You are on page 1of 5

ARSITEKTUR KONTENPORER

Arsitektur kontemporer tidak muncul secara tiba- tiba tetapi didasari oleh semangat
perubahan yang berakar dari Revolusi Industri di Inggris. Revolusi Industri mengakibatkan
munculnya tipologi bangunan baru yang sebelumnya belum pernah ada, seperti tipologi
pabrik, gudang, dan sebagainya. Selain itu, revolusi industri membawa material dan teknik
baru dalam arsitektur. Arsitektur kontemporer muncul karena kebutuhan akan gaya baru
pada masa tersebut kemudian terus berkembang ke era art and craft, dimana masyarakat
mulai jenuh dengan fabrikasi dan melakukan gerakan social craftmanship .
Defenisi Arsitektur kontenporer
Arsitektur kontemporer adalah arsitektur yang dibuat dan dikenal pada masa kini
bukan di masa lalu ataupun di masa depan. Berdasarkan bentuk, yang dimaksud dengan
arsitektur

kontemporer

adalah

arsitektur

yang

mengambil

bentuk

suatu

bangunan

monumental yang ada dan dikenal pada masanya. Arsitektur kontemporer mulai muncul
sejak tahun 1789 namun baru berkembang pada abad 20 dan 21 setelah perang dunia.
Menurut L. Hilberseimer Comtemporary Architects 2 (1964)
Arsitektur Kontemporer adalah suatu gaya aliran arsitektur pada zamannya yang
mencirikan kebebasan berekspresi, keinginan untuk menampilkan sesuatu yang berbeda,
dan merupakan sebuah aliran baru atau penggabungan dari beberapa aliran arsitektur.
Ciri-ciri arsitektur kontemporer, yaitu:
a. Ekspresi bangunan bersifat subjektif.
b. Kontras dengan lingkungan sekitar
c. Menonjolkan bentuk unik, diluar kebiasaan, dan atraktif

KARAKTER KOTA KONTENPORER KOTA BANDUNG


Sejarah singkat

Kata Bandung berasal dari kata bendung atau bendungan karena terbendungnya
sungai Citarum oleh lava Gunung Tangkuban Perahu yang lalu membentuk telaga. Legenda
yang diceritakan oleh orang-orang tua di Bandung mengatakan bahwa nama Bandung
diambil dari sebuah kendaraan air yang terdiri dari dua perahu yang diikat berdampingan
yang disebut perahu bandung yang digunakan oleh Bupati Bandung, R.A. Wiranatakusumah
II, untuk melayari Ci Tarum dalam mencari tempat kedudukan kabupaten yang baru untuk
menggantikan ibukota yang lama di Dayeuhkolot.
Berdasarkan filosofi Sunda, kata Bandung juga berasal dari kalimat Nga-Bandung-an
Banda Indung, yang merupakan kalimat sakral dan luhur karena mengandung nilai ajaran
Sunda. Nga-Bandung-an artinya menyaksikan atau bersaksi. Banda adalah segala sesuatu
yang berada di alam hidup yaitu di bumi dan atmosfer, baik makhluk hidup maupun benda
mati. Sinonim dari banda adalah harta. Indung berarti Ibu atau Bumi, disebut juga sebagai
Ibu Pertiwi tempat Banda berada. Jadi kata Bandung mempunyai nilai filosofis sebagai alam
tempat segala makhluk hidup maupun benda mati yang lahir dan tinggal di Ibu Pertiwi yang
keberadaanya disaksikan oleh yang Maha Kuasa.
Letak Geografis
Kota Bandung dikelilingi oleh pegunungan, sehingga bentuk morfologi wilayahnya
bagaikan sebuah mangkok raksasa,[ secara geografis kota ini terletak di tengahtengah provinsi Jawa Barat, serta berada pada ketinggian 768 m di atas permukaan
laut, dengan titik tertinggi di berada di sebelah utara dengan ketinggian 1.050 meter
di atas permukaan laut dan sebelah selatan merupakan kawasan rendah dengan
ketinggian 675 meter di atas permukaan laut.
Kota Bandung dialiri dua sungai utama, yaitu Sungai Cikapundung dan Sungai Citarum
beserta anak-anak sungainya yang pada umumnya mengalir ke arah selatan dan
bertemu di Sungai Citarum. Dengan kondisi yang demikian, Bandung selatan sangat
rentan terhadap masalah banjir terutama pada musim hujan.
Keadaan geologis dan tanah yang ada di kota Bandung dan sekitarnya terbentuk pada
zaman kwartier dan mempunyai lapisan tanah alluvial hasil letusan Gunung Tangkuban
Parahu. Jenis material di bagian utara umumnya merupakan jenis andosol begitu juga
pada kawasan dibagian tengah dan barat, sedangkan kawasan dibagian selatan serta
timur terdiri atas sebaran jenis alluvial kelabu dengan bahan endapan tanah liat.
Tipologi Kota Bandung

Tipologi merupakan klasifikasi watak atau karakteristik dari formasi objek-objek bentukan
fisik

kota

dalam

skala

lebih

kecil.

Istilah

tipologi

lebih

banyak

digunakan

untuk

mendefinisikan bentuk elemen-elemen kota seperti jalan, ruang terbuka hijau,bangunan dan
lain sebagainya.
Jika Yogya punya Malioboro, Surabaya memiliki Tunjungan, Kota Bandung sebenarnya
tidak kalah hebat karena punya Braga. Jalan yang membentang utara-selatan di pusat
kota itu sekaligus menjadi salah satu landmark dan kebanggaan warga kotanya, karena sulit
dicari tandingannya di daerah lain. Braga termasuk jalan paling tua di Kota Bandung.
Bangunan-bangunan pertokoan dan restoran yang terletak di kiri kanan jalan tersebut
merupakan bangunan tua yang umurnya hamper mendekati seratus tahun. Bangunanbangunan tersebut bukan hanya merupakan bukti masa lalunya, pada zaman keemasan
kolonial Belanda. Tetapi Braga sekaligus menjadi sebuah museum terbuka yang menyimpan
paling banyak langgam gaya arsitektur, seperti klasik-romantik, art deco, Indo-Europeanen,
neo klasik, kontenporer, sampai gaya arsitektur modern bisa Anda jumpai di sepanjang jalan
tersebut.
Kawasan Braga di Bandung merupakan kawasan ekonomi dan perdagangan yang sangat
berpengaruh dalam pembentukan morfologi kota Bandung. Oleh karena itu, keberadaan
Braga sudah mencapai tahap spirit of place yang solid, dengan segala kelebihan dan
kekurangannya. Dari sisi visual, fisik dan kelancaran kegiatan, kondisi di kawasan Braga
sudah sangat mengkhawatirkan. Kemacetan yang diperparah dengan banyaknya pedagang
kaki lima menyebabkan spirit of place kawasan Braga yang dulu merupakan kawasan
berbelanja yang nyaman mulai terganggu. Serta kondisi bangunan-bangunan khususnya
bangunan kuno peninggalan kolonial yang dalam kondisi mengkhawatirkan membuat nilainilai kelayakan visual mulai menurun. Di sisi lain, dari segi ekonomi dan perdagangan,
kawasan ini masih sangat diandalkan oleh pemerintah kota Bandung. Oleh sebab itu, titik
awal proses konservasi yang diambil diawali dengan permasalahan Bagaimana menjadikan
kembali kawasan Braga menjadi kawasan yang responsif terhadap perkembangan kota, juga
menaikkan nilai-nilai kelayakan visual yang terdapat di dalamnya tetapi juga dapat
mempertahankan sifatnya sebagai kawasan ekonomi dan perdagangan.

Gambar 4 : Zonasi Kawasan Braga

Gambar : Lima Elemen Citra Kawasan Braga


Pola kawasan Braga menunjukkan fakta sebagai berikut :
1. Sebagai kawasan yang terletak di pusat kota Bandung yang sebagian aktivitas
kawasannya ditinjau dari aspek fisik bangunan dan kawasan, sosial, budaya dan
perekonomian masih bertahan dengan citra kawasan yang adaptif dengan perkembangan
kotanya. Ciri-ciri yang tampak adalah adanya aktivitas para pelaku di kawasan tersebut
dengan style dan gaya terkini, begitu pula dengan bangunan-bangunan di kawasan ini telah
beradaptasi dengan fungsinya yang dibutuhkan oleh masyarakat kota sekarang.
2. Pada awalnya, proses konservasi yang dilakukan dimulai dengan melihat permasalahan
Bagaimana menjadikan kembali kawasan Braga sebagai kawasan yang responsif terhadap
perkembangan kota, juga menaikkan nilai-nilai kelayakan visual yang terdapat di dalamnya
tetapi juga dapat mempertahankan sifatnya sebagai kawasan ekonomi dan perdagangan.
3. Adanya beberapa fakta terjadinya proses kebertahanan kawasan dalam berbagai aspek,
terutama dari aspek fisik kawasan, Untuk pembenahan visual dan fisik, metode Context and
Contrast atau dengan pendekatan harmonis atau kontras lebih dapat digunakan.
Sumber Referensi
Budihardjo, Eko. 1997. Tata Ruang Perkotaan. Bandung. Penerbit Alumni
https://www.scribd.com/doc/306245554/arsitektur-kontemporer

You might also like