You are on page 1of 10

TUGAS : PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

PANCASILA DALAM PERMASALAHAN


HAK ASASI MANUSIA

Oleh :
1. DIHIEN NURCAHYANTO
2. ENGGAR PRASETYO AJI
3. FESTI KURNIAWATI

NIM : 15242881
NIM : 15242882
NIM : 15242883

PROGRAM DIPLOMA IV PERTANAHAN


SEKOLAH TINGGI PERTANAHANAN NASIONAL
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG /
BADAN PERTANAHAN NASIONAL
YOGYAKARTA
2015
A. LATAR BELAKANG
B. TINJAUAN PUSTAKA

C. PERMASALAHAN
1. Apa pengertian Integrasi Administrasi Pertanahan?
2. Apa saja dan jelaskan instansi harus berperan dalam rangka pelaksanaan
Integrasi Administrasi Pertanahan
D. PEMBAHASAN
1. Pengertian Integrasi Administrasi Pertanahan
Menurut

Kamus

Besar

Bahasa

Indonesia,

Integrasi

adalah

penyesuaian antara unsur kebudayaan yang saling berbeda sehingga


mencapai

suatu

keserasian

fungsi

dalam

kehidupan

masyarakat.

Administrasi Pertanahan adalah Suatu usaha dan kegiatan suatu organisasi


dan manajemen yang berkaitan dengan penyelenggaraan kebijakankebijakan Pemerintah di bidang Pertanahan dengan menggerakan sumber
daya untuk mencapai tujuan sesuai dengan Per-Undang-Undangan yang
berlaku.
Jadi yang dimaksud dengan Integrasi Administrasi Pertanahan
adalah penyesuaian kebijakan-kebijakan antar penyelenggara negara atau
instansi pemerintah dengan menggerakan sumber daya untuk mencapai
pelayanan yang terbaik dalam bidang pertanahan sehingga tanah bisa
digunakan sepenuhnya untuk kemakmuran masyarakat.
2. Instansi yang berperan dalam rangka Integrasi Administrasi Pertanahan
Dalam pelaksanaan administrasi pertanahan terkait berbagai instansi
pemerintah yang tugas pokok dan fungsi nya berkaitan erat dengan kegiatan
administrasi pertanahan. Dalam melaksanakan tugas tersebut antar instansi
pemerintahan harus saling berintegrasi, sehingga dalam melaksanakan
pelayanan kepada masyarakat dapat dilaksanakan secara maksimal. Ada 7
instansi pemerintah (stake holders) yang tugas pokok fungsinya berkaitan
dengan administrasi pertanahan, instansi tersebut antara lain adalah Kantor
Kementrian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional baik dari
Pusat hingga Kabupaten, Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan,
Kantor Lelang Negara, Kantor Pemerintah Daerah khusunya Dinas

Pendapatan Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD)


atau Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda), Kantor Pejabat Pembuat Akta
Tanah (PPAT), Kantor Surveyor Berlisensi.
a. Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional
Dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan
Dasar Pokok-Pokok Agraria Pasal 19 ayat (1) disebutkan bahwa untuk
menjamin kepastian hukum oleh Pemerintah diadakan pendaftaran tanah
diseluruh wilayah Republik Indonesia menurut ketentuan-ketentuan yang
diatur dengan Peraturan Pemerintah. Kemudian pada Tahun 1961 diterbitkan
Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 tentang Pendaftaran Tanah,
dan kemudian ada perubahan lagi menjadi Peraturan Pemerintah Nomor 24
Tahun 1997 tentang Pendafaran Tanah.
Peraturan Pemerintah No 24 Tahun 1997 pasal 3 menyebutkan
bahwa Pendaftaran tanah bertujuan untuk memberikan kepastian hukum
dan perlindungan hukum kepada pemegang hak atas suatu bidang tanah,
satuan rumah susun dan hak-hak lain yang terdaftar agar dengan mudah
dapat membuktikan dirinya sebagai pemegang hak yang bersangkutan dan
untuk menyediakan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan
termasuk Pemerintah agar dengan mudah dapat memperoleh data yang
diperlukan dalam mengadakan perbuatan hukum mengenai bidang-bidang
tanah dan satuan-satuan rumah susun yang sudah terdaftar, untuk
terselenggaranya tertib administrasi pertanahan. Hak tersebut menunjukkan
bahwa Badan Pertanahan Nasional bertugas untuk memberikan kepastian
hukum terhadap suatu bidang tanah.
Masalah klasik yang terjadi di Kementerian Agraria dan Tata
Ruang / Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia adalah kurangnya
Aparatur Sipil Negara baik di Kanwil Provinsi maupun di Kantor
Pertanahan Kabupaten. Sehingga di daerah yang kekurangan ASN maka
seorang ASN bisa merangkap lebih dari 2 tanggung jawab pekerjaan.

b. Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan


Sejarah pemungutan pajak dimulai dengan instansi yang disebut
landrente yang tidak lain adalah suatu badan yang sebagai kadaster fiscal.
Badan ini bekerja sema dengan Pamong Desa yang mengusahakan adanya
peta tanah sesuai dengan istilah klassering atas tanah-tanah adat.
Disamping itu sebagai alat penarikan dan pelunasan pajak tanah badan ini
menerbitkan surat pengenaan pajak tanah yang dikenal dengan letter C,
pipil, girik, petuk dan lain-lain. Dalam perkembangannya maka rakyat
beranggapan bahwa letter c, girik, pipil, petuk sebagai surat yang
menunjukkan sebaggai surat yang mempunyai kekuatan bukti kepemilikan
atas tanah adat. Disini nampaknya kebutuhan rakyat di desa terutama akan
adanya jaminan kepastian hukum dan hak atas tanahnya. Landrente ini
kemudian berubah menjadi IPEDA yang bernaung di bawah Departemen
Keuangan dan sekarang disebut Kantor Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).
Dengan melihat uraian diatas, maka data-data yang ada di Kantor
PBB berupabuku induk PBB, peta rincian, Buku Nilai JualObyek Pajak
(NJOP) dan sebagainya semuanya berkaitan dengan tanah. Walaupun
girik,petuk, dll hanya merupakan bukti administrasi perpajakan, namun hal
ini dapat membantu apabila ditemui permasalahan-permasalahan dalam
hal pemilikan seseorang atas tanah.
Salah satu persyaratan dalam proses pensertipikatan tanah juga
harus

melampirkan

bukti

pembayaran

PBB

tahun

berjalan,

ini

menunjukkan bahwa antara Kementerian Agraria / BPN RI dengan Kantor


DPPKAD sebagai instansi yang sekarang menerima pembayaran PBB
memiliki integrasi yang bagus.
c. Kantor Lelang Negara
Dalam pasal 41 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun
1997 menyatakan bahwa Peralihan hak melali pemindahan hak dengan
lelang hanya dapat didaftar jika dibuktikan dengan kutipan risalah lelang
yang dibuat oleh Pejabat Lelang. Dari pasal 41 tersebut diatas maka risalah

lelang juga merupakan salah satu sumber data bagi tertib administrasi
pertanahan. Kepala kantor lelang dapat menolak pelaksanaan lelang
apabila terhadap tanah yang sudah bersertipikat tidak diserahkan sertifikat
asli hak yang bersangkutan, kecuali dalam lelang eksekusi dan sertifikat
yang diserahkan tidak sesuai dengan daftar-daftar yang ada di Kantor
Pertanahan.
Lelang dapat dilakukan pada tanah yang sudah terdaftar maupun
yang belum terdaftar. Terhadap tanah yang sudah terdaftar maka untuk
pendaftaran peralihan hak nya yang harus diserahkan ke Kantor
Pertanahan adalah kutipan Risalah Lelang dan sertipikat hak atas tanahnya.
Sedangkan terhadap tanah yang beum terdaftar maka untuk pendaftaran
peralihannya berupa kutipan risalah lelang dan surat bukti sebagaimana
dimaksud pasal 24 ayat (I) PP Nomor 24 Tahun 1997 atau surat
keterangan Kepala Desa/Kelurahan sebagaimana dimaksud pasal 24 ayat
(2) PP. Nomor 24 Tahun 1997.
Dari uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa Kantor Lelang
Negara harus berintegrasi dikarenakan mempunyai peranan dalam
mendukung tertibnya administrasi pertanahan.
d. Kantor Pemerintah Daerah
Dengan diterbitkannya Keputusan Presiden Republik Indonesia
Nomor 34 Tahun 2003 tentang Kebijakan Nasional di Bidang Pertanahan
maka ada sebagian kewenangan Badan Pertanahan Nasional yang di
laksanakan oleh Pemerintah Kabupaten / Kota.
Dalam pasal 2 disebutkan bahwa kewenangan tersebut antara lain :
1). Pemberian ijin lokasi;
2). Penyelenggaraan pengadaan tanah untuk kepentingan umum;
3). Penyelesaian sengketa tanah garapan;
4). Penyelesaian masalah ganti kerugian dan santunan tanah pembangunan
5). Penetapan subyek dan obyek redistribusi tanah, serta ganti kerugian
tanah kelebihan maksimum dan tanah absentee
6). Penetapan dan penyelesaian masalah tanah ulayat

7). Pemanfaatan dan penyelesaian tanah kosong


8). Pemberian ijin membuka tanah
9). Perencanaan penggunaan tanah wilayah Kabupaten / Kota
Dalam melaksanakan kewenangan tersebut tentunya berbagai hal
yang berkaitan dengan pengadministrasiannya harus dapat dilaksanakan
dengan baik dan tertib. Hal ini menjadi hal yang penting karena usaha
mewujudkan tertib administrasi pertanahan haruslah ditunjang dengan
pengelolaan administrasi pertanahan yang baik.
Seperti kita ketahui bersama untuk keperluan pendaftaran tanah,
dalam hal-hal tertentu perlu adanya Surat Keterangan dari Kepala
Desa/Lurah yang fungsinya adalah sebagai alas hak penerbitan sertifikat
hak atas tanah. Untuk didaerah daerah pulau jawa pengadministrasian di
Kantor Desa/ Lurah sudah cukup baik dikarenakan merupakan
peninggalan zaman Belanda. Sedangkan di Luar jawa pengadministrasian
di Kantor Desa / Lurah masih kurang bagus, hal tersebut lah yang bisa
menimbulkan potensi masalah dalam hal pertanahan.
Dari uraian tersebut diatas bisa diberikan saran kepada pemerintah
untuk pentertiban pengadministrasian di Kantor Desa ataupun Kantor
Lurah, hal tersebut bisa mengurangi potensi masalah pertanahan yang akan
terjadi dikemudian hari.
e. Kantor Pejabat Pembuat Akta Tanah
Sesuai ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997
tentang Pendaftaran tanah, dalam Pasal 6 ayat (2) dinyatakan bahwa :
dalam melaksanakan pendaftaran tanah, Kepala Kantor Pertanahan dibantu
oleh PPAT dan Pejabat lain yang ditugaskan untuk melaksanakan kegiatankegiatan tertentu menurut Peraturan Pemerintah ini dan peraturan
perundang-undangan yang bersangkutan. Adapun yang mengatur jabatan
Pejabat Pembuat Akta Tanah adalah berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 37 Tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan Pegawai Pembuat Akta

Tanah, didalam ketentuan Peraturan Pemerintah tersebut ditentukan


adanya PPAT, PPAT sementara dan PPAT khusus.
Tugas pokok PPAT adalah melaksanakan sebagian kegiatan
pendaftaran tanah dengan membuat akta sebagai bukti dilakukannya
perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah. Akta yang dibuat oleh
PPAT tersebut akan dijadikan dasar bagi proses pendaftaran perubahan
data pendaftaran tanah yang diakibatkan oleh perbuatan hukum itu.
Perbuatan hukum tersebut antara lain : jual beli, tukar menukar, hibah,
pemasukan ke dalam perusahan (inbreng), pembagian hak bersama,
pemberian Hak Tanggungan dan pemberian kuasa membebankan Hak
Tanggungan.
Dalam melaksanakan tugasnya, Akta dibuat PPAT sebanyak
rangkap 2 (dua) dalam bentuk asli, dimana lembar pertama asli sebagai
arsip PPAT, dan lembar kedua asli untuk Kantor Pertanahan untuk
keperluan pendaftaran. Sedangkan kepada para pihak yang melakukan
perbuatan diberi Salinan Akta. Sesuai ketentuan yang berlaku, maka arsip
Akta yang ada pada PPAT harus dijilid sebulan sekali, PPAT juga harus
membuat Buku Daftar untuk semua akta yang dibuatnya dan wajib
membuat laporan bulanan ke Kantor Pertanahan.
Dengan melihat uraian tersebut diatas, kiranya dapat kita sadari
bahwa akta PPAT adalah sebagai salah satu sumber data bagi pemeliharaan
data pendaftaran tanah di Kantor Pertanahan. Tertib administrasi
pertanahan yang dikelola PPAT sama pentingnya dengan tertib
administrasi pertanahan di Kantor Pertanahan, karena bila ada yang hilang
di Kantor Pertanahan setempat, maka warkah tersebut bila diperlukan bisa
di cari kembali di Kantor PPAT.
Namun sekarang ini ada pergeseran dari fungsi PPAT yang
disebutkan diatas. Dari yang semula hanya membuat akta sekarang PPAT
juga banyak yang menjadi Calo pengurusan sertipikat di Kantor
Pertanahan. Hal tersebut dikarenakan permohonan Pendaftaran Tanah
Pertama Kali sebagian besar dilakukan oleh pemohon dikarenakan

sertipikat tersebut nantinya akan digunakan untuk Jaminan pengambilan


kredit di Bank. Maka dari itu pihak Bank sudah bekerja sama dengan
PPAT sehingga dapat memperoleh keuntungan lebih. Bahkan lebih
ekstrem lagi kadang ditemukan biaya jasa pengurusan sertipikatnya lebih
besar dari pada biaya pembuatan sertipikat yang disetor kan ke Loket
Pelayanan di Kantor Pertanahan. Masalah tersebut bisa diatasi dengan
kebijakan Kantor Pertanahan yang harus lebih tegas terhadap praktek
pelaksanaan percaloan di Kantor Pertanahan.
f. Kantor Surveyor Berlisensi
Sumber daya manusia adalah salah satu permasalahan yang
dihadapi di Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan
Nasional Republik Indonesia. Besarnya peningkatan volume pekerjaan
tidak berbanding lurus dengan penambahan Aparatur Sipil Negara di
lingkungan Kementrian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan
Nasional Republik Indonesia. Kekurangan terjadi baik di bidang teknis
pengukuran maupun bagian administrasi di Kantor Pertanahan. Padahal
bagian teknis pengukuran merupakan ujung tombak dalam kegiatan proses
pensertipikatan tanah. Untuk itu Kementerian Agraria dan Tata Ruang /
Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia mengambil kebijakan
dengan cara melalui pemberdayaan swasta di bidang pengukuran bidangbidang tanah.
Terbitnya Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nomor 9 Tahun
2013 tentang Surveyor menggantikan Peraturan Menteri Agraria / Ka.BPN
Nomor 2 Tahun 1998 tentang Surveyor Berlisensi merupakan dasar hukum
Surveyor Berlisensi untuk melakukan tugasnya. Surveyor Pertanahan
adalah seseorang yang mempunyai keahlian di bidang pengukuran dan
pemetaan dalam rangka pendaftaran tanah, yang mendapatkan Lisensi dari
Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia.
Didalam pasal 2 juga disebutkan bahwa Surveyor Berlisensi
diangkat dalam rangka percepatan pelaksanaan pendaftaran tanah di

Wilayah Negara Republik Indonesia. Tata cara pengadaan pekerjaan


pengukuran dan pemetaan dalam rangka pendaftaran tanah dilaksanakan
melalui mekanisme pelelangan sesuai nilai kontrak pekerjaan yang akan
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Sesuai ketentuan yang berlaku, hasil pekerjaan surveyor berlisensi yaitu
berupa hasil gambar ukur disampaikan kepada Kantor Pertanahan untuk
disahkan oleh pejabat BPN yang berwenang dengan disertai dokumendokumen pendukungnya. Hasil yang sudah diserahkan kepadaBPN
tersebut menjadi milik BPN dipergunakan untuk kegiatan pelayanan
pendaftaran tanah selanjutnya. Jika hasil pekerjaan dinyatakan tidak
memenuhi syarat teknis yang ditentukan, maka Kepala Bidang Survei
Pengukuran dan Pemetaan memerintahkan Surveyor berlisensi untuk
melakukan perbaikan terhadap hasil pekerjaan yang dimaksud paling
lambat 7 (tujuh) hari kerja setelah diteliti.
Masalah yang sering terjadi di Kantor Pertanahan adalah kualitas
hasil pengukuran dari Surveyor Berlisensi masih kurang dapat
dipertanggung jawabkan. Permasalah muncul ketika hasil pengukuran
dilakukan pemecehan ataupun pengembalian batas, banyak ditemukan
perbedaan yang signifikan hasil ukur dengan kondisi fisik dilapangan. Jadi
solusi dari kelompok kami adalah perlunya peningkatan kualitas Sumber
Daya Manusia dari Surveyor Berlisensi dengan diadakannya pelatihanpelatihan pengukuran dan pemetaan yang diadakan oleh Kementerian
Agraria dan Tata Ruang.
E. KESIMPULAN

1. Hak
F. SARAN

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, komaruddin, 2008. Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education),


Jakarta: KENCANA PERDANA MEDIA GROUP
Widjaja, 2000. Penerapan Nilai-Nilai Pancasila dan Hak Asasi Manusia di
Indonesia, Jakarta: RINEKA CIPTA
http://unjalu.blogspot.com/2011/03/ham-dan-humaniter.html
http://rahaj3n9.wordpress.com/2010/01/11/abstrak-konsepsi-dasar-danimplementasi-hak-asasi-manusia-dalam-pancasila/
http://www.lfip.org/english/pdf/bali-seminar/Praktek%20pelanggaran%20ham
%20-%20susno%20duaji.pdf
http://aangrapeialmudashir.files.wordpress.com/2009/12/iisi-makalah.pdf

10

You might also like