You are on page 1of 17

1

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
RekayasaGenetika (RG), merupakan salah satu inovasi teknologi dalam bidang
bioteknologi. Salah satuproduk RG yang dikenal saat ini adalah tanaman transgenik.
Transgenik adalah rekayasa bentuk maupun kualitasnya melalui penyisipan gen atau
DNA dari binatang, bakteri, mikroba, atau virus untuk tujuan tertentu. Selain
organism tersebut, transgenic juga dapat dilakukan pada tanaman. Tanaman
transgenic merupakan suatu produk rekayasa genetika melalui transformasi gen dari
makhluk hidup lain kedalam tanaman yang tujuannya untuk menghasilkan tanaman
baru yang memiliki sifa tunggal yang lebih baik dari tanaman sebelumnya. Tanaman
ini dihasilkan dengan cara mengintroduksi gen tertentu kedalam tubuh tanaman
sehingga diperoleh sifat yang diinginkan.
Perkembangan teknologi tanaman transgenic mengalami peningkatan cukup
pesat. Pada awal tahun 1988, baru ada sekitar 23 jenis tanaman transgenik yang
diproduksi. Namun pada tahun 1989, terjadi peningkatan menjadi 30 tanaman dan
tahun 1990 terdapat 40 tanaman.
Nilai ekonomi buah dapat ditingkatkan dengan cara mengatur saatpemasakan
misalnya ditunda waktu masak.Penundaan kemasakan buahmemungkinkan buah
tidak masak dan selanjutnya membusuk pada masapenanganan dan transportasi; atau
pemasakan dilakukan pada saat sudahakandiperlukan untuk konsumsi.Tahap-tahap
pemasakan buah dimulai dari perubahandinding buah yang menjadi lunak, diiringi
dengan produksi komponen warna,perubahan kandungan gula,dan flavor.Dalam
proses pemasakan, dihasikan gasetilen yang dilepas ke udara. Gas tersebut memicu
dan mempercepat pemasakanbuah mentah yang berdekatan dengan buah masak.Salah
satucontohaplikasipengembangantanamantransgenikadalahpadatanamantomat.
Tomatmerupakansalahsatu

produk

hortikultura

utama.Seperti

produk

hortikultura pada umumnya, tomat memiliki shelf-life yang pendek.Shelf-life yang


pendek ini disebabkan dengan aktifnya beberapa gen, seperti pektinase saat tomat

mengalami kematangan.Dengan kondisi seperti ini, tomat sulit sekali untuk


dipasarkan ke tempat yang jauh terlebih untuk ekspor.Biaya pengemasan sangat
mahal seperti menyediakan box yang dilengkapipendingin.
Tomat transgenik memiliki suatu gen khusus yang disebut antisenescens yang
1

memperlambat proses pematangan (ripening) dengan cara memperlambat sintesa


enzim poligalakturonase sehingga menunda pelunakan tomat. Dengan mengurangi
produksi enzim poligalakturonase akan dapat diperbaiki sifat-sifat pemrosesan tomat.
Varietas baru tersebut dibiarkan matang di bagian batang tanamannya untuk waktu
yang lebih lama sebelum dipanen. Bila dibandingkan dengan generasi tomat
sebelumnya, tomat jenis baru telah mengalami perubahan genetika, tahan terhadap
penanganan dan ditransportasi lebih baik, dan kemungkinan pecah atau rusak selama
pemrosesan lebih sedikit.Tanaman tomat PRG hasil trasformasimenggunakan gen
antisense PGdiberi nama tomat Flavr Savr. Tomat tersebutsudah mendapat
sertifikatkeamanan lingkungan dan pangan (GEO-PIE, 2004adalamHerman, 2008).
1.2 Tujuan
1. Mengetahui asal mula penemuan tomat Flavr Savr hasil transgenik.
2. Mengetahui dan menjelaskan metode penyisipan gen anti beku pada tomat Flavr
Savr.
3. Mengetahui keamanan tomat flavr savr jika dikonsumsi.
4. Mengetahui tinjauan aspek etikatomat Flavr Savr hasil transgenik.

II.

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bioteknologi
Bioteknologi merupakan teknologi yang memanfaatkan agen hayati atau

bagian-bagiannya untuk menghasilakan barang dan jasa dalam skala industri untuk
memenuhi kebutuhan manusia. Definisi seperti ini merupakan definisi bioteknologi
klasik atau konvensional. Bioteknologi modern memanfaatkan agen hayati atau
bagian yang telah direkayasa secara in-vitro dalam menghasilkan barang dan jasa
pada sekala industri(Anonim1, 2010).
Teknologi rekayasa genetik telah membantu pemuliaan dalam memperbaiki
karakter tanaman yang sulit dilakukan dengan cara konvensional. MenurutHerman
(1996), pemulian tanaman secara konvensional melakukan persilangan dan atau
seleksi, sedangkan perekayasa genetik mengembangkan dan memanfaatkan teknik
isolasi dan penyisipan gen dari sifat yang diinginkan. Sekitar tahun 1987-1991,
Departemen Pertanian AmerikaSerikat (USDA) telah menerima lebih 100 usulan
percobaan untuk menguji tanaman transgenik. Sebagian besar pengujian tersebut
berkaitan dengan upaya peningkatan ketahanan tanaman terhadap cekaman biotik dan
abiotik(Santosa, B dan E. Sofiari, 2005).
2.2 Tanaman Transgenik
Transgenik adalah tanaman yang telah direkayasa bentuk maupun kualitasnya
melalui penyisipan gen atauDNA binatang, bakteri, mikroba, atau virus untuk tujuan
tertentu. Organisme transgenik adalah organisme yang mendapatkan pindahan gen
dari organisme lain. Gen yang ditransfer dapat berasal dari jenis (spesies) lain seperti
bakteri, virus, hewan, atau tanaman lain(Limas,dkk., 2010).
Tanaman transgenik adalah suatu produk rekayasa genetika melalui
transformasi gen dari makhluk hidup lain ke dalam tanaman yang tujuannya untuk
menghasilkan tanaman baru yang memiliki sifat unggul yang lebih baik dari tanaman
sebelumnya(Limas,dkk., 2010).
Tujuan memindahkan gen tersebut untuk mendapatkan organisme baru yang
memiliki sifat lebih baik. Hasilnya saat ini sudah banyak jenis tanaman transgenik,

seperti tomat transgenik yang tahan lama. Rekayasa genetika seperti dalam
pembuatan transgenik dilakukan untuk kesejahteraan manusia. Akan tetapi, terkadang
muncul dampak yang tidak diinginkan, yaitu dampak negatif dan positifnya sebagai
3

berikut. Teknologi transfer gen digunakan untuk mendapatkan tanaman hasil rekayasa
genetika (tanaman transgenik) yang mempunyai sifat unggul yang diinginkan.
Metode transfer gen dibedakan menjadi dua yaitu(Juli, 2010) :
A. Transfer gen secara langsung.
1. Particle bombardment (penembakan partikel / gene gun)
Prinsip dari metode ini adalah penembakan partikel DNA-coated secara langsung
ke sel atau jaringan tanaman.
2. Karbid silikon
Suspensi sel tanaman yang akan ditransformasi dicampur dengan serat karbid
silikondan DNA plasmid dari gen yang diinginkan dimasukkan ke dalam tube
(tabung eppendorf)kemudian dicampur dan diputar menggunakan vortex.
3. Elektroporasi
Metode transfer DNA yang umum digunakan pada tanaman monokotil
adalahelektroporasi dari protoplas. Elektroporasi menggunakan perlakuan listrik
bervoltase tinggimenyebabkan permiabilitas tinggi pada membran sel dengan
membentuk pori-porisehingga DNA mudah penetrasi kedalam proptoplas.
Perlakuan elektroporasi ini seringkalidikombinasikan dengan perlakuan poly
ethylene glycol (PEG) pada protoplas.
B. Transfer gen secara tidak langsung
Pada tanaman monokotil, transfer gen sering menggunakan Agrobacterium
tumefaciens. Agrobacterium tumefaciens strain liar (galur alami) memiliki plasmid Ti.
Padaplasmid Ti terdapat T-DNA digunakan sebagai vektor untuk transformasi
tanaman yangtelah dihilangkan virulensinya (disarmed), sehingga sel tanaman yang
ditransformasi mampuberegenerasi menjadi tanaman sehat hasil rekayasa genetika.
Gen yang diinginkandimasukkan ke dalam sel tanaman dengan cara menitipkannya
(menyisipkan) pada T-DNA.

Gambar 1. Transfer Gen dengan Plasmid Ti pada Agrobacterium


2.3 Tomat Flavr Savr
Tomat (Lycopersicon esculentum) merupakan sayuran penting di Indonesia.
Tanaman ini sensitif terhadap suhu panas sehingga bila ditanam di dataran
rendah,produksinya akan rendah. Suhu merupakan salah satu faktor penting dalam
pertumbuhan tanaman tomat, terutama pada proses pembentukan buah. Suhu yang
tinggi akan membatasi produksi hormon auksin dan giberelin pada bunga sehingga
buah yang terbentuk sedikit. Oleh karena itu, timbullah upaya pengembangan
tanaman tomat unggul yang dapat berproduksi tinggi(Saker,et all., 2007).
Tomat merupakan salah satu produk hortikultura utama. Seperti produk
hortukultura pada umumnya, tomat memiliki shelf-life yang pendek.Shelf-life yang
pendek ini disebabkan dengan aktifnya beberapa gen seperti pektinase saat tomat
mengalami kematangan. Dengan kondisi seperti ini, tomat sulit sekali untuk
dipasarkan ke tempat yang jauh terlebih untuk ekspor. Biaya pengemasan sangat
mahal seperti menyediakan box yang dilengkapi pendingin(Putra dan Fleming, 2010).
Untuk mengatasi hal ini para peneliti di Amerika mencoba merekayasa kerja
gen polygalactonase (PG) yang berasosiasi dengan shelf-time tomat yaitu dengan
menginsert antisense dari gen PG. Dengan demikian shelf-time menjadi lebih lama.
Tomat ini dinamakan dengan Flavr Savr(Putra dan Fleming, 2010).

Tomat Flavr Savr buahnya lambat masak sehingga mampu bertahan lama
ketika disimpan untuk diekspor ke daerah lain dan mengurangi biaya pengemasan
karena tidak membutuhkan alat pendingin(Putra dan Fleming, 2010).
Alasan untuk

membuat tomat hasil rekayasa genetik dikarenakan potensi

keuntungan dari makanan rekayasa genetik (Panse, 2011):

Pada zaman sekarang, sayuran dan buah-buahan tidak hanya dipasarkan untuk
pasar lokal, tetapi dimaksudkan juga untuk pengiriman jarak jauh seperti pasar

nasional dan internasional.


Pada saat saat matang, sayuran dan buah-buahan memilki kulit yang lunak dan
dapat mudah rusak selama penanganan dan pengolahan. Tanaman tersebut juga

dapat busuk saat dalam kapal hingga dibawa ke toko.


Dalam rangka untuk memudahkan penanganan dan shel-life yang lebih lama,
sayuran dan buah-buahan dipanen ketika masih hijau, dan kemudian dimatangkan
dengan menggunakan gas etilen. Kelemahan dari penambahan gas etilen ini akan
membuat sayuran dan buah-buahan tidak memiliki rasa yang alami.
Modifikasi dilakukan dengan cara memotong helai-helai DNA dari satu

organisme dan kemudian ditempelkan ke dalam organisme lainnya. Teknik inilah


yang dinamakan dengan rekayasa genetika. Teknik gunting-tempel ini dilakukan dari
satu organisme ke organisme lainnya yang bahkan tidak sekerabat misalnya, ikan ke
dalam tomat, manusia ke dalam babi, bakteri ke dalam kapas dan sebagainya, yang
kemudian menghasilkan organisme baru yang sebelumnya tidak pernah ada (Putra
dan Fleming, 2010).
Contoh, untuk mendapatkan buah tomat yang tahan terhadap hawa dingin
dilakukan dengan cara menggunting gen anti beku pada ikan flounder, yaitu ikan
yang mampu hidup dalam perairan sedingin es di Arktik, dan merekatkannya ke
dalam DNA tomat. Keturunan baru dan buah tomat yang dihasilkan mampu bertahan
terhadap kondisi beku dan berarti memiliki musim tumbuh yang lebih lama (Putra
dan Fleming, 2010).

III.

PEMBAHASAN
III.1 Asal Mula Penemuan Tomat Flavr Savr Hasil Transgenik
Pada tahun 1980, para ilmuwan di Calgene melakukan penelitian terhadap

tomat Flavr Savr, dimana tomat tidak menjadi lunak saat masak, karena itu dibiarkan
menggantung hingga masak alami. Untuk membuat tomat transgenik, sebuah gen dari
E. Coli (bakteri yang terbentuk secara alami dalam usus mamalia) disebut kan(r) dan
gen dari tomat Flavr Savr dimadukkan ke dalam plasmid (cincin melingkar DNA)
dan plasmid ini dimasukkan de dalam gugus sel tomat yang ditumbuhkan pada media
yang mengandung antibiotik. Gen kan(r) ini, ketika dibuat dalam sel, dihasilkan suatu
substansi yang disebut APH (3)II yang memiliki ketahanan sel terhadap antibiotik.
Oleh karena itu, tujuan dari bakteri tersebut adalah untuk mengidentifikasi sel yang
berubah secara genetik. Gen Flavr Savr dikode untuk untai RNA yang merupakan
kebalikan dari suatu rantai RNA yang secara alami terjadi pada tanaman.
Untai RNA asli pada tanaman bertanggung jawab terhadap produksi enzim
polygalakturonase. Polygalakturonase merusak pektin pada dinding sel tomat selama
proses pematangan dan menyebabkan seluruh tomat menjadi lunak (engel 77). Untai
komplementer RNA dari gen tomat Flavr Savr terikat pada RNA polygalakturonase
dan dua untai tersebut saling melepaskan ikatan untuk mencegah produksi
polygalakturonase dan pelunakan tomat (engel 77).
Produk akhir tomat Flavr Savr, dapat diizinkan untuk sepenuhnya matang
pada pokok pohon. Namun, pengenalan tomat Flavr Savr ke pasar pada pertengahan
tahun 1990-an menciptakan cukup banya kontroversi dan resistensi konsumen.
Keamanan zat baru ini yang diperkenalkan ke dalam produk makanan merupakan isu
yang menyita perhatian pemerintah dan masyarakat. Namun, setelah dilakukan
penelitian oleh Calgene dan pembicaraan dengan FDA, FDA menemukan tomat ini
aman dan menyetujui tomat Flavr Savr pada 17 Mei 1994.

3.2 Metode Penyisipan Gen Antibeku Pada Tomat Flavr Savr


Tanaman transgenik dibuat dengan menggunakan tehnik biologi molekuler
yang memungkinkan peneliti untuk mengindentifikasi gen-gen tertentu, membuat
duplikatnya, kemudian menyisipkan duplikat gen tersebut ke tanaman penerima

dengan menggunakan alat (yang paling umum dipakai adalah bakteri Escherichia
coli). Ketika sel tanaman penerima membelah diri, DNA baru dari tanaman asal (yang
dibawa oleh Escherichia coli) tergandakan
7 dan terpindahkan ke dalam sel baru
tersebut. Keberadaan gen baru ini akan mempengaruhi keturunan dari tanaman
tersebut, baik dari segi sifatnya bahkan penampilannya. Ada pula metode lain yang
digunakan, seperti penembakan partikel atau metode particle bombardment.
Tomat Flavr Savr merupakan tomat hasil rekayasa genetika yang memiliki
shelf-life lama dapat diciptakan dengan menyisipkan gen antibeku dari ikan air dingin
ke dalam gen tomat. Gen antibeku ini diperoleh dari ikan Flounder, yaitu jenis ikan di
Antartika yang dapat bertahan hidup dalam kondisi yang sangat dingin.
Berikut ini merupakan langkah-langkah transfer gen dalam pembuatan tomat
Flavr Savr:
1. Ikan Flounder mempunyai gen antibeku yang disebut dengan gen antisenescens
yang dapat menghambat enzimpoligalakturonase (enzim yang mempercepat
kerusakan dinding sel tomat). Gen ini dipindahkan dari kromosom di dalam sel
ikan Flounder.

Gambar 2. Ikan Flounder


2. DNA antibeku ini kemudian disisipkan pada DNA bakteri Escherichia coli yang
disebut plasmid. DNA hibrid ini, yang merupakan kombinasi dari dua DNA
berbeda disebut sebagai DNA rekombinan.
3. DNA rekombinan yang mengandung gen antibeku ini kemudian ditanam kembali
pada bakteri Escherichia coli

Gambar 3. Transfer Plasmid pada Bakteri E.coli


4. Bakteri tersebut memproduksi kopian dari DNA rekombinan dalam jumlah yang
sangat banyak.
5. Tahap selanjutnya diawali dengan isolasi DNA sel tomat terlebih dahulu yang
dilakukan dengan cara menghaluskan batang tomat dalam nitrogen cair untuk
melepaskan isi sel. Isi sel tersebut kemudian ditempatkan dalam tabung reaksi, lalu
disentrifugasi. Selama sentrifugasi, isi sel terpisah ke dalam dua lapisan dimana
salah satunya adalah lapisan DNA. Lapisan ini kemudian dipisahkan dari tabung,
kemudian ditambahkan enzim restriksi, yaitu ECO R1 yang berfungsi memotong
di lokasi DNA yang spesifik.
5. Sel tanaman tomat diinfeksi dengan bakteri tersebut. Setelah itu ditambahkan
enzim ligase ke dalam DNA tomat dan plasmid untuk menyambungkan DNA,
sehingga dapat lengket. Hasilnya, gen antibeku pada plasmid yang terdapat pada
bakteri bergabung dengan DNA sel tanaman tomat.
6. Sel tanaman tomat kemudian ditempatkan pada media tumbuh yang berupa cawan
petri yang mengandung media nutrien selektif.

Gambar 4. Media Tumbuh Sel Tanaman Tomat


7. Bibit tomat mulai ditanam.
8. Tanaman tomat hasil rekayasa genetika mengandung satu kopian gen antibeku
dari ikan Flounder pada setiap selnya.

10

Gambar 5. Tanaman Toman Hasil Rekayasa Genetik

3.3 Uji Keamanan Tomat Flavr Savr dan Dampak Lingkungan Yang
Ditimbulkan
Perusahaan Calgene menunjukkan keamanan dan uji dampak lingkungan di
bawah pengawasan FDA untuk meyakinkan masyarakat bahwa tomat transgenik
aman

untuk

dikonsumsi.

Perusahaan

tersebut

mencoba

mengatasi

segala

kekhawatiran yang mungkin terkait dengan tomat yang telah diubah secara genetik.
Beberapa pengujian yang dilakukan Calgene untuk menepis kekhawatiran dari
penelitian tomat Flavr Savr menghasilkan kesimpulan sebagai berikut:
1. Semua Substansi Baru Pada Tomat Flavr Savrtm Telah Diuji Dan
Menunjukkan Angka Aman
Plasmid DNA yang dimasukkan ke dalam genom dari tomat Flavr Savr tidak
dianggap sebagai substansi baru sejak DNA ditemukan dalam semua makhluk hidup
dan hancur dalam saluran pencernaan manusia. Jadi satu-satunya substansi baru yang
diperkenalkan ke dalam tomat Flavr Savr oleh rekayasa genetika adalah APH(3')II,
antibiotik terhadap bakteri.
Substansi seperti APH(3)II menyebabkan kekhawatiran yang besar dalam
perubahan genetika tanaman karena merupakan bahan kimia baru yang tidak
ditemukan di varietas alami yang berpotensi untuk menjadi racun atau alergi bagi
manusia. Penelitian secara luas telah dilakukan untuk APH(3)II pada tomat Flavr
Savr dan menunjukkan bahwa zat kimiaini masih aman bila dikonsumsi dalam

11

jumlah normal pada manusia.

APH(3)II terbukti tidak beracun dan tidak

menyebabkan alergi terhadap manusia. Hal ini dilakukan dengan membandingkan


struktur molekul APH(3)II dengan struktur molekul zat kimia beracun dan alergen
menggunakan database komputer untuk menentukan apakah molekul APH(3)II
memiliki kesamaan properti atau struktur dengan substansi beracun atau alergen.
Namun, tidak ditemukannya kecocokan.
2. Tomat Transgenik Memiliki Nilai Gizi Sebanding Dengan Tomat Normal
Mengubah genom dari tanaman tertentu secara teoritis bisa mengubah kadar
variasi nutrisi tanaman dimana akan dikonsumsi oleh manusia. Tetapi, dalam kasus
tomat Flavr Savr ini, tidak ditemukan perubahan yang signifikan terhadap kualitas
nutrisi. Berikut akan ditunjukkan perbandingan kadar vitamin (vitamin A dan C),
mineral (kalsium, magnesium, fosfor, dan natrium) dan protein antara tomat Flavr
Savr dengan tomat normal.
Tabel 1. Perbandingan Kadar Nutrisi Tomat Transgenik Dengan Tomat Normal
(per 100 gr)

Tabel 1. Perbandingan Kadar Nutrisi Tomat Transgenik Dengan Tomat Normal


(Lanjut)
(per 100 gr). (Lanjut)

12

Berdasarkan penelitian oleh Calgene, pada tanggal 17 Mei 1994, FDA


menyimpulkan: tomat Flavr Savr belum berubah secara signifikan bila
dibandingkan dengan varietas tomat dengan riwayat penggunaan yang aman
(konvensional,

mengubah

tomat

non-genetik)"

dan

"seaman

tomat

yang

dikembangbiakkan dengan cara konvensional " serta tidak memerlukan label khusus.
Walaupun manfaat utama dari tomat Flavr Savr dititikberatkan pada
peningkatan rasa untuk konsumen, kemungkinan rekayasa genetik tanaman hampir
tak terbatas. Tanaman dapat dibuat agar tahan lama, tahan serangan serangga atau
jamur, atau tahan terhadap kondisi cuaca yang kurang ideal (seperti dalam kasus
stroberi antibeku) atau bahkan membuat bahan kimia yang dapat diekstraksi dari
jaringan tanaman dan digunakan sebagai obat-obatan. Selain itu, kebutuhan untuk
membuka lahan pertanian baru dan penggunaan pestisida dapat dikurangi jika
penggunaan tanaman rekayasa genetika menjadi lebih luas. Keberhasilan penelitian
tomat Flavr Savr oleh Calgene dibawah pengawasan ketat dari FDA menunjukkan
bahwa tanaman rekayasa genetika memiliki potensi yang aman untuk dikonsumsi
manusia dan lingkungan. Tanaman transgenik telah diuji keamanannya dan diatur
oleh FDA, yang membuktikan bahwa rekayasa genetik dari tanaman, dalam hal ini
tomat Flavr Savr terbukti aman untuk dikembangkan. Namun, masyarakat dan
pemerintah harus menanggapi kekhawatiran yang timbul dengan memberikan

13

penjelasan ilmiah yang logis, sehingga dapat mendidik seluruh lapisan masyarakat
tentang masalah ini dan memberikan kesempatan bagi perkembangan rekayasa
genetika.

3.4 Tinjauan Aspek Etika Tomat Flavr Savr


Secara leksikal, makna bioteknologi adalah teknik yang mengubah suatu bahan
mentah melalui proses transformasi biologi untuk menghasilkan barang dan jasa yang
bermanfaat demi kelangsungan hidup manusia sepanjang hayatnya. Bioteknologi
sudah merebak di banyak bidang seperti, pertanian, peternakan, kesehatan. Semuanya
bertujuan agar manusia dapat bertahan dalam kehidupan.
Suatu produk bioteknologi haruslah baik ditinjau dari segi etika dan moral.
Etika dan moral di dalam bioteknologi dapat ditentukan dari dua aspek utama, yaitu
Reasonable Person Utilitarianism dan Quasi-Categorical Imperative.
Tomat Flavr Savr merupakan produk bioteknologi yang memenuhi aspek
Reasonable Person Utilitarianism, yaitu suatu tindakan dikatakan benar secara moral
hanya apabila orang percaya bahwa akibat dari tindakan tersebut memiliki manfaat
yang besar pada saat dilakukan. Adapun manfaat dari rekayasa genetika pada tomat
Flavr Savr adalah sebagai berikut:
Memperpanjang masa simpan tomat selama proses distribusi tanpa mengubah rasa
alami tomat, sehingga memungkinkan tomat dapat dikemas dan dikirim dalam
jangka waktu lebih lama
Meminimalisir biaya pengemasan saat dipasarkan ke daerah yang lebih jauh
Secara tidak langsung dapat meningkatkan perekonomian petani kecil
Merupakan salah satu inovasi baru dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi
Menghasilkan tanaman tomat yang tahan terhadap cuaca dingin, sehingga
memiliki musim tumbuh yang lebih lama
Tomat Flavr Savr juga memenuhi aspek QCI (Quasi-Categorical Imperative),
yaitu suatu tindakan secara moral benar

jika dalam perlakuannya agen tidak

digunakan sebagai satu satunya alat. Distribusi tomat ke daerah yang lebih jauh atau
ekspor biasanya dilakukan dengan pengemasan tomat di dalam box pendingin agar

14

tomat tidak mudah rusak selama proses distribusi. Dengan kata lain, tomat Flavr Savr
bukan merupakan satu-satunya alat yang digunakan sebagai alternatif untuk
memperpanjang shelf-life tomat.
Jadi, berdasarkan aspek Reasonable Person Utilitarianism (RPU) dan QuasiCategorical Imperative (QCI) sebagai kode etik rekayasa genetik yang harus dipenuhi
oleh produk-produk bioteknologi, pembuatan tomat Flavr Savr merupakan tindakan
rekayasa genetika yang beretika dan membawa keuntungan bagi masyarakat.

15

IV.

KESIMPULAN
Tomat transgenik atau dikenal tomat Flavr Savr pertama kali diteliti oleh para

ilmuwan di Calgene pada tahun 1980. Tomat Flavr Savr merupakan tomat hasil
rekayasa genetika yang memiliki shelf-life lama dapat diciptakan dengan menyisipkan
gen antibeku ikan Flounder ke dalam gen tomat. Gen antibeku disisipkan pada
bakteri E.Coli sebagai media pertumbuhannya yang kemudian akan diinfeksikan oleh
sel tanaman tomat. Tomat Flavr Savr dibuat tahan lama, tahan terhadap
seranganserangga atau jamur, dan tahan terhadap kondisi cuaca kurang ideal.
Penelitian tomat Flavr Savr oleh Calgene dibawah pengawasan ketat dari FDA
menunjukkan bahwa tanaman rekayasa genetika memiliki potensi yang aman untuk
dikonsumsi manusia dan aman untuk lingkungan.

15

16

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 2011. HOW TO MAKE A TRANSGENIC PLANTS (Online).


(http://ag.udel.edu/agbiotech/transgenic-tomato-script.php).
Aksestanggal27 April 2016.

Anonymous. 2010. MAKING VEGETARIAN BOUILLABAISSE: WHAT


HAPPENS
TO
GMOS
IF
THEY
FAIL
(Online).
(http://www.foodnavigator.com/making_vegetarian_bouillabais
se/what_happens_to_gmos_if_they_fail
the_center_for_genomic_gastronomy.htm).
Aksestanggal27
April 2016.

Anonymus. 2010. PENGGUNAAN REKAYASA GENETIKA PADA


TANAMN GENETICALLY MODIFIED GENETICALLY MODIFIED
ORGANISM
DIKAJI
DARI
SISI
POSITIF
(Online).
(https://lordbroken.wordpress.com/2010/07/23/penggunaanrekayasa-genetika-pada-tanaman-genetically-modifiedorganism-dikaji-dari-sisi-positif/). Akses Tanggal 27 April 2016.

Feri

Tri
Anugrah.
2015.
TOMAT
FLAVR
SAVR
(Online).
(http://documents.tips/documents/tomat-flavr-savr-566ef57ba1e81.html).
Akses Tanggal 27 April 2016.

Juli,

Artini.
2010.
REKAYASA
GENETIKA
(Online).
(http://juniartini77.blogspot.com/2010/05/rekayasa-genetika-bab-iipembahasan-2.html). Akses tanggal 27 April 2016.

17

Limas,dkk. 2010. MENGENAL LEBIH JAUH TUMBUHAN TRANSGENIK


(Online). (www.scibd.com/doc/40061685/transgenik). Akses tanggal 27 April
2016.
Panse. 2011. HISTORY OF THE GENETICALLY ENGINEERED TOMATO
(Online).(http://www.brighthub.com/science/genetics/articles/27236.aspx).
Akses tanggal 27 April 2016.
Putra

16
dan Fleming. 2010. MAKALAH
BIOTEKNOLOGI, BEBERAPA
BIOTEKNOLOGI YANG DITERAPKAN PADA TOMAT (Online).
(www.scribd.com/doc/45743042/tomat-flavr-savr). Akses tanggal 27 April
2016.

Judarwanto. 2011. TANAMAN TRANSGENIK, TEKNOLOGI PANGAN


MODERN
(Online).
(http://korananakindonesia.wordpress.com/2010/03/01/).
Aksestanggal27 April 2016.

Saker, M.M., et all, 2008, IN VITRO PRODUCTION OF TRANSGENIC


TOMATOES EXPRESSING DEFENSIN GENE USING NEWLY
DEVELOPED
REGENARATION
AND
TRANSFORMATION
SYSTEM.Arab Journal Biotechnology, Vol.11, No.(1) Jan (2008):59-70.
Setyo

Dwi Utomo. 2015. PEMULIAAN TANAMAN MENGGUNAKAN


REKAYASA
GENETIK
(Online).
(http://staff.unila.ac.id/setyo/files/2015/10/Bab-IV-Pemuliaan-Tanmenggunakan-rekayasa-genetik-SDU-.pdf). Akses Tanggal 27 April 2016.

You might also like