Professional Documents
Culture Documents
SKABIES
Pembimbing :
dr. Ismiralda Oke Putranti, Sp.KK
Disusunoleh :
Iman Hakim Wicaksana
G4A014126
LEMBAR PENGESAHAN
PRESENTASI KASUS
SKABIES
Oktober 2016
Disusunoleh :
Iman Hakim Wicaksana
G4A014126
I.
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
Nama
: Sdr. M.R
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Usia
: 17 tahun
Alamat
: Somagede 06/01
Agama
: Islam
Tanggal pemeriksaan
: 26 September 2016
No CM
: 00891343
Anamnesis
: 26 September 2016
B. Anamnesis
Keluhan Utama
: Gatal
sela-sela
jari
tangan,
dan
selangkangan.
Riwayat Penyakit Sekarang
tangan, namun
Riwayat
alergi
disangkal.
C.
PemeriksaanFisik
Status Generalis
Keadaaan umum
: Baik
Kesadaran
: Composmentis
Keadaan gizi
: Baik
Vital Sign
: BB/TB : 45 Kg/155 Cm
TD : 110/70 mmHg
HR: 88 x/menit
RR
: 20 x/menit
Suhu: 36, 3C
Kepala
Mata
Hidung
Telinga
Mulut
Tenggorokan
:T1-T1, tidakhiperemis
Thorax
Jantung
Paru
Abdomen
: Tidak teraba.
Ekstremitas
Status Dermatologis
Lokasi
Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang, usulan pemeriksaan penunjang
adalah pemeriksaan dengan membuat biopsi irisan dari lesi untuk memeriksa
tungau, biopsi eksisional dan diperiksa dengan pewarnaan HE serta
pemeriksaan tungau dengan mikroskop cahaya.
E. Resume
Pasien datang ke Poli Kulit dan Kelamin RS Margono Soekarjo dengan
keluhan, gatal-gatal pada bagian sela-sela jari tangan dan selangkangan. Gatal
dirasakan sejak 1 bulan yang lalu. Pasien merasakan gatal semakin hari
semakin memberat, terutama pada malam hari .Pasien sulit tidur malam,
karena gatal. Awalnya hanya bintik merah dibagian tangan, namun semakin
lama semakin bertambah banyak, dan melenting-lenting. Pasien tinggal di
pondok pesantren bersama adik dan santri lainnya, dimana adik dan juga
beberapa teman sekamar di pondok pesantren pasien memiliki keluhan serupa
dengan pasien.
F. Diagnosis Kerja
Skabies
G. Diagnosis Banding
Dermatitis Kontak Iritan
Tinea Corporis
H. Penatalaksanaan
1. Farmakologis
a.
Permetrin (Scabimite) cream 5% setelah mandi sore
dioles ke permukaan kulit seluruh tubuh, kemudian didiamkan
minimal 10 jam, setelah itu mandi seperti biasa. Pemakaian hanya 1
kali dalam seminggu.
b.
loratadine 1 x 10 mg
c.
Inerson cream dioles 2 x sehari
d.
Azithromicyn 1 x 500mg
2. Non farmakologis
a. Rutin minum obat
b. Pakaian, handuk dan barang-barang lainnya yang pernah digunakan
oleh penderita harus diisolasi dan direndam dengan air panas terlebih
dahulu sebelum dicuci.
c. Sprai penderita harus sering diganti dengan yang baru maksimal tiga
hari sekali
d. Menghindari kontak langsung dengan penderita lain (ayah pasien)
seperti berpelukan, berjabat tangan, dan tidur bersama.
e. Kontrol kembali pada hari ke 7 pengobatan
I. Prognosis
Quo ad vitam
: bonam
Quo ad functionam
Quo ad sanationam
: bonam
: bonam
A. Definisi
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau (mite)
Sarcoptes scabei, yang termasuk dalam kelas Arachnida.Tungau ini berukuran
sangat kecil dan hanya bisa dilihat dengan mikroskop atau bersifat
mikroskopis.Penyakit skabies sering disebut kutu badan.Penyakit ini juga
mudah menular dari manusia ke manusia, dari hewan ke manusia dan
sebaliknya.Skabies mudah menyebar baik secara langsung atau melalui
sentuhan langsung dengan penderita maupun secara tak langsung melalui
baju, seprai, handuk, bantal, air, atau sisir yang pernah dipergunakan
penderita dan belum dibersihkan dan masih terdapat tungau sarcoptesnya.
Skabies menyebabkan rasa gatal pada bagian kulit seperti disela-sela jari,siku,
selangkangan (Yosef, 2007).
B. Epidemiologi
Skabies
ditemukan
disemua
negara
dengan
prevalensi
yang
skabies banyak dijumpai pada anak dan orang dewasa muda, insidennya sama
terjadi pada pria dan wanita. Insiden skabies di negara berkembang
menunjukkan siklus fluktuasi yang sampai saat ini belum dapat dijelaskan.
Interval antara akhir dari suatu endemik dan permulaan epidemik berikutnya
kurang lebih 10-15 tahun (Harahap, 2000) Menurut Departemen Kesehatan
RI prevalensi skabies di Puskesmas seluruh Indonesia pada tahun 1986 adalah
4,6%-12,9%, dan skabies menduduki urutan ketiga dari 12 penyakit kulit
tersering. Di Bagian Kulit dan Kelamin FKUI/RSCM pada tahun 1988,
dijumpai 734 kasus scabies yang merupakan 5,77% dari seluruh kasus baru.
Pada tahun 1989 dan 1990 prevalensi skabies adalah 6% dan 3,9%. Prevalensi
skabies sangat tinggi pada lingkungan dengan tingkat kepadatan penghuni
yang tinggi dan kebersihan yang kurang memadai (Depkes.RI, 2000).
C. Etiologi
Sarcoptes scabiei merupakan Arthropoda yang masuk ke dalam kelas
Arachnida, sub kelas Acari (Acarina), ordo Astigmata dan famili
Sarcoptidae.Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei var. hominis.Adapun
jenis Sarcoptes scabei var. animalis yang kadang-kadang bisa menulari
manusia terutama bagi yang memelihara hewan peliharaan seperti anjing
(Djuanda dan Hamzah, 2005).
insidensi, sebagai akibat kontak langsung maupun tak langsung seperti tidur
bersama.Faktor lainnya fasilitas umum yang dipakai secara bersama-sama di
lingkungan padat penduduk (Meyer, 2000).
E. Patogenesis
Setelah terjadi perkawinan (kopulasi) biasanya tungau jantan akan mati,
namun kadang-kadang masih dapat hidup beberapa hari dalam terowongan
yang digali oleh betina. Setelah tungau betina dibuahi, tungau ini akan
membentuk terowongan pada kulit sampai perbatasan stratum korneum dan
stratum granulosum dengan panjangnya 2-3 mm perhari serta bertelur
sepanjang terowongan sampai sebanyak 2 atau 4 butir sampai sehari mencapai
40-50 butir. Telur-telur ini akan menetas dalam waktu 3-5 hari dan menjadi
larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva tersebut sebagian ada yang tetap
tinggal dalam terowongan dan ada yang keluar dari permukaan kulit, kemudian
setelah 2-3 hari masuk ke stadium nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan
betina dengan 4 pasang kaki. Waktu yang diperlukan mulai dari telur menetas
sampai menjadi dewasa sekitar 8-12 hari (Burns, 2004; Itzhak, 1995).
11
Siklus hidup tungau paling cepat terjadi selama 30 hari dan selama itu juga
tungau-tungau tersebut berada dalam epidermis manusia.Tungau yang berpindah
ke lapisan kulit teratas memproduksi substansi proteolitik (sekresi saliva) yang
berperan dalam pembuatan terowongan dimana saat itu juga terjadi aktivitas
makan dan pelekatan telur pada terowongan tersebut.Tungau-tungau ini
memakan jaringan-jaringan yang hancur, namun tidak mencerna darah. Feses
(Scybala) tungau akan ditinggalkan di sepanjang perjalanan tungau menuju ke
epidermis dan membentuk lesi linier sepanjang terowongan (Hicks et al., 2009).
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies, tetapi juga
oleh penderita sendiri akibat garukan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh
sensitisasi terhadap sekreta dan ekskreta tungau yang memerlukan waktu kirakira sebulan setelah infestasi. Sensitisasi terjadi pada penderita yang terkena
infeksi scabies pertama kali.Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis
dengan ditemukannya papul, vesikel, urtika dan lain-lain.Dengan garukan dapat
timbul
erosi,
ekskoriasi,
krusta
dan
infeksi
sekunder.Apabila
terjadi
immunocompromised pada host, respon imun yang lemah akan gagal dalam
mengontrol penyakit dan megakibatkan invasi tungau yang lebih banyak bahkan
dapat menyebabkan crusted scabies. Jumlah tungau pada pasien crusted scabies
bisa melebihi 1 juta tungau (Harahap, 2000).
F. Manifestasi Klinis
Ketika seseorang terinfestasi oleh skabies untuk yang pertama kalinya,
gejala biasanya tidak nampak hingga mencapai 2 bulan kemudian (2-6 minggu)
setelah terinfestasi. Namun bagaimanapun, seseorang yang terinfestasi masih
bisa menyebarkan skabies ini kepada orang lain. Jika seseorang telah pernah
menderita skabies sebelumnya, gejala akan muncul dengan segera (1-4 hari)
setelah terpapar. Seseorang yang terinfestasi skabies juga dapat menularkan
penyakitnya, walaupun mereka tidak memiliki gejala lagi.Hal ini berlaku
sampai skabies pada penderita tersebut diberantas beserta tungau dan telurtelurnya (Djuanda dan Hamzah, 2005; Ammirudin, 2003).
Diagnosis skabies dapat ditegakkan dengan menemukan 2 dari 4 tanda
cardinal sebagai berikut:
1. Pruritus nokturnal
12
Gatal pada malam hari yang disebabkan karena aktivitas tungau lebih
tinggi pada suhu yang lebih lembab. Gejala ini adalah yang sangat
menonjol.Sensasi gatal yang hebat seringkali mengganggu tidur dan
penderita menjadi gelisah (Djuanda dan Hamzah, 2005; Ammirudin, 2003).
2. Sekelompok Orang
Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, misalnya dalam sebuah
keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu juga
dalam sebuah perkampungan yang padat penduduknya, sebagian besar
tetangga yang berdekatan akan diserang oleh tungau tersebut. Dikenal
keadaan
hiposensitisasi,
yang
seluruh
anggota
keluarganya
13
14
lain
videodermatoskopi,
untuk
biopsi
melakukan
diagnosis
kulit
mikroskopi
dan
skabies
adalah
epiluminesken.
15
I. Penatalaksanaan
Syarat obat yang ideal untuk skabies adalah :
1. Harus efektif terhadap semua stadium tungau
2. Harus tidak menimbulkan iritasi dan tidak toksik
3. Tidak berbau atau kotor serta tidak merusak atau mewarnai pakaian
4. Mudah diperoleh dan harganya murah
Cara pengobatannya ialah seluruh anggota badan harus diobati (termasuk
penderita yang hiposensitisasi).
Jenis obat topikal yang dapat diberikan kepada pasien adalah :
1. Belerang endap (sulfur presipitatum) dengan kadar 4-20% dalam bentuk
salep atau krim. Preparatini tidak efektif terhadap stadium telur, maka
penggunaannya tidak boleh kurang dari 3 hari. Kekurangannya ialah
berbau dan mengotori pakaian dan kadang-kadang menimbulkan iritasi.
Dapat dipakai pada bayi berumur kurang dari 2 tahun.
2. Emulsi benzyl-benzoas (20-25%) efektif terhadap semua stadium,
diberikan setiap malam selama tiga hari. Obat ini sulit diperoleh, sering
memberi iritasi, dan kadang-kadang makin gatal setelah dipakai.
3. Gama Benzena Heksa klorida (gameksan=gammexane) kadarnya 1%
dalam krim atau losio, termasuk obat pilihan karena efektif terhadap
semua stadium, mudah digunakan, dan jarang memberi iritasi. Obat ini
tidak dianjurkan pada anak dibawah enam tahun dan wanita hamil, karena
toksis terhadap susunan saraf pusat. Pemberiannya cukup sekali, kecuali
jika masih ada gejala diulangi seminggu kemudian.
4. Krotamiton 10% dalam krim atau losio juga merupakan obat pilihan,
mempunyai dua efek sebagai antiskabies dan anti gatal, dipakai selama 24
jam, harus dijauhkan dari mata, mulut, dan uretra.
5. Permetrin 5% dalam krim, kurang toksik jika dibandingkan gameksan,
efektifitasnya sama, aplikasi hanya sekali dan dihapus setelah 10 jam. Bila
belum sembuh diulangi selama seminggu. Tidak dianjurkan pada bayi
dibawah umur 2 tahun.
Bila disertai infeksi sekunder dapat diberikan antibiotika.Untuk rasa gatal
dapat diberikan antihistamin per oral. Perlu diperhatikan jika diantara anggota
keluarga ada yang menderita skabies juga harus diobati.Karena sifatnya yang
sangat mudah menular, maka apabila ada salah satu anggota keluarga terkena
skabies, sebaiknya seluruh anggota keluarga tersebut juga harus menerima
16
penderita
pascapengobatan.Kondisi
masih
ini
merasakan
diduga
gatal
karena
selama
masih
dua
adanya
minggu
reaksi
hipersensitivitas yang berjalan relatif lambat. Apabila lebih dari dua minggu
masih menunjukkan gejala yang sama, maka dianjurkan untuk kembali berobat
karena kemungkinan telah terjadi resistensi atau berkurangnya khasiat obat
tersebut. Kegagalan pengobatan pada skabies krustasi secara topikal diduga
karena obat tidak mampu berpenetrasi ke dalam kulit akibat tebalnya kerak.
K. Prognosis
Dengan memperhatikan pemilihan dan cara pemakaian obat serta syarat
pengobatan dan menghilangkan faktor predisposisi, penyakit ini dapat di
berantas dan memberikan prognosis yang baik (Harahap, 2000)
17
III. PEMBAHASAN
18
kulit tubuh dari leher sampai kaki sekali dalam seminggu. Pada teori yang telah
dikemukakan permetrin 5% efektif pada semua stadium skabies dan toksisitasnya
rendah. Selan itu diberikan inerson cream dioles 2 kali sehari sebagai antipruritik
untuk mengatasi keluhan bercak-bercak kemerahan pada tubuh. Obat sistemik
yang diberikan adalah Cetirizin tablet yang diminum sehari 1 kali 1 tablet setelah
makan sebagai antihistamin untuk mengurangi rasa gatal.
Prognosis dari skabies yang diderita pasien pada umumnya baik bila diobati
dengan benar dan juga menghindari faktor pencetus dan predisposisi, demikian
juga sebaliknya. Selain itu perlu juga dilakukan pengobatan kepada keluarga
pasien yang mengalami keluhan yang sama. Bila dalam perjalanannya skabies
tidak diobati dengan baik dan adekuat maka Sarcoptes scabiei akan tetap hidup
dalam tubuh manusia karena manusia merupakan host definitive dari Sarcoptes
scabiei.
19
IV. KESIMPULAN
1. Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan olehSarcoptes scabei var.
hominis dan produknya.
2. Penularan skabies pada manusia dapat melalui kontak langsung yaitu kulit
dengan kulit, maupun kontak tak langsung dengan penderita seperti
pemakaian handuk yang bersamaan, tidur pada tempat yang sama.
3. Tempat predileksi scabies terutama terjadi pada lapisan kulit yang tipis.
4. Empat tanda cardinal scabies, yaitu pruritus nokturna, menyerang manusia
yang
hidup
berkelompok,
adanya
terowongan
(kanalikulus),
dan
DAFTAR PUSTAKA
Amiruddin MD. 2003. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Ed 1. Makassar:
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanudin. 5-10
20
Burns DA. 2004. Disease Caused By Arthropods And Other Noxious Animals, In:
Rooks Textbook Of Dermatology. Vol 2. USA; Blackwell Publishing 37-47
Djuanda A, Hamzah M. 2005.Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin.Edisi 4.Jakarta :
FKUI;.119-22
Fauziah., Tony., Yuli, S. 2013. AngkaKejadian Dan KarakteristikPasienSkabies di
RumahSakit Al-Islam Bandung.Bandung : FK UNISBA
Harahap M. 2000. Ilmu Penyakit Kulit. Ed 1. Jakarta: Hipokrates, 109-13
Hicks MI, Elston DM. 2009.Scabies.Dermatoogic Therapy. November:22/279292
Itzhak Brook. 1995. Microbiology Of Secondary Bacterial Infection In Scabies
Lesions. J Clin Microbiol. August:33/2139-2140
Orkin Miltoin, Howard L. Maibach. 2008. Scabies And Pedicuosis. Fitzpatricks
Dermatology In General Medicine, 7th. USA:Mcgrawhill .2029-31
Siregar, R.S. 2004. Penyakit Kulit Karena Parasit Dan Insecta.Dalam : Atlas
Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Edisi 2. Jakarta: EGC
Stone, S.P, Scabies And Pedikulosis, In : Freedberg, Et Al. Fitzpatricks
Dermatology In General Medicine 6th Edition. Volume 1. Mcgraw-Hil
Walton SF, Currie BJ. 2007. Problems In Diagnosing Scabies, A Global Disease In
Human And Animal Ppulations. Clin Microbiol Rev. 268-79
21