Professional Documents
Culture Documents
Penguji :
dr. Muttaqien Pramudigdo Sp.S
dr. Hernawan Sp.S
Disusun Oleh:
Ainul Mardliyah
G4A015021
2016
HALAMAN PENGESAHAN
Telah disetujui tugas paper dengan judul :
Disusun Oleh:
Ainul Mardliyah
G4A015021
G4A015022
I.
Secara hirarki pusat tertinggi untuk kontrol pergerakan adalah korteks serebri,
yang sinyalnya ditransmisikan oleh jaras piramidalis ke nuklei nervi kranialis motorii
dan ke sel-sel kornu anterior medula spinalis (sistem piramidalis). semua struktur lain
yang berperan pada pergerakkan dikelompokkan ke struktur lain yang disebut sistem
ekstrapiramidalis atau yang lebih dikenal dengan struktur ganglia basalia.
A. Ganglia basalia
Ganglia basalia merupakan bagian dari sistem motorik yang merupakan
pusat motorik asesoris. ganglia basalia merupakan massa gray matter yang
terdapat didalam hemisfer cerebral. Nuclei utama ganglia basalia adalah nucleus
kaudatus, putamen, dan globus palidus yang terletak didalam substansia alba
subkortikalis telesenfali. Nuclei lain yang merupakan bagian dari ganglia basalia
adalah klaustrum dan amigdala, dimana keduanya tidak memiliki hubungan
fungsional langsung dengan nuclei ganglia basalia lainnya (Baehr M & M.
Frotscher, 2012).
Nukleus kaudatus dan putamen (striatum) merupakan tempat utama input
ke ganglia basalia. Sedangkan globus palidus merupakan outflow utama nukleus
dari ganglia basalia. Secara fungsional, ganglia basalia interconnections dan
neurotransmitternya membentuk sistem ekstrapiramidal yang termasuk midbrain
nuclei seperti substansia nigra, dan nuclei subthalamikus (Waxman SG, 2013).
Akan tetapi konsep sistem piramidalis dan ekstrapiramidalis sudah tidak
digunakan karena pada kenyataannya keduanya tidak bekerja secara terpisah
(Baehr M & M. Frotscher, 2012).
kaudatus dan putamen. Terdapat dua pathways utama ganglia basalia: direct
pathways yang menghasilkan gerakan dan indirect pathways yang menghambat
gerakan (Melillo, R., and Leisman, G, 2009).
Direct pathway dipresentasikan oleh reseptor D1-dopamin, substansi-P
dan dynonorphin-containing neurons. Indirect pathway disediakan oleh reseptor
D2-dopamin dan enkephalin-containing neurons. Output neuron globus pallidus
external bersifat GABA-ergik dan menghasilkan efek inhibitorik pada neuron
subtalamikus glutamatergik, yang kemudian mengirimkan proyeksi eksitatorik
pada kedua nuclei output ganglia basalia (globus pallidus internal dan substansia
nigra pars reticulata, yang neuronnya juga bersifat GABA-ergik seperti pada
globus pallidus eksternal). Kedua pathways kemudian menyediakan efek
antagonis pada output ganglia basalia, direct pathway mengirimkan input
inhibitorik pada kedua nuclei, sedangkan indirect pathway menghasilkan input
eksitatorik. Dual proyeksi dari nuclei output ganglia basalia ke nuclei yang
berbeda dari thalamus (regio lateralis, regio centralis, dan regio dorsalis)
diorganisasikan secara paralel dan somatotopikal (Herrero MT, Barcia C, Navarro
JM, 2012). Kemudian neuron thalamikus mengirimkan input konvergen ke area
kortikal yang sama tetapi lamina yang berbeda.
neuron striatal pada awal direct pathway yaitu peningkatan pelepasan neuronneuron VA/VL dan sebagai gantinya mengaktifkan korteks motorik dan
meningkatkan aktivitas motorik (Wichmann T & DeLong MR, 2009).
Dibandingkan dengan direct pathway yang memproyeksi ke globus
pallidus internal, neuron striatal pada indirect pathway memproyeksi ke globus
pallidus eksternal. Sel dalam globus pallidus eksternal memproyeksi ke nukleus
subthalamikus kemudian menuju ke globus pallidus internal, dan berproyeksi ke
VA/VL, dan akhirnya ke korteks motorik. Peningkatan aktivitas pada neuron
striatal GABA-ergik menurunkan aktivitas pada globus pallidus eksternal. Sel
GABA-ergik pada globus pallidus eksternal menghambat sel di nukleus
subthalamikus, sehingga penurunan aktivitas pada globus pallidus eksternal
menghasilkan inhibisi yang kurang dari sel dalam nukleus subthalamikus.
Nukleus subthalamikus mengalami dis-inhibisi dan aktivitasnya meningkat.
Kembalinya proyeksi dari nukleus subthalamikus menghasilkan eksitasi yang
lebih banyak pada sel di globus pallidus internal. Sehingga hasil akhir dari
indirect pathway yaitu peningkatan aktivitas sel GABA-ergik di globus pallidus
internal yang memproyeksi ke VA/VL atau peningkatan inhibisi dari neuron
thalamikus. Indirect pathway menghambat thalamus motorik dan korteks motorik,
dan pada akhirnya mengurangi aktivitas motorik (Wichmann T & De Long MR,
2009).
Dopamin diproduksi oleh sel di pars compacta substansia nigra. Terminal
akson nigrostriatal menghasilkan dopamin kedalam striatum. Dopamin memiliki
efek eksitatorik terhadap psel dalam striatum yang merupakan bagian dari direct
pathway melalui reseptor D1. Dopamin memiliki efek inhibitorik terhadap sel
striatal yang berhubungan dengan indirect pathway melalui reseptor D2. Sehingga
dapat dikatakan bahwa direct pathway (yang mengaktifkan aktivitas motorik)
dieksitasi oleh dopamin sementara indirect pathway (yang mengurangi aktivitas
motorik) mengalami inhibisi. Kedua efek ini mengarah pada peningkatan aktivitas
motorik (Wichmann T & DeLong MR, 2009).
2. Nuclei serebeli
Terdapat 4 nuclei profundi didalam masing-masing hemisfer serebeli:
a.
Nukleus fastigii
Terletak paling medial, superior ventrikel IV. Sebagian serabut aferen
berasal dari sel purkinje lobus flokulonodularis (vestibulocerebellum).
Serabut eferen berjalan ke nuclei vestibulares atau menyilang ke sisi
cerebellum kontralateral dan berlanjut ke formation reticularis dan
nuclei vestibularis.
b.
Nukleus dentatus
Terletak di lateral substansia alba pada masing-masing hemisfer. Input
aferen berasal dari korteks serebeli dan sebagian kecil korteks zona
paravermian. Eferen berjalan melalui pedunkulus serebelaris superior
ke nucleus ruber kontralateral dan thalamus. Thalamus merupakan
tempat relay sinaptik dengan proyeksi ke area motorik korteks serebri.
II.
nigra,
yang
menyebabkan
penurunan
gerakan
voluntary
(hipokinesia), tonus otot yang terus meningkat dan tegang (rigiditas) dan
gerakan osilasi pada frekuensi 4-6 Hz pada ekstremitas (Baehr dan Frotscher,
2010).
Semua gangguan motorik pada sindrom ganglia basalia atau sindrom
ekstramidalis, terdiri atas 2 bagian, yakni defisit fungsional primer yang
merupakan symptom negative dan efek sekunder, yaitu symptom positif.
Akinesia dan hilangnya reflex postural adalah symptom negative. Sebaliknya
simptom positif adalah manifestasi dari bagian yang tidak rusak sehingga
masih berfungsi, tetapi fungsinya menjadi abnormal. Simptom ini juga
dikenal dengan istilah simptom release, yang terdiri dari tremor, rigiditas, dan
berbagai macam gerakan involunter (korea, atetosis, dan dystonia)
(Mardjono&Sidharta, 2012).
1. Hipokinesia dan Bradikinesia
bermakna
sebagai
keterlambatan
gerak.
terjadi
pada
kelumpuhan
motoric,
karena
pada
sindrom
artikulasi
memburuk,
dan
suara
menjadi
kecil.
(Mardjono&Sidharta, 2012).
3. Gerak involunter
Gerakan involunter yang dijumpai dalam klinik adalah korea, balisme,
atetosis, dan dystonia. Dalam kombinasi keemat gerakan involuter inin
dapat menjadi symptom suatu penyakit. Bahkan beberapa komponen
gerakannya memperlihatkan kesamaan, oleh sebab itu mungkin keempat
gerakan ini memiliki struktur anatomi dan fisiologik yang sama
(Mardjono&Sidharta, 2012).
a. Korea
Korea adalah istilah untuk gerakan involunter yang menyerupai
gerakan tangan-lengan seorang penari, yang tidak berirama, sifatnya
kuat, cepat dan tersentak-sentak dan arah geraknya cepat berubah.
Gerakan koreatik pada tangan atau lengan yang sedang melakukan
gerakan voluntar membuat gerakan voluntar tersebut berlebihan dan
canggung. Gerakan koreatik ini sering disertai gerakan meringis-ringis
pada wajah dan suara menggeram atau suara-suara lain yang tidak
mengandung arti. Jika gerakan koreatik timbulnya jarang atau sekalisekali, maka sifat seperti diatas terlihat dengan jelas. Tetapi apabila
timbulnya sering, maka gerakan koreatiknya menyerupai atetosis. Korea
dapat bangkit juga secara iatrogenik yakni akibat penggunaan obat-obat
anti psikosis, seperti haloperidol dan phenothiazine. Korea dapat
melibatkan sesisi tubuh saja, disebut hemikorea (Mardjono&Sidharta,
2012).
b. Balismus
Bila korea muncul secara keras sehingga seperti membanting diri,
maka istilahnya ialah balismus. Secara pasti telah diketahui bahwa
kerusakan di nucleus substalamikus mendasari terjadinya balismus.
Kerusakan
ini
menimbulkan
gerakan
menyentak/melempar
masing-masing otot berkontraksi, tetapi tidak dapat bekerja sama secara tepat.
Pada disinergia terjadi kesimpangsiuran kontraksi otot dalam mewujudkan
suatu corak gerakan. Disdiadokoninesia adalah gangguan gerakan bergantian
secara cepat akibat kerusakn koordinasi ketepatan waktu beberapa kelompok
otot antagonistik. Seperti gerakan supinasi dan pronasi tangan secara cepat
menjadi lambat, terputus-putus dan tidak berirama. Diskoordinasi antara
gerakan otot-otot pernafasan, otot-otot pita suara dan lidah bermanifestasi
pada pengucapan kata-kata dalam kalimat yang tersendat-sendat, kurang jelas
dan banyak kata-kata yang tertelan (Baehr dan Frotscher, 2010).
DAFTAR PUSTAKA
Baehr M, Frotscher M. 2010. Diagnosis Topik Neurologi Duus: Anatomi, Fisiologi,
Tanda, Gejala. Jakarta: EGC
Hening W, Harrington DL, Poizner H. 2009. Motor Functions of the Basal Ganglia.
New York: Springer Publishing
Herrero MT, Barcia C, Navarro JM, 2012. Functional Anatomy of Thalamus and
Basal Ganglia. Journal Childs Nervous System. No 18:3869
Jankovic J. Movement Disorders. Dalam: Darrof R B, Fenichel G M, Jankovic J, et
al. 2012. Bradleys Neurology in Clinical Practice. Edisi ke 6. Philadelphia:
Elsevier Saunders
Mardjono M, Sidharta P. 2012. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: PT Dian Rakyat
Melillo R & Leisman G. 2009. Neurobehavioral Disorders of Childhood: An
Evolutionary Perspective. New York: NY Springer Science
Waxman SG. 2013. Clinical Neuroanatomy, 27th ed. New York: McGraw-Hill
Wichmann T & DeLong MR. 2009. Neurotransmitters and Disorders of the Basal
Ganglia. USA: Elsevier Inc