You are on page 1of 33

Hand Sampling Metodh

Di dalam industri pertambangan batubara, sampling merupakan hal yang sangat


penting, karena merupakan proses yang sangat vital dalam menentukan karakteristik
batubara tersebut. Dalam tahap eksplorasi, karakteristik batubara merupakan salah satu
penentu dalam study kelayakan apakah batubara tersebut cukup ekonomis untuk
ditambang atau tidak. Begitu pun dalam tahap produksi dan pengapalan atau penjualan
batubara tersebut karakteristik dijadikan acuan dalam menentukan harga batubara.
Secara garis besar sampling dibagai menjadi 4 golongan dilihat dari tempat pengambilan
di mana batubara berada dan tujuannya yaitu ; Exploration sampling, Pit sampling,
Production sampling, dan loading sampling (barging dan transhipment)
Exploration sampling dilakukan pada tahap awal pendeteksian kualitas batubara
baik dengan cara channel sampling pada outcrop atau lebih detail lagi dengan cara
pemboran atau drilling. Tujuan dari sampling di tahap ini adalah untuk menentukan
karakteristik batubara secara global yang merupakan pendeteksian awal batubara yang
akan di eksploitasi. Pit sampling dilakukan setelah eksplorasi bahkan bisa hampir
bersamaan dengan progress tambang di dalam satu pit atau block penambangan dengan
tujuan lebih mendetailkan data yang sudah ada pada tahap explorasi. Pit sampling ini
dilakukan oleh pit control untuk mengetahui kualitas batubara yang segera akan
ditambang, jadi lebih ditujukan untuk mengkontrol kualitas batubara yang akan ditambang
dalam jangka waktu short term ( di bawah satu tahun ). Pit sampling dapat dilakukan
dengan cara pemboran dan juga dengan channel pada face penambangan kalau
diperlukan untuk mengecek kualitas batubara yang dalam progress ditambang.
Production sampling dilakukan setelah batubara diproses di Coal Processing Plant
dimana proses ini dapat merupakan peremukan (crushing), pencucian (washing),
pemindahan stock dan lain-lain. Tujuannya adalah mengetahui secara pasti kualitas
batubara yang akan dijual atau dikirim ke pembeli agar kualitasnya sesuai dengan
spesifikasi yang ditentukan dan telah disepakati oleh kedua belah pihak. Dengan
diketahuinya kualitas batubara di stockpile atau di penyimpanan sementara kita dapat
menentukan batubara yang mana yang cocok untuk dikirim ke pembeli tertentu dengan
spesifikasi batubara tertentu pula. Baik dengan cara mencampur (blending) batubara-

batubara yang ada di stockpile atau pun dengan single source dengan memilih kualitas
yang sesuai.
Loading Sampling; Dilakukan pada saat batubara dimuat dan dikirim ke pembeli
baik menggunakan barge maupun menggunakan kapal. Biasanya dilakukan oleh
independent company karena kualitas yang ditentukan harus diakui dan dipercaya oleh
penjual (Shipper) dan pembeli (Buyer). Tujuannya adalah menentukan secara pasti
kualitas batubara yang dijual yang nantinya akan menentukan harga batubara itu sendiri
karena ada beberapa parameter yang sifatnya fleksibel sehingga harganya pun fleksibel
tergantung kualitas actual pada saat batubara dikapalkan.
Sampling, preparasi dan analisa sample batubara dengan berbagai tujuan seperti
telah dijelaskan di atas, dilakukan dengan menggunakan standard standard yang telah
ada, yang pemilihannya tergantung keperluannya, biasanya tergantung permintaan
pembeli atau calon pembeli batubara. Standard yang sering digunakan untuk keperluan
tersebut diantaranya ; ASTM (American Society for Testing and Materials), AS (Australian
Standard), Internasional Standard, British Standard, dan banyak lagi yang lainnya yang
berlaku baik di kawasan regional maupun internasional.
Macam-macam sampel adalah :
1. Bulg Sample (Bl),
Jenis sampel yang diambil dari endapan di tepi sungai atau pada bot karena
kemungkinan mineral berharga tersangkut. Diambil dengan sekop kemudian disaring
dengan seperempatnya, beratnya sama dengan 10 kg.
2. Penned Consent (PC)
Sampel jenis ini diambil dan dari lubang = bulg sample Hanya saja pengambilan
lebih kebawah dari BL. Sampel kemudian didulang. Setelah selesai disaring 4 kali.
3. Strem Sample Sedimen (S.S)
Diambil bagian terbawah dari lubang pada pan sampling Pendulangan sample
dilakukan 2 x 1 x air yang medusa busa air sabun kemudian diayak dengan beratnya
200 gr.
4. Rock Float

Diambil pada singkapan yang biasa di aliran sungai, Bentuk berupa pecahan /
fragmen yang kasar. Sampel untuk background latar belakang menunjukkan adanya
bagal sehingga menjadi pedoman endapan yang dicari (mineral pembantu).

5. Rock Chip Sample (Chip Sample)


Diambil pada batuan yang masih segar/mineralisasi mengandung logam berharg
banyaknya 1 kg.
6. Specimen Sample (SP)
Diambil didaerah aliran sungai yang dijumpai singkapan I yang masih segar,
bervariasi (pada batuan vulkanik), sedang untuk batuan sediment berfosil untuk
menentukan umur geologi, berat sampel = 1 kg.
7. Soil Sample
Diambil dengan metode grid line didaerah bukit/lereng/lembah, soil diambil
dengan jumlah sampel 0,5 kg 1 kg.
Sampling dapat dilakukan karena beberapa alasan (tujuan) maupun tahapan
pekerjaan (tahapan eksplorasi, evaluasi, maupun eksploitasi).
1. Selama fase eksplorasi sampling dilakukan pada badan bijih (mineable thickness) dan
tidak hanya terbatas pada zona mineralisasi saja, tetapi juga pada zona-zona low
grade maupun material barren, dengan tujuan untuk mendapatkan batas yang jelas
antara masing-masing zona tersebut.
2. Selama fase evaluasi, sampling dilakukan tidak hanya pada zona endapan, tapi juga
pada daerah-daerah di sekitar endapan dengan tujuan memperoleh informasi lain yang
berhubungan dengan kestabilan lereng dan pemilihan metode penambangan.
3. Sedangkan selama fase eksploitasi, sampling tetap dilakukan dengan tujuan kontrol
kadar (quality control) dan monitoring front kerja (kadar pada front kerja yang aktif,
kadar pada bench open pit, atau kadar pada umpan material).
Pemilihan metode sampling dan jumlah contoh yang akan diambil tergantung pada
beberapa faktor, antara lain :

1. Tipe endapan, pola penyebaran, serta ukuran endapan.


2. Tahapan pekerjaan dan prosedur evaluasi,
3. Lokasi pengambilan contoh (pada zona mineralisasi, alterasi, atau barren),
4. Kedalaman pengambilan contoh, yang berhubungan dengan letak dan kondisi batuan
induk.
5. Anggaran untuk sampling dan nilai dari bijih.
Beberapa kesalahan yang mungkin terjadi dalam sampling, antara lain :
1. Salting, yaitu peningkatan kadar pada contoh yang diambil sebagai akibat masuknya
material lain dengan kadar tinggi ke dalam conto.
2. Dilution, yaitu pengurangan kadar akibatnya masuknya waste ke dalam contoh.
3. Erratic high assay, yaitu kesalahan akibat kekeliruan dalam penentuan posisi (lokasi)
sampling karena tidak memperhatikan kondisi geologi.
4. Kesalahan dalam analisis kimia, akibat contoh yang diambil kurang representatif.
2.2.1. Metode Hand Sampling
Secara umum, dalam pemilihan metode sampling perlu diperhatikan
karakteristik endapan yang akan diambil contonya. Bentuk keterdapatan dan
morfologi endapan akan berpengaruh pada tipe dan kuantitas sampling. Aspek
karakteristik endapan untuk tujuan sampling ini dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Pada Endapan Berbentuk Urat, yaitu :
1. Komponen mineral atau logam tidak tersebar merata pada badan urat.
2. Mineral bijih dapat berupa kristal-kristal yang kasar sehingga diperlukan
sample dengan volume yang besar agar representatif.
3. Kebanyakan urat mempunyai lebar yang sempit (jika dibandingkan dengan
bukaan stope) sehingga rentan dengan dilution.

4. Kebanyakan urat berasosiasi dengan sesar, pengisi rekahan, dan zona geser
(regangan), sehingga pada kondisi ini memungkinkan terjadinya efek dilution
pada batuan samping, sehingga batuan samping perlu dilakukan sampling.
5. Perbedaan assay (kadar) antara urat dan batuan samping pada umumnya
tajam, berhubungan dengan kontak dengan batuan samping, impregnasi pada
batuan samping, serta pola urat yang menjari (bercabang), sehingga dalam
sampling perlu dicari dan ditentukan batas vein yang jelas.
6. Fluktuasi ketebalan urat sulit diprediksi, dan mempunyai rentang yang
terbatas, serta mempunyai kadar yang sangat erratic (acak/tidak beraturan)
dan sulit diprediksi, sehingga diperlukan sampling dengan interval yang rapat.
7. Kebanyakan urat relatif keras dan bersifat brittle, sehingga cukup sulit untuk
mencegah terjadinya bias akibat variabel kuantitas per unit panjang sulit
dikontrol.
8. Sampling lanjutan kadang-kadang terbatas terhadap jarak (interval), karena
pada umumnya harus dilanjutkan melalui pemboran inti.

*Sumber:http://densowestliferz.wordpress.com/2011/11/28/metodesampling-padajenis-jenis-endapan, 2011

Gambar 2.1.

Sketsa Pembuatan Channel Sampling pada Urat


b. Pada Endapan Stratiform
Endapan stratiform disini termasuk endapan-endapan logam dasar yang
terendapkan selaras/sejajar dengan bidang perlapisan satuan litologi (litofasies),
dimana mineral bijih secara lateral dikontrol oleh bidang perlapisan atau bentukbentuk sedimen yang lain (sedimentary hosted). Karakteristik umum tipe
endapan ini yang berhubungan dengan metode sampling antara lain :
1. Mempuyai ketebalan yang cukup besar.
2. Mempunyai penyebaran lateral yang cukup luas.
3. Kadang-kadang diganggu oleh struktur geologi atau tektonik yang kuat,
sehingga dapat menimbulkan masalah dalam sampling.
4. Arah kecenderungan kadar relatif seragam dan dapat diprediksi, namun
kadang-kadang dapat terganggu oleh adanya remobilisasi, metamorfisme,
atau berbentuk urat.
5. Perubahan-perubahan gradual atau sistematis dalam kadar harus diikuti oleh
perubahan dalam interval sampling.
6. Dalam beberapa kondisi mungkin terdapat mineralisasi yang berbutir halus
dan kemudian berpengaruh pada besar volume material yang dilakukan
sampling.
7. Pada tipe hosted by meta-sediment, perlu diperhatikan variabel ukuran conto
akibat perubahan ukuran, kekerasan batuan, atau nugget effect.
8. Setempat

dapat

terjadi

perubahan

kadar

yang

moderat

dan dapat

menyebabkan kesalahan pada sampling yang signifikan.


9. Cut off kadar dapat gradasional (tidak konstan).
c. Pada Endapan Sedimen
Pada tipe endapan ini, termasuk endapan batubara, ironstones, potash,
gipsum, dan garam, yang mempunyai karakteristik :

1. Mempuyai kontak yang jelas dengan batuan samping.


2. Mempunyai fluktuasi perubahan indikator kualitas yang bersifat gradual.
3. Sampling sering dikontrol oleh keberadaan sisipan atau parting dalam
batubara, sehingga interval sampling lebih bersifat ply per ply.
4. Perubahan (variasi) ketebalan lapisan yang cenderung gradual, sehingga
anomali-anomali yang ditemukan dapat diprediksi lebih awal (washout, sesar,
perlipatan,), sehingga pola dan kerapatan sampling disesuaikan dengan
variasi yang ada.
5. Rekomendasi pola sampling (strategi sampling) adalah dengan interval teratur
secara vertikal, bed by bed (atau ply by ply), atau jika relatif homogen dapat
dilakukan secara komposit.
d. Pada Endapan Porfiri
Karakteristik umum dari tipe endapan ini yang perlu diperhatikan adalah :
1. Mempuyai dimensi yang besar, sehingga sampling lebih diprioritaskan dengan
pemboran inti (diamond atau percussion).
2. Umumnya berbentuk non-tabular, umumnya mempunyai kadar yang rendah
dan bersifat erratic, sehingga kadang-kadang dibutuhkan conto dalam jumlah
(volume) yang besar, sehingga kadang-kadang dilakukan sampling melalui
winze percobaan, adit eksplorasi, dan paritan.
3. Zona-zona mineralisasi mempunyai pola dan variabilitas yang beragam,
seperti tipe disseminated, stockwork, vein, atau fissure, sehingga perlu
mendapat perhatian khusus dalam pemilihan metode sampling.
4. Keberadaan zona-zona pelindian atau oksidasi, zona pengkayaan supergen,
dan zona hipogen, juga perlu mendapat perhatian khusus.
5. Mineralisasi dengan kadar hipogen yang relatif tinggi sering terkonsentrasi
sepanjang sistem kekar sehingga penentuan orientasi sampling dan
pemboran perlu diperhatikan dengan seksama.

6. Zonasi-zonasi internal (alterasi batuan samping) harus selalu diperhatikan dan


direkam sepanjang proses sampling.
7. Variasi dari kerapatan pola kekar akan mempengaruhi kekuatan batuan,
sehingga interval (kerapatan) sampling akan sangat membantu dalam
informasi fragmentasi batuan nantinya.
e. Grab Sampling
Secara umum, metode grab sampling ini merupakan teknik sampling
dengan cara mengambil bagian (fragmen) yang berukuran besar dari suatu
material (baik di alam maupun dari suatu tumpukan) yang mengandung
mineralisasi secara acak (tanpa seleksi yang khusus). Tingkat ketelitian sampling
pada metode ini relatif mempunyai bias yang cukup besar.
Beberapa kondisi pengambilan conto dengan teknik grab sampling ini
antara lain :
1. Pada tumpukan material hasil pembongkaran untuk mendapatkan gambaran
umum kadar.
2. Pada material di atas dump truck atau belt conveyor pada transportasi
material, dengan tujuan pengecekan kualitas.
3. Pada fragmen material hasil peledakan pada suatu muka kerja untuk
memperoleh kualitas umum dari material yang diledakkan, dll.
(Yusuf, 2011)

*Sumber: http://www.ecasatoolbox.org.uk/the-toolbox/eia-country/book-ofprotocols/
grab-sampling, 2009

Gambar 2.2.
Grab Sampling

f.

Bulk Sampling
Bulk sampling (conto ruah) ini merupakan metode sampling dengan cara
mengambil material dalam jumlah (volume) yang besar, dan umum dilakukan
pada semua fase kegiatan (eksplorasi sampai dengan pengolahan). Pada fase
sebelum operasi penambangan, bulk sampling ini dilakukan untuk mengetahui
kadar pada suatu blok atau bidang kerja. Metode bulk sampling ini juga umum
dilakukan untuk uji metalurgi dengan tujuan mengetahui recovery (perolehan)
suatu proses pengolahan. Sedangkan pada kegiatan eksplorasi, salah satu
penerapan metode bulk sampling ini adalah dalam pengambilan conto dengan
sumur uji.

*Sumber:http://www.Bulk/2gold-sampling_mali01.jpg, 2010

Gambar 2.3.
Bulk Sampling

*Sumber:http://www.Bulk2.jpg, 2010

Gambar 2.4.
Sampling

g. Chip Sampling
Chip sampling (conto tatahan) adalah salah satu metode sampling dengan
cara mengumpulkan pecahan batuan (rock chip) yang dipecahkan melalui suatu
jalur (dengan lebar

15 cm) yang memotong zona mineralisasi dengan

menggunakan palu atau pahat. Jalur sampling tersebut biasanya bidang


horizontal dan pecahan-pecahan batuan tersebut dikumpulkan dalam suatu
kantong conto. Kadang-kadang pengambilan ukuran conto yang seragam (baik
ukuran butir, jumlah, maupun interval) cukup sulit, terutama pada urat-urat yang
keras dan brittle (seperti urat kuarsa), sehingga dapat menimbulkan kesalahan
seperti oversampling (salting) jika ukuran fragmen dengan kadar tinggi relatif
lebih banyak daripada fragmen yang low grade.

*Sumber:http://www. Chip/Rock-Chip-Sampling.jpg, 2010

Gambar 2.5.
Chip Sampling

h. Channel Sampling
Channel sampling adalah suatu metode (cara) pengambilan conto dengan
membuat alur (channel) sepanjang permukaan yang memperlihatkan jejak bijih
(mineralisasi). Alur tersebut dibuat secara teratur dan seragam (lebar 2-10 cm,
kedalaman 2-5 cm) secara horizontal, vertikal, atau tegak lurus kemiringan
lapisan.

*Sumber:http://densowestliferz.wordpress.com/2011/11/28/metode-sampling-padajenis- jenis-endapan, 2011

Gambar 2.6.
Sketsa Pembuatan Channel pada sumur uji untuk endapan berlapis

*Sumber:http://densowestliferz.wordpress.com/2011/11/28/metode-samplingpada-

jenis- jenis-endapan, 2011

Gambar 2.7.
Sketsa Pembuatan Channel Sampling Pada Endapan yang Berlapis

i.

Stream sampling
Merupakan cara pengambilan conto dengan memakai alat yang disebut
hand sample cutter. Conto yang diambil harus berupa pulp basah dan diambil
searah dengan aliran yang ada pada stream tersebut.

*Sumber:http://www. Swber/ stream.gif, 2009

Gambar 2.8.
Stream Sampling
j.

Coning quartering
Cara memperkecil jumlah percontoh yang urutan pekerjaannya meliputi
penuangan sehingga membentuk kerucut, perataan tumpukan sehingga
membentuk piringan, dan pembagian secara radial sehingga terbentuk 4
percontoh yang identik; dua percontoh yang berseberangan disatukan menjadi
satu percontoh sedangkan yang lain disisihkan. Cara ini merupakan cara tertua
tapi masih banyak digunakan dalam laboratorium (Denso, 2011).

Coning dan quartering terdiri dari 2 tahapan. Yang pertama adalah


membuat sampel menjadi menyerupai kerucut. Selanjutnya, kerucut diratakan
menjadi lingkaran. Kemudian, tahapan ketiga, material yang membentuk
lingkaran tersebut dibagi menjadi 4 bagian sama besar dengan memotong dua
diameter yang saling tegak lurus. Dua bagian yang saling berseberangan
diambil, sedangkan dua lainnya ditinggalkan.

*Sumber:http:// www.book htm/ books.png, 2009

Gambar 2.9.
Coning Quatering
k. Grain Counting
Grain counting merupakan cara sederhana secara manual untuk
memperkirakan kadar hasil sampling. Cara melakukan teknik ini adalah dengan
menjatuhkan sebagian sampel kedalam suatu kotak persegi dengan ukuran
tertentu, kemudian banyaknya masing-masing butir (konsentrat dan tailing dalam
kotak) dihitung. Agar ketelian tetap terjaga maka ukuran butir antara mineral
berharga dengan pengotornya haruslah sama serta mudah dipisah

*Sumber:http://www. Grain/ img78.png, 2009

Gambar 2.10.
Grain Counting
l.

Shovel sampling
Pengambilan sampel dengan menggunakan shovel, keuntungan cara ini
lebih murah, waktu pengambilan cepat dan memerlukan tempat yang tidak begitu
luas. Material conto yang diambil berukuran kurang dari 2 inchi.

m. Pipe sampling
Alat yang digunakan pipa/tabung dengan diameter 0.5, 1.0, dan 1.5 inchi.
Salah satu ujung pipa runcing untuk dimasukkan ke material. Terdiri dari dua pipa
(besar dan kecil) sehingga terdapat rongga diantaranya untuk tempat conto.
Digunakan pada material padat yang halus dan tidak terlalu keras
n. Sampling Batuan
Sampling batuan dapat dilakukan pada singkapan, dalam tambang dan inti
bor. Dalam hal ini permukaan batuan dibersihkan dengan pencucian dan conto
chip diambil dalam area atau interval yang standar. Conto batuan 500 gram

umumnya diambil terhadap batuan berbutir halus, sedangkan batuan yang


berbutir sangat kasar diambil lebih dari 2 Kg. Pada metode ini data dapat secara
langsung berhubungan dengan aureole primer dalam sampling detail dan
terhadap provinsi geokimia dalam sampling pengamatan awal. Konteks geologi
dan conto batuan langsung menggambarkan struktur, jenis batuan, mineralisasi,
dan alterasi pada saat conto tersebut diambil
o. Sampling Tanah
Sampling tanah akan menguntungkan untuk beberapa area dimana jarang
ditemukan singkapan. Lubang untuksampling tersebut dapat digali secara
manual ataupun mekanis. Setelah conto tanah diambil, terus diayak sampai 80
mesh dan 20 50 gram fraksi halus dikumpulkan untuk dianalisis. Survei tanah
umumnya dibuat pada suatu pola lintasan dengan jarak lokasi antar titik conto
300 1500 m pada pengamatan awal da 15 60 m pada survei selanjutnya.

*Sumber:http://www.wsdot.wa.gov/Environment/HazMat/photos.htm,
2010

Gambar 2.11.
Sampling tanah

p. Sampling Sedimen

Sampling sedimen sungai merupakan komposit alami dari material di bagian atas
( hulu ) sampai lokasi sampling. Sampling tersebut efektif pada pekerjaan
pengamatan awal dimana lokasi conto tunggal mungkin menunjukkan area
tangkapan ( catchment area 0 yang sangat luas. Dalam survei yang detail, conto
dapat diambil setiap 50 100 m sepanjang aliran, masing masing sebanyak 50
gram dengan ukuran butir n 80 mesh untuk keperluan analisis.
q. Sampling Air
Sampling air merupakan salah satu metode geokimia yang paling lama.
Metode tersebut mudah dilakukan, tetapi conto air tidak stabil untuk waktu yang
singkat. Faktor faktor yang mengontrol kandungan logam dalam air permukaam
seperti dilusi, pH, temperatur, kompleks organik sulit untuk dievaluasi, dan
kandungan logam biasanya relatif rendah.

*Sumber:
http://images.enggotea.multiply.com/image/1/photos/upload/orig,
2010

Gambar 2.12.
Sampling Air
r.

Sampling Vegetasi
Sampling vegetasi diperlukan koreksi terhadap sampling tanah dan air
tanah untuk analisa kimia. Tumbuhan mengekstrak unsur unsur logam dari
kedalaman dan mengirimnya ke dedaunan. Interpretasi yang dihasilkan lebih

kompleks dibandingkan dengan metode lainnya. Sampling yang dilakukan sangat


sederhana hanya dengan memotong rantingbdari dedaunan. Contoh yang
diambil sekitar 100 gram daun atau ranting muda pada setiap pohon, kemudian
dikirim ke labolatorium untuk diabukandan dianalisis, conto abu akhir umumnya
sekitar 10 30 gram. Idealnya vegetasi disampling pada lintasan yang seragam.

* Sumber:http://www.steverox.info/FieldPhotos/VegetationSampling.JPG,
2010

Gambar 2.13.
Sampling Vegetasi
s. Sampling Uap
Sampling uap air raksa yang digunakan sebagai petunjuk badan bijih
sulfida sejak sekitar tahun 1950-an yang diambil dari tanah, udara maupun air.
Sprektrometer portabel sering digunakan untuk memompa gas dari lubang bor
berdiameter kecil ke dalam tanah. Conto yang paling efektif diambil dari tanah
dimana konsentarasi gas lebih ribuan kali lebih banyak darpada di udara. Radon
(Rd) dan Helium (He) dikumpulan dari conto air permukaan dan air tanah yang
terbukti efektif sebagai petunjuk mineralisasi Uranium.
t.

Trenching
Adalah suatu cara pengambilan conto dengan membuat parit pada
singkapan bijih sehingga dapat diketahui bentuk endapan kadar dan kedalaman.
Paritan dibuat dengan memotong atau tegak lurus terhadap singkapan.

*Sumber:http://t2.gstatic.com/images, 2010

Gambar 2.15.
Trenching
u. Test Pit ( Sumur Uji )
Test Pit merupakan salah satu cara dalam pencaraian endapan atau
pemastian kemenerusan lapisan dalam arah vertikal. Pembuatan sumut uji
dilakukan jika dibutuhkan kedalaman yang lebih ( > 2,5 m ). Pada umumnya
suatu deretan ( series ) sumur uji dibuat searah jurus, sehingga pola endapan
dapat dikorelasikan dalam arah vertikal dan horisontal. Atau dengan kata lain
Test Pit adalah suatu cara pengambilan conto dngan jalan membuat sumuran
yang dapat dikombinasika dengan Channel Sampling.
Sumur uji ini umumnya dilakukan pada eksplorasi endapan endapan
yang berhubungan dengan pelapukan dan endapan endapan berlapis

1) Pada endapan berlapis, pembuatan sumur uji ditujukan untuk mendapatkan


kemenerusan lapisan dalam arah kemiringan, varisai litologi atap dan lantai,
ketebalan lapisan, dan karakteristik variasi endapan secara vertikal, serta
dapat digunakan sebagai lokasi sampling. Biasanya sumur uji dibuat dengan
kedalaman sampai menembus keseluruhan lapisan endapan yang dicari,
misalnya batubara dan mineralisasi berupa urat ( vein ).
2) Pada endapan yang berhubungan dengan pelapukan ( laterik atau residual),
pembuatan sumur uji ditujukan untuk mendapatkan batas batas zona
lapisan ( zona tanah, zona residual, zona laterik ), ketebalan masing masing
zona, variasi vertikal masing masing zona, serta pada deretan sumur uji
dapat dilakukan pemodelan bentuk endapan.

*
Sumber:http://www.liv.ac.uk/arts_ses_images/sace/unearthed09/garrowtest-pits-web.jpg

Gambar 2.14.
Test Pit
v. Drilling Hole Sampling
Adalah cara pengambilan conto dari hasil pemboran inti dengan
menggunakan mata bor type core drill dan diamond drill.
1) Cara Core Drill

Cara pengambilan conto dengan menggunakan bor tumbuk,


biasanya dipergunakan pada batuan yang tidak begitu keras ( uniform ) atau
tidak begitu kompak ( semi massive ) dan dapat dikerjakan dengan tangan
manusia dan sangat baik dipergunakan pada penyelidikan penyelidikan
penambangan yang letaknya tercepncil karena tidak memakan biaya yang
besar, alat alatnya mudah didapat dan sederhana, perawatan dan
pelayanan mudah dan transportasinya ringan serta tidak terlalu berbelit belit.

*Sumber: http://toolmonger.com/wpcontent/uploads/2008/06/CoreDrill450.jpg,
2010

Gambar 2.16.
Core Drill
2) Cara Diamond Drill
Cara pengambilan conto dengan menggunakan tenaga penggerak
berupa motor bensin, diesel, mesin uap, motor listrik dan lain sebagainya.

*Sumber:
http://www.corecut.co.uk/media/3254/diamond_drilling_1430072dpi.jpg,
2010

Gambar 2.16.
Diamond Drill

w. Cara Out Crop


Adalah suatu cara pengambilan conto batuan pada permukaan tanah yaitu
dengan cara melihat batuan di sekeliling tempat yang diselidiki. Misalnya di
tempat A, ditemukan sejenis batuan, kemudian di tempat lain didapati pula
batuan yang sejenis tadi misalnya di etmpat B dan C. Kemudian yang penting
ialah mencari arah perlapisan batuan itu, sehingga dapat pula ditemukan pula
dip dan strikenya. Selanjutnya perlu diadakan penelitian lebih lanjut misalnya
dengan pemboran, sumuran dan lain lain.

*Sumber:http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/2/2d/Outcrop_Showing_
Layering_of_Lignite_and_Consolidated_Calcareous_Mud.jpg, 2011

Gambar 2.17.
Outcrop
x. Drift And Cross Cut
Adalah cara pengambilan conto pada sisi sisi dari drift dan cross out oleh
channel tegak lurus pad formasi / lapisan batuan. Hasilnya biasanya mempunyai
contoh yang dapat digambarkan k.l. 25 ft.

*Sumber: http://farm5.static.flickr.com/4137/4858672055_1b41d00395.jpg,
2010

Gambar 2.18.
Drift and Cross Cut

y. Trencing Float
Adalah suatu cara pengambilan conto fragmen fragmen atau pecahan
pecahan bijih yang lapuk atau tererosi dengan cara penjejakan atau penurutan
atau kegiatan pengamatan pada sungai sungai.

*Sumber: http://www.marathon-gold.com/Theme/Marathon/files/images/

Photo2F.jpg, 2010

Gambar 2.19.
Trenching float

Ada beberapa cara atau pendekatan yang dapat dilakukan dalam


mengumpulkan fragmen-fragmen batuan dalam satu conto atau melakukan
pengelompokan conto (sub-channel) yang tergantung pada tipe (pola) mineralisasi,
antara lain :
1. Membagi panjang channel dalam interval-interval yang seragam, yang
diakibatkan oleh variasi (distribusi) zona bijih relatif lebar. Contohnya pada
pembuatan channel dalam sumur uji pada endapan laterit atau residual.
2. Membagi panjang channel dalam interval-interval tertentu yang diakibatkan oleh
variasi (distribusi) zona mineralisasi.
3. Untuk kemudahan, dimungkinkan penggabungan sub-channel dalam satu
analisis kadar atau dibuat komposit.
4. Pada batubara atau endapan berlapis, dapat diambil channel sampling per tebal
seam (lapisan) atau ply per ply (jika terdapat sisipan pengotor).

*Sumber:http://densowestliferz.wordpress.com/2011/11/28/metode-samplingpadajenis- jenis-endapan, 2011

Gambar 2.11.
Sketsa Pembuatan Sub-Channel pada Mineralisasi Berupa Urat

Informasi-informasi yang harus direkam dalam pengambilan conto dari


setiap alur adalah sebagai berikut :
1. Letak lokasi pengambilan conto dari titik ikat terdekat.
2. Posisi alur (memotong vein, vertikal memotong bidang perlapisan, dll.).
3. Lebar atau tebal zona bijih/endapan (lebar horizontal, tebal semu, atau tebal
sebenarnya).
4. Penamaan (pemberian kode) kantong conto, sebaiknya mewakili interval atau
lokasi sub-channel.
5. Tanggal pengambilan dan identitas conto.
Sedangkan

informasi-informasi

yang

sebaiknya

juga

(dideskripsikan) dalam pengambilan conto adalah :


1. Mineralogi bijih atau deskripsi endapan yang diambil contonya.
2. Penaksiran visual zona mineralisasi (bijih, waste, pengotor, dan lain-lain).
3. Kemiringan semu atau kemiringan sebenarnya dari badan bijih.
4. Deskripsi litologi atau batuan samping.
5. Dan lain-lain yang dianggap perlu dalam penjelasan kondisi endapan.

dicatat

2.2.2. Metode Mechanical Sampling


Pada metode sampling juga terdapat mechanical sampling diaman metode
ini biasanya digunakan untuk mengambil conto dalam jumlah yang besar
dibandingkan dengan hand sampling. Disamping itu dengan cara ini didapatkan
hasil yang lebih representatif. Alat yang digunakan dalam mechanical sampling
adalah riffle sampler dan vesin sampler (Anonim, 2009)
a.

Riffler Sampler
Alat ini bentuknya persegi panjang dan pada bagian dalam dibagi menjadi
beberapa sekat yang arahnya saling berlawanan. Riffle-riffle ini yang berfungsi
sebagai pembagi conto agar dapat terbagi sama rata.

*Sumber:http:/www. sample-splitter-sp174.jpg

Gambar 2.12.
Riffle Sampler

b. Vesin sampler
Pada bagian dalam dilengkapi dengan revolving cutter, yaitu pemotong
yang dapat berputar pada porosnya sehingga akan membentuk area yang
bundar sehingga dapat memotong seluruh alur bijih.
2.2.3. Analisis Ayak

Dalam sampling dikenal dengan analisis ayak dengan tujuan adalah untuk
mengetahui :
1. Jumlah produksi suatu alat
2. Distribusi partikel pada ukuran tertentu
3. Ratio of concentration
4. Recovery suatu mineral pada setiap fraksi
Peralatan yang diperlukan dalam analisis ayak antara lain ayakan,
timbangan, mikroskop dan alat sampling. Untuk melakukan analisis lebih baik
digunakan dua ayakan dengan salah satunya dipakai sebagai pembanding.
Ukuran yang digunakan bisa dinyatakan dengan mesh maupun mm
(metrik). Yang dimaksud mesh adalah jumlah lubang yang terdapat dalam satu inchi
persegi (square inch), sementara jika dinyatakan dalam mm maka angka yang
ditunjukkan merupakan besar material yang diayak. Perbandingan antara luas
lubang bukaan dengan luas permukaan screen disebut prosentase opening.
Pelolosan material dalam ayakan dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu :
a. Ukuran material yang sesuai dengan lubang ayakan
b. Ukuran rata-rata material yang menembus lubang ayakan
c. Sudut yang dibentuk oleh gaya pukulan partikel
d. Komposisi air dalam material yang akan diayak
e.

Letak perlapisan material pada permukaan sebelum diayak


Kapasitas screen secara umum tergantung pada :

1. Luas penampang screen


2. Ukuran bukaan
3. Sifat dari umpan seperti ; berat jenis, kandungan air, temperatur
4. Tipe mechanical screen yang digunakan
Efisiensi screen dalam mechanical engineering didefinisikan sebagai
perbandingan dari energi keluaran dengan energi masukan. Dengan demikian
dalam screening bukannya efisiensi melainkan ukuran keefektifan dari operasi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi effisiensi screen :
1. Lamanya umpan berada dalam screen

2. Jumlah lubang yang terbuka


3. Kecepatan umpan
4. Tebalnya lapisan umpan
5. Cocoknya lubang ayakan dengan bentuk dan ukuran rata-rata material yang
diolah.
Dari hasil pengayakan dilakukan analisa mikroskop sehingga didapatkan
hasil bahwa pada ukuran butir yang paling kecil derajat liberasinya makin besar.
Dengan demikian berarti makin kecil ukuran butir makin sempurna material
terliberasi atau terbebaskan dari ikatan gangue mineral.
Selain itu dari hasil pengayakan yang dilakukan dengan dua ayakan akan
dapat dibandingkan satu sama lainnya sehingga dapat diketahui efisiensi
pengayakan yang paling baik.
Derajat liberasi adalah perbandingan antara jumlah berat mineral bebas
dan berat mineral yang sama seluruhnya (bebas dan terikat). Efisiensi yaitu
perbandingan antara undersize yang lolos dengan undersize yang seharusnya lolos.
Sampling batubara merupakan sampling yang tersulit dari semua sampling
solidmaterial. Hal ini dikarenakan batubara merupakan heterogen solid material.
Selain itu parameter yang ditentukan dari batubara memeliki sifat-sifat penyebaran
yang bervariasi.Oleh karena itu dalam melakukan sampling batubara harus betulbetul mengikuti kaidah-kaidah atau standard yang digunakan (Anonim, 2011)
Ada 3 faktor yang menentukan bahwa suatu sampel dapat dikatakan
representative atau tidak,yaitu :
1. Teknik pengambilan sample dan alat yang digunakan
2. Massa atau jumlah sampel yang diambil
3. Periode

atau

interval

pengambilan.Untuk

memperoleh

sampel

yang

representative, maka ketiga faktor diatas harus dilakukan dengan baik menurut
standard yang digunakan.
Pada sampling terdapat teknik pengambilan sampel dan alat yang
digunakan, adalah :
a. Teknik pengambilan sampel

Teknik pengambilan sampel harus ditentukan dan disesuaikan dengan


kondisi

materialyang

akan

diambil

dan

alat

yang

digunakan.

Teknik

pengambilan sample yang salah,akan menyebabkan hasil dari sampel tersebut


bias. Teknik sampling harus betul-betul diperhatikan terutama pada sampling
secara manual. Sebagai contoh, dalam pengambilan sampel dari falling stream,
shovel atau ladle yang digunakan harus masuk ke seluruh stream batubara.
Apabila hanya sebagian stream yang diambil maka sampel yang diperoleh akan
bias. Selain itu yang perlu diperhatikan adalah muatan sample dalam ladle.
Ladle harus terisi sampel secukupnya dan tidak boleh berlebihan (overfill).
Pengambilan sampel yang overfill juga akan menyebabkan bias,
karena partikel yang besar-besar akan jatuh, dan sebagian besar sample
yang terambil adalah fine coal. Jadi teknik pengambilan sampel harus
disesuaikan dengan situasi, kondisi, batubarayang akan diambil samplenya.
Seorang sampler yang profesional harus menguasaiteknik sampling yang
disesuaikan dengan situasi dan kondisi batubara yang akan diambil
sampelnya.
b. Alat yang digunakan
Selain teknik pengambilan sample, yang tak kalah pentingnya yang
harus diperhatikan adalah alat yang digunakan untuk mengambil sample
tersebut. Alat yang digunakan untuk melakukan sampling memiliki ukuran dan
bentuk yang ditentukan oleh standard. Penggunaan alat yang tidak sesuai
dengan standard, akan mengakibatkan bias padasample yang diperoleh dan
akan menyebabkan kesalahan pada hasil analisanya.
Menurut

Japannese

Industrial

Standard

M.8105-1966,

rencana

pengambilan contoh meliputi beberpa hal, diantaranya adalah :


1. Ukuran Populasi
Populasi

adalah

sekumpulan

besar

material

yang

akan

diambil

contohnya. Besarnya populasi akan berpengaruh pada kuantitas atau jumlah


contoh yang harus diambil. Semakin besar pengambilan dilakukan, maka
semakin baik data yang diperoleh, tetapi perlu diingat segi biaya, waktu, serta
tenaga.

2. Increment
Adalah jumlah satuan mineral yang dikumpulkan dari populasi sebagai
bagian dari contoh yang diperoleh dengan sekali pengambilan contoh.
3. Bentuk dan ukuran material
Bentuk dan ukuran material akan menentukan cara pengambilan
sampel/setiap increment-nya. Keberhasilan analisis terhadap bahan galian
ditentukan berhasil tidaknya hasil sampling.
Pemilihan metode sampling dan jumlah conto yang akan diambil
tergantung pada beberapa faktor, antara lain:
1. Tipe endapan, pola penyebaran, serta ukuran endapan.
2. Tahapan pekerjaan dan prosedur evaluasi
3. Lokasi pengambilan conto (pada zona mineralisasi, alterasi, atau barren),
4. Kedalaman pengambilan conto, yang berhubungan dengan letak dan kondisi
batuan induk.
5. Anggaran untuk sampling dan nilai dari bijih.
Selain itu dengan melakukan sampling yang baik dan benar, sangat besar
manfaatnya dalam proses selanjutnya karena conto yang cukup sebagai patokan
untuk mengontrol apakah proses pengolahan tersebut berjalan dengan baik atau
sebaliknya. Tentunya dari hasil sampling ini tidak dapat begitu saja untuk
mengontrol proses pengolahan tapi harus dilakukan suatu analisis dengan
mikroskop.
Sampel yang telah dikumpulkan harus disiapkan sebelum dilakukan
analisis. Ini dikarenakan untuk menjaga kualitas dari analisa yang hanya akan
berhasil jika mengikuti prosedur atau kriteria-kriteria tertentu. Kriteria terpenting dari
pengujian adalah ukuran sampelnya. Analisa kimia dan analisa lainnya hanya bisa
dilakukan pada benda berukuran kecil atau pasir/tanah halus. Oleh karena itu,
material berukuran besar perlu direduksi, sehingga ukuran partikel tersebut
representatif untuk dilakukan pengujian.

DAFTAR PUSTAKA

Effendy. 2010.

Pengertian sampling. Wordpress.


http://effendy.wordpress.com/2010/pengertian_grain_counting.html
Galian, Bahan . 2009. Metode sampling. Blogspot.
http://bahangalian.blogspot.com/2009/metode-grain-counting.html.

You might also like