Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Aqidah adalah pokok-pokok keimanan yang telah ditetapkan oleh Allah, dan
kita sebagai manusia wajib meyakininya sehingga kita layak disebut sebagai
orang yang beriman (mumin).
Begitu pentingnya aqidah ini, sehingga Nabi Muhammad Saw, penutup para
Nabi dan Rasul membimbing umatnya selama 13 tahun ketika berada di Makkah
dengan menekankan masalah aqidah ini, karena aqidah adalah landasan semua
tindakan, bahkan merupakan landasan bangunan Islam. Oleh karena itu, maka
para dai dan para pelurus agama dalam setiap masa selalu memulai dakwah
mereka dengan tauhid dan pelurusan aqidah sebelum mereka mengajak kepada
perintah-perintah agama yang lain. Bahkan para Nabi dan Rasul sebelum
Rasulullah juga menyerukan hal yang sama dalam dakwah-dakwah mereka
kepada umatnya.
Aqidah tersebut dalam tubuh manusia ibarat kepalanya. Maka apabila suatu
umat sudah rusak, bagian yang harus direhabilitasi adalah aqidahnya terlebih
dahulu. Di sinilah pentingnya aqidah ini, apalagi ini menyangkut kebahagiaan dan
keberhasilan dunia dan akhirat. Aqidah merupakan kunci kita menuju surga.
Aqidah juga menjadi dasar dari seluruh hukum-hukum agama yang berada di
atasnya. Aqidah Islam adalah tauhid, yaitu mengesakan Tuhan yang diungkapkan
dalam syahadat pertama. Sebagai dasar, tauhid memiliki implikasi terhadap
seluruh aspek kehidupan keagamaan seorang Muslim, baik ideologi, politik,
sosial, budaya, pendidikan dan sebagainya.
Aqidah sebagai dasar utama ajaran Islam bersumber pada Al Quran dan
sunnah Rasul. Aqidah Islam mengikat seorang Muslim sehingga ia terikat dengan
segala aturan hukum yang datang dari Islam. Oleh karena itu, menjadi seorang
Muslim berarti meyakini dan melaksanakan segala sesuatu yang diatur dalam
ajaran Islam, seluruh hidupnya didasarkan kepada ajaran Islam. Hal ini seperti
yang tersebut dalam Al Quran surat Al Baqarah ayat 208,
Yang artinya : Hai orang-orang yang beriman, masuklah ke dalam Islam
keseluruhannya dan janganlah kamu turut langkah-langkah setan. Sesungguhnya
19
Makalah kecil ini menampilkan beberapa bahasan yang bisa membantu siapa
saja yang ingin memahami aqidah, terutama aqidah ruhaniyah.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yakni:
1.
2.
3.
4.
goncang
dalam
pikiran.
Karena
akidah
ini
akan
19
Kata aqidah diambil dari kata dasar al-aqdu yaitu ar-rabth (ikatan), al
ibraam (pengesahan), al-ihkam(penguatan), at-tawatstsuq (menjadi kokoh, kuat)
asy-syaddu biquwwah(pengikatan dengan kuat) at-tamaasuk (pengokohan) dan alitsbaatu (penetapan). Diantaranya juga mempunyai arti al-yaqiin (keyakinan) aljazmu (penetapan).
Al-aqdu (ikatan) lawan kata dari al-hallu (penguraian, pelepasan). Dan
kata tersebut diambil dari kata kerja: Aqadahu Yaqiduhu (pengikatnya),
aqdan (ikatan sumpah), dan uqdatun nikah (ikatan menikah) allah taala
berfirman, : Allah tidk menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang
tidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi dia menghukum kamu disebabkan
sumpah-sumpah yang kamu sengaja.(QS.al-maidah: 89 ).
Aqidah artinya ketetapan yang tidak ada keraguan pada orang yang
mengambil keputusan. Sedang pengertian aqidah dalam agama maksudnya adalah
berkaitan dengan keyakinan bukan perbuatan. Seperti aqidah dengan adanya
Allah dan diutusnya pada rasul. Bentuk jamak dari aqidah adalah aqa-id.
Apa yang telah menjadi ketetapan hati seorang secara pasti adalah aqidah
baik itu benar ataupun salah. Pengertian aqidah secara istilah (terminologi) yaitu
perkara yang wajib dibenarkan oleh hati dan jiwa menjadi tentram karenanya,
sehingga menjadi suatu kenyataan yang teguh dan kokoh, yang tidak tercampuri
oleh keraguan dan kebimbangan.
Dengan kata lain, keimanan yang pasti tidak terkandung suatu keraguan
apapun pada orang yang meyakininya. Dan harus sesuai dengan keyataannya yang
tidak menerima keraguan atau prasangka. Jika hal tersebut tidak sampai pada
singkat keyakinan yang kokoh, maka tidak dinamakan akidah. Dinamakan akidah,
karena orang itu mengikat hatinya diatas hal tersebut.
Akidah ruhaniyyah (metafisis) yaitu meyakini, menjiwai, memahami, segala
sesuatu yang bersifat ghoib (tidak terdeteksi oleh panca indra).
Masalah-masalah dan prakara-prakara yang wajib bagi seorang muslim untuk
mengimaninya (mempercayainya) didalam kaitannya dengan akidah islam
dimungkinkan untuk dibagi kedalam 4 macam :
Ketuhanan , yaitu segala sesuatu yang berkaitan dengan Allah SWT, baik
19
kemaksumannya.
Ruhaniyyah, yaitu yang berkaitan dengan alam yang tidak nampak secara
Artinya : Dan hanya disisi Allah-lah semua yang ghaib. Tak ada yang
mengetahuinya kecuali Dia sendiri , dan dia mengetahui apa yang ada didaratan
dan dilautan, dan tiada sehelai daunpun yang gugur melainkan Dia
menngetahuinya (pula). Dan tidak jatuh sebutir bijipun dalam kegelapa bumi dan
tidaklah ada sesuatu yang basah dan yang kering, melainkan tertulis dalam kita
yang nyata (Lauh Mahfuzh). (QS. Al-Anam : 59)
Tentang hal ini, Nabi Nuh as berkata, sebagaimana dalam firman-Nya :
19
Radhiallahuanhu)
perkara-perkara ghoib, akan tetapi Allah memilih siapa saja yang dikehendakiNya di antara para Rasul-Nya. (QS. Ali Imran :179)
Maka dari itulah, perkara ghoib tidak mungkin diketahui secara pasti dan
benar kecuali dengan bersandar pada keterangan dari Allah dan Rasul-Nya. Lalu
bagaimanakah dengan orang-orang yang mengaku mengetahui perkara ghoib
tanpa bersandar kepada keterangan dari keduanya?
Al-Imam Al-Qurthubi rahimahullahu berkata: Barang siapa mengetahui
bahwa dirinya mengetahui perkara ghoib tanpa bersandar kepada keterangan dari
Rasullullah Sallallahualaihi wa sallam, maka dia adalah pendusta dalam
pengakuannya tersebut.
Apakah jin (setan) mengetahui perkara ghoib? Jawabannya adalah : Tidak.
Jin tidak mengerti perkara ghoib, sebagaimana yang Allah nyatakan :
Artinya : Mata tatkala Kami telah menetapkan kematian Sulaiman, tidak ada
yang menunjukkan kepada mereka (tentang kematiannya) itu kecuali rayap yang
memakan tongkatnya. Maka tatkala ia telah tersungkur, tahukah jin itu bahwa
kalau sekiranya mereka mengetahui perkara ghoib tantulah mereka tidak akan
19
berada dalam kerja keras (untuk Sulaiman) yang menghinakan. (QS. Saba :14)
() ( )
Artinya : Dan Kamu menjaganya (langit) dan tiap-tiap setan yang terkutuk.
Kecuali setan yang mencuri-curi (berita) yang dapat didengar (dari malaikat) lalu
dia dikejar oleh semburan api yang terang. (QS.Al-Hijr:17-18)
C. Macam-macam Makhluk Ghoib
Allah membedakan atas alam ghoib (seperti Allah, malaikat, jin, surga, dan
neraka) dan alam tampak. Allah-lah yang paling mengetahui kedua alam tersebut.
Artinya : Dialah Allah yang tidak ada ilah kecuali Dia, yang mengetahui yang
ghoib dan yang tampak. (QS. Al-Hasyr : 22)
Artinya : Sesungguhnya Aku mengetahui segala yang ghoib di langit dan di bumi
dan Aku mengetahui apa yang kalian tampakkan dan apa yang kalian
sembunyikan. (QS. Al-Baqarah : 33)
Kita harus beriman kepada yang ghoib. Kitab ini tidak ada keraguan di
dalamnya sebagai petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa. Yaitu mereka yang
beriman kepada yang ghoib. (QS. Al-Baqarah : 2-3). Tetapi kita hanya bisa
mengetahui yang ghoib secara benar dengan cara ikhbari, yakni sejauh apa yang
dikemukakan oleh Allah dan Rasul-Nya (al-Quran dan as-Sunnah).
Alam ghoib yang diciptakan oleh Allah merupakan ujian bagi manusia
selama ia hidup di dunia. Manusia diuji apakah ketika di dunia dia beriman
kepada Allah, Hari Akhir, surga, neraka, pahala akhirat dan sebagainya yang
mana semuanya itu tidak tampak ataukah dia mengingkarinya.
Adapun jenis-jenis makhluk goib adalah :
1. Malaikat
Malaikat merupakan tentara-tentara Allah yang ditugaskan
untuk urusan-urusan tertentu. Diantara malaikat-malaikat Allah
kita mengenal antara lain malaikat yang sepuluh, delapan
19
Artinya : Ingatlah, ketika kamu memohon pertolongan
kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu:
Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan
kepadamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut.
(QS. Al-Anfal : 9).
1.1 Sifat-sifat Malaikat :
Memiliki 2 atau 3 sayap (QS Faathir : 1), kecuali jibril yang merupakan
malaikat yang paling besar memiliki 600 atau 700 sayap (Shahih Al
Bukhari).
Suka berkumpul di majelis dzikir atau ilmu sembari memohonkan ampun
bagi yang ada disitu dan mengepak-ngepakkan sayap mereka sebagai
tanda ridha.
Merupakan tentara-tentara
Allah
yang
tidak
pernah
bermaksiat
Malaikat adalah makhluk ghoib yang diciptakan Allah dari cahaya, senantiasa
menyembah Allah, tidak pernah mendurhakai perintah Allah serta senantiasa
melakukan apa yang diperintahkan kepada mereka. Keimanan kepada malaikat
mengandung 4 unsur, yaitu:
Pertama : Mengimani adanya malaikat.
Yaitu kepercayaan yang pasti tentang keberadaan para malaikat. Tidak seperti
yang dipahami oleh sebagian orang bahwa malaikat hanyalah sebuah kata yang
19
bermakna konotasi yang berarti kebaikan atau semacamnya. Allah Taala telah
Kuasa
untuk
memperlihatkan
kepada
Nabi-Nya
Rasullullah
19
Sifat malaikat yang lain adalah terkadang malaikat itu dengan kekuasaan
Allah bisa berubah bentuk menjadi manusia, sebagaimana yang terjadi pada Jibril
saat Allah mengutusnya kepada Nabi Shallallahu alaihi wa sallam untuk
mengajarkan pada manusia apa itu Islam, Iman dan Ihsan. Demikian juga dengan
para malaikat yang diutus oleh Allah kepada Ibrahim dan Luth Alaihiwasallam,
mereka semua datang dalam bentuk manusia. Para malaikat adalah hamba-hamba
Allah yang senantiasa mentaati apa yang diperintahkan oleh Allah dan tidak
pernah mendurhakai Allah Subhanahu wa Taala.
Keempat: mengimani dengan apa yang kita ketahui tentang pekerjaan-pekerjaan
malaikat.
Kita mengimani dengan apa yang kita ketahui tentang pekerjaan-pekerjaan
mereka yang mereka tunaikan berdasarkan perintah Allah Taala, seperti bertasbih
(mensucikan Allah) dan beribadah kepada-Nya tanpa kenal lelah dan tanpa pernah
berhenti. Di antara para malaikat, ada yang memiliki tugas khusus, misalnya:
(QS. As-sajdah:11)
Yang ditugasi menjaga amal perbuatan hamba dan mencatatnya, perbuatan
yang baik maupun yang buruk, mereka adalah para malaikat pencatat yang
mulia. Adapun penanaman malaikat Raqib dan Atid juga tidak memiliki
dasar dari al-Quran dan as-Sunnah. Maka kita menanamkan malaikat
19
Taala
mengutus
seorang
malaikat
kepadanya
dan
sedang untuk mereka sendiri apa yang mereka sukai. (QS. An-Nahl : 57)
Beribadah kepada para malaikat. Padahal jika mereka mau merenungi
ayat-ayat Al-Quran, akan jelas ditemukan bahwa para malaikat itu sendiri
hanya menyembah kepada Allah semata. Walaupun mereka diberi berbagai
kelebihan oleh Allah, mereka tetaplah makhluk Allah Taala. Allah Taala
berfirman, Sesungguhnya malaikat-malaikat yang ada di sisi Tuhanmu
tidaklah merasa enggan menyembah Allah dan mereka mentasbihkan-Nya
19
sayap-sayap.
Senantiasa istiqomah (meneguhkan pendirian) dalam menaati Allah
Taala. Karena barangsiapa beriman bahwa para malaikat itu mencatat
semua amal perbuatannya, maka ini menjadikannya semakin takut kepada
Allah, sehingga ia tidak akan berbuat maksiat kepada-Nya, baik secara
19
mereka.
Waspada bahwa dunia ini adalah fana dan tidak kekal, yakni ketika ia ingat
19
sebagai takdir dan harus selalu berusaha untuk bersabar dalam menjalani takdir.
Jangan pernah merasa takut kepada setan dan jin. Dalam QS. Al-Arof ayat 27
dikatakan bahwa setan tidak ada yang benar, dia selalu berkhianat dan membawa
kesesatan. Hanya orang yang tidak berimanlah yang menjadikan setan dan jin
sebagai pemimpin. Allah telah menciptakan manusia sebagai ciptaan yang paling
mulia dia antara makhluk yang lain sebagaimana dalam QS. Al-Isro ayat 70. Abu
Bakar Al Jaziri berkata bahwa sesungguhnya jika terdapat jin yang paling sholih
dalam golongan jin, maka manusia lebih mulia daripada dia. Sehingga kita tidak
boleh takut kepada jin, menghormati jin bahkan meminta perlindungan kepada jin
(QS. Al-Jin ayat 6), naudzubillahi min dzalik. Kita sering menyaksikan di
masayarakat, misalnya ketika melewati jembatan yang konon ada yang
menunggu , maka pengemudi akan membunyikan klakson terlebih dahulu agar
tidak diganggu. Nah, praktik seperti ini adalah tidak ada syariatnya. Hal ini
merupakan bagian dari penghormatan terhadap jin. Padahal, semakin jin
dihormati maka dia akan menjadi semakin besar kepala.
Kata jin berasal dari jana-yajinuyang berarti sesuatu yang terhalang. Disebut
janah yaitu surga yang ditutupi oleh pohon yang rindang. Tameng atau alat
pelindung orang yang berperang disebut jina. Orang gila disebut majnunyang
artinya akal pikiran telah tertutup. Asal usul jin sebagaimana disebutkan dalam
QS. Al-Hijr ayat 26-27 bahwa jin diciptakan dari api yang sangat panas. Seorang
muslim tidak akan pernah dapat melihat jin dalam rupa aslinya kecuali jin
tersebut menjelma dalam bentuk manusia maupun binatang.
Jin hidup pula seperti manusia, yaitu berkabilah maupun bersuku-suku. Jin
terdiri dari tiga jenis:
Pertama,jin dari bangsa yang terbang di luar angkasa. Ini merupakan jin yang
tertinggi pangkatnya yang sering mencuri berita dari langit. Mereka biasanya
bersekutu dengan tukang sihir.
Kedua,jin dari kelompok ular dan anjing. Mereka biasanya berwarna
hitam.Jin dalam wujud ular dahulu ada pada zaman Rasulullah SAW.Apabila
melihat ular maupun anjing kita tidak boleh membunuhnya secara langsung.Kita
diperintahkan untuk mengusirnya terlebih dahulu dengan menyebut asma Allah
sebanyak tiga kali, baru kemudian membunuhnya apabila binatang tersebut tidak
mau pergi.
Ketiga,jin dari kelompok berkaki dua dan berkaki empat. Misalnya jin yang
19
berwujud manusia. Sahabat nabi, Abu Hurairan pernah suatu ketika didatangi oleh
jin yang berwujud orang tua. Jin tersebut mencuri di baitul mal, pergi selama
berkali-kali kemudian ditangkap.Jin tersebut juga mengajari ayat kursi kepada
Abu Hurairan. Para ulama menyepakati tentang diperbolehkannya menerima
ajaran jin tersebut, karena mengandung kebaikan.
Dalam QS.Az-Zariyat ayat 56 dan QS.Al-Ahqaf ayat 29 dikatakan bahwa
diciptakannya jin adalah untuk beribadah kepada Allah. Apakah antara jin dan
manusia dapat melakukan perkawinan ?Ibnu Taimiyah berkata bahwa keduanya
dapat berkawin dan memiliki keturunan. Para ulama juga bersepakat bahwa
keduanya dapat terjadi perkawinan antara jin dan manusia.
2.2 Tempat Tinggal Jin
Tanah lapang, lembah-lembah dan lereng-lereng.Kita tidak boleh
membiarkan tanah kosong yang tidak ditempati sebagai tempat bermain
anak-anak.
Tempat sampah dan tempat yang terdapat makanan.
Tandas dan tempat berwudhu.
Tanah-tanah yang retak, lubang-lubang maupun gua.
Tinggal bersama manusia di rumah.
Kandang onta sebagaimana sebuah hadits yang mengatakan bahwa
19
19
masa lampau dan di masa yang akan datang, bebagai keadaan di hari kiamat,
dan tentang hakekat sifat-sifat Allah Subhanahu wa Taala.
Beriman dengan (adanya) perkara ghoib yang diberitakan Allah Subhanahu
wa Taaladan Rasul-Nya merupakan salah satu ciri orang yang bertaqwa.
Sedangkan tidak beriman dengan perkata ghoibtersebut merupakan ciri orang
kafir atau ahli bidah. Allah Subhanahu wa Taalaberfirman:
Artinya: Alif laam miim. Kitab (al-Quran) ini tidak ada keraguan padanya;
petunjuk bagi mereka yang bertaqwa.(Yaitu) mereka yang beriman kepada
perkara ghoib, yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian rizki yang
kami anugerahkan kepada mereka. (QS. Al-Baqarah : 1-3)
Asy-Syaikh Abdurrahman As-Sadi rahimahullahu berkata: Hakikat iman
adalah keyakinan yang sempurna terhadap semua yang diberitakan para Rasul,
yang mencakup ketundukan anggota tubuh kepadanya. Iman yang dimaksud disini
bukanlah yang berkaitan dengan perkara yang bisa dijangkau panca indera, karena
dalam perkara yang seperti ini tidak berbeda antara muslim dengan kafir. Akan
tetapi permasalahannya berkaitan dengan perkara ghoibyang tidak bisa kita lihat
dan saksikan (saat ini).
Kita mengimaninya, karena (adanya) berita yang datang dari Allah
Subhanahu wa Taala dan Rasul-Nya Shallallahualaihi wa sallam. Inilah
keimanan yang membedakan antara muslim dengan kafir, yang mengandung
kemurnian iman kepada Allah dan Rasul-Nya Shallallahualaihi wa sallam. Maka
seorang mukmin (wajib) mengimani semua yang diberitakan Allah dan Rasul-Nya
baik yang dapat disaksikan oleh panca inderanya maupun yang tidak dapat
disaksikannya. Baik yang dapat dijangkau oleh akal dan nalarnya maupun yang
tidak dapat dijangkaunya.
Hal ini berbeda dengan kaum zanadiqah (yang menampakkan keislaman dan
menyembunyikan kekafiran) dan para pendusta perkara ghoib (yang telah
diberitakan Allah Subhanahu wa Taala dan Rasul-Nya Shallallahualaihi wa
sallam). Dikarenakan akalnya yang bodoh lagi dangkal serta jangkauan ilmunya
yang pendek. Maka rusaklah akal-akal (pemikiran) mereka itu, dan bersihlah akalakal (pemikiran) kaum mukminin yang selalu berpegang dengan petunjuk Allah
Subhanahu wa Taala.
Al-Iman Ibnu Qudamah Al-Maqdisi rahimahullahuberkata: (Setiap muslim,-
19
sallam dan apa yang dinukil secara shahih dari beliau Shallallahualaihi wa
sallam, baik perkara tersebut dapat dilihat mata maupun yang bersifat ghoib. Kita
mengetahui (baca; meyakini) bahwa semua itu benar, baik yang dapat dijangkau
akal maupun yang tidak bisa dijangkau dan tidak dimengerti hakikat maknanya.
Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin berkata: Berbagai macam
berita yang diriwayatkan secara shahih dari Nabi Shallallahualaihi wa sallam
maka benar keberadaannya dan wajib dipercayai, baik dapat dirasakan oleh panca
indera kita maupun yang bersifat ghoib,baik yang dapat dijangkau oleh akal kita
maupun yang tidak.
Demikianlah manhaj(prinsip) yang benar di dalam menyikapi alam ghoib dan
berbagai peristiwanya. Siapa saja yang berprinsip dengannya, maka dia beruntung
dan berada di atas jalan yang lurus. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa
Taala:
Artinya: Maka orang-orang yang beriman kepadanya (Nabi Muhammad
Shallallahualaihi wa sallam), memuliakannya, menolongnya dan mengikuti
cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (al-Quran), mereka itulah
orang-orang yang beruntung.(QS. Al-Araf : 157)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari bahasa di atas dapatlah diambil pelajaran bagi kaum muslimin bahwa:
1. Setiap muslim wajib beriman dengan (adanya) alam ghoibdan semua
peristiwanya yang diberikan Allah Subhanahu wa Taala dan Rasul-Nya.
Baik yang dapat dijangkau oleh akal dan panca indera maupun yang tidak.
2. Mengedepankan akal dalam permasalahan semacam ini merupakan
pangkal kesehatan.
3. Setiap muslim wajib memahami berita yang datang dari Allah Subhanahu
wa Taala dan Rasul-Nya tentang alam ghoib dan peristiwanya, dengan
19
karena dia merupakan jalan yang lurus. Dan tidak dengan pemahaman
ahli, filsafat, atheis sufi, dan bahkan atheis dahriyyahyang menyesatkan.
B. Saran
Penulis yakin bahwa dalam penulisan makalah ini banyak kesalahan dan
kekurangan oleh sebab itu penulis meminta kritik dan saran yang bersifat
membangun sehingga adanya perubahan kedepan. Dan penulis berharap semoga
makalah ini berguna bagi para pembaca pada umumnya dan bagi diri penulis
19