You are on page 1of 25

TUNA LONGLINE

Tugas Makalah Alat dan Kapal Penangkapan Ikan

Perikanan C/ Biokimia Perikanan/ Kelompok 7


Muhammad Qiyamuddin
Nabilla Luthfi
Trinusa Dinata
Vetthy Fatimah
Ustman Sidik M
Muhammad Heffiqri R.

230110150169
230110150186
230110150188
230110150190
230110150195
230110150201

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR
2016

KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena kami
masih dilimpahi kasih sayang-Nya sehingga penyusunan tugas mata kuliah Alat
dan Kapal Penangkapan Ikan dalam kaitannya dengan alat tangkap Tuna
Longline ini dapat diselesaikan.
Melalui penyusunan tugas ini diharapkan kita sebagai mahasiswa yang
mengambil mata kuliah Alat dan Kapal Penangkapan Ikan mempunyai bahan
rujukan sebagai bahan acuan dalam perkuliahan dan penyusunan penulisan
makalah mengenai alat tangkap Tuna Longline. Selain itu, penyusunan tugas ini
juga semoga dapat digunakan dan dimanfaatkan oleh semua pihak yang
memerlukannya.
Dalam pengerjaan tugas ini kami selaku penyusun telah berusaha sebaik
mungkin, namun kami menyadari masih ada kekurangan dan kelemahan, sehingga
dengan segala kerendahan hati, kami sangat terbuka untuk menerima saran dan
kritik. Kami berharap semoga penyusunan tugas ini dapat bermanfaat, khususnya
bagi kami selaku penyusun dan umumnya bagi semua pihak yang telah membaca
tugas mengenai Alat dan Kapal Penangkapan Ikan bab alat tangkap Tuna Longline
ini. Selain itu, semoga tugas ini juga dapat menjadi sumbangan pemikiran dalam
membangun bangsa Indonesia.

Jatinangor, Oktober 2016

Penulis
HALAMAN NILAI

No
1

Nama
Muhammad
Qiyamuddin

NPM

Nabilla Luthfi

230110150186

Trinusa Dinata

230110150188

Vetthy Fatimah

230110150190

Ustman Sidik M

230110150195

Muhammad

Bahasa

Penyampaia
n

230110150169

Afektif

230110150201

Heffiqri R.

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................i
HALAMAN NILAI..............................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1 Latar Belakang..................................................................................1
2

Tujuan................................................................................................1

Manfaat..............................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Deskripsi Alat Tangkap dan Nama Daerah.........................................2
2.2 Konstruksi dan Bagian-Bagiannya......................................................4
2.3 Gambar Konstruksi...........................................................................10
2.4 Bahan yang Digunakan.....................................................................11
2.5 Jumlah Nelayan dan Bagiannya........................................................12
2.6 Ukuran Kapal....................................................................................14
2.7 Alat Bantu Penangkapan...................................................................15
2.8 Hasil Tangkapan................................................................................17
2.9 Inovasi Alat.......................................................................................17
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.......................................................................................19
3.2 Saran.................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................20

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ikan tuna (Thunnus) merupakan ikan pelagik yang bertipe perenang cepat
dimana memiliki nilai komersial yang sangat tinggi. Dalam penangkapannya, ada
beberapa alat yang dapat digunakan untuk menangkap ikan tuna ini. Sekitar 62%
produksi dunia ditangkap dengan menggunakan pukat cincin, sebesar 14% dengan
menggunakan pancing rawai tuna (longline), 11% dengan pancing huhate (pole
and line), selebihnya dengan alat lain-lain (Haberman, 2008).
Longline atau pancing rawai tuna merupakan salah satu alat tangkap yang
cukup efektif dan khusus ditujukan untuk menangkap ikan tuna, karena
konstruksinya mampu menjangkau kedalaman renang (swimming layer) dan
sangat sesuai dalam peraiaran Indonesia. Dalam pembahasan paper ini akan
dijabarkan seperti apa alat tangkap rawai tuna (longline) dan bagaimana
konstruksi dari pembuatan maupun pengoperasiannya.
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan alat tangkap Long-line.
Untuk mengetahui bagaimana pembuatan alat tangkapnya.
Untuk mengetahui bagaimana cara penggunaannya.
1.3 Manfaat
Mengetahui apa itu alat tangkap Long-line.
Mengetahui pembuatannya.
Mengetahui cara peggunaannya.
Menambah pengetahuan tentang alat tangkap Long-line.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Deskripsi Alat Tangkap Dan Nama Daerah


2.1.1 Definisi dan Klasifikasi Long line
Menurut Sudirman (2004), tuna long line adalah salah satu bagian dari
rawai yang didasarkan atas jenis ikan yang ditangkap, dalam hal ini ialah ikan
Tuna. Tuna long line atau yang disebut dengan rawai tuna merupakan jenis rawai
yang paling terkenal. Fungsi dari tuna long line atau rawai tuna sudah sangat jelas
yaitu untuk menangkap ikan tuna terutama yang bernilai ekonomis tinggi seperti:
southern bluefin tuna, big eye tuna, yellowfin tuna, dan albacore.
Pada penangkapan Ikan dengan Long Line ini prinsipnya Ikan dapat
memakan umpan yang kita pasang sedemikian rupa sehingga Ikan yang
memakannya tidak lepas dari mata pancing yang akhirnya ikan dapat tertangkap.
Long berarti panjang Line adalah Tali pancing yang panjang dan diatur
sedemikian rupa sesuai dengan kemampuan yang akan menjadi Target sasaran kita
dipertimbangkan dengan jangkaouan Operasi dan kapasitas kapal yang digunakan.
Long line memang banyak digunakan oleh kapal Perusahaan besar dan pada
umumnya sasaran penangkapan ini adalah Ikan Tuna yang cukup besar sehingga
dibutuhkan mata pancing dan tali yang sangat panjang bahkan bisa mencapai 300
km panjangnya dan biasa itu dilakukan pada wilayah samudra yang cukup luas
dan besar. Long line juga jenisnya banyak mulai dari kapal sederhana yang cukup
hingga kapal besar. Pada kapal kecil atau menengah mungkin itu dengan
menggunakan Rawai biasanya sasaran target penangkapannya adalah jenis ikan
cakalang tapi apabila ukuran kapal dan jangkouan operasionalnya besar baru
kapal besar yang namanya Long line Tuna sedangkan target sasarannya adalah
ikan Tuna.
Pada saat melakukan Operasi penangkapan dengan menggunakan alat
tangkap ini memakan waktu nunggu yang cukup lama antara 5-8 jam dan saat

penurunan pancing biasanya dilakukan di belakang atau buritan kapal sedangakan


waktu penarikan dapat dilakukan di depan kapal.
Wilayah Operasi penangkapan Untuk ikan tuna jenis southern bluefin
berada di selatan Jawa (Samudra Hindia), untuk tuna jenis albacore, yellowfin,
bigeye dan longtail hampir menyebar mulai dari perairan Indonesia bagian Utara
sampai ke selatan
Memancing Ikan dengan menggunakan Long Line ini merupakan alt
tangkap yang modern dan waktunya cukup lama pada perusahaan biasanya
kelengkapan kapal cukup lengkap dan memadahi sehingga seluruh pekerjaan ini
cepat walaupun panjang talinya
Rawai tuna umumnya dioperasikan di laut lepas atau mencapai perairan
samudera. Alat tangkap ini bersifat pasif, menanti umpan dimakan oleh ikan
sasaran. Setelah pancing diturunkan ke perairan, lalu mesin kapal dimatikan
sehingga kapal dan alat tangkap akan hanyut mengikuti arah arus atau sering
disebut drifting. Drifting berlangsung selama kurang lebih empat jam. Selanjutnya
mata pancing diangkat kembali ke atas kapal.
Umpan long line harus bersifat atraktif, misalnya sisik ikan mengkilat, tahan
di dalam air, dan tulang punggung kuat. Umpan dalam pengoperasian alat tangkap
ini berfungsi sebagai alat pemikat ikan. Jenis umpan yang digunakan umumnya
ikan pelagis kecil, seperti lemuru, layang, kembung dan bandeng. Panjang umpan
berkisar antara 15-20 cm, dengan berat 80-150 gram. Umpan ini harus masih
segar dan untuk menjaga kualitas ikan umpan maka ikan ikan tersebut harus
disimpan di tempat dingin atau di es.
2.1.2 Nama Daerah
Di Indonesia, sesungguhnya alat menyerupai long line jauh sebelum perang
dunia telah ada yaitu alat tangkap tradisional yang disebut prawe. Rangkaian
tali-tali yang diberi pancing dimana ujung yang satu diberi pemberat (jangkar)
sedangkan ujung yang satunya diberi pelampung. Tetapi alat ini sejak zaman
dahulu hingga sekarang konstruksinya sama.

2.2. Kontruksi Dan Bagian-Bagiannya


Seperti alat penangkap lainnya , satu unit long line terdiri dari kapal yang
dirancang khusus, alat penangkap dan crew. Kapal-kapal tuna long line modern
bagian belakang dari kapal ini telah dirancang dengan baik untuk mudah operasi
dan pengaturan alat penangkap.
Tuna long line sendiri pada umumnya terdiri dari : pelampung, bendera, tali
pelampung, main line, branch line, pancing wire leader, dan lain-lain. Antara
pelampung dengan pelampung dihubungkan dengan tali pelampung dan tali utama
dimana sepanjan tali utama terpasang beberapa tali cabang. Satu rangkaian alat
inilah yang disebut dengan satu basket long line. Jumlah mata pancing pada setiap
basket bervariasi. Untuk lebih detail pengetahuan tentang alat ini kita lihat bagian
demi bagian.
Menurut (Alam Ikan 1), persyaratan daerah operasi bagai perawai :
-

pantai yang keadaannya landai


kedalamannya merata
bersih dari tonggak, bangkai kapal yang rusak
terhindar dari kesibukan lalu-lintas perahu/kapal

Bagi perawai pinggir biasa dioperasikan pada kedalaman 10 sampai 20 depa.


Perawai dapat diusahakan sepanjang tahun.
Menurut (Alam Ikan 2), penangkapan dapat dikerjakan pada waktu siang atau
malam hari. Bila pancing dipergunakan pada waktu malam, setelah rangkaian
pancing dilepas ke dalam air, perahu biasanya terus berhenti dan membuang
jangkar. Dengan demikian, perahu dengan pancingnya tidak terpengaruh oleh
arus atau angin. Adapun penangkapan yang dikerjakan pada waktu siang hari,
karena daerah penangkapan dan lalu lintas perahu dapat terlihat jelas, maka
penangkapan ditempuh dengan cara menghanyut (drifting).
Menurut dewan pimpinan pusat asosiasi tuna longline Indonesia ( DPPATLI), long line terdiri dari bagian-bagian sebagai berikut :
a. Pelampung yang digunakan pada long line terdiri dari beberapa jenis yaitu
pelampung bola, pelampung bendera, pelampung radio, dan pelampung

lampu. Warna pelampung harus berbeda atau kontras dengan warna air laut.
Hal ini dimakasudkan untuk mempermudah mengenalnya dari jarak jauh
setelah setting.
Pelampung bola
Pelampung bola biasanya terpasang pada ujung basket dari alat angkap.
Pelampung bola ini terbuat dari bahan sintetik dengan dimeter 35 cm dan
ada yang lebih besar. Untuk long line dengan jumlah basket 70 maka
jumlah pelampung bola yang digunakan adalah 68 buah, pada ujungnya
terdapat pipa setinggi 25 cm dan stiker scotlight yang sangat berguna bila
alat tersebut terputus maka mudah menemukannya. Untuk melindungi
pelampung-pelampung tersebut dari benturan yang dapat menyebabkan
pecahnya pelampung tersebut, maka pelampung tersebut dibalut dengan
anyaman tali polyetylene dengan diameter 5mm.

Pelampung bendera
Pelampung bendera merupakan pelampung yang pertama kali diturunkan
pada waktu setting dilakukan. Biasanya diberi tiang (dari bambu atau
bahan lain) yang panjangnya bervariasi sekitar 7 m dan diberi pelampung.

Supaya tiang ini berdiri tegak maka diberi pemberat.


Pelampung lampu
Pelampung ini biasanya menggunakan balon 5 watt yang sumber listriknya
berasal dari baterai yang terletak pada bagian ujung atas pipa atau bagian
bawah ruang yang kedap air. Pelampung ini dipasang pada setiap 15 basket
yang diperkirakan hauling pada malam hari. Fungsinya adalah untuk
penerangan pada malam hari dan memudahkan pencarian basket bila

putus.
Pelampung radio bouy
Sebuah radio bouy dilengkapi dengan transmiter yang mempunyai
frekuensi tertentu.daerah tranmisinya bisa mencapai 30 mil. Jika dalam
pengoperasian long line menggunakan radio bouy, maka kapal harus
dilengkapi dengan radio direction finder (RDF). Peralatan ini berfungsi
untuk menunjukan arah lokasi radio bouy dengan tepat pada waktu basket

putus.
b. Tali pelampung

Tali pelampung berfungsi untuk mengatur kedalaman dari alat penangkap


sesuai dengan yang dikehendaki.tali pelampung ini biasanya terbuat dari
bahan kuralon.
c. Tali utama (main line)
Tali utama atau main line adalah bagian dari potongan-potongan tali yang
dihubungkan antara satu dengan yang lain sehingga membentuk rangkaian
tali yang sangat panjang. Tali utama harus cukup kuat karena menanggung
beban dari tali cabang dan tarikan ikan yang terkait pada mata pancing.
Pada kedua ujung main line dibuat simpul mata. Main line biasanya
terbuat dari bahan kuralon yang diameternya 0,25 inci atau lebih. Panjang
main line tergantung dari panjang dan jumlah branch line, karena setiap
penemuan kedua ujung main line merupakan tempat pemasangan branch
line.
d. Tali cabang (branch line)
Bahan dari tali cabang biasanya sama dengan tali utama, perbadaanya
hanya pada ukuran saja,dimana ukuran tali cabang lebih kecildari tali
utama.satu set tali cabang ini terdiri dari tali pangkal, tali cabang utama,
wire leader yang berfungsi agar dapatmenahan gesekan pada saat ikan
terkait pada pancing, dan pancing yang terbuat dari bahan baja, biasanya
menggunakan pancing no.7
e. Perlengkapan Lainnya
Perlengkapan lainnya yang dimaksud adalah alat-alat yang dipergunakan
untuk mempermudah dan mememperlancar kegiatan operasi penangkapan
di kapal antara lain adalah radar, RDF, line hauler, marline spike, catut
potong, ganco, sikat baja, jarum pembunuh, pisau, dan lain-lain.

Gambar 2. Perlengkapan pancing long-line (1)

Gambar 3. Perlengkapan pancing long-line (2)


2.2.1 Konstruksi Perawai dan Rawai Tuna

Menurut (Alam Ikan 1), bagian-bagian dari perawai secara umum terdiri
atas :
1. Tali utama (Main line)
Tali utama adalah tali tempat tali cabang. Bahan tali utama harus dibuat dari
bahan yang kuat dan biasanya diperguinakan kuralon atau kremona dengan
ukuran diameter 8 mm. Pada rawai besar seperti rawai tuna, panjang tali utama
berkisar antara 50-60 meter tiap-tiap jarak satu tali cabang (satu mata pancing),
sedangkan untuk rawai kecil yang biasa digunakan untuk penangkapan ikan di
daerah-daerah pantai (inshore fishing) panjang tali utama untuk jarak masingmasing pancing kira-kira 10 meter (bahkan ada yang lebih pendek dari 10 meter).
Untuk longline besar tali utama pada tiap-tiap pancing merupakan tali yang
tersendiri yang nantinya disambung-sambung, akan tetapi pada rawai kecil
panjang satu tali utama sampai ratusan meter dan jarak antara tali cabang dapat
dibuatkan simpul kupu-kupu sebagai tempat bergantungnya tiap-tiap tali cabang.
Jadi, pada rawai besar, satu tali utama hanya berisi satu pancing sedangkan pada
rawai kecil satu tali utama hanya berisi berpuluh-puluh tali cabang (pancing).
2. Tali cabang (Branch line)
Panjang tali cabang tidak boleh lebih dari setengah kali panjang tali utam atau
jarak antara tali cabang tersebut yang menggantung pada tali utama. Hal ini
tujuannya adalah agar tidak terjadi saling mengait (kekusutan) antara tali cabang.
Oleh karena itu, tali cabang pada rawai besar panjangnya antara 20-25 meter,
sedangkan tali cabang rawai kecil panjangnya 2-3 meter.
Tali cabang biasanya terdiri atas dua atau tiga jenis tali yaitu :
a) Tali cabang utama (20-25 meter) bahannya dari kuralon atau cremona.
b) Sekiyama (10-15 meter) bahannya dari pintalan tali baja (wire leader)
yang dibungkus benang.
c) Wire leader (2-3 meter) bahannya dari pintalan kawat baja.
Sedangkan pada rawai kecil pada umumnya tali cabangnya hanya terdiri atas dua
bagian (dua jenis tali) saja yaitu :
a) Tali cabang utama, kuralon 2-3 meter.
b) Leader/kawat/kawat baja steel setengah meter.
3. Pancing (Hook)
Ukuran pancing yang digunakan adalah pancing nomor : 4,5,6 yang terbuat dari
baja dan dilapis timah putih.

4. Tali pelampung (Float line)


Panjang tali pelampung disesuaikan dengan kedalaman yang diinginkan selama
operasi. Pada rawai besar yang operasinya dilapisan permukaan (surface longline),
panjang tali pelampung sekitar 15-20 meter. Sedangkan untuk rawai yang
dioperasikan di lapisan dasar biasanya rawai kecil, yang panjang tali
pelampungnya disesuaikan dengan kedalaman perairan tempat rawai tersebut
dioperasikan.
5. Pelampung
Pelampung yang baik bahannya dari bola kaca. Oleh karena itu, biasanya disebut
dengan glass bouy dengan ukuran diameter 30-35 cm dan tebal kaca 5-7 mm.
Pelampung kaca ini dibalut dengan anyaman tali yang tujuannya disamping
sebagai pelindung, juga digunakan untuk tempat penyambungan atau pengikatan
pelampung tersebut dengan tiang bendera dan tali pelampung. Karena pelampung
kaca agak sulit didapat dan harganya pun lebih mahal, maka untuk rawai kecil
biasanya mempergunakan pelampung plastik yang khusus atau kadang-kadang
menggunakan jerigen biasa.
6. Tiang bendera
Untuk mengetahui adanya pelampung di perairan setelah rawai dioperasikan,
pada pelampung umumnya diikatkan bendera dengan warna yang kontras dengan
keadaan di laut (biasanya merah). Untuk mengikatkan bendera tersebut diperlukan
tiang bendera yang umumnya dari bambu, sehingga tiang bendera tersebut sering
disebut dengan bambo pole.
Panjang tiang bendera sekitar 5-7 meter dengan ukuran diameter pada
pangkal 3-3,5 cm. Pada ujung bambu inilah bendera diikatkan. Pada rawai besar
di ujung rawai yang pertama diturunkan kecuali diberi palampung kaca dan
bendera kadang-kadang dipasang juga pelampung radar atau sono buoy.
Pelampung radar ini gunanya untuk mempermudah pencaharian ujung rawai
tersebut karena rawai besar sekali operasi panjang alat sampai mencapai 90km
(90.000 meter) sehingga sangat sulit untuk mengadakan pencarian berdasarkan
ini.
Istilah dalam alat tangkap rawai tuna (Monintja dan Zulkamain, 2003).
No.

Istilah

1.

Main line

Definisi
Tali utama yang berfungsi sebagai pang- kal dari
semua ikatan tali cabang

2.

Branch line

3.

Branch line snap

4.

Branch line snap ring

5.

Branch line snood

6.

Swivel

7.

Sakite

8.

Sekiyama

9.

Sekiyama swivel

10.

Wire leader

11.

Hook

12.

Buoy line

13.

Buoy line snap

14.

Buoy line snap ring

15.

Buoy

16.

Top buoy dan fuji


light

17.

Buoy snap ring

18.

Buoy snap

Tali cabang yaitu tali mata pancing yang terikat


pada tali utama
Peniti rawai untuk mengkaitkan branch line ke
main line
Lingkaran tali yang menghubungkan branch line
snap dengan branch line
Pangkal tali cabang yang menghubungkan
branch hne snap ring dengan swivel
Kili-kiii pada branch line snood
Tali penghubung antara swivel dengan branch
line snood
Tali yang salah satu ujungnya dibuat simpul
mata yang dihubungkan dengan sakite
Kili-kili pada bagian sekiyama
Wire yang menghubungkan sekiyama swivel
dengan kail tuna
Kail panting yang khusus untuk menangkap ikan
tuna yang dilengkapi dengan cincin panting
(hook ring)
Tali
pelampung
adalah
tali
yang
menghubungkan pelampung dengan
Peniti pengkait buoy line dengan main line di
setiap basket
Lingkaran tali yang menghubungkan buoy line
snap dengan buoy line
Pelampung adalah benda terapung yang
berfungsi sebagai penahan berat dan gaya yang
terjadi pada suatu alat tangkap
Logam yang diikatkan pada puncak buoy
sebagai radar reflector agar kedudukannya dapat
terdeteksi oleh radar. Fuji light adalah reflektor
cahaya yang bila terkena sinar dapat terdeteksi
oleh cahaya search light dan dilengkapi dengan
bahan fluorescence
Lingkaran tali yang diikatkan pada buoy sebagai
penghubung antara pangkal simpul buoy dengan
buoy snap
pengkait yang berbentuk peniti sebagai pengkait
buoy dengan buoy line

2.3 Gambar Kontruksi

Konstruksi pada alat tangkap Tuna Longline dapat dilihat pada gambargambar berikut:

Gambar 1. Konstruksi Tuna Longline secara sederhana.


Keterangan gambar :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Pelampung penanda
Tali utama (main line)
Pelampung
Tali cabang (branch line)
Mata pancing (hook)
Pemberat

Gambar 2. Konstruksi Long line


Menurut (Alam Ikan 4), rawai tuna tergolong rawai hanyut (drift longline)
tetapi umumnya hanya disebut tuna longline saja. Dalam perikanan, indrustri
pancing ini termasuk penting dan produktivitasnya tinggi. Satu perangkat rawai
tuna bisa terdiri dari ribuan mata pancing dengan panjang tali mencapai puluhan
km (15-75 km). Oleh karena rawai tuna itu termasuk besar, maka untuk
memudahkan penyusunan atau pengaturannya dibagi dalam satuan-satuan, dan
karena tiap satuan itu biasanya disimpan dalam sebuah keranjang dari bambu dan
lebih dikenal sebagai satu basket. Istilah ini dipakai karena dalam sejarah
perkembangannya pada mulanya satu kelompok alat yang berhubungan menjadi
satu ditempatkan secara terpisah di dalam keranjang bambu. Dalam operasi
penangkapannya barulah bagian-bagian kelompok alat tersebut dihubungkan
dengan kelompok lainnya sehingga merupakan satu rangkaian yang panjang sekali
tergantung dari jumlah basket.
Tiap satuan mulai dari pangkal sampai akhir mempunyai susunan sama.
Rawai tuna umumnya membawa seperangkat rawai yang terdiri dari beberapa
satuan (basket) tergantung dari besar-kecilnya kapal yang dipergunakan.
10

Dilihat dari segi kedalaman operasi (Fishing depth) Tuna Long Line dibagi dua
yaitu :
1.

Tuna Long Line pada perairan yang bersifat dangkal (Subsurface). Pada
Tuna Long Line jenis ini dalam satu basket rawai diberi sekitar 5 pancing
2.
Tuna Long Line pada perairan yang bersifat dalam (Deep). Pada Tuna
Long Line jenis ini dalam satu basket rawai diberi sekitar 11-13 pancing
sehingga lengkungan tali utama menjadi lebih dalam.
Dilihat dari segi kedalaman operasi (fishing depth) rawai tuna dibagi dua
yaitu bersifat dangkal dan yang bersifat dalam yang pancingnya berada pada
kedalaman 100-300m. Perbedaan kedua jenis ini disebabkan pada tipe dangkal
satu basket rawai diberi sekitar 5 pancing sedangkan pada tipe dalam diberi 11-13
pancing sehingga lengkungan tali utama menjadi lebih dalam (Alam Ikan 3).
Menurut (Alam Ikan 3), dalam beberapa sifat dari kedua tipe ini adalah :
1.

Rawai tipe dalam memerlukan line hauler yang lebih kuat dibanding tipe
dekat permukan.

2.

Rawai tipe dalam menangkap jenis big eye yang lebih banyak (sehingga
nilai produksinya lebih baik) dibanding tipe permukaan. Tuna yang tertangkap
dengan rawai dangkal didominasi oleh yellowfin tuna yang harganya lebih
rendah dibandingkan dengan big eye.

2.4 Bahan Yang Digunakan


Bahan tali pancing dapat terbuat dari bahan monofilament (biasanya PA) atau
multifilament (biasanya PES seperti terylene, PVA seperti kuralon atau PA seperti
nylon.
Perbedaan pemakaian bahan ini akan mempengaruhi jenis line hauler yang
diperlukar Beberapa perbedaan dari kedua jenis bahan tersebut di pandang dari
segi teknis adalah sebagai berikut.
a. Bahan multifilament lebih berat dan mahal dibanding monofilament, lebih
mudah dirakit, dan lebih sesuai untuk kapal-kapal kecil.
b. Bahan multifilament lebih tahan dan mudah ditangani. Karena itu, dalam
jangka panjang rawai multifilament harganya relatif lebih rendah.
c. Karena lebih kecil, halus, dan transparan maka pemakaian monofilament
11

dinilai akan memberi hasil tangkapan lebih baik dari multifilament.


Dilihat dari segi kedalaman operasi (fishing depth) rawai tuna dibagi dua yaitu
yang bersifat dangkal (subsurfase), dan yang bersifat dalam (deep) yang
pancingnya berada pada kedalaman 100 - 300 m. Perbedaan kedua jenis ini
disebabkan pada tipe dangkal satu basket rawai diberi sekitar 5 pancing sedangkan
pada tipe dalam diberi 11 - 13 pancing sehingga lengkungan tali utama, menjadi
lebih dalam.

Gambar 10.6
Salah Satu Jenis Rawai Hanyut (Drift Long Line) dan Rawai Tetap (Set Long
Line) (Anonim, 1975)
2.5 Jumlah Nelayan dan Bagiannya
Dibandingkan dengan alat tangkap lainnya, rawai tuna memiliki persyaratan
pengawakan. Persyaratan pengawakan kapal penangkap tuna, sesuai dengan
ukuran kapal dan daerah pelayaran sebagaimana disajikan pada Tabel 9.2:
Tabel 9.2 Persyaratan pengawakan kapal penangkap tuna
Ukuran
kapal
(GT)

Daerah pelayaran

Kebutuhan tenaga kerja

(mil laut)

< 35

< 60

35-88

< 200

Nakhoda (Surat Keterangan Kecaka- pan


60 mil)
KKM ( Surat Keterangan Kecakapan 60
mil)
Nakhoda (Surat Keterangan Kecakapan 60
mil plus)
KKM (Surat Keterangan Kecakapan 60 mil
plus)

12

Nakhoda (Mualim Perikanan Laut Tingkat


II)
Mualim I (Mualim Perikanan Laut Tingkat
88-100
Seluruh Indonesia
II)
KKM (Ahli Mesin Kapal Perikanan Laut
Tingkat II)
Masinis 13 (Ahli Mesin Kapal Perikanan
Laut Tingkat II)
Kebutuhan tenaga keija kapal rawai tuna (Monintja dan Zulkamaen 2003)

Tabel 10.2 Jumlah Nelayan Menurut GT Kapal (Ayodyoa, 1981)


t (ton)
Jumlah Crew (orang)
30 - 100
100 - 200

10 - 25
20 - 30

200 - 400

30 - 35

400 - 600
600

30 - 45
45

2.5.1 Tugas ABK


Semua ABK sudah berada ditempatnya dimana ia bekerja. ABK ini dibagi
menjadi dua grup setting, jika grup A setting, maka grup B istirahat, begitu pula
sebaliknya. Yang istirahat menyediakan umpan terlebih dahulu.
Hauling:
Petugas hauling terdiri dari :

Pemegang handle, tugasnya mengawasi kekenduran dan


ketegangan tali utama. Bila tali kendur jangan sering mengerem, karena tali
bisa masuk ke propeller kapal dan bila kusut dijalankan perlahan atau direm.

Penjaga main line, bertugas menjaga gulungan tali utama agar rapi dan tidak
kusut. Bila sudah satu basket, harus membuka simpul, demikian juga jika ada
tanda yang rusak diberi tanda dengan simpul.

13

Penggulung branch line, tugasnya menggulung branch line dan diusahakan


jangan sampai merusak dinding kapal juga pancing harus dibersihkan dari
sisa umpan lalu diikatkan ke branch line.

Penerima

pancing,

bertugas

menerima

gulungan

branch

line

dan

meletakkannya pada gulungan main line. Tiap basket terdiri dari dua yaitu
satu ikatan yang terdiri dari gulungan main line dan branch line serta satunya
lagi main line yang diatasnya terdapat tali bola ( pelampung ).

Penyusun basket, dalam menyusun basket dibantu oleh penerima pancing


agar susunan basket menjadi rapi. Lalu diikatkan dengan tali salang yang
sudah tersedia.

2.6 Ukuran Kapal Tangkap


Alat tangkap rawai tuna dioperasikan menggunakan kapal khusus rawai tuna
yang memiliki buritan cukup luas untuk pengoperasian rawai menggunakan line
hauler. Kapal yang digunakan berukuran yang bervariasi sekitar 30-600 GT.
Ukuran kapal tersebut menentukan jumlah hari trip penangkapan yang dilakukan.
Bahan pembuatan kapal ada yang terbuat dari kayu, FRP dan baja. Bahan kapal
juga tergantung kepada ukuran besar kapal. Ukuran kapal lebih dari 150GT
umumnya terbuat dari baja.
Menurut Santoso (2010), hasil pengukuran dimensi utama kapal long
line yaitu panjang keseluruhan (Length over all) 22,50 m, lebar (width) 4,19 m,
dalam (depth) 2,29 m dan sarat (draft) 1,10 m. Hasil analisis perbandingan antar
dimensi

utama

kapal

diperoleh:

L/B =

5,37 m, L/H =

9,83

dan B/H=

1,83. Dengan demikian kapal yang dibuat ini memiliki kecepatan yang relatif
baik, kekuatan memanjang (longitudinal strength) yang relatif lebih kuat,
stabilitas kurang baik dan daya dorong (propulsive ability) relatif baik karena
adanya tahanan yang kecil, sehingga membutuhkan daya dorong mesin yang
relatif kecil.

2.7 Alat Bantu Penangkapan

14

Alat bantu penangkapan (fishing auxiliary) adalah alat yang digunakan untuk
membantu dalam operasi penangkapan dengan rawai tuna. Adapun alat bantu
tersebut sebagai berikut :
No.

Alat bantu

Kegunaan
Suatu alat yang digerakkan secara mekanik untuk
menarik rangkaian tali utama (main line) pada
waktu hauling, untuk selanjutnya rangkaian tali
disusun dan ditata menjadi bentuk basket, atau

1.

Line hauler

disusun dalam sebuah keranjang. Ada juga tali


setelah

melalui

Iinehauler

diteruskan

secara

otomatis melalui blok- blok conveyor menuju


tempat/kotak penyimpanan tali dibagian buritan
kapal
Alat yang digerakkan secara mekanik yang
dipergunakan untuk penyusunan tali utama pada
2.

line Arranger

kotak penyimpanan secara otomatis, alat ini selain


mengatur tali juga berfungsi sebagai penarik
setelah tali keluar dari line hauler
Alat yang digunakan untuk mengeluar- kan tali
utama dari kotak penyimpanan, sewaktu tali

3.

Line Emitter

hendak diturunkan ke laut (setting). Secara


otomatis alat ini juga berfungsi untuk menormalkan
lilitan tali, sehingga tidak teijadi kusut
Alat yang dipergunakan untuk menggu- lung tali

4.

5.

Branch Hauler

Line Setter

cabang dan tali pelampung secara cepat. Dengan


alat ini, tali cabang akan tergulung rapi, sehingga
tidak mudah kusut
Alat yang digunakan untuk membuang tali utama
ke laut, setelah tali melalui line emitter. Dengan
alat ini pula dap at diketahui berapa panjang tali
yang telah terbuang dengan melalui sistem alarm
bell. Line setter; biasa dipasang di bagian buritan

15

kapal dimana para awak kapal melakukan setting


Alat yang dipergunakan untuk menga- rahkan tali
utama pada line hauler, sehingga tali selalu terarah
pada line hauler walaupun kondisi kapal
terombang- ambing oleh ombak. Di samping itu
pula, dengan side roller ini tali tidak mudah rusak
oleh karena gesekan dengan badan kapal
Berfungsi untuk meringankan beban main line
yang ditarik oleh line hauler. Disamping untuk
6.

Side Roller

menghindari adanya gesekan main line dengan


badan kapal Side roller juga berfungsi sebagai
penekan main line (tali utama) agar tali tersebut
tetap pada tempatnya dan tali tidak terjadi slip.
Alat untuk mempermudah pendeteksian alat

Side roller Radio


7.

Buoy

RDF (Radio
8.

Direction Finder)

tangkap long line yang telah dilepas pada waktu


setting. Selain itu juga, untuk membantu pencarian
alat tangkap yang putus pada saat hauling. Radio
buoy dipasang setiap 50 basket.
Alat yang digunakan untuk mendeteksi posisi radio
buoy yang terdapat pada alat tangkap.

2.8 Hasil Tangkapan


2.8.1 Hasil Tangkapan Utama
Hasil tangkapan utama (target species) kapal longline terdiri dari
madidihang (yellowfin tuna; Thunnus albacares), tuna mata besar (bigeye tuna;
Thunnus obesus). Jenis-jenis ikan demersal seperti ikan katamba, bambangan,
cepa, pari, biji nangka, kurisi, ikan merah, dan lain-lain adalah merupakan hasil
tangkapan utama dari alat tangkap rawai dasar.
2.8.2 Hasil Tangkapan Sampinga

16

Dalam kcnyataannya bahwa hasil tangkapannya bukan hanya ikan tuna


tetapi juga jenis-jenis ikan lain seperti layaran, ikan hiu, dan lain-lain. lemadang
(Coryphaena hippurus), ikan pedang (Xiphias gladius), bawal bulat (Taracticthys
steindachneri), ikan naga (lancetfish; Alepisaurus sp.), pari lumpur (Dasyatis sp.),
ikan gindara (oilfish; Ruvettus pretiosus), cakalang (Katsuwonus pelamis),
setuhuk biru (Makaira mazara) dan setuhuk hitam (Macaira indica).
Komposisi hasil tangkapan utama KM. Bintang Samudera 01 didominasi
oleh madidihang (17,4%) dan tuna mata besar (7,4%), sedangkan hasil tangkapan
sampingan didominasi oleh ikan pari lumpur (41,4%) dan ikan naga (19,8%)

2.9 Inovasi Alat


Pelatihan dilaksanakan selama 6 (enam) hari dengan materi Teori dan
Praktek Pembuatan Alat Tangkap yang disampaikan oleh Bapak Sugianto, A.Md
(Instruktur BPPP Medan), teori dan praktek Penentuan Daerah Penangkapan Ikan
dengan GPS dan Fish Finder dan Analisa Usaha Penagkapan Ikan disampaikan
oleh Bapak Agung Yunanto, A.Md (instruktur BPPP Medan), Pengoperasian Alat
Tangkap dan Peraturan Menteri tentang jalur panangkapan ikan disampaikan Oleh
Bapak Bambang Priyatno, S.ST (Widyaiswara BPPP Medan)dengan perbandingan
Teori 30%

dan

Praktek 70%,

sehingga

melalui

pelatihan

ini

para Nelayan khususnya Kelompok Nelayan yang ada di Kabupaten Padang


Pariaman telah memperoleh pemahanman baru tentang teknik Pembuatan Alat
Tangkap Long Line, Pentuan dearah Penangkapan dan pengoperasian alat tangkap
long line yang baik.
Dengan praktek dan konsep teori yang disampaikan oleh Intruktur dan
Widyaiswara BPPP Medan mudah mudahan kedepannya produksi Hasil
perikanan tangkap di Kabupaten

Padang

Pariaman

meningkat

danmenuju

kemandirian dan kesejahteraan Khususnya Nelayan dan Kelompok Nelayan pada


umumnya.
Materi dan praktek yang disampaikan sungguh pemahaman yang baru dan
berguna

bagi Nelayan seperti

bagaimana

cara Pembauatan

alat

tangkap,

17

bagaimana penetuan daerah penangkapan ikan dengan GPS dan Fish Finder yang
dimana selama ini nelayan hanya mengandalkan insting mereka untuk
menentukan daerah penagkapan. Tentunya materi yang diberikan dan alokasi
waktu pelatihan belum sepenuhnya memuaskan keingintahuan Para Nelayan yang
ikut serta dalam latihan yang berasal dari berbagai latar belakang usaha yang
berbeda beda, namun demikian materi tersebut telah mewakili kebutuhan dasar
bagi para nelayan untuk mencoba alat tangkap long line.
Disela-sela sambutannya Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten
Padang Pariamanmengucapkan terima kasih kepada Nelayan yang begitu proaktif
dalam pelatiahan, antusias dalam diskusi, kerjasama yang baik mempersiapkan
bahan dan perhatian yang maksimal dan kerelaan dalam menyediakan beberapa
bahan. Setelah selesai praktek sisa bahan dan alat praktek diserahkan
oleh Panitia kepada peserta melalui Kepala Dinas Kelautan dan Peikanan
Kabupaten Padang Pariaman. Dalam kesimpatan ini Bapak Kepala Dinas
Kelautan dan Periakan mengucapkan terima kasih kepada Balai Pendidikan dan
pelatihan perikanan (BPPP) Medan atas perhatiannya terhadap Kabupaten Padang
Pariaman. Beliu mengharapkan kegiatan ini berkesinambungan henndaknya untuk
Kabupaten Padang Pariaman, agar para nelayan mendapatkan inovasi baru untuk
meningkatkan produksi perikanan tangkap dan kesejahteraan nelayan itu sendiri.
Setelah penutupan pelatihan dilakukan uji kompetensi terhadap peserta latih oleh
LSP I BPPP Medan.

18

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Penerapan konsep teknologi dalam bidang akuakultur memang sangat
dibutuhkan demi meningkatkan hasil/mendapatkan hasil yang maksimal. Namun
demikian, kita juga memiliki tanggung jawab dari segala akibatnya, yaitu terhadap
kelanjutan lingkungan kedepannya, oleh sebab itu dibutuhkan inovasi teknologi
yang lebih ramah lingkungan sehingga dapat menjadi solusi bagi peningkatan
daya saing dan produksi komoditi perikanan yang berkelanjutan.
3.2 Saran
Kegiatan akuakultur merupakan kegiatan yang sangat mendukung program
perikanan berkelanjutan. Oleh sebab itu kegiatan akuakultur ini bisa menjadi
pilihan alternatif bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pangannya.

19

DAFTAR PUSTAKA

Subani,W dan H.R. Barus. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut di
Indonesia. Jurnal Penelitian Perikanan Laut Nomor : 50 Tahun
1988/1989. Edisi Khusus. Jakarta : Balai Penelitian Perikanan Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian. 2005
Anonim. Penangkapan Ikan Dengan Rawai Tuna.
Haberman, Clyde (25 January 2008). "Tuna Fish Stories: The Candidates Spin the
Sushi". The New York Times.
Musthofa, Imam. 2011. Panduan Pengoperasian Tuna Longline Ramah
Lingkungan untuk Mengurangi Hasil Tngkapan Sampingan (Bycatch).
WWF-Indonesia.
Raditya, Wildanis Reza. 2013. Perawai dan Tuna Long line.
https://www.scribd.com/doc/124744330/IV-rawai
http//:www.pusluh.kkp.go.id/.../penangkapan-ikan-dengan-rawai-tuna.pdf

20

You might also like