Professional Documents
Culture Documents
Abstrak
Sejalan dengan perkembangan dan industrialisasi serta meningkatnya aktivitas masyarakat yang
memanfaatkan sungai di Kota Banjarmasin, telah menyumbangkan kadar residu logam berat ke
perairan. Fokus dari penelitian bertujuan untuk mengetahui kehadiran logam berat kadmium (Cd)
pada air, daging serta mikroanatomi insang ikan Kelabau (Osteochillus melanopleurus). Ikan
merupakan organisme akuatik yang akan menderita oleh perairan tercemar. Penelitian
menggunakan metode deskriptif dan metode parafin. Analisis data berdasarkan PP. RI No. 82 Th.
2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Lingkungan Air untuk Cd
adalah 0,01 mg/L, PerGub Kal-Sel No. 05 Th. 2007 untuk Baku Mutu Air Sungai untuk Cd adalah
0,01 mg/L dan DirJen POM No. 0725/B/SK/1989 untuk Kadar Maksimum Kadmium (Cd) pada
Ikan adalah 0,1 mg/Kg serta dengan membandingkan tingkat keparahan struktur mikroanatomi
insang dari famili Cyprinidae. Hasil memperlihatkan kandungan Cd di air berkisar 0,004-0,006
mg/L, pada daging berkisar <0,0002-0,0033 mg/Kg atau hasil masih berada dibawah nilai ambang
baku yang telah ditetapkan. Sementara itu, hasil penelitian histopatologi telah memperlihatkan
adanya alterasi seperti edema, inflamasi, hiperplasia, hipertrofi, kongesti, hemoragi, invasi
ektoparasit,fibrosis dan nekrosis.
Kata Kunci : Kadmium (Cd), Ikan Kelabau (Osteochillus melanoleurus), Histopatologi
Abstract
In the line of development and industrialization increase as well as the activity of citizen that utilize
river in Banjarmasin City, has contribused in giving high degree of heavy metal residues to water.
The focus of the research is the presence of heavy metal cadmium (Cd) in water, meat also gills
microanatomy of Kelabau fish (Osteochillus melanopleurus). Fish are aquatic organism that will be
suffered by polluted water. Using descriptive methods and parafin methods. The data analysis is
based to PP. RI. Number 82 Year 2001 on Water Quality Management and Water Environment
Pollution Control for Cd si 0,01 mg/L, Governors Decree of South Borneo on Quality Standard of
River Water for Cd si 0,01mg/L and General Directur of Food and Drugs Number 03725/B/SK/1989
on Maximum Cadmium (Cd) Contamination in Food for Fish is 0,1 mg/Kg also by comparing the
damage degrees of gill microanatomical from Cyprinidae family. Result of the research has shown
that Cd in Water were about 0,004-0,006 mg/L, in meat were about <0,0002-0,0033 mg/Kg or result
are below than the permissible limit that has been set. Meanwhile, the result of histopathology has
shown alterations such as edema, inflamamation, hyperplasia, hypertrophy, congestion, hemorage,
ectoparasite invasion, fibrosis and necrosis.
Keywords : Cadmium (Cd), Kelabau Fish (Osteochillus melanopleurus), Histopathology.
PENDAHULUAN
Banjarmasin adalah kota yang diapit oleh wilayah
perairan, hal tersebut berpengaruh pada sistem drainase
dan kehidupan masyarakat yang memanfaatkannya
dalam berbagai aktivitas. Perkembangan ekonomi satu
daerah menitik-beratkan pada pembangunan sektor
METODE
Penelitian menggunakan dua metode yakni metode
deskriptif dengan teknik pengambilan data dan sampel
diambil secara langsung di lapangan serta metode
parafin untuk penelitian histopatologi. Populasi dalam
penelitian adalah ikan Kelabau yang terdapat di muara
Sungai Martapura, sementara sampel penelitian adalah
sampel air sungai sebanyak 200 ml/ 3 titik lokasi uji dan
sampel daging ikan/ 3 titik lokasi uji dengan kisaran
sampel 150-250 gr/ikan, bobot ikan yang diperoleh 250
ISBN 978-602-72071-1-0 hal 84-92
Lokasi Sampel
Kandungan Cd (mg/L)
1.
2.
3.
Titik I
Titik II
Titik III
0,004
0,005
0,006
0,01
0,01
0,01
Kadar
Maks. Cd (mg/L)
PP. RI. 82 Th. 2001
0,01
0,01
0,01
Hasil pengujian kandungan kadmium (Cd) pada sampel daging tertera dalam tabel 2.
Tabel 2. Kandungan Cd Pada Daging
No.
Lokasi Sampel
Kandungan Cd (mg/L)
1.
2.
3.
Titik I
Titik II
Titik III
0,0047
<0,0002
0,0033
Parameter
Fisika &
Kimia
Suhu air
pH air
Kecerahn air
Kedalaman
Kecepatan arus
DO
BOD
COD
Lokasi Sampel
Satuan
c
mg/L
cm
m
S
mg/L
mg/L
mg/L
T.I
26
6,8
26
3,5
12
4,60
4,64
6,17
T.II
26
6,8
15
1,3
103
5,98
5,54
9,25
T.III
26
6,6
28
5,6
21
5,59
1,65
3,08
Kisaran
PP RI No. 82
Th. 2001
26
6,6-6,8
15-28
1,3-5,6
12-103
4,60-5,98
1,65-5,54
3,08-6,17
6-9
**45
4
3
25
Syarat
Umum
Hidup Ikan
25-32
6,5-9,0
*30-60
***5-6
-
Keterangan :
*menurut, Daelani 2002
**menurut Kordi 2004 : Erma 2013
***menurut Rukmini 2001
Lamella sekunder
Fu
Ruang
interlamela
Hialin kartilago
N
N
E
E
Hi
K
PM
PM
Gambar
10x40
1.5
perbesaran
IE
H
He
Gambar 1.6 adanya perubahan berupa
adanya H : Hiperplasia lamella sekunder,
He : Hemoragi lamella sekuder serta
adanya IE : Invasi Ektoparasit, 10x10
Lamella sekunder
Ruang
interlamela
Fi
Hialin kartilago
Gambar
2.
Struktur
mikroanatomi insang ikan
normal family Cyprinidae,
Setywan (2013), 10x10
Gambar
2.1
struktur
mikroanatomi insang kelabau
Titik II mengalami alterasi N :
Nekrosis 10x10
Lamella sekunder
Ruang
interlamela
Fu
Hialin kartilago
normal
Fu
Gambar
3.
Struktur
mikroanatomi insang ikan
normal family Cyprinidae,
Setyawan (2013) 10x10
N
ISBN 978-602-72071-1-0 hal 84-92
Hi
Gambar 3.4 alterasi berupa Hi :
Hipertrofi lamella primer, N :
Nekrosis
lamella
skunder,
10x10
Kandungan
Kadmium
Pada
Air
Kehadiran logam Cd di perairan tidak hanya
disebabkan oleh buangan limbah industri maupun rumah
tangga tetapi kontribusi oleh alam secara tidak langsung
turut menimbulkan pencemaran logam berat ini terjadi.
Sebagaimana hasil pengamatan bahwa di Kota
Banjarmasin berdiri perindustrian yang mengahasilkan
substansi logam
ke lingkungan udara. Menurut
Widowati, dkk. (2008:65) kadmium di atmosfer berasal
dari penambangan/pengolahan, bahan tambang,
peleburan, galvanisasi, pabrik pewarna, pabrik baterai
dan pabrik electroplating. Pelepasan Cd dari limbah
industri ditambah Cd yang berasal dari alam akan
menimbulkan pencemaran lingkungan yang meluas
mengingat Cd merupakan substansi persisten di dalam
lingkungan.
Berdasarkan tabel 1. Terlihat bahwa kadar kadmium
pada setiap titik pengamatan yakni 0,004 mg/l, 0,005
mg/l dan 0,006 mg/l meningkat pada setiap titik. Hal
tersebut disebabkan oleh pergerakan arus air yang
kontinyu dan sumber utama dari pencemarnya. Titik I
berlokasi pada area kawasan jaring apung (KJA) Banua
Anyar dimana sumber utama limbah logam Cd berasal
dari kegiatan rumah tangga, aktivitas transportasi air dan
aktivitas KJA sendiri. Connel dan Miller (1995:346)
menyatakan bahwa jumlah runutan yang cukup besar
disumbangkan ke dalam cairan limbah rumah tangga
oleh sampah-sampah metabolik, korosi pipa-pipa air
(Cu,Pb, Zn dan Cd) dan produk-produk konsumer
(misalnya formula deterjen yang mengandung Fe, Mn,
Cr, Ni, Co, Zn, B dan As). Pada titik II yang berlokasi
pada area Kelurahan Seberang Mesjid Pasar Lama
sumber utama limbah Cd berasal dari kegiatan industri
pencelupan kain sasirangan serta kegiatan rumah tangga.
Menurut Palar (2008:117), penggunaan Cd dan
persenyawaannya (CdS , CdSeS) banyak digunakan
sebagai zat warna meskipun penggunaannya hanya
dalam konsentrasi rendah. Sedangkan pada titik III yang
berlokasi disekitar area kawasan Pabrik Karet, sumber
utama dihasilkan oleh kegiatan industri pabrik karet dan
perindustrian disepanjang aliran Sungai Basirih yang
dekat dengan wilayah muara Sungai Martapura serta
padatnya kegiatan transportasi kapal-kapal besar
(pengangkut barang maupun penumpang). Pelumas
mesin hasil kegiatan transportasi dan lepasnya cat
pelapis badan kapal juga berpotensi menyumbangkan
logam ke perairan. Menurut Widowati, dkk. (2008:64)
bahwa kapal yang mengalami korosif dan melepaskan
ISBN 978-602-72071-1-0 hal 84-92