You are on page 1of 20

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH

HAMA DAN PENYAKIT BENIH

Disusun Oleh :
Nama

: Amalia Nisfi Cahyani

NIM

: 135040201111266

Asisten

: Fefira Suci

Kelompok

: I2, Rabu, 13.55-15.15

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Benih merupakan tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk
memperbanyak dan atau mengembangkan tanaman. Benih rentan sekali dengan
serangan hama dan penyakit benih yang dapat menurunkan produktivitas benih.
Hama adalah organism yang karena aktivitas makannya dapat menurunkan
kualitas dan kuantitas pada tanaman maupun pada benih. Hama menyerang benih
baik di lapang maupun di gudang sehingga dapat menggangu daya kecambah
benih. Hasil panen yang disimpan pada gudang dapat diserang oleh hama.
Penyakit adalah organism yang menyerang benih baik itu terbawa dari
benihnya sendiri atau saat di panen, diolah ataupun disimpan. Penyakit dapat
menyebabkan perubahan warna dan bentuk, penurunan daya kecambah, serta
dapat menurunkan produktivitas benih. Terdapat banyak jenis penyakit yang
menyerang benih misalnya jamur, bakteri, dan virus.
Pada laporan kali ini akan membahas tentang hama dan penyakit tanaman
kacang hijau pada setiap varietas agar praktikan mengetahui penyerangan dan
perkembangan hama dan penyakit pada benih kacang hijau.
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang hama dan penyakit benih.
2. Untuk mengetahui tentang hama Callosobruchus chinensis.
3. Untuk mengetahui hubungan antara jenis pakan terhadap tingkat prferensi
hama Callosobruchus chinensis pada benih kacang hijau dalam simpanan.
4. Untuk mengetahui metode pengujian pathogen benih.
5. Untuk mengetahui macam-macam pathogen yang terdapat dalam benih
kacang hijau.

1.3 Manfaat
1. Mahasiswa dapat mengetahui tentang hama dan penyakit benih
2. Mahasiswa dapat mengetahui hama Callosobruchus chinensis
3. Mahasiswa dapat mengetahu hubungan antara jenis pakan terhadap
tingkat preferensi hama Callosobuchus chinensis pada benih
kacang hijau dalam simpanan.

4. Mahasiswa dapat mengetahui metode pengujian pathogen benih


5. Mahasiswa dapat mengetahui macam-macam pathogen yang
terdapat dalam benih kacang hijau.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Hama Gudang
a. Stored product pests are pest that reduces grain weight, nutritional value,
and germination of stored grain. Infestations also cause contamination,
odor, mold, and heat-damage problems that reduce the quality of the grain

and may make it unfit for processing into food for humans or animals
(Cotton, 1963).
Terjemahan :
Hama gudang adalah hama yang mengurangi bobot biji, nilai gizi, dan
perkecambahan biji-bijian yang disimpan. Pengerumunan tersebut juga
dapat menyebabkan masalah kontaminasi, bau, jamur, dan kerusakan-suhu
yang mengurangi kualitas gabah dan dapat membuatnya tidak layak untuk
diproses menjadi makanan bagi manusia atau hewan.
b. Post-harvest pests are destructive pests of agricultural products while in
storage or during storage (Champ and Highley, 1985).
Terjemahan :
Hama pasca panen adalah hama yang merusak produk pertanian saat
berada di gudang atau pada masa penyimpanan.
c. Stored product pests include several beetles, moths, and a mite that can
infest whole grains or processed foods (Munro, 1966).
Terjemahan :
Hama gudang meliputi beberapa kumbang, ngengat, dan tungau yang
dapat mengerumuni biji-bijian atau makanan olahan.
2.2 Definisi Penyakit Benih
a. Seed pathology may be defined as the study of seedborne disease and
pathogens. It includes studies on the mechanisms of infection, seed
transmission, the role of seedborne inocula in disease development,
techniques for the detection of seedborne pathogens and nonpathogens,
seed certification standards, deterioration due to storage fungi,
mycotoxins, and mycotoxicoses, and control of seedborne inocula
( Nameth, 1981).
Terjemahan : Patologi benih dapat didefinisikan sebagai studi penyakit
dan patogen benih. Ini mencakup studi pada mekanisme infeksi, transmisi
benih, peran inokulum benih dalam perkembangan penyakit, teknik untuk
mendeteksi patogen benih dan nonpathogens, standar sertifikasi benih,
kerusakan karena jamur penyimpanan, mikotoksin, dan mycotoxicoses,
dan pengendalian inokulum benih.
b. Seedborne pathology includes the study of diseases and deterioration
caused by bacteria, fungi, nematodes, viroids, and viruses, and
physiological and mechanical disorders (Agarwal and Sinclair, 1997).

Terjemahan : patologi benih adalah ilmu penyakit dan kerusakan pada


benih yang disebabkan oleh bakteri, jamur, nematode, viroids, virus,
fisiologis dan gangguan mekanis.
c. Seed pathology is the integral part of seed technology and plant pathology
dealing with seed diseases, seed borne plant diseases, their detection and
management etc (Maude, 1996).
Terjemahan : patologi benih adalah bagian integral dari teknologi benih
dan ilmu penyakit tanaman yang berhubungan dengan benih berpenyakit,
tanaman yang membawa penyakit, serta deteksi dan management
pengendaliannya.
2.3 Callosobruchus chinensis
2.3.1 Morfologi dan Daur Hidup Callosobruchus chinensis
a. Telur
Telur berbentuk lonjong dengan panjang rata-rata 0,57 mm.
Berbentuk cembung pada bagian dorsal serta rata pada bagian yang
melekat dengan biji. Telur diletakkan pada permukaan biji, biasanya pada
satu biji hanya diletakkan satu telur. Telur berwarna keputih-putihan.
Jumlah telur yang diletakkan seekor kumbang betina berkisar antara 50150 butir.

Telur menetas antara 4-8 hari pada suhu 30 oC dan RH 95-100%.


Telur yang hamper menetas, pada salah satu ujungnya akan terlihat bintik
coklat yang merupakan bakal kepala larva (Kardiyono, 2009).
b. Larva
Larva yang baru keluar dari telur berwarna keputih-putihan dengan
kepala berwarna coklat. Larva ini langsung menggerek ke dalam kotiledon
biji. Larva tetap tinggal di dalam biji sampai menjadi imago. Stadium larva
berkisar antara 9-11 hari pada suhu 30oC dan RH 95-100%.

Larva mengalami tiga kali ganti kulit sebelum menjadi pupa.


Callosobruchus chinensis terdiri dari empat instar larva. Pertumbuhan
larva yang sudah mencapai instar empat merupakan stadia yang telah
memakan sebagian isi biji dan larva berada dibawah kulit biji (Kardiyono,
2009).

c. Pupa
Pupa berwarna putih kekuningan. Stadia pupa berkisar antara 4-6 hari
pada suhu 30oC dan RH 95-100%. Bentuknya menyerupai serangga
dewasa, tetapi semua bagian tubuhnya belum dapat digerakkan. Pupa
bertipe ekstrata (Kardiyono, 2009).
d. Imago
C. chinensis yang baru dewasa, beberapa hari tetap berada dalam biji
kacang hijau. 2-3 hari keluar dari biji dengan cara mendorong kulit biji
yang digores dengan mandibelnya sehingga terlepas dan terbentuklah
lubang.

Imago berukuran 5 mm panjangnya dan berbentuk bulat telur,


cembung pada bagian dorsal. Panjang tubuh kumbang jantan antara 2,40-3
mm sedangkan betina 2,76-3,48 mm. antenna kumbang jantan bertipe sisir
dan betina bertipe gergaji. Stadia imago antara 25-34 hari (Greaves et all,
1998)
2.3.2 Pengendalian
Pengendalian hama Callosobruchus chinensis dapat dilakukan dengan
cara :
a. Pengendalian bahan kimia
Dapat dilakukan dengan insektisida. Insektisida yang umum
digunakan

berbentuk

EC

(Emulsifiable

Concentrate)

meruoakan

insektisida dalam bentuk cairan dalam bentuk konsentrat pekat. Selain itu
dapat dilakukan dengan cara fumigasi. Fumigan yang paling banyak

digunakan yaitu metal bromide (CH3Br), fosfin (PH3), karbondioksida


(CO2).
b. Penggunaan bahan kimia botani dan pengendalian biologi
Insektisida botani berasal dari bahan alami tumbuhan. Memiliki sifat
spesifik sehingga aman bagi musuh alami hama. Residunya pun mudah
terurai hingga aman bagi lingkungan. Selain itu dapat menggunaka
insektisida nabati. Insektisida nabati dpat berfungsi sebagai penolak,
penarik, antifertilitas penganggu tanaman.
c. Pengendalian secara fisik
Pengendalian secara fisik yang umum digunakan adalah pengaturan
suhu dan kelembaban. Suhu dan kelembaban udara yang rendah dapat
menekan infestasi dan perkembangan serangga. Penyimpanan dengan
wadah yang kedap udara juga merupakan cara pengendalian fisik yang
sering dilakukan.
(Winarno, 2006).
2.4 Macam-Macam Penyakit Benih
a. Damping-Off
Damping-Off adalah suatu penyakit yang menyerang benih, kecambah,
dan semaian. Secara tradisional, ada dua tipe jenis damping-off : preemergence damping-off, menyerang benih dan kecambah sebelum mereka
muncul, dan post-emergence damping-off, menyerang semaian bibit muda
sampai batang mereka menjadi berkayu. Bentuk kedua penyakit terjadi di
dalam tempat penyimpanan benih dan disebabkan oleh kelompok fungi yang
sama. Inang dari penyakit ini adalah semua jenis semaian dan benih dapat
terkena.
Penyebab cendawan Phytium sp., Rhizoctonia sp., Fusarium sp. Gejala
penyakit

ini

bermacam-macam

tergantung

dari

umur

dan

stadia

perkembangan semai. Biji menjadi busuk sebelum berkecambah atau sebelum


muncul dipermukaan tanah. Biji yang terinfeksi ini menyebabkan kualitas biji
buruk (daya kecambah rendah). Busuk pangkal batang pada perkembangan

semai biji terutama pada bagian yang dekat


dengan tanah. Contohnya Damping off pada
cabai (Syamsidi, 1983).
b. Antraknosa
Penyakit patek atau antraknosa menyerang
berbagai jenis tanaman. Penyakit ini sangat sulit
dikendalikan, terutama jika kelembaban areal pertanaman sangat tinggi.
Bagian tanaman yang terserang penyakit patek atau antraknosa pada
umumnya adalah buah atau daun.
Penyakit

antraknosa

sukar

dikendalikan

karena infeksi patogennya bersifat laten dan


sistemik, penyebaran inokulum dilakukan
melalui benih (seed borne) atau angin serta
dapat bertahan pada sisa-sisa tanaman sakit
dalam tanah. Contohnya antraknosa pada
cabai (Cendawan Colletrotricum capsici)
dapat menyerang inang pada segala fase pertumbuhan. Serangan patogen
antraknosa pada fase pembungaan menyebabkan persentase benih terinfeksi
tinggi walaupun benih tampak sehat (Sinaga, 1992).

METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Teknologi Produksi Benih dari aspek HPT tentang hama
gudang dan penyakit benih dilaksanakan pada tangal 22 April 2015 pukul
13.55 15.00 WIB. Di laboratorium Pemuliaan Tanaman lantai 2 Gedung
Budidaya Pertanian.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat Hama
Kain kasa
Karet gelang
Kertas label

: Untuk menutup gelas plastik


: Untuk mengikat antara kain kasa dan gelas plastic
: Untuk member label

Timbangan analitik : Menimbang benih kacang hijau

Gelas Plastik
: Menampung benih yang dimasukkan imago
Alat Penyakit
Api bunsen
: Mensterilkan bibir cawan petri
Cawan petri
: Sebagai wadah media PDA
Pinset
: Untuk mengambil benih steril
Korek api
: Untuk menyalakan api bunsen
Kamera
: Mendokumentasikan hasil
3.2.2 Bahan
Bahan Hama
Benih kacang hijau varietas konsumsi, vima, murai : Bahan perlakuan
Imago Challosobruchus chinensis
: Bahan perlakuan
Bahan Penyakit
Benih jagung

: Sebagai bahan pengamatan

Cholorx

: Untuk mensterilkan benih jagung

Aquades
: Untuk mensterilkan benih jagung
Kertas Tissue
: Meniriskan jagung
Media PDA
: Menutrisi jagung
Plastik
: Untuk mewrapping cawan petri
3.3 Cara Kerja
3.3.1 Hama
Menimbang beberapa varietas benih masing-masing 100 gr
dan masukkan kedalam gelas plastik
Menghitung hama Chalosobruchus chinensis sebanyak 10 hama untuk masingmasing varietas
Menginvestasikan imago Challosobruchus chinensis pada masing-masing
varietas
Tutup dengan kain dan beri label
Amati seminggu sekali selama 4 minggu dengan variabel
pengamatan jumlah imago dan berat benih
Dokumentasikan
3.3.2 Penyakit
Mensterilkan meja kerja dengan alkohol

Mensterilkan 2 benih jagung dengan merendam benih yang akan diisolasi dengan
chlorox, aquades, dan aquades steril secara berurutan masing-masing selama 1
menit
Siapkan media PDA dan buka plastik wrapnya, kemudian panaskan bibir cawan
dengan api Bunsen
Sterilkan pinset dengan merendam alkohol dan membakarnya pada api Bunsen
Buka media dengan membuat celah pada cawan (sekiranya pinset bisa masuk),
dan tanam 2 benih yang telah disterilkan dengan tetap didekat api Bunsen
Tutup kembali media dan panaskan kembali bibir cawan
Tutup dengan plastik wraping dan beri label sesuai dengan kelas masing-masing
Pengamatan dilakukan setiap hari selama seminggu dan didokumentasikan.

3.4 Analisa Perlakuan (Hama dan Penyakit)


3.4.1 Hama
Pada praktikum hama dan penyakit benih, siapkan tiga
varietas kacang hijau yaitu konsumsi, vima, dan murai. Kemudian
timbang masing-masing varietas tersebut sebanyak 10 gram.
Masukkan ketiga varietas tersebut masing-masing pada gelas
plastic. Hama yang digunakan adalah hama Challosobruchus
chinensis yang biasanya ada pada benih kacang hijau. Kemudian
hitung hama masing-masing 10 hama untuk setiap varietas.
Masukkan hama tersebut ke dalam gelas pastik yang sebelumnya
sudah terisi oleh 3 macam varietas kacang hijau (Kc. Ijo
Konsumsi/Pasar, Kc. Ijo Murai, Kc. Ijo Vima). Lalu tutup masingmasing gelas plastik dengan kain kasa dan beri label pada setiap
perlakuan varietas. Dengan variabel pengamatan yang diamati

adalah jumlah imago dan berat benih akhir kacang hiaju yang di
amati selama 4 minggu.
3.4.2 Penyakit
Pada penyakit langkah awal yang dilakukan adalah
mensterilkan meja dengan alkohol. Lalu benih jagung yang sebagai
bahan perlakuan sebelumnya disterilkan terlebih dahulu ke dalam
chlorox lalu alkohol dan aquades masing-masing selama kurang
lebih 1 menit secara berurutan.
Kemudain siapkan media PDA dan membuka plastik
wrapnya. Setelah itu memanaskan bibir cawan dengan api bunsen
supaya steril. Langkah selanjutnya sterilkan pinset dengan
merendam alcohol dan membakarnya pada api Bunsen. Setelah itu
membuka media dengan membuat celah pada cawan dan tanam 2
benih yang telah disterilkan dengan tetap didekat api bunsen.
Setelah semuanya selesai, tutup kembali media dan
panaskan kembali bibir cawan. Tutup dengan plastic wraping dan
beri label sesuai dengan kelompok masing-masing.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Tabel Hama
Tabel Berat Kacang Hijau
Varietas
Berat Kacang Hijau
Awal
Minggu I
Kacang hijau
100.6
100
Kacang
hijau 100.05
100.47

Minggu II
99.85
100.6

Minggu III
99.73
100.5

Minggu IV
99.61
100.5

(Murai)
Kacang hijau (Fima)

99.32

98.92

98.26

Jumlah Hama
Awal
Minggi I

Minggu II

Minggu III

Minggu IV

10 imago
10 imago
10 imago

12
13
0

14
17
0

15
15
0

100

99.88

Tabel Jumlah Hama


Varietas
Kacang hijau
Kacang hijau (Murai)
Kacang hijau (Fima)

10
11
0

101
100.5
100
99.5
99
98.5
98

Data Grafik Mingguan Berat Kacang Hijau

Kacang Hijau
Kacang Hijau ( Fima)

Data Grafik Jumlah Hama


20
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0

4.1.2

Kacan
g
Hijau
Kacan
g
Hijau
(Fima)

Tabel Penyakit

Benih jagung

Bakteri

Bakteri muncul pada


hari ke 5 setelah
tanam

Benih jagung

Jamur

Jamur

tumbuh

meluas

dan

terbentuk 2 koloni
bakteri

di

media

tanam pada hari ke 5

4.2 Pembahasan Praktikum


4.2.1 Hama

Pada praktikum tentang hama dan penyakit tanaman menggunakan


tanaman kacang hijau dengan varietas konsumsi, varietas vima dan varietas
murai. Hama yang digunakan yaitu hama Callosobruchus chinensis. Hasil
dari panen yang disimpan pada gudang khususnya komoditas biji-bijian
setiap saat bisa diserang oleh hama yang menimbulkan kerugian sangat
besar.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan selama empat minggu, pada
varietas konsumsi jumlah hama pada minggu pertama berjumlah 10, minggu
ke dua berjumlah 12, minggu ke tiga berjumlah 14 dan minggu ke 4
berjumlah 15. Pada varietas murai jumlah hama pada mingg pertama yaitu
11, minggu ke dua berjumlah 13, minggu ke tiga berjumlah 17 dan minggu
ke empat berjumlah 15. Sedangkan pada varietas vima jumlah hama pada
awal yaitu 10 tetapi pada minggu pertama sampai minggu ke empat jumlah
hama tetap sama yaitu 0.
Jika dilihat dari hasil tersebut pada setiap varietas jumlah hama
berbeda-beda. Hal tersebut bisa dipengaruhi dari jenis varietas serta aktifitas
dari hama tersebut. Varietas konsumsi dan murai paling banyak jumlah
hamanya.
Menurut Yasin (2009) kemunduran atau peningkatan populasi suatu
hama khususnya hama gudang dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor
makanan, faktor iklim, keadaan musuh alami, faktor kegiatan manusia. Jika
dilihat dari literature tersebut kemungkinan faktor yang berpengaruh pada
hasil praktikum ini yaitu faktor makanan serta faktor iklim. Varietas vima
kemungkinan mempunyai kualitas yang baik sehingga hama tersebut tidak
dapat tumbuh atau berkembang.
Literature yang lain juga menyebutkan bahwa kualitas dan kuantitas
makanan berpengaruh terhadap preferensi serangga. Agar makanan tersebut
memberi pengaruh baik, maka harus tersedia dalam jumlah yang cukup dan
kandungan nutrisinya sesuai dengan yang dibutuhkan. Keadaan biji seperti
bentuk biji, kekerasan kulit, warna dan adanya kandungan zat kimia tertentu
berpengaruh pula pada preferensi serangga (Suyono dan Sukarno, 1985).
Ketahanan suatu varietas terhadap hama juga sangat berpengaruh
terhadap perkembangan hama tersebut. Menurut Ujianto (2011) Faktor
lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap tingkat ketahanan adalah

kadar air biji, temperatur dan kelembapan udara. Pada kadar air tertentu
hama kumbang kacang mudah menyerang yaitu pada kadar air di atas 10%,
sedangkan pada kadar air di bawah 10% hama ini jarang atau sulit
menyerang. Kondisi temperatur yang optimum untuk pertumbuhan dan
perkembangan hama ini adalah antara 26 dan 31 0C. Kelembapan yang
mendorong berkembangnya hama ini yaitu jika di atas 65%.
Berat kacang hijau pada setiap varietas juga berbeda-beda. Pada
varietas konsumsi berat kacang hijau awal yaitu 100,6, minggu pertama
sebesar 100 gram, minggu ke dua sebesar 99,85 gram, minggu ke tiga
sebesar 99,73 dan minggu ke empat sebesar 99,61. Varietas murai untuk
awal sebesar 100,05, minggu pertama sebesar 100,47, minggu ke dua
sebesar 100,6, minggu ke tiga sebesar 100,5 dan minggu ke empat juga
100,5. Sedangkan pada varietas fima berat awal yaitu 100, minggu pertama
sebesar 99,88, minggu ke dua sebesar 99,32, minggu ke tiga sebesar 98,92,
dan minggu empat 98,26.
Hasil untuk berat biji setiap varietas kacang hijau berbeda-beda.
Varietas konsumsi dari awal mengalami penurunan berat terlihat perbedaan
dari minggu pertama hingga minggu ke empat. Pada varietas murai tidak
terlalu terlihat perbedaan berat pada biji kacang hijau padahal varietas
tersebut jumlah hamanya yang terbanyak. Untuk varietas fima dari minggu
pertama hingga minggu ke empat terus mengalami penurunan.
Menurut Supeno (2005), setelah menetas larva C. chinensis masuk ke
dalam biji dengan cara menggerek biji dan tinggal di dalam biji hingga
menginjak dewasa. Akibatnya biji menjadi berlubang dan bobot biji
berkurang. Nilai selisih bobot 100 biji sebelum dan susudah infestasi yang
makin besar mengindikasikan bahwa varietas tersebut rentan terhadap
serangan hama gudang C. chinensis. Namun demikian, pengamatan bobot
biji tidak dijadikan tolak ukur karena bobot biji dipengaruhi oleh kadar air.
4.2.2 Penyakit
Dari hasil praktikum penyakit yang telah dilakukan pada benih jagung
dengan menggunakan media PDA didapatkan hasil, pada hari ke 5 setelah

tanam terdapat bakteri yang muncul pada benih jagung tersebut. Terlihat
bakteri tersebut muncul didaerah sekitar akar. Setelah itu terdapat juga
jamur yang tumbuh meluas disekitar benih jagung itu. Bakteri juga semakin
banyak sebanyak 2 koloni di media tanam. Untuk jenis jamur dan bakteri
yang menyerang benih jagung belum diketahui karena tidak melakukan
pengamatan di mikroskop.
Salah satu jamur yang menyerang benih jagung pada media PDA yaitu
jamur Aspergillus flavus. Jamur A. flavus ditemukan pada berbagai media
tumbuh, dapat bertahan hidup dan berkembang biak pada berbagai inang
alternative dan kondisi iklim yang berbeda (Pakki, 2009).
Pada jagung, pathogen ini umumnya menginfeksi biji dalam fase
pertumbuhan generative, selanjutnya menjadi sumber inokulum awal untuk
penularan penyakit pada benih jagung yang disimpan digudang.
4.3 Pembahasan Soal
1. Dari grafik pengamatan saudara, apakah ada penambahan populasi
Callosobruchus chinensis pada ketiga jenis kacang hijau? mengapa
demikian? Apakah variable tersebut sudah menunjukkan bahwa varietas
tertentu yang disukai oleh Callosobruchus chinensis?
Jawaban :
Iya terdapat penambahan populasi Callosobruchus chinensis yaitu pada
varietas konsumsi dan juga varietas murai. Tetapi pada varietas murai pada
minggu ke 4 mengalami penurunan 2 hama.
Faktor-faktor yang menyebabkan peningkatan populasi suatu hama
khususnya hama gudang dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor
makanan, faktor iklim, keadaan musuh alami, faktor kegiatan manusia.
Jika dilihat dari literature tersebut kemungkinan faktor yang berpengaruh
pada hasil praktikum ini yaitu faktor makanan serta faktor iklim.
Variable tersebut sudah menunjukkan bahwa varietas tersebut disukai oleh
hama. Terlihat dari varietas fima tidak ada hama dari minggu ke awal
sampai dengan minggu ke empat
2. Dari ketiga jenis kacang hijau, manakah yang memiliki kualitas bagus,
sehingga disukai oleh Callosobruchus chinensis? Apakah kualitas pada
kacang hijau mempengaruhi preferensi Callosobruchus chinensis?

Jelaskan Alasannya? Bagaimana kualitas (kondisi) ketiga jenis kacang


hiaju setelah akhir pengamatan?
Jawaban :
Kualiatas kacang hijau juga mempengaruhi preferensi Callosobruchus
chinensis. Karena faktor makanan mempengaruhi tinggi dan rendahnya
perkembangan dari hama tersebut. Jika varietas tahan maka hama tersebut
tidak akan menyerang benih tersebut secara besar. Kondisi dari masingmasing varietas yaitu pada varietas konsumsi banyak benih kacang hijau
yang berlubang, varietas murai juga berlubang sedangkan varietas fima
masih bagus karena tidak ada hama yang berkembang.
3. Berdasarkan hasil pengamatan Callosobruchus chinensis bagaimana
hubungannya jumlah populasi hama terhadap penurunan kualitas benih
kacang hijau? Jelaskan pula faktor apa saja yang mempengaruhinya!
Jawaban :
Apabila hama Callosobruchus menyerang benih kacang hijau maka akan
terjadi penurunan kualitas dan kuantitas benih kacang hijau tersebut.
Beberapa faktor yaitu faktor makanan, faktor iklim, keadaan musuh alami,
faktor kegiatan manusia. Bila jenis varietas disukai hama tersebut maka
benih akan mengalami penurunan kualitas sehingga produksi dari benih
tidak baik.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil pengamatan dapat diambil kesimpulan yaitu dari ketiga jenis
varietas hama Callosobrucuhus chinensis berkembang dengan baik pada
varietas konsumsi dan murai. Sedangkan pada varietas fima tidak terdapat
hama C. chinensis. Faktor faktor yang menyebabkan yaitu faktor makanan,
lingkungan, keadaan musuh alami dan kegiatan manusia.
Pada perlakuan penyakit, terdapat pathogen yang menyerang benih
jagung. Dilihat dari makroskopis yaitu jamur dan bakteri. Terlihat dari adanya
hifa pada akar jagung tersebut.
5.2 Saran
Praktikum : Praktikumnya menjadi lebih baik lagi

Asisten : Tidak ada saran, sudah baik

DAFTAR PUSTAKA
Agarwal, V.K, Sinclair, J.B. 1997. Principles of seed pathology, 2 ed. Boca Raton:
CRC, 1997. 538p.
Champ, B.R. and Z. Highley. 1985. Pesticides and Humid Tropical Grain
Stroge System. Proceedings of an International Seminar in Manila,
Philipines, 27-30 Maros, 1985. Aciar Proceedings No. 41.
Cotton, R.T. 1963. Pest Of Storet Grain And Grain Product. Burgerss Publishing
Co. Minneapolis 15, Minn
Greaves, J. H.P. Dobbie ang J. Bridge. 1998. Strocage in Pest Control in Tropical
Grain Legumes. London : Collage House, Wrights Lane.
Kardiyono. 2009. Efektivitas Abu Sekam dan Minyak Goreng Pada Pengendalian
Hama Gudang Kacang Hijau. Banten : Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian Banten.

Maude, R.B. Seedborne diseases and their control. Cambridge : CAB


International, 1996. 280p.
Munro, J.W. 1966. Pests Of Storage Product. Hutehinsou of London.
Nameth. 1998. Priorities in Seed Pathology Research. USA : Sci. agric.,
Piracicaba, 55 (Numero Especial), p.94-97, agosto 1998.
Pakki, Sayhrir. 2009. Efektivitas Amonia, Asam Propinat, dan Ekstrak Daun
Cengkeh dalam Pengendalian Aspergillus flavus pada Jagung. Jurnal
Penelitian Pertanian Tanaman Pangan Vol. 28 No.3 2009.
Sinaga, M. S. 1992. Kemungkinan Pengendalian Hayati Bagi Colletotrichum
capsici (Syd) Bult. Et Bisby Penyebab Antraknosa pada Cabai. Laporan
Akhir: Penelitian Pendukung PHT dalam Rangka Pelaksanaan Program
Nasional Pengendalian Hama Terpadu. Kerjasama Proyek Prasarana Fisik
Bappenas dengan Fakultas Pertanian. IPB. Bogor. 29 hal
Supeno, Agus. 2005. Identifikasi Ketahanan Varietas Kacang Hijau Terhadap
Infestasi Hama Gudang Callosobruchus chinensis (L.). Buletin Teknik
Pertanian Vol. 10. Nomor 2, 2005.
Syamsidi, Rasminah. 1983. Penyakit Benih. Malang : Univeristas Brawijaya.
Ujianto, Lestari et al. 2011. Evaluasi Ketahanan Hibrida Hasil PErsilangan
Kacang Hijau dan Kacang Uci Terhadap Callosobrchus chiensis. J. HPT
Tropika. Vol. 11, 11 No. 2 : 130-138, September 2011
Winarno. F. G. 2006. Hama Gudang dan Teknik Pemberantasannya. Bogor : PT.
Embrio Biotekindo.

You might also like