You are on page 1of 5

Pada pasien ditemukan gejala gejala mental seperti gelisah, tidak tenang, perhatian saat

wawancara yang tidak mampu memusatkan perhatian pada pemeriksa (distrakbilitas).


Tingkah laku yang hiperaktif dan pada saat berbicara arus pembicaraan pasien cepat,
produktivitas pembicaraan yang banyak, kadang nada pembicaraan yang meninggi dan
adanya kesukaan berbicara (logorrhea) yang banyak sekali, yang bertali dan logis. Pasien
juga memiliki kesulitan dalam artikulasi saat berbicara (disartria).
Arus emosi stabil, pengendalian kuat, digambarkan dengan sungguh-sungguh (echt), saat
menceritakan keadaan yang dialami seolah olah berbekas dan berkesan dalam hati yang
bersangkutan dengan skala diferensiasi hidup yang sempit dari didikan intelektualnya dan
matangnya daripada kepribadian yang bersangkutan pada pasien.
Afek pasien dimana irama emosional harmonis dengan gagasan, pikiran atau pembicaraan
yang menyertai lengkap diekpresikan secara sesuai (appropiate). Emosi yang meresap dan
dipertahankan dialami secara subjektif dilaporkan oleh pasien dan terlihat oleh orang lain
yaitu berupa mood yang meluap luap (expansive mood) penilaian yang berlebihan terhadap
kepentingan atau makna seseorang, adanya susasana keyakinan dan kesenangan atau lebih
ceria dari biasanya (hipertim) dan suasana perasaan yang meningkat (elasi) dan (mania) yaitu
berupa kegembiran yang berlebihan.
Terhadap persepsi sensoris yang tidak disertai stimulus eksternal yang nyata, pasien
mengalami halusinasi visual yaitu melihat bayangan-bayangan hitam dan halusinasi auditoris
berupa suara suara teman yang memanggilnya dengan bunyi motor pada malam hari. Fungsi
kognitif dan fungsi intelektual seperti orientasi tempat, waktu, personal dan situasi baik.
Konsentrasi dan kalkulasi baik, memori jangka panjang, menengah , pendek dan segera tidak
terganggu. Luas pengetahuan umum baik. Pikiran konkrit dan abstrak baik.dan tidak ada
kemunduran intelektual. Namun kemampuan pasien mengerti penyebab sebenarnya dan arti
dari suatu situasi masih ambigu agak menyadari bahwa pasien sakit dan membutuhkan
bantuan tetapi dalam waktu yang bersamaan menyangkal penyakitnya. Untuk kemampuan
untuk meilai situasi secara benar dan untuk bertindak secara tepat dalam situasi tersebut tidak
terganggu.
Ditemukan gejala gejala yang kemungkinan efek samping dari obat antipsikotik berupa
Tremor tangan yang relatif. Keadaan gelisah (akatisia), suatu keinginan untuk tetap bergerak
seperti kaki yang tidak bisa tenang. Gerakan gerakan berulang involunter seperti pada tangan
yang tidak berhenti bergerak. Gejala itu hilang ketika pasien tidur.
Hasil laboratorium dan tes psikologis menunngu hasil dari tenaga medis bersangkutan.

Dilaporkan seorang pasien perempuan berusia 21 tahun datang bersama keluarganya


ke RSJ HB Saanin Padang dengan keluahan marah marah, suka beraktifitas banyak, tidak
bisa tenang dan banyak berbicara serta kurang tidur. Gangguan demikian sering dialami pada
pasien dengan gangguan afektif atau mood yang merupakan suatu kelompok kondisi klinis
ditandai oleh hilangnya perasaan kendali dan pengalaman subjektif adanya penderitaan berat.
Gejala pasien ini mennjukkan gejala aktivitas yang berlebihan seperti tidak tenang,
banyak berbicara, mudah tersinggung, berbicara cepat dan tidak merasa lelah. Gejala ini
muncul kurang lebih 1 bulan. Pada gangguan ini, terjadi perubahan mood ke arah elasi
(suasana perasaan yang meningkat) yaitu mood yang meninggi atau mania . pasien juga
pernah mengalami masa depresi dengan hilangnya minat merasa lelah, kurang konsentrasi
keinginan bunuh diri, kurang makan dan kurang tidur. Terjadi kurang lebih selama 6 bulan
Hal tersebut masuk dalam 3 gejala utama dan 5 gejala depresi menurut Pedoman
Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) III. Keadaan ini merujuk pada adanya
gangguan afektif bipolar yang pada saat ini berupa episode kini manik dengan gejala psikotik
karena adanya halusinasi audiovisual pada pasien.
Gangguan afektif bipolar tersifat oleh episode berulang (sekurang-kurangnya dua
episode) dimana efek pasien dan tingkat aktivitasnya jelas terganggu, pada waktu tertentu
terdiri dari peningkatan afek disertai penambahan energi dan aktivitas (mania atau
hipomania), dan pada waktu lain berupa penurunan afek disertai pengurangan energi dan
aktivitas (depresi). Khasnya adalah biasanya ada penyembuhan sempurna antar periode.
Etiologi dari gangguan ini diduga berkaitan dengan faktor biologis, faktor genetika,
dan faktor psikososial. Gangguan kepribadian tidak dapat diagnosis karena gangguan ini
sudah mulai sejak usia 9 tahun yaitu saat pasien kelas 3 SD. Sehingga AXIS II tidak ada
diagnosis. Gangguan medis tidak ditemukan secara bermakna sehingga AXIS III tidak ada
diagnosa untuk pasien ini. Pada pasien ini adanya kekurang perhatian orang tua yang sibuk

bekerja dan pendidikan dari guru dan hubungan interpersonal dengan teman disekolah
membuat pasien menjadi tidak mampu mengatasi problem mental dan sosial yang dialami.
Sehingga AXIS IV karena adanya masalah primary support group dan hubungan
interpersonal dengan guru dan teman. Pada AXIS V pasien memiliki gejala ringan dan
menetap, disabiltas ringan dalam fungsi dan secara umum masih baik, sehingga GAF (Global
Assesment of Functional Scale ) saat ini pasien berada pada nilai 70-61.
Gangguan mood berhubungan dengan disregulasi heterogen pada amin
biogenik.

Dari

amin

biogenik,

norepinefrin

dan

serotonin

merupakan

dua

neurotransmiter yang paling berperan dalam patofisologi gangguan mood.


Sepertinya ada masanya pasien mengalami gejala yang hanya bersemangat tidak
berlebihan seperti derajat hipomanik lebih ringan daripada manik karena gejala-gejala
tersebut tidak mengakibatkan disfungsi sosial. Sedangkan saat ini kondisi pasien tampak
manik Pasien cenderung logorrhea, yaitu berbicara banyak dan cepat, Aliran pikirannya
cepat, perhatiannya mudah teralihkan. Tema pembicaraannya mudah berpindah dari satu tema
ke tema lainnya (flight of ideas). Pasien juga memperlihatkan berkurangnya kebutuhan tidur
saat itu.
Terdapatnya gejala psikosis menjadikan kondisi pasien dengan gangguan afektif
bipolar episode kini manik menjadi lebih berat. Pasien seringkali memperlihatkan pemikiran
atau gagasan tentang dirinya yang serba hebat dan terkesan terlalu optimistis dalam
merencanakan masa depan. Keinginan yang kuat pada pasien untuk segera tamat SMA dan
menjadi Sp.Pd.
Gangguan bipolar harus diobati secara kontinu, tidak boleh putus. Bila putus, fase
normal akan memendek sehingga kekambuhan semakin sering. Ketidakteraturan pasien akan
kepatuhan obat sehingga membuat pasien menjadi mudah terjadi gangguan suasana
perasaannya.

Untuk kasus episode manik, dapat diberikan terapi medikamentosa berupa


monoteraphy seperti anti mania berupa asam valproat yang bekerja sebagai mood stabilizer,
meningkatkan konsentrasi GABA (gama aminobutyrat acid) inhibitor neurotransmitter. Asam
valproat memberikan respon yang baik terhadap rapid cycler yaitu dalam 1 tahun mengalami
4 atau lebih episode gangguan afek. Gejala psikotik ditatalaksana dengan anti psikotik dapat
diberikan golongan tipikal atau atipikal dimana golngan atipikal memberikan efek lebih baik
karena memiliki 2 efek yaitu terhadap dopamin d2 reseptor dan juga serotonin 5 HT2 reseptor
(serotonin dopamine antagonis) yang paling sering yaitu risperidon golongan benzisoxazhole
karena dan efek terhadap ekstrapiramidal, sedasi dan otonomik minimal. Jika perlu jika
pasien sulit tidur dapat diberikan clozapine yang memberikan efek sedasi kuat, otonomik
minimal dan tidak menyebabkan gannguan ekstrapiramidal.
Pada pasien ini sepertinya mengalami efek samping ekstrapiramidal dari obat obatan
yang sebelumnya pernah diberikan. Seperti adanya tremor dan akatisia dan tardive
dyskinesia, disebabkan oleh defisiensi kolinergik yang relatif akibat supersensitif reseptor
dopamin di puntamen kaudataus. Untuk mengatasi hal tersebut perlu diberikan obat
trihexyphenidil yang merupakan antikolnergik yang menekan reseptor muskarinik pada
serabut saraf parasimpatis sehingga meberikan efek relaksasi. Efek samping dapat berupa
mulut kering, kurangberkeringat, konstipasi dan sulit buang air kecil biasanya dosis 3 kali 2
mg per hari.
Sebenarnya ada beberpa literatur yang menyebutkan penatalaksanaan
gangguan bipolar cukup bagus dengan lithium namun mengingat penderita gangguan
mania berat(gejala psikotik) dan komorbid (seperti pada pasien) serta indeksnya yang
sempit dan perlunya keteraturan
mulai ditinggalkan.

kadar lithium dalam darah, penggunaan litium

Gangguan bipolar memiliki angka morbiditas dan mortalitas yang cukup signifikan
sehingga penanganannya harus mendapatkan perhatian yang besar. Secara umum, makin dini
seseorang menderita gangguan afektif bipolar, maka risiko penyakit akan lebih berat, kronik
bahkan refrakter. Prognosis gangguan afektif episode manik lebih baik daripada prognosis
gangguan afektif episode depresi.10
Faktor yang memperburuk prognosis gangguan afektif tipe manik, antara lain riwayat
pekerjaan yang buruk/kemiskinan, disertai dengan penyalahgunaan alkohol, disertai dengan
gejala psikotik, jenis kelamin laki-laki, tidak adanya pasangan, tidak adanya remisi dalam 3
tahun, dan adanya riwayat penyerangan. Prognosis akan lebih baik pada usia lanjut, durasi
episode manik yang lebih pendek, individu dengan sedikit pemikiran bunuh diri, tanpa atau
minimal gejala psikotik, dan sedikit masalah kesehatan medis.

You might also like