatu arah dengan hati-hati sehingga tidak
ada selaput plasenta yang tertinggal dalam jalan lahir

5.

Segera setelah plasenta lahir tangan kiri melakukan massase


fundus uteri untuk menimbulkan kontraksi

6.

Lakukan pemeriksaan plasenta, pastikan kelengkapannya

7.

Periksa jalan lahir dengan seksama, mulai dari servik, vagina


hingga perineum. Lakukan perbaikan/penjahitan jika diperlukan

2.2.19 Rujukan
Rujukan dalam kondisi optimal dan tepat waktu ke fasilitas
kesehatan rujukan atau yang memiliki saran lebih lengkap
diharapkan mampu menyelamatkan jiwa para ibu dan Bayi (Depkes
RI, 2002)
Setiap tenaga penolong /fasilitas pelayanan kesehatan harus
mengetahui lokasi fasilitas rujukan terdekat yang mampu melayani
kegawatdaruratan obstetric dan BBL seperti :
a. Pembedahan termasuk bedah Caesar
b.Transfusi darah
c. Persalinan menggunakan ekstraksi vacuum dan cunam
d.Antibiotic IV
e. Resusitasi bayi baru lahir dan asuhan lanjutan bagi BBL.
18 penapisan persalinan :
1.Riwayat bedah sesar
2.Perdarahan pervagina
3.Persalinan kurang bulan (usia kehamilan kurang dari 37 minggu)
4.ketuban pecah lama (lebih dari 24 jam)
5.Ketuban pecah disertai dengan mekanium yang kental

21

6.Ketuban pecah pada persalinan kurang bulan usia kehamilan


kurang dari 7 minggu
7.Ikterus
8.Anemia berat
9.Tanda/gejala infeksi
10.

Preklamsi/hipertensi dalam kehamilan.

11.

TFU 40 atau lebih

12.

Gawat janin

13.

Primi dalam fase aktif kala I persalinan


dalam kepala janin masih 5/5.

14.

Persentase bukan belakang kepala

15.

Presentase ganda (majemuk)

16.

Kehamilan ganda atau gemili

17.

Tali pusat menumbung

18.

Syok (JNPK-KR, DEPKES RI, 2008 )

Persiapan-persiapan dan informasi dalam rencana rujukan


a. Siapa yang menemani ibu dan BBL
b. Tempat-tempat mana yang lebih disukai ibu dan keluarga
c. Sarana transportasi yang akan digunakan dan siapa yang akan
mengendarainya (Ingat bahwa transportasi harus tersedia segera
baik siang maupun malam
d. Orang yang ditunjuk menjadi donor darah jika transfuse darah
diperlukan
e. Uang yang disisihkan untuk asuhan medis, transportasi, obatobatan dan bahan-bahan
f. Siapa yang akan tinggal dan menemani anak-anak yang lain pada
saat ibu tidak ada di rumah
BAKSOKU merupakan singkatan yang dapat digunakan untuk
mengingat hal-halpenting dalam mempersiapkan rujukan ibu ;
B (Bidan)
A (alat)
K (Keluarga)

22

S (Surat)
O (Obat)
K (kendaraan)
U (Uang)
60 Langkah Asuhan Persalinan Normal, Sebagai Berikut :
1

Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala dua.

Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk


mematahkan ampul oksitosin dan memasukan alat suntik sekali pakai
2 ml ke dalam wadah partus set.

Memakai celemek plastik.

Memastikan lengan tidak memakai perhiasan, mencuci tangan degan


sabun dan air mengalir.

Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yang akan


digunakan untuk pemeriksaan dalam.

Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan, isi


dengan oksitosin dan letakan kembali ke dalam wadah partus set.

Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah dengan


gerakan vulva ke perineum.

Melakukan pemeriksaan dalam (pastikan pembukaan sudah lengkap


dan selaput ketuban sudah pecah).

Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam larutan


klorin 0,5%, membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan
merendamnya dalam larutan klorin 0,5%.

10 Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai


(pastikan DJJ dalam batas normal (120 160 x/menit)).
11 Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik,
meminta ibu untuk meneran saat ada his apabila ibu sudah merasa
ingin meneran.
12 Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk
meneran (pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan
pastikan ia merasa nyaman.

23

13 Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang


kuat untuk meneran.
14 Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi
nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60
menit.
15 Meletakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika
kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5 6 cm.
16 Meletakan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian bawah bokong ibu
17 Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan
alat dan bahan,
18 Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
19 Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5 6 cm,
memasang handuk bersih untuk mengeringkan janin pada perut ibu.
20 Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin
21 Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar
secara spontan.
22 Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental.
Menganjurkan kepada ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan
lembut gerakan kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan
muncul di bawah arkus pubis dan kemudian gerakan arah atas dan
distal untuk melahirkan bahu belakang.
23 Setelah bahu lahir, geser tangan bawah ke arah perineum ibu untuk
menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan
atas untuk menelusuri dan memegang tangan dan siku sebelah atas.
24 Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung ke
arah bokong dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah
(selipkan jari telunjuk tangan kiri di antara kedua lutut janin)
25 Melakukan penilaian selintas : (a) Apakah bayi menangis kuat dan atau
bernafas tanpa kesulitan? (b) Apakah bayi bergerak aktif ?
26 Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh
lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti

24

handuk basah dengan handuk/kain yang kering. Membiarkan bayi di


atas perut ibu.
27 Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi
dalam uterus.
28 Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus
berkontraksi baik.
29 Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit IM
(intramaskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi
sebelum menyuntikan oksitosin).
30 Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira
3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan
jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama.
31 pemotongan dan pengikatan tali pusat
32 letakkan bayi tengkurap di dada ibu agar ada kontak kulit ibu ke kulit
bayi Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel di dada/ perut ibu.
33 pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva
34 letakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi atas simpisis,
untuk mendeteksi kontraksi. Tangan lain menegangkan klem untuk
menegangkan tali pusat
35 setelah unterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah
sambil tangan yang lain mendorong uterus ke arah belakang atas
secara hati hati ( untuk mencegah inversio uteri). Jika plasenta tidak
lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan tunggu
hingga timbul kontraksi berikutnya, dan ulangi prosedur di atas.
36 lakukan penegangan dan dorongan dorso-kranial hingga plasenta
terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan
arah sejajar antara dan kemudian ke arah atas, mengikuti poros jalan
lahir (tetap lakukan tekanan dorso ktanial).
37 saat plasenta muncul di introintus vagina, lahirkan plasenta dengan
kedua tangan. pegang dan putar plasenta sehingga selaput ketuban
terpilih kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang
telah di sediakan.

25

38 segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase


uterus. Letakkan telapak tangan di pundus dan lakukan masase dengan
gerakan melingker dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus
teraba keras)
39 periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi dan pastikan
selaput ketuban lengkap dan untuk masukkan plasenta, kedalam
kantong plastik atau tempat kusus
40 evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perinium lakukan
penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan
41 pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarah
pervaginam
42 celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan ke dalam larutan
klorin 0,5 ,bersihkan noda darah dan cairan tubuh, lepaskan secara
terbalik dan rendam sarung tangan dalam larutan klorin 0,5% selama
10 menit. Cuci tangan dengan saun dan air bersih mengalir, kemudian
keringkan tangan dengan tisu atau handuk pribadi yang kering dan
bersih
Evaluasi
43 pastikan kandung kemih kososng
44 ajarkan ibu atau keluarga cara melakukan masase fundus dan menilai
kontraksi.
45 evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah
46 memeriksa nadi ibu dan pastikan keadaan umum ibu baik.
47 panatau keadaan bayi dan pastikan bahwa bayi bernapas dengan baik
(40-60 kali/ menit)
a. Jika bayi sulut bernafas, merintih atau retraksi, diresusutasikan
segera merujuk ke rumah sakit
b. Jika bayi nafas terlalu cepat, atau sesak nafas , segera lakukan
rujukan ke rumah skait rujukan
c. Jika kaki teraba

dingin, pastikan ruangan hangat. Lakuka

kembali kontak bayi kulit ibu bayi dan hangatkan ibu/ bayi
dalam satu selimut

26

Kebersihan dan keamanan


48 tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5%,
untuk dekontaminasi ( 10 menit.). cuci dan bilas peralatan setelah di
kontaminasi
49 buang bahan-bahan yang terkontaminasi ketempat sampah yang sesuai
50 bersihkan ibu dengan air DTT.bersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan
darah. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering
51 pastikan ibu merasa aman. Bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan
keluarga untuk memberi ibu minuman dan makanan yang di
inginkannya
52 dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%
53 celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%, balikkan
bagian dalam ke luar dan rendam ke dalam larutan klorin 0,5% selama
10 menit
54 cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian keringkan
tangan dengan tisu atau handuk pribadi y6nag bersih dan kerin.
55 pakai sarung tangan yang bersih atau DTT untuk pemeriksaan pisik
bayi
56 dalam satu jam pertama
salep/tetes

berikan suntik anti biotika propilaksis

mata, vitamin K1 1mg IM di paha kiri bawah lateral,

pemeriksaan pisik BBL, pernafasan bayi normal 40-60 kali/ menit


serta suhu tubuh normal 36,5-37,5 setiap 15 menit
57 setelah satu jam pemberian vitamin K berikan suntikan imunisasi
hepatitis B di paha kanan bawah lateral. Letakkan bayi di dalam
jangkauan ibu agar sewaktu- waktu dapat di susukan
58 lepasskan sarung tangan dalam keadaan terbalik di dalam larutan
klorin 0,5%
59 cuci tangan dengan sabun dan air mengalir dan keringkan dengan tisu
atau handuk pribadi yang bersih dan kering
Dokumentasi
60 lengkapi partograf halaman depan dan belakang, periksa tanda vital
dan asuhan kala IV persalinan

27

TEORI PARTOGRAF
Partograf adalah alat pencatatan persalinan, untuk menilai keadaan
ibu, janin dan seluruh proses persalinan. Partograf digunakan untuk
mendeteksi jika ada penyimpangan / masalah dari persalinan, sehingga
menjadi partus abnormal dan memerlukan tindakan bantuan lain untuk
menyelesaikan persalinan.
Partograf merupakan lembaran form dengan berbagai grafik dan kode
yang menggambarkan berbagai parameter untuk menilai kemajuan
persalinan.
Gambaran partograf dinyatakan dengan garis tiap parameter (vertikal)
terhadap garis perjalanan waktu (horisontal).
Sesuai standarisasi WHO (World Health Organization), untuk
digunakan di pelosok-pelosok negara berkembang atau miskin, supaya
mudah digunakan oleh pelayan kesehatan di sarana terbatas.
Jika dinilai ada masalah yang memerlukan intervensi, dapat segera
diusahakan untuk dirujuk ke pusat kesehatan yang lebih baik.
Dengan partograf WHO dapat dinilai kapan diperlukan tindakan untuk
menyelesaikan proses persalinan dengan :
1.

perlu/tidaknya dirujuk,

2.

perlu/tidaknya induksi infus oksitosin, dan

3.

perlu/tidaknya operasi sectio cesarea.


1. Garis Waspada / Tindakan
a. Daerah sebelah kiri garis waspada merupakan garis observasi
b. Daerah di antara garis waspada dan garis tindakan merupakan daerah
perlu pertimbangan untuk merujuk atau mengambil tindakan,
c. Daerah di sebelah kanan garis tindakan adalah daerah harus segera
bertindak.
2. Kapan partograf diisi ?
Partograf mulai diisi bila:
Mereka yang masuk dalam persalinan :

28

a. Fase aktif (pembukaan >3cm), his teratur, frekuensi min.1x/10,


lamanya<20.
Masuk dengan ketuban pecah spontan tanpa adanya his :
1) Bila infus oksitosin dimulai
2) Bila persalinan dimulai
Masuk untuk induksi persalinan :
1) Pemecahan ketuban (amniotomi) dengan atau tanpa infus oksitosin
2) Induksi medis (infus oksitosin, balon kateter atau pemberian
prostaglandin)
3) bila persalinan dimulai atau induksi dimulai atau ketuban pecah.
Partograf tidak perlu diisi bila :
a. Masuk dengan kala 1 akhir fase aktif pembukaan 9 cm atau lebih
b. Sectio cesarea elektif
c. Sectio cesarea darurat saat dating
d. Usia kehamilan kurang dari 34 minggu
3. Monitor Pada Partograf
a. Frekuensi denyut jantung janin :Normal antara 120-160 kali per menit.
Laporan dengan memberi tanda pada form grafik sesuai frekuensi
jantung pada garis waktu.
b. Selaput / cairan ketuban
Dinilai apakah selaput ketuban masih utuh atau sudah pecah, jika
sudah pecah dan keluar dinilai warna cairan ketubannya.
Kode dengan huruf dalam lingkaran.(u) atau (+) : selaput ketuban
utuh(-) : selaput ketuban pecah / tidak terabaWarna cairan : jernih (J),
hijau (H), merah (M)Jika kering/tidak ada cairan : huruf (K).
c. Moulage kepala janin
Diraba fisura antara tulang-tulang kepala, dilaporkan dalam angka
(+1) sampai (+4) menurut derajatnya, atau bila tidak ada moulage, beri
tanda ().
d. Pembukaan serviks
Kode dengan tanda silang (X) pada form grafik sesuai
pembukaan serviks pada garis waktu.Fase laten partus kala 1 antara 0

29

sampai 8 jam sampai dengan pembukaan 3 cm.Fase aktif sekitar 7


jam, dengan perhitungan atau harapan membuka 1 cm setiap jam
sampai lengkap.
Sebaiknya pemeriksaan dalam dilakukan setiap 4 jam pada fase
laten, dan tiap 3 jam pada fase aktif. Perkiraan masuk kala 2 dapat dari
observasi jika ada tanda-tanda klinis lain.
e. HIS
Diperiksa dengan meraba dinding rahim di atas umbilikus. Frekuensi
dihitung berapa kali dalam per 10 menit, dan berapa lama
kontraksinya.
f. Hasilnya digambarkan pada form grafik his sesuai garis waktu
pemeriksaan.
Gambar isi kotak sesuai jumlah / frekuensi : isi kotak dengan titik-titik
untuk lama kurang dari 20 detik, dengan arsir garis untuk lama 20-40
detik, dan dengan blok untuk lama lebih dari 40 detik.
g. Penurunan presentasi (pada persalinan normal : kepala) janin
h. Dapat dari pemeriksaan Leopold saja maupun dari konfirmasi
pemeriksaan dalam, dinilai dalam berapa perlimaan bagian kepala
janin yang masih berada di luar pintu atas panggul (5/5 belum masuk,
sampai 0/5 sudah masuk).
i. Kepala disebut engaged bila bagian terbesar kepala sudah masuk
pintu atas panggul.
j. Obat-obatan / cairan yang digunakan
Dituliskan dalam kolom obat / cairan yang digunakan sesuai garis
waktu.
k. Pemeriksaan tanda vital ibu
Tekanan darah (dengan panah atas bawah untuk sistolik diastolik),
nadi (titik), suhu (derajat Celcius), frekuensi pernapasan.
4. Bagian-bagian Partograf:
a. Identitas
b. Denyut Jantung Janin (DJJ)
c. Air ketuban

30

d. Penyusupan
e. Servikograf
f. Waktu
g. Kontraksi setiap 10menit
h. Oksitosin
i. Obat-obatan
j. Nadi dan Tekanan darah Ibu
k. Temperatur
l. Urine
m. Catatan Persalinan
5. Hal-hal yang diamati pada catatan kemajuan persalinan:
a. Kemajuan persalinan
b. Keadaan janin
c. Keadaan ibu
6. Waktu Pemeriksaan:
a. DJJ setiap 30menit atau 1jam
b. HIS setiap 30menit
c. Nadi setiap 1jam
d. Tekanan Darah setiap 4jam
e. Suhu Tubuh setiap 4jam
7. Sistem Bidang Hodge
Untuk menentukan seberapa jauh bagian terdepan janin turun ke
dasar panggul.
Hodge menentukan bidang penurunan:
a.

H I Bidang yang sama dengan pintu atas panggul

b.

H II Bidang sejajar dengan H I setinggi tepi bawah simfisis

c.

H III Bidang sejajar dengan H I,HII setinggi spina ischiadica

d.

H IV Bidang sejajar dengan HII,HII setinggi ujung tulang


kelangkung ( Os. Sacrum)

8. Urine
Jumlah (cc), proteinuria (+ / ), aseton.Jika memungkinkan, untuk
tujuan praktis, gunakan kertas celup berbagai indikator (strip-test) : dapat

31

juga mendeteksi pH, glukosa, bilirubin, leukosit-esterase dan sebagainya,


dalam satu kali pemeriksaan kertas yang dicelupkan (Huliana, 2003).

32

33

34

BAB III
LAPORAN KASUS
PENGKAJIAN INTRANATAL
Nama Mahasiswa
NPM

: kelompok 3

Tanggal pengkajian :20 Juni 2016


Ruangan / RS

: POSKESDES oleh bidan

Sri
DATA UMUM

I.

Inisial klien

: Ny.L (35 th)

Nama suami

: Tn.S

: IRT

Pekerjaan

Pendidikan terakhir

: SD

Pendidikan terakhir

: SD

Agama

: Islam

Agama

: Islam

Suku Bangsa

: Sasak/Indonesia

Status Perkawinan

Alamat

: Dasan Cermen, Sandubaya Mataram

(45 th)
Pekerjaan
karyawan swasta

DATA UMUM KESEHATAN

II.
1.

TB / BB

: 150 cm / kg

2.

BB sebelum hamil: 50 kg

3.

Masalah kesehatan khusus :

4.

Obat-obatan

: ibu mengatakan tidak pernah mengkonsumsi obat

selain yang diberikan oleh bidan dan hanya meminum vitamin (Fe) yang di
berikan bidan
5.

Alergi (obat/ makanan /bahan tertentu) :

6.

Diet khusus

7.

Alat bantu yang digunakan

Gigi tiruan / kacamata / lensa kontak / alat dengar )*


8.

Lain-lain, sebutkan

35

9.

Frekuensi BAK, masalah : ibu mengatakan BAK 3 kali sehari dan tidak
memiliki masalah BAK

10.

Frekuensi BAB, masalah : ibu mengatakan BAB 1 kali sehari dan memilki
masalah konstipasi 1 kali sehari pada kehamilan trimester II

11.

Kebiasaan waktu tidur

: ibu mengatakan biasanya tidur selama 8 jam

sehari dari jam 22.00-05.00 WITA


DATA UMUM KEBIDANAN

III.
1.

Kehamilan sekarang direncanakan (ya / tidak) : YA

2.

Status obstetrik

: G3 P2 A0 H2minggu

3.

HPHT

: 23 September 2015 Taksiran partus 30 Juni 2016

4.

Jumlah anak di rumah

No

Jenis kelamin
P
P
L

1.
2.
3.
4.
5.
6.

: 2 (Dua)
Cara lahir
Normal
Normal
Normal

BB lahir
3,2 Kg
2,7 Kg
2,8 Kg

Keadaan
Sehat
Sehat
Sehat

5.

Mengikuti kelas prenatal : (ya / tidak)

6.

Jumlah kunjungan ANC pada kehamilanini :6 kali dari bulan November Juni
2016

7.

Masalah kehamilan yang lalu

8.

Masalah kehamilan sekarang

9.

Rencana KB

: suntik KB 3 bulan

10.

Makanan bayi sebelumnya

: ASI / PASI/ lainnya

11.

Pelajaran yang diinginkan saat ini : (lingkari)


Relaksasi / pernafasan / manfaat ASI / cara memberi minum botol / senam
nifas / metoda KB / perawatan perineum / perawatan payudara, lain-lain :
jelaskan
..

12.

Setelah bayi lahir, siapa yang diharapkan membantu : suami / teman / orangtua
)*

36

13.

Masalah dalam persalinan yang lalu :

IV.

RIWAYAT PERSALINAN SEKARANG

1.

Mulai persalinan (kontraksi / pengeluaran per vaginam) : tgl / jam ...


20 juni 2016, jam 16.00 WITA

2.

Keadaan kontraksi (frekuensi dalam 10 menit, lamanya, kekuatan)


HIS timbul 4x dalam 10 menit lamanya 40 detik.

3.

Frekuensi, kualitas dan keteraturan denyut jantung janin..

4.

Pemeriksaan fisik :
Kenaikan BB selama kehamilan 9 kg
Tanda vital : TD110/70 mmHg. Nadi 80 x/menit. Suhu 36,5oC.
P22x / menit
Kepala dan leher
Kepala:rambut ikal, tidak kotor, rambut tidak rontok,
Leher: tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, kelenjar limfe dan vena jugularis.
Jantung.
Paru-paru.
Inspeksi

: simetris, papilla menonjol, Hiperpigmentasi (+)

Abdomen (secara umum dan pemeriksaan obstetrik) tidak ada luka bekas
operasi, pusat datar, terdapat linea mapun striae
Kontraksi(+) 4x dalam 10 menit lamanya 40 detik

DJJ134x/ m

Ekstremitas (edema / tidak) simetris, jari lengkap, tidak oedema


Refleks
5.

Pemeriksaan dalam pertama : jam oleh


Hasil

6.

Ketuban (utuh / pecah), jika sudah pecah


Tgl / jam warna

7.

Laboratorium :

V.

DATA PSIKOSOSIAL

1.

Penghasilan keluarga setiap bulan : Rp. < 1.000.000

37

2.

Perasaan klien terhadap kehamilan sekarang klien mengatakansenang dengan


kehamilan ke 3

3.

Perasaan suami terhadap kehamilan sekarang suaminya mengatakan senang


dengan kehamilan istrinya

4.

Jelaskan respon sibling terhadap kehamilan sekarang

LAPORAN PERSALINAN
I.

PENGKAJIAN AWAL

1.

Tanggal 20 Juni 2016

2.

Tanda-tanda vital : TD 110/70mmHg, Nadi80x / menit, Suhu

Jam 19.00 WITA

36,5.oC, P22.x / menit


3.

Pemeriksaan palpasi abdomen

4.

Hasil pemeriksaan dalam

5.

Persiapan perineum

6.

Dilakukan klisma (ya / tidak), jelaskan

7.

Pengeluaran pervaginam keluar lendir bercampur darah jam 16.00 wita

8.

Perdarahan pervaginam (ya / tidak), jelaskan

9.

Kontraksi uterus (frekuensi, lamanya, kekuatan) 4x dalam 10 menit lamanya


40 detik

DJJ 134 x/m

10.

Denyut jantung janin (frekuensi, kualitas)

11.

Status

janin

(hidup

tidak,

jumlah,

presentasi)

hidup

jamlahnya

1
PENGKAJIAN BIO-PSIKOSOSIAL MENURUT CALISTA ROY :
Pengkajian ibu bersalin Calista Roy
A. Kebutuhan Fisiologis
Aktivitas dan istirahat
Istirahat terakhir: 20 juni 2016 pukul 14.00 wita
Lama: 2 jam
Masalah :tidak ada
Nutrisi

38

Makan
Makan terakhir: 20 juni 2016
Komposisi: nasi, sayur, lauk
Porsi: piring
minum
Minum terakhir: 20 juni 2016
Jenis dan jumlah: air putih dan air gula
Masalah: tidak ada
Eliminasi
BAB
BAB terakhir: 20 juni 2016 pukul 05.30 wita
Masalah: tidak ada
Konsistensi: lembek
BAK
BAK terakhir: 20 juni 2016 pukul 13.30 wita
Masalah: tidak ada
Warna: kuning kecoklatan
Cairan dan Elektrolit
Oksigen
Proteksi
Pengaturan Suhu
Pengaturan Sistem Endokrin
Fungsi Neurologis
B. Konsep diri yaitu

gambaran diri

ideal diri

Fungsi peran

C. Interdependend
(kemandirian)..............................................................................
D. Budaya ( kaitannya dengan kepercayaan dan adat yang berlaku di masyarakat
pada ibubersalin)

39

..........................................................................................................
II.

KALA PERSALINAN

CATATAN KELAHIRAN
1.

Bayi lahir jam :19.00 WITA

2.

Nilai APGAR menit I.

3.

Perineum (utuh / episiotomi / ruptur), jika ruptur, tingkat

4.

Bonding ibu dan bayi

5.

Tanda-tanda vital : TD 110/70 mmHg, Nadi 80 x / menit, Suhu 36,5 oC, P

menit V

22 x / menit
6.

Pengobatan.

PENGKAJIAN KALA III


1.

Tanda dan gejala :TFU setinggi pusat, tali pusat tampak divulva

2.

Plasenta lahir jam: 19.10 WITA ..

3.

Cara lahir plasenta: plasenta lahir lengkap

4.

Karakteristik plasenta :
Ukurancm x cm x cm
Panjang tali pusat : 50 cm
Jumlah pembuluh darah : 2arteri 1vena
Kelainan :

5.

Perdarahan: 100 .ml

6.

Keadaan psikososial

7.

Kebutuhan khusus..

8.

Tindakan..

9.

Pengobatan: suntikan oksitosin 10 IU

ANALISA DATA KALA III

40

NO
KALA

SYMPTON
DS :

III

ETIOLOGI
Kala III

PROBLEM
Nyeri akut

klien mengatakan nyeri


pada

daerah

perut

dan

Bayi lahir

sekitarnya
DO :

Miometrium

ekspresi

wajah

klien

berkontraksi

meringis

sesekali klien merintih


kesakitan

Perangsangan pada
serabut ganglion yang
mengelilingi uterus
Rangsangan saraf
nyeri
Impuls dipersepsikan
di korteks serebri
dimana lokasi,
intensitas nyeri
dipersepsikan
Nyeri

PERENCANAAN KALA III


NO/HARI
/TGL

DX

TUJUAN DAN

INTERVENSI

RASIONALISASI

KRITERIA
41

HASIL
Nyeri bisa

KALA III

Nyeri

di

1/senin,

akut b/d adaptasi dengan

20/06/201

Iskemia

criteria : klien

otot-otot

mengerti tentang

uterus

proses fisologis
dari pada nyeri

Kaji
derajat
ketidak
nyamanan
melalui isyarat
verbal dan non
verbal
pada
respon nyeri .

Indikasi

nyeri

adalah

individual dan berdasarkan pengalaman nyeri,


latar belakang budaya
juga mentukan. Dengan
mengkaji tingkat nyeri

Klien

dapat

melaporkan

intervensi selanjutnya.

nyeri berkurang

ditentukan

Ajarkan klien
dalam
penggunaan
tekhnik
pernafasan atau
relaksasi yang
tepat.

Dapat memblok impuls


nyeri dalam kortek
serebri melalui respon
kondisi dan stimulasi
kutan dan meningkatkan
suplay O2 intra uterin.

Lakukan
masasage ringa
n pada bagian
fundus
arah
dorso cranial.

Membantu dalam pengeluaran plasenta.

Ajarakan tehnik

distraksi
dengan
mengalihkan
perhatian.

Jelaskan

penyebab rasa
nyeri
dan
beritahu bahwa
nyeri itu adalah
hal
yang
normal.

TTV DBN :
TD : 90-130
60-90
N : 60-80x/m
P : 16-20x/m

Meransang pengeluaran
analgetik endogen

Meningkaatkan
rasa
adaptasi klien terhadap
nyeri

PELAKSANAAN KALA III


NO/HR/T

GL

IMPLEMENTASI

RESPON HASIL

TTD

42

KALA III

Mengkaji
derajat
ketidaknyamanan
melalui isyarat verbal dan
non verbal pada respon
nyeri

Klien sudah mampu


mengatasi nyeri

Mengajarkan klien dalam


penggunaan
tekhnik
pernafasan atau relaksasi
yang tepat.

klien mau mencoba


tehnik
pernafasan
yang benar

Melakukan

masasage ringan
pada
bagian fundus arah dorso
cranial.

1/senin,
20/06/201
6

Lahir
lengkap

plasenta

Mengajarkan
tehnik
distraksi
dengan
mengalihkan perhatian.

Klien
mengatasi
nyerinya

mampu
rasa

Menjelaskan
penyebab
rasa nyeri dan beritahu
bahwa nyeri itu adalah hal
yang normal.

Mengobservasi his dan


pengeluaran plasenta

Klien paham dengan


nyeri yang dirasakan

Memeriksa fundus uteri


untuk
memastikan
kehamilan tunggal / ganda.
Meregangkan tali pusat
saat uterus berkontraksi,
sementara tangan
kiri
mendorong uterus kearah
dorso cranial.

kehamilan tunggal

His
teratur
placenta
lengkap

dan
lahir

ada
kemajuan kelahiran
placenta

EVALUASI KALA III


NO/HR/TG

DX

EVALUASI
43

L
KALA III
1/20/06/2016

S : Nyeri bagian bawah perut sedikit


O: Ekspresi wajah masih meringis.
Plasenta lahir lengkap, Panjang Tali placenta 50
cm, 2 arteri 1vena
Kontraksi uterus baik
Perdarahan 100 cc
A : nyeri mulai teratasi
P : Lanjutkan sesuai kebutuhan tahap proses persalinan
kala IV

BAB IV
PEMBAHASAN

44

Anamnesa dilahan telah dilakukan sesuai dengan pedoman anmnesa dan


telah mencakup seluruh aspek yang dibutuhkan data dasar dalam asuhan
kebidanan (anamnesa persalinan). Selain itu data obyektif didapatkan dari hasil
pemeriksaan,meliputi

pemeriksaan

umum,

pemeriksaan

fisik,maupun

pemeriksaan dalam untuk memantau kemajuan persalinan telah dilakukan.


Asuhan kebidanan pada NyL telah dilakukan sesuai diagnosa, masalah
dan kebutuhan persalinan pada kala 3. kontraksi normal dengan frekuensi 4x
dalam 10 menit lamanya 40 detik. Tekanan darah, nadi dan suhu normal. Sesuai
dengan teori yang diatas, Kala III berlangsung 10 menit,. Pada pasien NyL Pada
kala III dilakukan pemberian oxcitocin 10 IU(segera), pemberian ulang tidak
dilakukan, dilakukan peregangan tali pusat terkendali, dilakukan masase fundus
uteri(segera setelah plasenta lahir),plasenta lahir lengkap, tidak ada laserasi, tidak
ada atonia uteri,perdarahan 100 cc. Kala III berlangsung selama 10 menit dan
berlangsung normal tidak lebih dari 30 menit sesuai dengan teori yang diatas.

BAB V
PENUTUP

45

5.1.

Kesimpulan
Kala tiga disebut juga dengan kalauriatau kala pengeluaran plasenta,
kala tiga merupakan lanjutan dari kala satu(kala pembukaan) dan kala
dua(kala pengeluaran bayi). Dengan demikian, berbagai aspek yang akan
dihadapi pada kala tiga sangat berkaitan dengan apa yang telah dikerjakan
pada tahap-tahap sebelumnya.
Kala tiga dimulai setelah bayi lahir dan berhahir dengan lahirnya
plasenta dan selaput ketuban. Tujuan managemen aktif kala tiga adalah untuk
menghasilkan

kontraksi

uterus

yang

lebih

efektif

sehingga

dapat

mempersingkat waktu dan mencegah pendarahan. Sebagian besar kasus


kesakitan dan kematian ibu di Indonesia disebabkan oleh perdarahan pasca
persalinan dimana sebagian besar disebabkan oleh atonia uteri dan retensio
plasenta yang sebenarnya dapat dicegah dengan melakukan managemen aktif
kala tiga.
5.2.

Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas kami selaku pnyusun makalah dapat

menarik suatu saran guna untuk perbaikan makalah ini diantaranya sebagai
berikut:
5.2.1. Saran Bagi Penyusun
a. Penyusun

seharusnya

lebih

meningkatkan

koordinasi

saat

penyusunan materi
b. Penyusun diharapkan sudah menguasai materi sebelun presentasi
c. Penyusun lebih memperkaya sumber pustaka supaya kualitas
makalah yang dihasilkan lebih baik lagi
5.2.2. Saran Bagi Mahasiswa Perawat
a. Mahasiswa sebagai audien diharapkan dapat berperan aktif selama
presentasi maupun diskusi
b. Mahasiswa diharapkan mencoba menerapkan isi dari materi, serta
dapat mengambil manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari.
c. Mahasiswa dapat mecoba mengapilikasikan isi materi untuk
meningkatkan kualitas soft skill saat melaksanakan praktik
46

5.2.3. Saran Bagi Dosen Pengajar


a. Dosen mampu berkolaborasi dengan kelompok penyaji dalam
pemberian materi
b. Dosen mampu memberikan materi dengan jelas dan baik agar dapat
dipahami oleh mahasiswanya
c. Dosen mampu membuat suasana yang nyaman dan tenang selama
proses kegiatan belajar mengajar berlangsung.

DAFTAR PUSTAKA

47

Almira,

(2014).

Persalinan

Kala

III.

ttp://dianalmira.blogspot.co.id/2014/12/persalinan-kala-iii.html.

Diakses

pada 16/07/2016
Budi,

(2013).

Pengkajian

Intranatal

Lengkaphttp://budinh.blogspot.co.id/2013/02/pengkajian-intranatallengkap_9756.html. Diakses pada 16/07/2016


Christy Arum, (2012).Asuhan Keperawatan Intra Natal Care Fisiologis.
http://sichesse.blogspot.co.id/2012/05/asuhan-keperawatan-intra-natalcare.html. Diakses pada 16/07/2016
Huliana, Mellyna. 2010. Perawatan Ibu Pasca Melahirkan. Jakarta: Puspa
Suara.UK .http://ilmukeperawatan.wordpress.com/2008/04/09/partograf/

DOKUMENTASI

48

49

You might also like