You are on page 1of 6

Glikosida jantung

Glkosida jantung adalah alkaloid yang berasal dari tanaman Digitalis


purpurea yang kemudian diketahui berisi digoksin dan digitoksin. Keduanya
bekerja sebagai inotropik positif pada gagal jantung.
Struktur dan daya kerja dari glikosida jantung mepunyai hubungan yang
sangat erat, pergantian tempat dari gugus hidroksi atau adanya perubahan kecil
dalam molekul akan, mengubah bahkan melenyapkan sama sekali sifat
kardioaktifnya. Ciri khas untuk aglikon dan kardioaktif adalah adanya gugus
hidroksi yang menempel pada posisi 3 dan 14 dari inti steroida.
Setiap glikosida jantung mempunyai bagian gula yang terdiri dari satu,
dua, tiga, atau empat gugus gula pentosa atau heksosa, tetapi gula yang di ujung
biasanya adalah glukosa. Gugus OH dari aglikon yang btereaksi pada
pembentukan glikosida adalah yang terdapat paa posisi 3. Monosakarida yang
biasa terdapat pada glikosida yang umum digunakan dalam pengobatan adalah Dglukosa, D-Digitoksosa, D-Simarosa, L-Ramnosa, D-arabinosa.
Contoh

senyawa

glikosida

Oleandrin,digitoksin dan digoksin.

jantung

dan

struktur

kimianya

Digoksin

Tanaman yang mengandung glikosida jantung


Di dalam tanaman, glikosida jantung terdapat dalam tumbuhan berbiji.
Umumnya banyak ditemukan pada suku Apocynaceae dan Asclepiadaceae, tetapi
juga ditemukan di dalam beberapa tanaman Liliaceae, Ranunculaceae, dan
Euphorbiaceae.
1. Digitalis
Digitalis (USP = United State of Pharmacopoeia sejak tahun 1820 sampai
sekarang) adalah serbuk daun Digitalis purpurea Linne atau D. lanata (family
Scrophulariaceae) yang telah dikeringkan pada suhu tidak lebih dari 600 C.
Berupa serbuk halus atau serbuk sangat halus.
Daun digitalis mengandung berbagai glikosida jantung, diantaranya digitoksin
(0,2-0,4 %), digitalin, gitalin, gitoksin, dan digitonin. Daun-daunnya juga
mengandung minyak atsiri yang tersusun dari stearoptena, digitalosmin (yang
memberi bau khas padaku serta menimbulkan rasa tajam), asam antirinat,
digitoflavon, inositol, dan pektin.
Secara umum digitalis adalah tanaman yang berpotensi keras dan berbahaya bagi
manusia karena aksiku langsung menuju ke jantung. Dosisku yang terlalu besar
akan memberikan gejala keracunan berupa hilangnya selera makan (anorexia),

mual (nausea), ludah membanjir keluar (salivation), muntah (vomiting) diare,


kepala pening (headache), mengantuk (drowsiness), bingung (disorientation),
gangguan

konsentrasi

(delirium),

menghadapi

bayangan

fatamorgana

(hallucination), bahkan kematian.


Kegunaannya sendiri adalah sebagai kardiotonikum. Efek penggunaan terutama
ditimbulkan oleh bagian aglikon digitalis. Mekanisme kardiotonikum adalah
meningkatkan tonus otot jantung yang mengakibatkan pengosongan otot jantung
lebih sempurna dan curah jantung meningkat.
2.

Strophantus

Strophantus merupakan biji yang telah dikeringkan dari tanaman Strophantus


kombe Oliver atau Strophantus hispidus (family Apocynaceae). Strophantus
mengandung glikosida jantung dengan potensi setiap gramnya tidak kurang dari
0,5 mg. Glikosida utama pada S. kombe dan S. hispidus adalah K-stropantosida
yang juga dikenal sebagai strofosida. Glikosida ini dalam biji terkandung sampai
5 % yang disebut strofantin.
Biji strophantus mengandung glikosida strofantin sampai 5 %, minyak lemak 30
%, asam kombat, trigonelina, kholina, dan asam tak larut. Aksi dari penggunaan
strophantus sama seperti daun digitalis, yaitu sebagai kardiotonikum atau
pengobatan payah jantung. Bijinya juga memiliki aksi diuretikum serta
meningkatkan sirkulasi darah. Dosis pemakaian umumnya 60 mg.
3.

Urginea maritime

Urginea maritime merupakan umbi lapis dari tanaman Urginea Maritima (L.)
Baker atau U. indica Kunth (famili Liliaceae). Bagian yang dimanfaatkan adalah
sisik bagian dalam dari umbi lapis U. maritime var. Alba. Umbinya tumbuh

setengah terbenam dalam tanah berpasir di pantai. Umbi dipanen, lalu dirajang
melintang, dan dikeringkan.
Squill Urginea maritima mengandung glikosida jantung skilaren A 60 % dari
jumlah seluruh glikosida yang ada. Skilaren-A terdiri dari aglikon skilarenin dan
bagian gula ramnosa + glukosa. Kadang-kadang juga mengikat gula lain misalnya
skilabiosa. Kegunaan sebagai glikosida jantung. Dosis pemakaian 100 mg oral.
Sebagai catatan, skilaren juga memiliki sifat emetikum dan diuretikum.
4.

Convallaria

Convallaria adalah akar dan rimpang kering dari tanaman Convallaria majalis
Linne (famili Liliaceae). Tanaman ini telah dimuat di farmakope sejak tahun 1882.
Setiap 100 mg akar covallaria setara dengan 3 unit USP digitalis. Kandungan
kimia

convallaria

antara

lain

konvalatoksin,

konvalarin,

konvalamarin,

konvalatoksol, dan konvalosida. Kandungan kimia tersebut merupakan kelompok


glikosida jantung. Kandungan yang lain antara lain minyak atsiri, dan berbagai
macam gula hasil hidrolisisnya.
5.

Apocynum

Apocynum atau biasa dikenal dengan black Indian bemp adalah akar dari rimpang
tanaman Apocynum cannabinum Linne (family Apocynaceae). Konstituen
utamanya

adalah

simarin,

apokanosida,

lapokanida,

dan

sianokanosida.

Apocynum merupakan glikosida jantung karena dapat mengobati payah jantung


(kardiotonik).

6.

Adonis

Adonis adalah bagian tanaman di atas tanah yang telah dikeringkan dari tanaman
Adonis vernalis Linne (famili Ranunculaceae). Glikosida jantung yang terkandung
adalah adonitoksin, simarin, dan vernadigin. Seperti yang lainnya, tanaman ini
dapat mengobati payah jantung (kardiotonik).
7.

Heleborus

Heloborus adalah akar atau rimpang yang telah dikeringkan dari tanaman
Hellebores niger Linne (famili Ranunculaceae). Kandungan utama yang
berkhasiat sebagai glikosida jantung adalah hellebrin. Sifat aksi adalah
stimulansia jantung. Heleborus juga mengandung helleborein yang aksinya tidak
begitu kuat dan helleborin.
8.

Nerium oleander

Nerium oleander merupakan tanaman asli India dan sekarang menyebar dimanamana. Semua bagian tanaman memiliki efek terhadap jantung. Daun dan korteks
secara hati-hati digunakan untuk diuretik, ekspektoransia, diaforetik, dan
emetikum, tetapi terhadap jantung memiliki efek kardiotonikum.
Daun Nerium oleander mengandung neriin, neriifolin, folinerin (oleandrin). Kulit
kayu mengandung kortenerin, oleandrin, neriin, neriantin, neriokorin, dan
neriodolein. Folinerin memiliki sifat emetikum yang kuat. Kegunaan sebagai
glikosida jantung.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1979, Materi Medika Indonesia Jilid I-IV, Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan
Makanan, Jakarta.
Anonim, 2013, Penuntun Praktikum Farmakognosi, Universitas Haluoleo, Kendari.
Watson. D, 2005, Analisis Farmasi edisi 2, EGC, Jakarta.

You might also like