You are on page 1of 6

RINGKASAN EKSEKUTIF

SARASWATI PURBO KAYUN, 2007. Kajian Strategi Pengembangan Industri


Biodiesel Berbasis Minyak Jelantah di Indonesia. Di bawah bimbingan
E. GUMBIRA SAID & AGUS MAULANA

Ketersediaan minyak mentah yang semakin sedikit dan desakan untuk


menggunakan bahan bakar yang ramah lingkungan sebagai dampak dari polusi
lingkungan serta dampak pemanasan global mengakibatkan berkembangnya usaha
dalam melakukan diversifikasi bahan bakar terbarukan. Salah satunya adalah
berkembangnya penelitian bahan bakar yang berasal dari nabati, khususnya
biodiesel. Terdapat berbagai minyak tumbuhan yang dapat dipergunakan sebagai
bahan baku untuk memproduksi biodiesel di dunia, bahkan minyak jelantah
(minyak goreng bekas) juga telah dipergunakan oleh Amerika Serikat khususnya
Hawaii, dan Jepang.
Tingkat konsumsi minyak goreng di Indonesia yang sangat tinggi
menggambarkan potensi yang besar untuk pemanfaatan minyak jelantah. Produksi
biodiesel di Indonesia saat ini masih berorientasi pada pasar ekspor. Sementara
beberapa produsen di dalam negeri masih memproduksi biodiesel untuk
memenuhi kebutuhan internal (www.kompas.com, 2006). Selain terdapatnya
potensi bahan baku, terbuka pula pasar yang luas untuk menjual produk biodiesel
berbahan baku minyak jelantah di Indonesia.
Dari uraian tersebut maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut
yaitu: 1) Apakah ketersediaan minyak jelantah di Indonesia dapat menjamin
kontinuitas produksi industri biodiesel berbasis minyak jelantah?, 2) Faktor-faktor
ekternal dan internal apa saja yang mempengaruhi pengembangan industri
biodiesel minyak jelantah di Indonesia?, 3) Strategi apa yang diperlukan dalam
pengembangan industri biodiesel berbasis minyak jelantah di Indonesia?.
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Menganalisa potensi
ketersediaan minyak jelantah dari restoran, masyarakat, dan industri pengolahan
makanan di Indonesia sebagai bahan baku biodiesel, 2) Menganalisa lingkungan
internal dan eksternal dalam mengembangkan industri biodiesel di Indonesia, 3)

Merumuskan strategi pengembangan industri biodiesel berbasis minyak jelantah


di Indonesia.
Penelitian kajian strategis pengembangan biodiesel berbasis minyak
jelantah (minyak goreng bekas) di Indonesia diharapkan dapat memberikan
infomasi sebagai berikut: 1) Gambaran tentang pesaing dalam industri serupa,
konsumen produk biodiesel dan produk substitusi biodiesel serta permasalah lain
yang dihadapi dalam mengembangkan industri biodiesel berbasis minyak jelantah
di Indonesia, 2) Gambaran tentang potensi dari masyarakat, restoran, dan industri
pengolahan makanan di Indonesia sebagai pemasok bahan bahan baku biodiesel,
3) Formulasi strategi pengembangan industri biodiesel berbasis minyak jelantah
yang sesuai penerapannya dengan kondisi saat ini.
Penelitian ini dilakukan di daerah Jakarta, Bandung, dan Purworejo di
Jawa tengah, karena industri biodiesel berbasis minyak jelantah yang sudah
beroperasi secara komersial berada di kawasan tersebut sehingga dapat mewakili
informasi yang dibutuhkan. Waktu pelaksanaan penelitian adalah pada bulan Juli
2007 sampai bulan Agustus 2007.
Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer
diperoleh dari pengisian kuesioner oleh pejabat pemerintah yang terkait langsung
dengan pengembangan industri biodiesel yaitu pakar dari BPPT, dan Ditjen
MIGAS dan pelaku bisnis yaitu para produsen biodiesel. Data sekunder adalah
data umum yang mendukung penelitian internal maupun eksternal industri
biodiesel. Data sekunder ini diperoleh dari studi pustaka baik melalui buku
laporan tahunan yang dikeluarkan oleh pemerintah, peraturan dan kebijakan
pemerintah yang mempengaruhi keberadaan industri biodiesel maupun laporan
hasil penelitian yang mendukung.
Kelayakan finansial dari pabrik biodiesel minyak jelantah dihitung dengan
menggunakan kriteria kelayakan dari, (Net Present Value atau NPV), Internal
Rate Return (IRR) dan net benefit Cost Ratio (net B/C ratio). Data yang
digunakan berasal dari perusahaan biodiesel minyak jelantah yaitu PT. Energi
Alternatif Indonesia dan CV Kebanggaan Anda.
Perumusan strategi pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
strategi terpilih dari matriks sembilan sel serta mempertimbangkan tujuan dan

sasaran pengembangan industri biodiesel yang telah dirumuskan pada tahap


sebelumnya. Selain itu dipertimbangkan pula ketersediaan bahan baku dan hasil
dari analisis kelayakan finansial.
Hasil analisa kelayakan finansial pabrik biodiesel dengan skala pabrik
besar, menengah, dan kecil menunjukkan bahwa pabrik biodiesel memiliki
kelayakan secara finansial dengan menggunakan kriteria NPV, IRR dan B/C ratio.
Kriteria kelayakan secara keseluruhan memiliki nilai positif sehingga industri
biodiesel berbasis minyak jelantah dapat dikembangkan dengan berbagai skala
industri berdasarkan hasil analisa kelayakan diatas. Semakin besar kapasitas
pabrik biodiesel maka semakin besar pula nilai NPV, IRR dan B/C ratio yang
didapatkan.
Minyak jelantah sebagai bahan baku biodiesel dapat dikumpulkan dari
beberapa sumber yaitu rumah tangga, restoran, hotel dan industri pengolahan
makanan. Jumlah minyak jelantah yang dihasilkan dari rumah tangga adalah
sebanyak 305.050,1406 ton, jumlah minyak jelantah yang dihasilkan dari industri
pengolahan makanan adalah sebanyak 2.079.417,5556 ton dan jumlah minyak
jelantah yang dihasilkan dari penggunaan minyak goreng oleh hotel dan restoran
adalah sebanyak 1.502.218,933 ton. Total jumlah minyak jelantah yang tersedia
dari berbagai pihak yang menggunakan minyak goreng adalah sebanyak:
3.886.686,6290 ton per tahun.
Strategi yang digunakan dalam pengembangan industri biodiesel minyak
jelantah adalah strategi pertumbuhan bagi industri besar. Strategi tersebut meliputi
strategi intensif yaitu penetrasi pasar, pengembangan pasar, atau pengembangan
produk, atau strategi integrasi yaitu integrasi ke depan, ke belakang serta integrasi
horizontal. Langkah yang dapat ditempuh bagi produsen berskala besar dalam
melakukan penetrasi pasar adalah melalui usaha pemasaran yang lebih gencar
sehingga dapat meningkatkan pangsa pasar. Strategi pengembangan pasar
dilaksanakan melalui membuat distributor di beberapa daerah di Jakarta sehingga
wilayah pemasaran lebih luas. Pengolahan glisero menjadi produk turunan
merupakan strategi pengembangan produk yang dapat dilakukan oleh produsen
biodiesel berskala besar.

Strategi yang sesuai dengan industri biodiesel skala menengah adalah


adalah strategi pertahankan dan pelihara. Strategi umum yang termasuk ke dalam
strategi tersebut adalah penetrasi pasar dan pengembangan produk. Langkah yang
dapat diambil untuk menerapkan strategi penetrasi pasar adalah dengan lebih
gencar memasarkan biodiesel minyak jelantah sehingga menarik minat konsumen
untuk membeli. Strategi pengembangan produk dapat dilakukan dengan
memanfaatkan gliserol sebagai hasil samping. Penjualan gliserol dan produk
turunannya dapat menambah pendapatan bagi produsen biodiesel.
Bagi industri kecil dan perorangan, strategi yang perlu dilakukan adalah
strategi divestasi atau penutupan. Setiap perusahaan yang berada pada posisi
tersebut harus ditutup karena berada pada industri yang memilik daya tarik lemah
dan kekuatan internal yang lemah pula. Agar tetap dapat bertahan produsen skala
UKM harus memperbaiki semua kelemahan internal yang dimiliki. Kelemahan
tersebut antara lain permodalan agar dapat membeli segala sarana produksi yang
memadai. Produsen biodiesel harus mencari bantuan pendanaan dari pihak luar
misalnya Bank Perkreditan Rakyat (BPR) atau Bank lain. Selain itu pula membuat
kerjasama dengan produsen biodiesel menengah misalnya untuk menjual gliserol
sehingga dapat mendatangkan tambahan pendapatan.
Hal yang menghambat pengembangan biodiesel minyak jelantah di
Indonesia adalah tingkat pendapatan masyarakat. Bila tingkat pendapatan
masyarakat rendah maka tingkat penggunaan minyak goreng secara berulangulang akan semakin tinggi serta penjualan minyak jelantah di masyarakat akan
semakin tinggi pula. Semakin tingginya tingkat penggunaan minyak goreng secara
berulang-ulang berakibat pada semakin sulitnya mendapatkan minyak jelantah
dari masyarakat.
Hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: Minyak jelantah
sebagai bahan baku biodiesel dapat dikumpulkan dari beberapa sumber yaitu
rumah tangga, restoran, hotel dan industri pengolahan makanan. Total jumlah
minyak jelantah yang tersedia dari berbagai pihak yang menggunakan minyak
goreng adalah sebanyak: 3.886.686,6290 ton per tahun. Industri biodiesel layak
untuk dikembangkan pada berbagai skala karena semua kriteria kelayakan
finansial bernilai positif. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa semakin besar

kapasitas pabrik biodiesel maka semakin besar pula nilai NPV, IRR dan B/C ratio
yang didapatkan. Besarnya nilai NPV, IRR dan B/C ratio memperlihatkan bahwa
pada skala berapapun, pabrik biodiesel minyak jelantah menguntungkan hanya
tingkat keuntungannya berbeda-beda sesuai dengan skalanya. Produsen biodiesel
berskala besar pada penelitian ini memiliki posisi di sel 1 pada matriks internaleksternal. Strategi yang tepat bagi perusahaan tersebut adalah strategi tumbuh dan
membangun. Beberapa strategi yang termasuk ke dalam strategi tumbuh dan
membangun adalah strategi intensif yaitu penetrasi pasar, pengembangan pasar,
atau pengembangan produk, atau strategi integrasi yaitu integrasi ke depan, ke
belakang serta integrasi horizontal. Produsen biodiesel skala menengah di
Indonesia dalam penelitian ini diwakili oleh CV. Kebanggaan Anda serta PT.
Energi Alternatif. Perusahaan tersebut berada pada sel 5 di matriks internaleksternal. Strategi yang sesuai untuk mengelola perusahaan tersebut adalah
strategi pertahankan dan pelihara. Strategi umum yang termasuk ke dalam strategi
tersebut adalah penetrasi pasar dan pengembangan produk. Produsen biodiesel
perorangan skala UKM dalam penelitian ini diwakili oleh UKM di Jakarta dan
Bandung. Sel 9 merupakan posisi produsen biodiesel UKM pada matriks internaleksternal. Perusahaan yang masuk dalam sel tersebut dikelola dengan strategi
panen atau divestasi.
Dari hasil penelitian ini disarankan: Peran dan dukungan pemerintah untuk
mengembangkan industri biodiesel minyak jelantah diperlukan dalam beberapa
hal. Dukungan dan peran pemerintah diperlukan agar produsen biodiesel
mendapatkan kemudahan dalam membeli minyak jelantah dari pihak restoran, dan
mengembangkan biodiesel berbasis UKM dengan memberikan bantuan
pendanaan, pelatihan dan regulasi yang mengatur UKM biodiesel sehingga tidak
merugikan bagi industri biodiesel besar dan menengah. Biodiesel minyak jelantah
dapat dikembangkan dalam berbagai skala karena setiap skala memiliki tingkat
kelayakan finansial yang menguntungkan. Sebaiknya biodiesel minyak jelantah
dikembangkan dalam basis UKM agar dapat membuka lapangan pekerjaan. Perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut pada kajian strategi bagi produsen biodiesel
perorangan dalam pengembangan industri biodiesel minyak jelantah karena
jumlah produsen biodiesel perorangan belum terdeteksi oleh APROBI.

Ketersediaan minyak jelantah di Indonesi tidak didapatkan dengan pasti karena


hanya merupakan angka perkiraan. Informasi ketersediaan minyak jelantah dari
pihak restoran dan hotel sangat sulit didapatkan. Perlu dilakukan penelitian lebih
lanjut mengenai ketersediaan minyak jelantah dari restoran dan hotel yang
dilakukan oleh instansi pemerintah yang lebih berwenang seperti biro pusat
statistika. Pengembangan biodiesel minyak jelantah di Indonesi terbatasi oleh
adanya pedagang kaki lima yang menjadi konsumen minyak jelantah dari restoran
dan hotel yang dijual kembali. Perlu dilakukan studi lebih lanjut tentang dampak
pencegahan penjualan kembali minyak jelantah dari restoran kepada pedagang
kaki lima.

Kata kunci: biodiesel minyak jelantah, manajemen strategi, NPV, IRR, B/C ratio.

You might also like