You are on page 1of 5

Rayap, Serangannya, dan Cara Pengendalian

Moh. Wahyu Taufiq/10612028 ( Biologi, Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati)


Salah satu serangga yang dapat menjadi hama dan mengganggu serta sangat merugikan bagi
kehidupan manusia adalah rayap / termite. Serangga ini termasuk ke dalam ordo isoptera, karena
ukuran dari dua pasang sayapnya yang sama besar dan berimpit. Rayap dapat mengganggu dan
merugikan manusia karena menyebabkan kerusakan pada bangunan-bangunan, serta perabotan
yang terbuat dari kayu. Mereka melakukan hal tersebut karena untuk mencari sumber makanan
yaitu kandungan selulosa yang terdapat pada kayu. Selain itu mereka juga membutuhkan
kelembaban tertentu untuk mendukung kehidupan mereka.

Rayap sendiri merupakan organisme eusosial, artinya di dalam koloninya terdapat tingkatantingkatan kasta yang memiliki perbedaan morfologi seta tugas masing-masing untuk mendukung
kesintasan koloni mereka. Kasta pekerja merupakan tingkatan kasta yang bertugas untuk mencari
sumber makanan untuk seluruh koloni, kasta inilah yang bertanggung jawab dalam kerusakan
kayu-kayu pada rumah kita. Kasta pekerja memiliki rahang yang kecil serta warna tubuh yang
agak cerah. Pada individu kasta pekerja organ mata mengalami reduksi sehingga mereka tidak
memiliki mata. Kasta prajurit bertugas untuk menjaga koloni selama kasta pekerja mencari
makan. Prajurit memiliki rahang yang kuat dan besar untuk senjata melawan musuhnya, ukuran
kepalanya lebih besar dan memiliki mata. Kasta prajurit mencapai 2-3 persen dari jumlah total
koloni. Kemudian rayap raja dan ratu merupakan golongan kasta yang bertugas untuk melakukan

reproduksi yang akan menjamin keturunan koloninya semakin banyak. Pada rayap ratu,
abdomennnya mengalami deferensiasi sehingga ukurannya menjadi besar dan berfungsi untuk
menyimpan telur dalam jumlah yang banyak. Selain itu terdapat keturunan dari rayap raja dan
ratu yang akan tumbuh dan memiliki sayap yang biasa disebut laron, tugas kasta mereka adalah
melakukan penyebaran sehingga anggota koloni rayap tersebut semakin meluas.
Kerugian yang disebabkan oleh rayap karena sifatnya yang merusak material dari kayu apabila
dihitung dapat mencapai nilai triliunan rupiah. Di Indonesia pada tahun 1995 kerugian akibat
serangan rayap mencapai nilai 1,67 triliun rupiah. Kemudian pada tahun 2015 dugaan kerugian
akibat serangan rayap dapat mencapai nilai 8,68 triliun rupiah pada bangunan perumahan serta
mencapai nilai 10 triliun rupiah pada bangunan gedung lainnya. Sedangkan di Amerika Serikat
kerugian akibat serangan rayap mencapai nilai 1,1 milyar dolar Amerika setiap tahunnya.
Kerugian akibat serangan rayap malahan lebih parah dibandingkan akibat kebakaran, badai, atau
banjir.
Seringkali ketika orang mendirikan rumah di area baru mereka lebih memikirkan asuransi seperti
gempa bumi, kebakaran, atau longsor ketika awal pembangunan rumah. Mereka mengabaikan
bahaya yang jauh lebih mengancam yaitu serangan rayap. Serangan rayap terkadang terlambat
diketahui oleh pemilik rumah sehingga ketika menyadarinya, sebagian besar bangunan rumah
mereka telah rusak karena serangan rayap. Hal ini dapat menyebabkan kerobohan dan menimpa
korban yang menghuni rumah tersebut. Untuk itu diperlukan upaya yang tepat untuk mencegah
dan menghindari serta menanggulangi terhadap serangan serangga penyuka kayu ini.
Prinsip utama dalam Pengendalian Hama Terpadu / IPM adalah melakukan pencegahan
munculnya hama pengganggu. Sedangkan kegiatan menyerang hama menggunakan pestisida
hanyalah cara yang dapat melengkapi PHT apabila diperlukan. Selain itu prinsip pengendalian
hama lainnya yakni, memutus sumber makanan serta kondisi yang dapat mendukung hama
tersebut berkembang di wilayah rumah kita.

Untuk rayap sendiri, terdapat 2 hal yang dapat mendukung perkembangbiakan mereka, yaitu
adanya kayu serta kelembaban yang cukup yaitu bersumber dari tanah. Apabila terdapat kontak
langsung dari kedua komponen tersebut, maka rayap akan sangat menyukai kondisi tersebut dan
berkembang di tempat tersebut. Maka upaya pencegahan yang dapat dilakukan yakni dengan
cara menutup kontak langsung antara tanah dengan bagian bangunan rumah kita. Hal ini dapat
dilakukan dengan cara mennutupi bagian permukaan tanah dengan semen atau bahan yang
sekiranya tidak tertembus oleh rayap. Kemudian upaya pencegahan kedua yakni dengan cara
memasangkan sejenis penutup berbentuk V terbalik pada tiang-tiang fondasi rumah kita sehingga
rayap tidak akan dapat menembus bagian atas melaluli fondasi tersebut. Upaya lainnya yaitu
dengan menggunakan senyawa kimia termisida yang diinjeksikan ke bagian tanah sebelum
bangunan didirikan senyawa kimia yang digunakan dapat berasal dari phyrethroid,
cloronicotinyl, cyanopyrrol, dan phenylpirazol. Senyawa-senyawa ini dapat bertahan selama
beberapa tahun dan mencegah rayap menyerang rumah kita. Namun perlu dilakukan
pengijeksian kembali ketika efek obat-obatan ini telah habis.
Untuk mengetahui apakah rumah kita telah terserang rayap atau belum yaitu dengan cara
mencari liang-liang kembara yang dibuat oleh rayap. Hal tersebut mengindikasikan bahwa rumah
kita telah terserang rayap dan perlu untuk dilakukan tindakan. Selain itu indikasi lainnya yakni
dengan munculnya laron di area perumahan kita. Karena laron tersebut bisa saja akan hidup dan
membangun koloni di rumah kita. Namun terkadang sulit untuk membedakan antara laron
dengan semut bersayap. Keduanya perlu dibedakan karena hal tersebut menyangkut
pengendalian dan tindakan selanjutnya yang perlu dilakukan kaitannya dengan pengendalian
hama. Pada laron, mereka memiliki antena yang lurus dan kecil sedangkan pada semut bersayap

antena berbentuk membelok dan lebih panjang. Kemudian perbedaan lainnya adalah peralihan
antara bagian toraks dan abdomen pada rayap tidak terlalu terlihat sedangkan pada semut
bersayap sangat terlihat ramping. Lalu perbedaan selanjutnya yaitu sayap depan dan belakang
pada laron memiliki bentuk dan ukuran yang hampir sama sedangkan pada semut bersayap
ukuran sayap depan lebih besar dibandingkan sayap belakang.

Ketika kedua indikasi adanya serangan rayap tersebut muncul, maka diperlukan pengendalian
yang yang tepat untuk mengurangi jumlah rayap yang ada. Salah satunya yaitu melakukan
penginjeksian termisida di dalam tanah di bawah permukaan rumah kita. Namun hal ini dapat
menimbulkan kerugian lainnya yaitu kerusakan / lantai rumah menjadi perlu dibongkar. Selain
itu senyawa kimia yang diinjeksikan dapat menyebar ke area tanah yang lebih luas sehingga
kurang ramah lingkungan. Keuntungannnya sendiri, agen ini dapat mengurangi jumlah rayap
secara cepat. Pengendalian lainnya dapat dilakukan dengan menggunakan jebakan rayap.
Jebakan rayap diletakkan di sekitar area rumah dengan posisi dan jarak tertentu. Dalam jebakan
tersebut mengandung umpan kayu serta termisida yang dapat membunuh koloni rayap.
Kekurangan dari metode ini yaitu kerja umpan yang terlalu lama sehingga efek berkurangnya
jumlah rayap menjadi lebih lama. Namun keuntungannya adalah tidak merusak arsitektur rumah
dan merupakan agen ramah lingkungan karena tidak mencemari tanah. Perlu dilakukan
penelitian-penelitian yang lebih lagi mengenai serangga rayap ini sehingga dapat membantu
menanggulangi serangan akibat rayap.

Sumber :
Bennett, Gary W. 2010. Termite Control, Household & Structural. Purdue University
Republika.co.id/serangan rayap di Indonesia
Robinson, William H. 2005. Handbook of Urban Insects and Arachnids. New York : Cambridge
University Press

You might also like