You are on page 1of 24

BAB I

PENDAHULUAN
Herpes Zoster adalah suatu penyakit yang menimbulkan rasa nyeri dan
disebabkan oleh virus yang sama dengan varisela, yaitu virus varisela zoster. Virus
varisela zoster mempunyai tahapan penularan awal (cacar air) yang diikuti oleh suatu
tahapan dorman, kemudian suatu saat virus ini menjadi aktif kembali. 1 Patogenesis
herpes zoster belum seluruhnya diketahui. Selama terjadi cacar air, virus varisela
zoster berpindah tempat dari lesi kulit dan permukaan mukosa ke ujung saraf sensorik
dan ditransportasikan secara sentripetal melalui serabut saraf sensoris ke ganglion
sensoris. Pada ganglion terjadi infeksi laten, virus tersebut tidak lagi menular dan
tidak bermultiplikasi, tetapi tetap mempunyai kemampuan untuk berubah menjadi
infeksius.2
Kurang lebih 20 persen orang yang pernah cacar air lambat laun akan
berkembang menjadi herpes zoster. Keaktifan kembali virus ini kemungkinan akan
terjadi pada orang dengan sistem kekebalan yang lemah, termasuk orang dengan
penyakit HIV, dan orang di atas usia 50 tahun.3 Insiden herpes zoster tersebar merata
di seluruh dunia, tidak ada perbedaan angka kesakitan antara pria dan wanita.1 Angka
kesakitan meningkat dengan peningkatan usia. Diperkirakan terdapat antara 1,3-5 per
1000 orang per tahun. Lebih dari 2/3 kasus berusia di atas 50 tahun dan kurang dari
10% kasus berusia di bawah 20 tahun.3
Herpes zoster hidup dalam jaringan saraf, termasuk dalam penyakit infeksi
virus yang manifestasinya terbatas pada area kulit yang diinervasi oleh satu ganglion
sensoris. Kekambuhan herpes zoster dimulai dengan gatal, mati rasa, kesemutan atau
rasa nyeri yang parah pada daerah predileksi seperti di dada, punggung, atau hidung
dan mata.4 Walaupun jarang, herpes zoster dapat menular pada saraf wajah dan mata.
Hal ini dapat menyebabkan nyeri di sekitar mulut, pada wajah, leher dan juga kepala,
dalam dan sekitar telinga, atau pada ujung hidung.2 Penyakit ini hampir selalu terjadi
hanya pada satu sisi tubuh. Setelah beberapa hari, ruam muncul pada daerah kulit
yang berhubungan dengan saraf yang meradang. Lepuh kecil terbentuk, dan berisi
cairan, kemudian lepuh pecah dan berlubang. Jika lepuh digaruk, infeksi kulit dapat
terjadi, hal ini membutuhkan pengobatan dengan antibiotik dan mungkin
menimbulkan bekas.1

Biasanya ruam hilang dalam beberapa minggu, tetapi kadang-kadang rasa


nyeri yang parah dapat bertahan berbulan- bulan bahkan bertahun-tahun. Kondisi ini
disebut neuralgia pasca herpes atau neuralgia post herpetika atau disingkat NPH.3
Pentingnya

ketepatan

menganalisa

gejala

klinis,

mendiagnosis

dan

memberikan penatalakasaan pada kasus herpes zoster serta memahami diagnosis


bandingnya membuat penulis tertarik untuk menyajikan laporan kasus ini.

BAB II
STATUS PASIEN
A. IdentitasPasien
Nama
Usia
Jenis Kelamin
Alamat
Pekerjaan
Agama
Tanggal Pemeriksaan

: Ny. SA
: 65 tahun
: Perempuan
: Jalur, Plembang
: Ibu rumah tangga
: Islam
: 28 Maret 2016

Anamnesis
PasiendatangkepolikulitdakelaminRSAKGANITKIIpadatanggal28Maret
2016.DilakukanautoanamnesispadapasienNy.SA.
Keluhan utama : timbul bercak merah pada perut dan punggung pasien sejak 2
minggu yang lalu.
Keluhan tambahan : Perut dan punggung terdapat luka dan dirasakan sangat
nyeri dan panas. Terkadang terdapat rasa gatal pada daerah punggung.
Riwayat perjalanan penyakit :
Pasien mengeluh terdapat bercak kemerahan disertai keropeng pada
perut sejak 2 minggu yang lalu. Bercak merah disertai rasa nyeri dan rasa panas
sehingga pasien merasa sangat tidak nyaman saat melakukan aktivitas. Terkadang
pasien merasa gatal pada daerah bercak merah, namun pasien tidak menggaruk
bercak merah tersebut. Sekitar 2 hari sebelum timbul bercak merah, pasien merasa
demam yang tidak terlalu tinggi disertai pegal-pegal pada persendian. Pada hari ke
12 pasien mengatakan terdapat bentol yang berisi cairan jernih pada daerrah
bercak merah. Bentol tersebut kemudian pecah saat pagi hari dan mulai menjalar
sampai punggung pasien sekitar 1 minggu yang lalu berupa bercak merah disertai
bentol berisi cairan. Pasien mengakui sudah tidak terdapat bentol berisi cairan lagi
sejak 4 hari yang lalu, namun berubah menjadi kering kehitaman. Pasien mengaku
sudah mendapatkan obat asiklovir selama 3 hari, namun pasien masih merasa
sangat nyeri sepanjang bercak merah sehingga pasien datang berobat.
Riwayat penyakit dahulu : Pasien menyangkal pernah menderita keluhan
yang sama sebelumnya. Gejala seperti ini baru dirasakan pasien pertama kali.
Pasien pernah mengalami cacar air pada saat usia 10 tahun, cacar tersebut
3

sembuh setelah 2 minggu berlangsung. Pasien tidak memiliki riwayat alergi


obat-obatan dan tidak memiliki riwayat asma ataupun bersin-bersin saat udara
dingin.
Riwayat penyakit keluarga : Pasien menyangkal ada yang menderita
keluhan yang sama dikeluarganya. Tidak ada penyakit kulit dikeluarganya.
Riwayat status sosial ekonomi : Pasien adalah seorang ibu rumah tangga
yang tinggal bersama suaminya saja. Pendapatan pasien baik yang bersumber
dari anak-anak pasien.
Riwayat hygiene : setiap harinya pasien melakukan kegiatan ibu rumah
tangga seperti mencuci piring dan membersihkan rumah. Pasien mengaku
mandi sebanyak 2 kali dalam sehari.
C. Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Kesadaran
Keadaan Umum
Tanda Vital
Kepala
Leher
Toraks
Abdomen

Ekstremitas

: Kompos Mentis
: Tampak sakit sedang
: dalam batas normal
: Tidak ada kelainan
: Tidak ada kelainan
: Cor dan Pulmo tidak ada kelainan
: Tidak ada kelainan pada auskultasi dan perkusi.
Inspeksi dan palpasi lihat status dermatologikus
: tidak ada kelainan pada ekstremitas superior maupun
Inferior.

D. STATUS DERMATOLOGIKUS

Gambar 1. Distribusi unilateral setinggi dermatom torakal 10 sampai lumbal 2. Regio umbilicus
abdominal sinistra. Plakat eritem, multipel, ukuran 20x50 cm, batas tegas, basah, tepi tidak meninggi,
erosi (+), krusta (+) warna kekuningan

Gambar 2. Distribusi unilateral setinggi dermatom torakal 10. Regio torakal posterior sinistra. plakat
eritem, multipel, ukuran 10x30 cm dan terdapat peninggian, batas tidak tegas, basah, tepi tidak
meninggi, erosi (+), krusta multipel (+) kehitaman ukuran 10x5 cm

E. Pemeriksaan Penunjang
1. Tzancksmear
Preparat diambil dari discraping dasar lesi, kemudian diwarnai dengan
pewarnaan Giemsas,. Dengan menggunakan mikroskop cahaya akan dijumpai
5

multinucleated giant cells.


2. Pewarnaan Gram
preparat diambil dari kerokan lesi yang basah kemudian diberikan pewarnaan
gram dan ditemukan infeksi Staphyloccocus sp
bentuk : kokus
sifat : gram (+)
warna : ungu
susunan : berkelompok
metode : pewarnaan gram
infeksi Staphyloccocus sp
F.

Diagnosis Banding
Herpes zoster
Varisela
Impetigo vesikobulosa

G. Diagnosis Kerja
Herpes zoster torako lumbalis sinistra
H. Penatalaksanaan
Umum
o Edukasi tentang penyakit yang diderita dan pengobatannya
o Edukasi tentang komplikasi yang mungkin dapat terjadi pada
o
o
o
o
o

pasien.
Istirahat cukup
Mengedukasi pasien untuk tidak ada pantangan makan
Diet tinggi protein
Tidak banyak menggaruk pada daerah luka
Mengompres pada bagian luka dengan menggunakan NaCl dan
kassa steril.

Khusus
o Topikal :
Kompres Nacl 0,9% dengan kassa steril pagi dan sore
Salep gentamisin pada daerah luka yang terbuka sebanyak
2xsehari
o Sistemik :
Asiklovir : 5x800 mg/ hari/ oral. Diberikan selama 7 hari
Asam mafenamat : 3 kali 500mg/hari/ oral jika masih nyeri
Sohobion 5000 sebanyak 1 kali/hari/ oral

I. Prognosis
Quo ad vitam
Quo ad fungsionam
Quo ad sanationam
Quo ad cosmeticum

: ad bonam
: ad bonam
: ad bonam
: dubai ad malam

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
I.

Definisi
Herpes Zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus varisela
zoster yang menyerang kulit dan mukosa. Infeksi ini merupakan reaktifasi virus
yang terjadi setelah infeksi primer. Infeksi primer tersebut adalah varisela atau
sering disebut dengan cacar air.2
Herpes zoster merupakan radang kulit akut, yang mempunyai sifat khas
yaitu vesikel- vesikel yang tersusun berkelompok sepanjang persyarafan sensorik
kulit sesuai dermatom.1

II.

Epidemiologi
Herpes zoster dapat muncul dan meningkat sesuai dengan bertambahnya

usia, jarang pada anak-anak. Lebih dari 66% terjadi pada usia di atas 50 tahun dan
kurang dari 10% usia di bawah 20 tahun.2
Herpes zoster dapat terjadi disepanjang tahun karena tidak dipengaruhi

oleh musim dan tersebar merata di seluruh dunia, tidak ada perbedaan angka
kesakitan antara laki-laki dan perempuan, angka kesakitan meningkat dengan
peningkatan usia. Di negara maju seperti Amerika, penyakit ini dilaporkan sekitar
6% setahun, di Inggris 0,34% setahun sedangkan di Indonesia lebih kurang 1%
setahun.3
III.

Etiologi
Herpes zoster disebabkan oleh infeksi virus varisela zoster (VVZ) dan
tergolong virus berinti DNA, virus ini berukuran 140-200 nm, yang termasuk
subfamili

herpes viridae.2 Berdasarkan sifat biologisnya seperti siklus

replikasi, penjamu, sifat sitotoksik dan sel tempat hidup laten diklasifikasikan
kedalam 3 subfamili yaitu alfa, beta dan gamma. 4
VVZ dalam subfamili

mempunyai sifat khas menyebabkan infeksi

primer pada sel epitel yang menimbulkan lesi vaskuler. Selanjutnya setelah infeksi
primer, infeksi oleh virus herpes alfa biasanya menetap dalam bentuk laten
didalam neuron dari ganglion. Virus yang laten ini pada saatnya akan
menimbulkan kekambuhan secara periodik. Secara in vitro virus herpes alfa
mempunyai jajaran penjamu yang relatif luas dengan siklus pertumbuhan yang
pendek serta mempunyai enzim yang penting untuk replikasi meliputi virus
spesifik DNA polimerase dan virus spesifik deoxypiridine (thymidine) kinase
yang disintesis di dalam sel yang terinfeksi.3
IV.

Patogenesis

Masa inkubasi virus adalah 7-12 hari. Virus masuk kedalam tubuh manusia
melalui inhalasi dari sekresi pernafasan (droplet infection) ataupun kontak
langsung dengan lesi kulit. Droplet infection dapat terjadi 2 hari sebelum hingga 5
hari setelah timbul lesi dikulit2
Varisela zoster virus masuk kedalam tubuh manusia melalui saluran
pernafasan bagian atas, orofaring atau konjungtiva. Siklus replikasi pertama
terjadi pada hari ke 2-4 yang berlokasi pada lymph nodes regional kemudian
diikuti penyebaran virus melalui darah dan kelenjar limfe yang mengakibatkan
terjadinya viremia primer. Pada sebagian besar penderita yang terinfeksi, replikasi
virus tersebut dapat mengalahkan mekanisme pertahanan tubuh sehingga akan
berlanjut dengan siklus replikasi virus yang kedua yang terjadi di hepardan limpa
yang mengakibatkan terjadinya viremia sekunder. Pada fase ini, partikel virus
akan menyebar keseluruh tubuh dan mencapai epidermis pada hari ke 14-16 yang
menimbulkan lesi pada kulit.5
Selama terjadinya varisela, virus varisela zoster berpindah tempat dari lesi
kulit dan permukaan mukosa ke ujung syaraf sensoris dan ditransportasikan secara
sentripetal melalui serabut saraf sensoris ke ganglion sensoris. Pada ganglion
tersebut terjadi infeksi laten (dorman), dimana virus tersebut tidak lagi menular
dan tidak bermutiplikasi, tetapi tetap mempunyai kemampuan untuk berubah
menjadi infeksius apabila terjadi reaktivasi virus.3 Reaktivasi virus tersebut dapat
diakibatkan oleh keadaan yang menurunkan imunitasseluler seperti pada penderita
karsinoma, penderita yang mendapatkan pengobatan immunosuppressive dan pada
orang-orang berusia lanjut. Pada saat terjadi reaktivitas, virus akan kembali
bermutiplikasi sehingga terjadi reaksi radang dan merusak ganglion sensoris.
Kemudian virus akan menyebar ke sumsum tulang serta batang otak dan melalui
syaraf sensoris akan sampai dikulit dan kemudian timbul gejala klinis.2
V.

Gejala Klinis
Sebelum timbul gejala kulit terdapat gejala prodromal baik sistemik

(demam, pusing, malese) maupun gejala prodromal local (nyeri otot, nyeri tulang,
gatal, pegal-pegal). Biasanya timbul 1-2 hari sebelum timbul lesi pada kulit.2
Gambaran yang paling khas pada herpes zoster adalah erupsi yang
lokalisata dan unilateral. Jarang erupsi tersebut melewati garis tengah tubuh.
10

Umumnya lesi terbatas pada daerah kulit yang dipersarafi oleh salah satu ganglion
saraf sensorik.6
Akan timbul eritema dan dalam waktu singkat (24 jam) akan menjadi
vesikel-vesikel yang berkelompok dengan dasar kulit yang eritem dan edema.
Vesikel berisi cairan yang jernih kemudian menjadi keruh.2 Dapat menjadi pustule
dan krusta. Krusta ini dapat menetap menjadi 2-3 minggu. Kelainan pada muka
sering disebabkan oleh karena gangguan pada nervus trigenminus atau nervus
fasialis dan otikus.
Dapat terjadi rasa nyeri yang timbul pada daerah bekas penyembuhan lebih
dari sebulan setelah penyakitnya sembuh, hal ini disebut neuralgia pascaherpetik.
Nyeri ini dapat berlangsung sampai beberapa bulan bahkan bertahun-tahun
dengan gradasi nyeri yang bervariasi. Kecendrungan ini dapat terjadi pada pasien
yang mengalami herpes zoster di usia lebih dari 40 tahun.4
Menurut lokasi lesinya, herpes zoster dibagi menjadi:

1. Herpes zoster oftalmikus


Herpes zoster oftalmikus merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai
bagian ganglion gasseri yang menerima serabut saraf dari cabang ophtalmicus
saraf trigeminus (N.V), ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.
Infeksi diawali dengan nyeri kulit pada satu sisi kepala dan wajah disertai gejala
konstitusi seperti lesu, demam ringan. Gejala prodromal berlangsug 1 sampai 4
hari sebelum kelainan kulit timbul. Fotofobia, banyak kelar air mata, kelopak mata
bengkak dan sukar dibuka.

Gambar 1. Herpes zoster oftalmikus sinistra.

11

2. Herpes zoster fasialis


Herpes zoster fasialis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai
bagian ganglion gasseri yang menerima serabut saraf fasialis (N.VII), ditandai
erupsi herpetik unilateral pada kulit.

Gambar 2. Herpes zoster fasialis dekstra.

3. Herpes zoster brakialis


Herpes zoster brakialis merupakan infeksi virus herpes zoster yang
mengenai pleksus brakialis yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada
kulit.

Gambar 3. Herpes zoster brakialis sinistra.


4. Herpes zoster torakalis
Herpes zoster torakalis merupakan infeksi virus herpes zoster yang
mengenai pleksus torakalis yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada
12

kulit.

Gambar 4. Herpes zoster torakalis sinistra.

5. Herpes zoster lumbalis


Herpes zoster lumbalis merupakan infeksi virus herpes zoster yang
mengenai pleksus lumbalis yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada
kulit.

6. Herpes zoster sakralis


Herpes zoster sakralis merupakan infeksi virus herpes zoster yang
mengenai pleksus sakralis yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada
kulit.

Gambar 5. Herpes zoster sakralis dekstra.


13

VI.

Pemeriksaan Penunjang
1. Tzancksmear
Preparat diambil dari discraping lesi yang masih baru, kemudian
diwarnai dengan pewarnaan yaitu hematoxylin-eosin, Giemsas, Wrights,
toluidine blue ataupun Papanicolaous. Dengan menggunakan mikroskop
cahaya akan dijumpai

multinucleated giant cells.3 Pemeriksaan ini

sensitifitasnya sekitar 84%.7


2. Directfluorescentassay(DFA)
Preparat diambil dari scraping dasar vesikel tetapi apabila sudah
berbentuk krusta pemeriksaan dengan DFA kurang sensitif. Hasil pemeriksaan
cepat.Membutuhkan mikroskop fluorescence.3
Test ini dapat menemukan antigen virus varicella zoster. Pemeriksaan
ini dapat membedakan antara VZV dengan herpes simpleks virus.
3. Polymerase chain reaction (PCR)
Pemeriksaan dengan metode ini sangat cepat dan

sangat

sensitif.Dengan metode ini dapat digunakan berbagai jenis preparat seperti


scraping dasar vesikel dan apabila sudah berbentuk krusta dapat juga
digunakan sebagai preparat, dan CSF.3
Sensitifitasnya berkisar 97 - 100%. Test ini dapat menemukan nucleic
acid dari virus varicella zoster.7
4. Biopsi kulit
Hasil pemeriksaan histopatologis : tampak vesikel intraepidermal
dengan degenerasi sel epidermal dan acantholysis. Pada dermis bagian atas
dijumpai adanya lymphocytic infiltrate.
VII.

Penatalaksanaan
UMUM :
Walaupun herpes zoster sudah sembuh dan tidak terdapat lesi baru lagi,
namun rasa nyeri bisa tetap ada dan dapat berlangsung berbulan-bulan
sampai bertahun-tahun. Hal tersebut dapat membuat pasien terganggu
dan mengatakan penyakitnya tidak sembuh. Untuk itu diperlukan
penjelasan kepada pasien tentang neuralgia paska herpetic.
Neuralgia paska herpetik adalah rasa nyeri yang timbul pada daerah
bekas penyembuhan. Keadaan ini cenderung timbul pada umur diatas

40 tahun
Edukasi tentang penyakitnya
Edukasi tentang pengobatan yang didapat
Pasien harus istirahat yang cukup
Mengedukasi pasien untuk tidak ada pantangan makan. Diet tinggi

14

protein
Tidak banyak menggaruk pada daerah luka
Kuku jari tangan harus dipotong untuk mencegah terjadinya infeksi
sekunder akibat garukan.

KHUSUS :
Topikal :

Salep antibiotik untuk lesi yang terbuka : kloramfenikol 2% atau salep

gentamisin
NaCl 0,9 % untuk mengompres bagian luka yang berbentuk krusta
Bedak salisil talc untuk menjaga vesikel agar tidak mudah pecah

Sistemik

Dapat diberikan antipiretik dan analgetik, tetapi tidak boleh golongan

salisilat (aspirin) untuk menghindari terjadinya terjadi sindroma Reye.


Analgetik diberikan untuk mengurangi neuralgia yang
ditimbulkan oleh virus herpes zoster. Obat yang biasa
digunakan

adalah

asam

mefenamat.

Dosis

asam

mefenamat adalah 1500 mg/hari diberikan sebanyak 3 kali,

atau dapat juga dipakai seperlunya ketika nyeri muncul.


Obat antivirus : Pemberian antivirus dapat mengurangi lama sakit,
keparahan dan waktu penyembuhan akan lebih singkat. Pemberian
antivirus sebaiknya dalam jangka waktu kurang dari 48 - 72 jam setelah
erupsi dikulit muncul. Golongan antivirus yang dapat diberikan yaitu
asiklovir, valasiklovir dan famasiklovir. Dosis anti virus (oral) untuk
pengobatan varicella dan herpes zoster :
Neonatus : Asiklovir 500 mg / m2 IV setiap 8 jam selama 10 hari.
Anak (2-12tahun): Asiklovir 4x20mg/kgBB/hari/oral selama 5 hari.

Pubertas dan dewasa : Asiklovir 5 x 800 mg / hari / oral selama 7 hari.,


Valasiklovir 3 x 1 gr / hari / oral selama 7 hari., Famasiklovir 3 x 500
mg / hari / oral selama 7 hari.

VIII.

Komplikasi
1. Neuralgia Paska herpetic
Neuralgia paska herpetik adalah rasa nyeri yang timbul pada daerah
bekas penyembuhan. Neuralgia ini dapat berlangsung selama berbulan-bulan
15

sampai beberapa tahun.2 Keadaan ini cenderung timbul pada umur diatas 40
tahun, persentasenya 10 - 15 % dengan gradasi nyeri yang bervariasi. Semakin
tua umur penderita maka semakin tinggi persentasenya.4
2. Infeksi sekunder
Pada penderita tanpa disertai defisiensi imunitas biasanya tanpa
komplikasi. Sebaliknya pada yang disertai defisiensi imunitas, infeksi H.I.V.,
keganasan, atau berusia lanjut dapat disertai komplikasi. Vesikel sering
manjadi ulkus dengan jaringan nekrotik.4
3. Kelainan pada mata
Pada herpes zoster oftatmikus, kelainan yang muncul dapat berupa:
ptosis paralitik, keratitis, skleritis, uveitis, korioratinitis dan neuritis optik.2
4. Sindrom Ramsay Hunt
Sindrom Ramsay Hunt terjadi karena gangguan pada nervus fasialis
dan otikus, sehingga memberikan gejala paralisis otot muka (paralisis Bell),
kelainan kulit yang sesuai dengan tingkat persarafan, tinitus, vertigo,
gangguan pendengaran, nistagmus, nausea, dan gangguan pengecapan.4
5. Paralisis motorik
Paralisis motorik dapat terjadi pada 1-5% kasus, yang terjadi akibat
perjalanan virus secara kontinuitatum dari ganglion sensorik ke sistem saraf
yang berdekatan.5 Paralisis ini biasanya muncul dalam 2 minggu sejak
munculnya lesi. Berbagai paralisis dapat terjadi seperti: di wajah, diafragma,
batang tubuh, ekstremitas, vesika urinaria dan anus. Umumnya akan sembuh
spontan.1
IX.

Prognosis
Herpes zoster pada pasien imunokompeten tanpa disertai komplikasi prognosis

biasanya sangat baik sedangkan pada pasien imunokompromais, angka morbiditas dan
mortalitasnya signifikan.

16

BAB IV
PEMBAHASAN

Pada pasien ini dapat ditegakan diagnosis berupa herpes zoster berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik dan juga pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada
tanggal 28 Maret 2106 sebagai berikut :
Dari anamnesa terhadap seorang pasien perempuan yang bekerja sebagai ibu
rumah tangga dengan usia 65 tahun yang datang ke RS AK GANI dengan keluhan
utama timbul bercak merah pada perut dan punggung sebelah kiri pasien sejak 2
minggu yang lalu. Menurut literatur, herpes zoster memang paling sering terjadi pada
usia diatas 50 tahun keatas (66%),2 angka kesakitan antara wanita maupun pria tidak
jauh berbeda. Di Indonesia, herpes zoster masih menjadi penykit yang sering di

17

temukan di rumah sakit (38%). Seperti pada Ny. SA yang berusia 65 tahun dimana
pada usia ini terjadi penurunan fungsi sistem imun sehingga mempermudah terjadinya
infeksi. Bercak merah hanya terdapat pada perut dan punggung bagian kiri tubuh
pasien. Seperti pada literature, distribusi khas herpes zoster adalah lokalisata dan
unilateral.2 jarang erupsi melewati garis tengah tubuh . umumnya lesi terbatas pada
daerah kulitr yang dipersarafi oleh salah satu ganglion. Bercak merah yang timbul
disertai rasa nyeri dan panas pada perut dan punggung sebelah kiri sehingga pasien
sulit untuk tidur pada malam hari. Menurut literature yang ada, rasa nyeri pada daerah
lesi merupakan keluhan khas pada herpes zoster. Hal ini dikarenakan virus zoster
varisela menginfeksi persarafan sensorik pada penderita dan terjadi proses peradangan
pada persarafan sensoris sehingga mengeluarkan mediator-mediator kimiawi sehingga
terdapat rasa nyeri.3 Sekitar 2 hari sebelum timbul bercak merah, pasien merasa
demam yang tidak terlalu tinggi disertai pegal-pegal pada persendian. Pada infeksi
virus biasanya selalu didahului oleh demam dan tanda-tanda prodromal lainnya
seperti pegal-pegal, ngilu pada beberapa persendian dan sakit kepala sebelum timbul
gejala klinis khas pada infeksi ini.2 Seperti pada Ny. SA yang didahului demam
sebelum timbul bercak merah menandakan bahwa pasien menderita infeksi virus.
Keesokan harinya setelah timbul bercak merah, pasien mengatakan terdapat bentol
yang berisi cairan jernih pada daerah bercak merah. Bentol tersebut kemudian pecah
saat pagi hari dan mulai menjalar sampai punggung pasien sekitar 1 minggu yang lalu.
Seperti yang tertera pada literatur, infeksi herpes zoster selalu didahului dengan
bercak merah yang berlangsung tidak terlalu lama. Sekitar 24 jam kemudian bercak
merah akan diikuti oleh timbulnya vesikel-vesikel berisi cairan jernih sampai keruh
dan tersusun berkelompok diatas permukaan eritem dan edem2. Seperti pada kasus ini,
pasien mengeluh diawali bercak merah yang cepat diikuti dengan bentol-bentol berisi
cairan jernih. Sejak hari ke 4 sebelum pasien datang kerumah sakit, pasien mengakui
sudah tidak terdapat bentol berisi cairan lagi, namun berubah menjadi kering
kehitaman. Seperti pada literatur, masa tunas pada virus varisela zoster berlangsung 712 hari kemudian terjadi fase resolusi yang ditandai dengan berhentinya masa aktif
yaitu tidak terdapat lesi-lesi baru yang timbul pada kulit2. Hanya terdapat krusta
akibat mengeringnya cairan didalam vesikel yang pecah. Pasien mengaku sudah
mendapatkan obat asiklovir, namun pasien masih merasa sangat nyeri sepanjang
bercak merah sehingga pasien datang berobat.
Pada riwayat penyakit dahulu, pasien mengaku pernah mengalami infeksi
18

cacar air pada usia 10 tahun dan berlangsung sekitar 2 minggu, dimana menurut
literatur yang ada, infeksi cacar air ini merupakan infeksi primer dari herpes zoster.
Virus varisela zoster akan dorman pada tubuh host setelah terjadi infeksi primer yaitu
varisella. Virus tersebut tidak lagi menular dan tidak bermutiplikasi,
tetapi tetap mempunyai untuk berubah menjadi infeksius apabila
terjadi reaktivasi virus.3 Virus varisela zoster tidak melakukan kemudian akan
menimbulkan gejala klinis saat sistem imun host tidak terlalu baik. Reaktivasi
virus tersebut dapat diakibatkan oleh keadaan yang menurunkan
imunitasseluler seperti pada penderita karsinoma, penderita yang
mendapatkan pengobatan immunosuppressive dan pada orangorang berusia lanjut.6
Pada pemeriksaan fisik ditemukan dasar eritema, terdapat erosi, terdapat
krusta yang mulai menghitam dibeberapa tempat. Batas tidak tegas, basah, multiple,
lenticular-numular. Distribusi unilateral (terlokalisir pada abdomen dan punggung
kiri). Lesi setinggi dermatom torakalis 10 lumbalis 2 pada regio umbilicus abdominal
dan memanjang sampai punggung belakang sebelah kiri setinggi lumbalis 2-4. Vesikel
dan bula merupakan lesi yang dihasilkan oleh herpes zoster. Vesikel biasanya berisi
cairan jernih sampai keruh. Pada herpes zoster, lesi dapat terjadi pada dermatom T3
hinggal L2 dan terdistribusi unilateral sesuai dengan persarafan yang terinfeksi.
Vesikel sangat mudah pecah dan menghasilkan krusta pada bagian tubuh penderita. 3
Gambaran yang paling khas pada herpes zoster adalah erupsi yang
lokalisata dan unilateral. Jarang erupsi tersebut melewati garis
tengah tubuh. Umumnya lesi terbatas pada daerah kulit yang
dipersarafi oleh salah satu ganglion saraf sensorik. 6 Hal ini semakin
memperkuat diagnosa herpes zoster.
Tes Zanck smear

dengan ditemukan multinuclear giant cell (sel datia).

Preparat diambil dari discraping pada dasar lesi, kemudian diwarnai dengan
pewarnaan yaitu hematoxylin-eosin, Giemsas, Wrights, toluidine blue ataupun
Papanicolaous.

Dengan

menggunakan

mikroskop

cahaya

akan

dijumpai

multinucleated giant cells. Pemeriksaan ini sensitifitasnya sekitar 84% 7. Test ini tidak
dapat membedakan antara virus varicella zoster dengan herpes simpleks virus. selain
itu jyga dapat dilakukan pemeriksaan pewarnaan gram yang diambil dari bagian luka
yang terbuka untuk melihat apakah terdapat infeksi sekunder pada pasien, hasielnya

19

ditemukan bakteri Staphylococcus sp.


Diagnosis banding yang diambil pada kasus ini antara lain Herpes zoster
dimana dapat ditemukan vesikel dan bula pada bagian yang biasanya unilateral. Pada
herpes zoster biasanya lesi diawali dengan gejala prodromal seperti demam, malaise
dan lainlain. Lesi disertai rasa nyeri yang dapat mengganggu pasien. Selain itu
diagnosa banding pada kasus ini adalah varisela yang berupa vesikel-vesikel kecil,
gejala ini menyerupai herpes zoster, namun pada pemeriksaan fisik, lesi yang ada
penyebarannya tidak generalisata seperti pada varisela. Varisela juga tidak disertai
rasa nyeri seperti pada kasus ini. Impetigo vesikobulosa juga menjadi diagnosa
banding dimana terdapat vesikel dan bula seperti pada herpes zoster. Namun biasanya
vesikel bula sangat mudah pecah dan bersifat hipopion. Pada pemeriksaan kultur
bakteri ditemukan bakteri staphyloccocus dimana hal ini dapat menyingkirkan adanya
impetigo vesiko bulosa yang biasanya disebabkan oleh bakteri Streptococcus B
hemolyticus.
Diagnosa pada kasus ini adalah Herpes zoster torako lumbalis sinistra.
Diagnose ini diambil karena adanya gejala klinis yang mendukung seperti bercak
merah yang diikuti dengan vesikel yang berkelompok, dimana gambaran efloresensi
ini merupakan gambaran pada penderita herpes zoster 2. Selain itu, pasien
mengeluhkan rasa nyeri yang sangat menggangu pasien, diamana rasa nyeri
merupakan manifestasi yang dirasakan pasien akibat peradanyan pada saraf sensorik
yang mengalami infeksi virus varisela zoster. Pada pemeriksaan fisik didapatkan lesi
yang hanya terdistribusi unilateral pada abdomen dan punggung sinistra, hal ini
semakin memperkuat diagnosa herpes zoster dimana lesinya bersifat unilateral, Jarang
lesi tersebut melewati garis tengah tubuh. Umumnya lesi terbatas pada daerah kulit
yang dipersarafi oleh salah satu ganglion saraf sensorik. 6 Pemeriksaan penunjang yang
mendukung adalah dilakukannya pemeriksaan Tes Zanck smear dengan ditemukan
multinuclear giant cell (sel datia). Hal ini semakin memperkuat diagnose herpes zoster
pada pasien Ny. SA
Pasien mendapatkan tatalaksana secara umum dan khusus. Selain itu pasien
juga mendapatkan edukasi yang memberitahukan bahwa infeksi herpes zoster dapat
berlangsung cukup lama, sesuai keadaan tubuh pasien dan biasanya rasa nyeri yang
dirasakan pada pasien tidak hilang meskipun luka sudah mongering. Hal ini sesuai
dengan pernyataan literature yang mengatakan nyeri pada infeksi herpes zoster yang
telah sembuh dapat berlangsung sampai berbulan-bulan bahkan tahunan. Hal ini
20

disebut Neuralgia paska herpetik2, Selain itu, pasien disarankan untuk istirahat cukup,
mengedukasi pasien untuk tidak ada pantangan makan, diet tinggi protein untuk
mempercepat proses penyembuhan pada kulit pasien. Tidak banyak menggaruk pada
daerah luka agar tidak terdapat infeksi bakteri yang semakin luas dari garukan
tersebut. Infeksi bakteri dapat menjadi penyulit penyembuhan pada herpes zoster.7
Mengompres pada bagian luka dengan menggunakan NaCl dengan tujuan
mengangkat krusta yang ada pada luka dan membersihkan luka-luka terbuka pada
pasien. Pasien juga mendapatkan salep antibiotic gentamisin yang dioleskan pada
daerah yang terbuka untuk mencegah adanya infeksi bakteri pada luka karena vesikel
dan bula yang pecah. Pasien mendapatkan terapi sistemik berupa Asiklovir 5 kali 800
mg/ hari. Diberikan selama 7 hari. Asiklovir bekerja sebagai inhibitor DNA
polimerase pada virus agar menekan replikasi dari virus2, asam
mafenamat 3 kali 500mg/hari sebagai terapi nyeri yang dirasakan oleh pasien akibat
infeksi herpes zoster. Sohobion 5000 sebanyak 1 kali/hari untuk memperbaiki
persyarafan yang terkena

BAB V
KESIMPULAN
Herpes zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus
varisela-zoster yang menyerang kulit dan mukosa, infeksi ini merupakan
reaktivasi virus yang terjadi setelah infeksi primer.
Berdasarkan lokasi lesi, herpes zoster dibagi atas: herpes zoster
oftalmikus, fasialis, brakialis, torakalis, lumbalis, dan sakralis. Manifestasi klinis
herpes zoster dapat berupa kelompok-kelompok vesikel sampai bula di atas
daerah yang eritematosa. Lesi yang khas bersifat unilateral pada dermatom yang
sesuai dengan letak syaraf yang terinfeksi virus.
Diagnosa herpes zoster dapat ditegakkan dengan mudah melalui

21

anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jika diperlukan dapat dilakukan pemeriksaan


laboratorium sederhana, yaitu tes Tzanck dengan menemukan sel datia berinti
banyak.
Pada umumnya penyakit herpes zoster dapat sembuh sendiri (self
limiting disease), tetapi pada beberapa kasus dapat timbul komplikasi.
Semakin lanjut usia, semakin tinggi frekuensi timbulnya komplikasi.

DAFTAR PUSTAKA
1. Harper J. Varicella (chicken pox). In : Textbook of Pediatric Dermatology,
volume 1, Blackwell Science, 2000 : 336 - 39.
2. Handoko P. Penyakit Virus. In. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, editors. Ilmu
penyaki kulit dan kelamin. Edisi ke 6. Jakarta : Balai penerbitan FKUI; 2011
3. Hartadi, Sumaryo S. Infeksi Virus. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta: Hipokrates,
2000; 92-4.
4. Harper J. Herpes zoster. In : Textbook of Pediatric Dermatology, volume 1,
Blackwell Science, 2000 : 339 - 40.
5. Mc Cary M L. Varicella zoster virus. American Academy of Dermatology, Inc.
22

1999.
6. Odom R B. Varicella. In : Andrews Diseases of the skin. 9

th

edition, W.B.

Saunders Company, 2000 : 482 - 85.


7. Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani WI, Setiowulan W. Penyakit Virus. Kapita
Selekta Kedokteran. Edisi Ke-3. Jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius. 2000,
128-9.

TUGAS
1. mengapa pada infeksi varisela zoster dosis asiklovir yang diberikan 800 mg ?
jawaban : asiklovir diberikan 800 mg karena dosis tersebut cukup untuk
mensupresi dari pertumbuhan virus varisela zoster. Virus varisela zoster
bereplikasi lebih cepat dari replikasi DNA tubuh penderita, sehingga
dibutuhkan dosis yang cukup besar untuk mensupresi replikasi virus
2. apakah herpes zoster hanya terjadi unilateral ? apakah mungkin herpes zoster
terjadi bilateral? Mengapa?
Jawaban : walaupun jarang, dapat terjadi infeksi herpes zoster pada 2
dermatom bilateral misalnya mengenai dermatom torakal 4 kiri-kanan, hal ini
disebut herpes zoster duplex bilateralis. Selain ity herpes zoster juga dapat
terjadi pada dermatom berbeda yang berjauhan, hal ini disebut herpes zoster

23

duplex unilateral. Biasanya dapat terjadi pada pasien dengan


immunosuppressed atau pasien dengan usia lanjut. Hal ini dikarenakan system
imun pada pasien tidak memungkinkan untuk menahan infeksi herpes zoste,
kemudian virus varisela zoster menyebar melalu persarafan sensoris yang
berdekatan maupun yang berjauhan
3. bagaimana perkembangan dan prognosis herpes zoster pada kasusu ini ?
jawaban : pada pasien ini, terdapat perbaikan setelah 1 minggu diberikan
asikovir dan lesi ditatalaksana dengan baik. Perbaikan berupa tidak adanya
lagi vesikel yang tumbuh baru, dimana hal ini menandakan tidak ada lagi virus
yang bereplikasi. Bagian lesi yang mengalami erosi sudah mulai mengering
dan sembuh dengan baik. pasien masih mengeluh nyeri dan panas pada daerah
lesi. Hal tersebut memang terjadi pada infeksi herpes zoster, dapat
berlangsung berbulan-bulan hingga bertahun-tahun.

24

You might also like