Professional Documents
Culture Documents
230110150169
230110150186
230110150188
230110150190
230110150195
230110150201
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR
2016
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena kami
masih dilimpahi kasih sayang-Nya sehingga penyusunan tugas mata kuliah Alat
dan Kapal Penangkapan Ikan dalam kaitannya dengan alat tangkap Tuna
Longline ini dapat diselesaikan.
Melalui penyusunan tugas ini diharapkan kita sebagai mahasiswa yang
mengambil mata kuliah Alat dan Kapal Penangkapan Ikan mempunyai bahan
rujukan sebagai bahan acuan dalam perkuliahan dan penyusunan penulisan
makalah mengenai alat tangkap Tuna Longline. Selain itu, penyusunan tugas ini
juga semoga dapat digunakan dan dimanfaatkan oleh semua pihak yang
memerlukannya.
Dalam pengerjaan tugas ini kami selaku penyusun telah berusaha sebaik
mungkin, namun kami menyadari masih ada kekurangan dan kelemahan, sehingga
dengan segala kerendahan hati, kami sangat terbuka untuk menerima saran dan
kritik. Kami berharap semoga penyusunan tugas ini dapat bermanfaat, khususnya
bagi kami selaku penyusun dan umumnya bagi semua pihak yang telah membaca
tugas mengenai Alat dan Kapal Penangkapan Ikan bab alat tangkap Tuna Longline
ini. Selain itu, semoga tugas ini juga dapat menjadi sumbangan pemikiran dalam
membangun bangsa Indonesia.
Penulis
HALAMAN NILAI
No
1
Nama
Muhammad
Qiyamuddin
NPM
Nabilla Luthfi
230110150186
Trinusa Dinata
230110150188
Vetthy Fatimah
230110150190
Ustman Sidik M
230110150195
Muhammad
Bahasa
Penyampaia
n
230110150169
Afektif
230110150201
Heffiqri R.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................i
HALAMAN NILAI..............................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1 Latar Belakang..................................................................................1
2
Tujuan................................................................................................1
Manfaat..............................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Deskripsi Alat Tangkap dan Nama Daerah.........................................2
2.2 Konstruksi dan Bagian-Bagiannya......................................................4
2.3 Gambar Konstruksi...........................................................................10
2.4 Bahan yang Digunakan.....................................................................11
2.5 Jumlah Nelayan dan Bagiannya........................................................12
2.6 Ukuran Kapal....................................................................................14
2.7 Alat Bantu Penangkapan...................................................................15
2.8 Hasil Tangkapan................................................................................17
2.9 Inovasi Alat.......................................................................................17
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.......................................................................................19
3.2 Saran.................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................20
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
lampu. Warna pelampung harus berbeda atau kontras dengan warna air laut.
Hal ini dimakasudkan untuk mempermudah mengenalnya dari jarak jauh
setelah setting.
Pelampung bola
Pelampung bola biasanya terpasang pada ujung basket dari alat angkap.
Pelampung bola ini terbuat dari bahan sintetik dengan dimeter 35 cm dan
ada yang lebih besar. Untuk long line dengan jumlah basket 70 maka
jumlah pelampung bola yang digunakan adalah 68 buah, pada ujungnya
terdapat pipa setinggi 25 cm dan stiker scotlight yang sangat berguna bila
alat tersebut terputus maka mudah menemukannya. Untuk melindungi
pelampung-pelampung tersebut dari benturan yang dapat menyebabkan
pecahnya pelampung tersebut, maka pelampung tersebut dibalut dengan
anyaman tali polyetylene dengan diameter 5mm.
Pelampung bendera
Pelampung bendera merupakan pelampung yang pertama kali diturunkan
pada waktu setting dilakukan. Biasanya diberi tiang (dari bambu atau
bahan lain) yang panjangnya bervariasi sekitar 7 m dan diberi pelampung.
putus.
Pelampung radio bouy
Sebuah radio bouy dilengkapi dengan transmiter yang mempunyai
frekuensi tertentu.daerah tranmisinya bisa mencapai 30 mil. Jika dalam
pengoperasian long line menggunakan radio bouy, maka kapal harus
dilengkapi dengan radio direction finder (RDF). Peralatan ini berfungsi
untuk menunjukan arah lokasi radio bouy dengan tepat pada waktu basket
putus.
b. Tali pelampung
Menurut (Alam Ikan 1), bagian-bagian dari perawai secara umum terdiri
atas :
1. Tali utama (Main line)
Tali utama adalah tali tempat tali cabang. Bahan tali utama harus dibuat dari
bahan yang kuat dan biasanya diperguinakan kuralon atau kremona dengan
ukuran diameter 8 mm. Pada rawai besar seperti rawai tuna, panjang tali utama
berkisar antara 50-60 meter tiap-tiap jarak satu tali cabang (satu mata pancing),
sedangkan untuk rawai kecil yang biasa digunakan untuk penangkapan ikan di
daerah-daerah pantai (inshore fishing) panjang tali utama untuk jarak masingmasing pancing kira-kira 10 meter (bahkan ada yang lebih pendek dari 10 meter).
Untuk longline besar tali utama pada tiap-tiap pancing merupakan tali yang
tersendiri yang nantinya disambung-sambung, akan tetapi pada rawai kecil
panjang satu tali utama sampai ratusan meter dan jarak antara tali cabang dapat
dibuatkan simpul kupu-kupu sebagai tempat bergantungnya tiap-tiap tali cabang.
Jadi, pada rawai besar, satu tali utama hanya berisi satu pancing sedangkan pada
rawai kecil satu tali utama hanya berisi berpuluh-puluh tali cabang (pancing).
2. Tali cabang (Branch line)
Panjang tali cabang tidak boleh lebih dari setengah kali panjang tali utam atau
jarak antara tali cabang tersebut yang menggantung pada tali utama. Hal ini
tujuannya adalah agar tidak terjadi saling mengait (kekusutan) antara tali cabang.
Oleh karena itu, tali cabang pada rawai besar panjangnya antara 20-25 meter,
sedangkan tali cabang rawai kecil panjangnya 2-3 meter.
Tali cabang biasanya terdiri atas dua atau tiga jenis tali yaitu :
a) Tali cabang utama (20-25 meter) bahannya dari kuralon atau cremona.
b) Sekiyama (10-15 meter) bahannya dari pintalan tali baja (wire leader)
yang dibungkus benang.
c) Wire leader (2-3 meter) bahannya dari pintalan kawat baja.
Sedangkan pada rawai kecil pada umumnya tali cabangnya hanya terdiri atas dua
bagian (dua jenis tali) saja yaitu :
a) Tali cabang utama, kuralon 2-3 meter.
b) Leader/kawat/kawat baja steel setengah meter.
3. Pancing (Hook)
Ukuran pancing yang digunakan adalah pancing nomor : 4,5,6 yang terbuat dari
baja dan dilapis timah putih.
Istilah
1.
Main line
Definisi
Tali utama yang berfungsi sebagai pang- kal dari
semua ikatan tali cabang
2.
Branch line
3.
4.
5.
6.
Swivel
7.
Sakite
8.
Sekiyama
9.
Sekiyama swivel
10.
Wire leader
11.
Hook
12.
Buoy line
13.
14.
15.
Buoy
16.
17.
18.
Buoy snap
Konstruksi pada alat tangkap Tuna Longline dapat dilihat pada gambargambar berikut:
Pelampung penanda
Tali utama (main line)
Pelampung
Tali cabang (branch line)
Mata pancing (hook)
Pemberat
Dilihat dari segi kedalaman operasi (Fishing depth) Tuna Long Line dibagi dua
yaitu :
1.
Tuna Long Line pada perairan yang bersifat dangkal (Subsurface). Pada
Tuna Long Line jenis ini dalam satu basket rawai diberi sekitar 5 pancing
2.
Tuna Long Line pada perairan yang bersifat dalam (Deep). Pada Tuna
Long Line jenis ini dalam satu basket rawai diberi sekitar 11-13 pancing
sehingga lengkungan tali utama menjadi lebih dalam.
Dilihat dari segi kedalaman operasi (fishing depth) rawai tuna dibagi dua
yaitu bersifat dangkal dan yang bersifat dalam yang pancingnya berada pada
kedalaman 100-300m. Perbedaan kedua jenis ini disebabkan pada tipe dangkal
satu basket rawai diberi sekitar 5 pancing sedangkan pada tipe dalam diberi 11-13
pancing sehingga lengkungan tali utama menjadi lebih dalam (Alam Ikan 3).
Menurut (Alam Ikan 3), dalam beberapa sifat dari kedua tipe ini adalah :
1.
Rawai tipe dalam memerlukan line hauler yang lebih kuat dibanding tipe
dekat permukan.
2.
Rawai tipe dalam menangkap jenis big eye yang lebih banyak (sehingga
nilai produksinya lebih baik) dibanding tipe permukaan. Tuna yang tertangkap
dengan rawai dangkal didominasi oleh yellowfin tuna yang harganya lebih
rendah dibandingkan dengan big eye.
Gambar 10.6
Salah Satu Jenis Rawai Hanyut (Drift Long Line) dan Rawai Tetap (Set Long
Line) (Anonim, 1975)
2.5 Jumlah Nelayan dan Bagiannya
Dibandingkan dengan alat tangkap lainnya, rawai tuna memiliki persyaratan
pengawakan. Persyaratan pengawakan kapal penangkap tuna, sesuai dengan
ukuran kapal dan daerah pelayaran sebagaimana disajikan pada Tabel 9.2:
Tabel 9.2 Persyaratan pengawakan kapal penangkap tuna
Ukuran
kapal
(GT)
Daerah pelayaran
(mil laut)
< 35
< 60
35-88
< 200
12
10 - 25
20 - 30
200 - 400
30 - 35
400 - 600
600
30 - 45
45
Penjaga main line, bertugas menjaga gulungan tali utama agar rapi dan tidak
kusut. Bila sudah satu basket, harus membuka simpul, demikian juga jika ada
tanda yang rusak diberi tanda dengan simpul.
13
Penerima
pancing,
bertugas
menerima
gulungan
branch
line
dan
meletakkannya pada gulungan main line. Tiap basket terdiri dari dua yaitu
satu ikatan yang terdiri dari gulungan main line dan branch line serta satunya
lagi main line yang diatasnya terdapat tali bola ( pelampung ).
utama
kapal
diperoleh:
L/B =
5,37 m, L/H =
9,83
dan B/H=
1,83. Dengan demikian kapal yang dibuat ini memiliki kecepatan yang relatif
baik, kekuatan memanjang (longitudinal strength) yang relatif lebih kuat,
stabilitas kurang baik dan daya dorong (propulsive ability) relatif baik karena
adanya tahanan yang kecil, sehingga membutuhkan daya dorong mesin yang
relatif kecil.
14
Alat bantu penangkapan (fishing auxiliary) adalah alat yang digunakan untuk
membantu dalam operasi penangkapan dengan rawai tuna. Adapun alat bantu
tersebut sebagai berikut :
No.
Alat bantu
Kegunaan
Suatu alat yang digerakkan secara mekanik untuk
menarik rangkaian tali utama (main line) pada
waktu hauling, untuk selanjutnya rangkaian tali
disusun dan ditata menjadi bentuk basket, atau
1.
Line hauler
melalui
Iinehauler
diteruskan
secara
line Arranger
3.
Line Emitter
4.
5.
Branch Hauler
Line Setter
15
Side Roller
Buoy
RDF (Radio
8.
Direction Finder)
16
dan
Praktek 70%,
sehingga
melalui
pelatihan
ini
Padang
Pariaman
meningkat
danmenuju
bagaimana
cara Pembauatan
alat
tangkap,
17
bagaimana penetuan daerah penangkapan ikan dengan GPS dan Fish Finder yang
dimana selama ini nelayan hanya mengandalkan insting mereka untuk
menentukan daerah penagkapan. Tentunya materi yang diberikan dan alokasi
waktu pelatihan belum sepenuhnya memuaskan keingintahuan Para Nelayan yang
ikut serta dalam latihan yang berasal dari berbagai latar belakang usaha yang
berbeda beda, namun demikian materi tersebut telah mewakili kebutuhan dasar
bagi para nelayan untuk mencoba alat tangkap long line.
Disela-sela sambutannya Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten
Padang Pariamanmengucapkan terima kasih kepada Nelayan yang begitu proaktif
dalam pelatiahan, antusias dalam diskusi, kerjasama yang baik mempersiapkan
bahan dan perhatian yang maksimal dan kerelaan dalam menyediakan beberapa
bahan. Setelah selesai praktek sisa bahan dan alat praktek diserahkan
oleh Panitia kepada peserta melalui Kepala Dinas Kelautan dan Peikanan
Kabupaten Padang Pariaman. Dalam kesimpatan ini Bapak Kepala Dinas
Kelautan dan Periakan mengucapkan terima kasih kepada Balai Pendidikan dan
pelatihan perikanan (BPPP) Medan atas perhatiannya terhadap Kabupaten Padang
Pariaman. Beliu mengharapkan kegiatan ini berkesinambungan henndaknya untuk
Kabupaten Padang Pariaman, agar para nelayan mendapatkan inovasi baru untuk
meningkatkan produksi perikanan tangkap dan kesejahteraan nelayan itu sendiri.
Setelah penutupan pelatihan dilakukan uji kompetensi terhadap peserta latih oleh
LSP I BPPP Medan.
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penerapan konsep teknologi dalam bidang akuakultur memang sangat
dibutuhkan demi meningkatkan hasil/mendapatkan hasil yang maksimal. Namun
demikian, kita juga memiliki tanggung jawab dari segala akibatnya, yaitu terhadap
kelanjutan lingkungan kedepannya, oleh sebab itu dibutuhkan inovasi teknologi
yang lebih ramah lingkungan sehingga dapat menjadi solusi bagi peningkatan
daya saing dan produksi komoditi perikanan yang berkelanjutan.
3.2 Saran
Kegiatan akuakultur merupakan kegiatan yang sangat mendukung program
perikanan berkelanjutan. Oleh sebab itu kegiatan akuakultur ini bisa menjadi
pilihan alternatif bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pangannya.
19
DAFTAR PUSTAKA
Subani,W dan H.R. Barus. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut di
Indonesia. Jurnal Penelitian Perikanan Laut Nomor : 50 Tahun
1988/1989. Edisi Khusus. Jakarta : Balai Penelitian Perikanan Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian. 2005
Anonim. Penangkapan Ikan Dengan Rawai Tuna.
Haberman, Clyde (25 January 2008). "Tuna Fish Stories: The Candidates Spin the
Sushi". The New York Times.
Musthofa, Imam. 2011. Panduan Pengoperasian Tuna Longline Ramah
Lingkungan untuk Mengurangi Hasil Tngkapan Sampingan (Bycatch).
WWF-Indonesia.
Raditya, Wildanis Reza. 2013. Perawai dan Tuna Long line.
https://www.scribd.com/doc/124744330/IV-rawai
http//:www.pusluh.kkp.go.id/.../penangkapan-ikan-dengan-rawai-tuna.pdf
20