Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh:
Nama
:Hamdan Nababa
NIM
:10114071
PRODI
:S1-FARMASI
SEMESTER
:1V
DAFTAR ISI
Halaman Judul............................................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN
Latar Belakang...........................................................................................................
3
1
Rumusan Masalah......................................................................................................
Tujuan.........................................................................................................................
12
15
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................
16
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
2
Metode pemisahan merupakan aspek penting dalam bidang kimia karena kebanyakan
materi yang terdapat di alam berupa campuran. Untuk memperoleh materi murni dari suatu
campuran, kita harus melakukan pemisahan.Berbagai teknik pemisahan dapat diterapkan untuk
memisahkan campuran. Perusahaan air minum, memperoleh air jernih dari air sungai melalui
penyaringan pasir dan arang.
Pembahasan pada bab ini akan difokuskan pada teknik pemisahan ekstraksi. Ekstraksi
pelarut pada umumnya digunakan untuk memisahkan sejumlah gugus yang diinginkan. Teknik
pengerjaan meliputi penambahan pelarut organik pada larutan air yang mengandung gugus yang
bersangkutan. Dalam pemilihan pelarut organik diusahakan agar kedua jenis pelarut (dalam hal
ini pelarut organik dan air) tidak saling tercampur satu sama lain. Selanjutnya proses pemisahan
dilakukan dalam corong pemisah dengan jalan pengocokan beberapa kali. Partisi zat-zat terlarut
antara dua cairan yang tidak dapat campur (immiscible).
Diantara berbagai jenis metode pemisahan, ekstraksi pelarut atau disebut juga ekstraksi
air merupakan metode pemisahan yang paling baik dan popular. Alasan utamanya adalah bahwa
pemisahan ini dapat dilakukan baik dalam tingkat makro ataupun mikro. Seseorang tidak
memerlukan alat yang khusus atau canggih kecuali corong pemisah. Prinsip metode ini
didasarkan pada distribusi zat terlarut dengan perbandingan tertentu antara dua pelarut yang tidak
saling bercampur seperti benzene, karbon tetraklorida atau kloroform. Batasannya adalah zat
terlarut dapat ditransfer pada jumlah yang berbeda dalam kedua fase pelarut. Teknik ini dapat
digunakan untuk preparative dan pemurnian. Mula-mula metode ini dikenal dalam kimia
analisis.
1.2
Rumusan Masalah
Bagaimana cara menarik komponen kimia yang terdapat dalam simplisia.
1.3
Tujuan
Untuk menarik komponen kimia yang terdapat dalam simplisia (tanaman brotowali).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Dasar Teori
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehinggga terpisah
dari bahan yang tidak dapat larut dengan menggunakan pelarut cair. Senyawa aktif yang terdapat
3
dalam berbagai simplisia dapat digolongkan kedalam golongan minyak atsiri, alkaloida,
falvonoida dan lain-lain. Dengan diketahuinya senyawa aktif yang dikandung simplisia akan
mempermudah pemilihan pelarut dan cara ekstraksi yang tepat (Ditjen POM, 2000).
Ekstraksi pelarut menawarkan banyak kemungkinan yang menarik untuk pemisahan
analitis. Bahkan di mana tujuan primernya bukanlah analitis namun preparatif, ekstrasi pelarut
dapat merupakan suatu langkah penting dalam urutan yang menuju ke suatu produk murninya
dalam laboratorium organik, anorganik atau biokimia. Meskipun kadang-kadang digunakan
peralatan yang rumit, namun seringkali hanya diperlukan sebuah corong pisah. Seringkali suatu
permisahan ekstrasi pelarut dapat diselesaikan dalam beberapa menit.
Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan menyari simplisia nabati
atau hewani menurut cara yang cocok. diluar pengaruh matahari langsung (Ditjen POM, 1979).
Berikut adalah berbagai macam metode yang digunakan dalam proses ekstraksi :
1. Ekstraksi padat cair (ekstraksi soxhlet)
Ekstraksi padat cair adalah transfer difusi komponen terlarut dari padatan inert ke dalam
pelarutnya atau digunakan untuk memisahkan analit yang terdapat pada padatan menggunakan
pelarut organic. Proses ini merupakan proses yang bersifat fisik, karena komponen terlarut
kemudian dikembalikan lagi ke keadaan semula tanpa mengalami perubahan kimiawi. Ekstraksi
dari bahan padat dapat dilakukan jika bahan yang diinginkan dapat larut dalam solven
pengekstraksi. Padatan yang akan diekstrak dilembutkan terlebih dahulu, dapat dengan cara
ditumbuk atau dapat juga di iris-iris menjadi bagian-bagian yang tipis. Kemudian padatan yang
telah halus di bungkus dengan kertas saring dan dimasukkan kedalam alat ekstraksi
soxhlet.Pelarut organic dimasukkan ke dalam labu godog.Kemudian peralatan ekstraksi di
rangkai dengan pendingin air.Ekstraksi dilakukan dengan memanaskan pelarut organic sampai
semua analit terekstrak.
2. Ekstraksi Cair-Cair
Ekstraksi Cair-Cair merupakan metode pemisahan yang baik karena pemisahan ini dapat
dilakukan dalam tingkat makro dan mikro.Dan yang menjadi pokok pembahasan dalam ekstraksi
cair-cair ini adalah kedua fasa yang dipisahkan merupakan cairan yang tidak saling
tercampur.Prinsip metode ini didasarkan pada distribusi zat terlarut dengan perbandingan tetentu
4
antara dua pelarut yang tidak saling bercampur seperti benzene dan kloroform. Ekstraksi cair-cair
digunakan sebagai cara untuk praperlakuan sampel atau clean-up sampel untuk memisahkan
analit-analit dari komponen-komponen matriks yang mungkin menganggu pada saat kuantifikasi
atau deteksi analit. Kebanyakan prosedur ekstraksi cair-cair melibatkan ekstraksi analit dari fasa
air kedalam pelarut organic yang bersifat non-polar atau agak polar seperti n-heksana, metil
benzene atau diklorometana.Meskipun demikian, proses sebaliknya juga mungkin terjadi.Analitanalit yang mudah tereksitasi dalam pelarut organic adalah molekul-molekul netral yang
berikatan secara kovalen dengan konstituen yang bersifat non-polar atau agak polar.
3. Ekstraksi Fase Padat (Solid Phase Extraction)
Jika dibandingkan dengan ekstraksi cair-cair, SPE merupakan teknik yang relative baru,
akan tetapi SPE cepat berkembang sebagai alat yang utama untuk praperlakuan sampel atau
untuk clean-up sampel-sampel kotor, misalnya sampel-sampel yang mempunyai kandungan
matriks yang tinggi seperti garam-garam, protein, polimer, resin dan lain-lain. Keunggulan SPE
dibandingkan dengan ekstraksi cair-cair adalah:
Pemisahan analit dari pengganggu yang mungkin ada menjadi lebih efesien
Sementara itu kerugian SPE adalah banyaknya jenis cartridge (berisi penyerap tertentu) yang
beredar dipasaran sehingga reprodusibilitas hasil bervariasi jika menggunakan cartridge yang
berbeda dan juga adanya adsorbs yang bolak balik padacartridge SPE.
4. Ekstraksi asam basa
5
Jenis-jenis ekstraksi :
A. Ekstraksi secara dingin
1. Metode meserasi
Maserasi adalah proses ekstraksi simplisia yang paling sederhana, menggunakan pelarut
yang cocok dengan beberapa kali pengadukan pada temperatur ruangan (kamar) (Ditjen
POM, 2000). Maserasi digunakan untuk mencari zat aktif yang mudah larut dalam cairan
penyari, tidak mengandung stirak, benzoin dan lain-lain. Maserasi pada umumnya
dilakukan dengan cara merendam 10 bagian serbuk simplisia dalam 75 bagian cairan
penyari (pelarut) (Ditjen POM, 1986).
Metode maserasi dapat dilakukan dengan modifikasi sebagai berikut:
3. Metode Perkolasi
Perkolasi adalah ekstraksi yang dilakukan dengan mengalirkan pelarut melalui serbuk
simplisia yang telah dibasahi. Prosesnya terdiri dari tahap pengembangan dan perkolasi
sebenarnya (penetesan/penampungan ekstrak) secara terus menerus sampai diperoleh
ekstrak (perkolat) yang jumlahnya 1-5 kali bahan.
Cara perkolasi lebih baik dibandingkan dengan cara maserasi karena:
Aliran cairan penyari menyebabkan adanya pergantian larutan yang terjadi dengan
larutan yang konsentrasinya lebih rendah, sehingga meningkatkan derajat
perbedaan konsentrasi.
Ruangan diantara butir-butir serbuk simplisia membentuk saluran tempat
mengalir cairan penyari. Karena kecilnya saluran kapiler tersebut, maka
kecepatan pelarut cukup untuk mengurangi lapisan batas, sehingga dapat
meningkatkan perbedaan konsentrasi.
B. Ekstraksi secara panas
1. Metode refluks
Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara sampel dimasukkan ke dalam
labu alas bulat bersama-sama dengan cairan penyari lalu dipanaskan, uap-uap cairan penyari
terkondensasi pada kondensor bola menjadi molekul-molekul cairan penyari yang akan turun
kembali menuju labu alas bulat, akan menyari kembali sampel yang berada pada labu alas
bulat, demikian seterusnya berlangsung secara berkesinambungan sampai penyarian
sempurna, penggantian pelarut dilakukan sebanyak 3 kali setiap 3-4 jam. Filtrat yang
diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan.
Kelebihan dan Kekurangan Metode Refuks
Kelebihan dari metode refluks adalah digunakan untuk mengekstraksi sampel-sampel
yang mempunyai tekstur kasar, dan tahan pemanasan langsung. Kekurangan dari metode
refluks adalah membutuhkan volume total pelarut yang besar,dan Sejumlah manipulasi dari
operator.
3.
Digesti
Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada temperatur
yang lebih tinggi dari temperatur ruangan (kamar) yaitu secara umum dilakukan pada
temperatur 40-50C.
4. Infus
Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur pemanasan air (bejana
infus tercelup dalam air penangas air mendidih), temperatur terukur (96-98C) selama
5.
Dalam proses ekstraksi, ada beberapa hal yang harus diperhatikan antaralain:
1. Ukuran partikel
Ukuran partikel mempengaruhi laju ekstraksi dalam beberapa hal.Semakin
kecil ukurannya, semakin besar luas permukaan antara padat dan cair, sehingga laju
perpindahannya menjadi semakin besar. Dengan kata lain, jarak untuk berdifusi yang
dialami oleh zat terlarut dalam padatan adalah kecil.
2. Zat pelarut
Larutan
yang
akan
dipakai
sebagai
zat
pelarut
seharusnya
merupakan pelarut pilihan yang terbaik dan viskositasnya harus cukup rendah agar dapatdapat bersikulasi dengan mudah. Biasanya, zat pelarut murni akan diapaki pada awalnya,
tetapi setelah proses ekstraksi berakhir, konsentrasi zat terlarut akan naikdan laju
ekstraksinya turun, pertama karena gradien konsentrasi akan berkurangdan kedua zat
terlarutnya menjadi lebih kental.
3. Temperatur
Dalam banyak hal, kelarutan zat terlarut (pada partikel yang diekstraksi) didalam
pelarut akan naik bersamaan dengan kenaikan temperatur untukmemberikan laju
ekstraksi yang lebih tinggi.
4.
Pengadukan fluida
9
Pengadukan pada zat pelarut adalah penting karena akan menaikkan prosesdifusi,
sehingga
menaikkan
perpindahan
material
dari
permukaan
partikel
ke
dapat
dilakukan
pra-pengolahan
(pengecilan)
bahan
ekstraksi
atau
pengolahan lanjut dari rafinat (dengan tujuan mendapatkan kembali sisa-sisa pelarut).
Pemilihan Pelarut Pada Umumnya Dipengaruhi Oleh Faktor-Faktor Berikut Ini:
1. Selektivitas
Pelarut hanya boleh melarutkan ekstrak yang diinginkan, bukankomponen-komponen
lain dari bahan ekstraksi. Dalam praktek, terutama padaekstraksi bahan-bahan alami,
sering juga bahan lain (misalnya lemak, resin) ikutdibebaskan bersama-sama dengan
ekstrak yang diinginkan. Dalam hal itu larutanekstrak tercemar yang diperoleh harus
dibersihkan, yaitu misalnya di ekstraksilagi dengan menggunakan pelarut kedua.
2. Kelarutan
Pelarut sedapat mungkin memiliki kemampuan melarutkan ekstrak yang besar
(kebutuhan pelarut lebih sedikit).
3. Kemampuan tidak saling bercampur
Pada ekstraksi cair-cair pelarut tidak boleh (atau hanya secara terbatas)larut dalam
bahan ekstraksi.
4. Kerapatan
Terutama pada ekstraksi cair-cair, sedapat mungkin terdapat perbedaaankerapatan
yaitu besar amtara pelarut dan bahan ekstraksi. Hal ini dimaksudkanagar kedua fasa
dapat dengan mudah dipisahkan kembali setelah pencampuran(pemisahan dengan
gaya berat). Bila beda kerapatan kecil, seringkali pemisahanharus dilakukan dengan
menggunakan gaya sentrifugal (misalnya dalamekstraktor sentrifugal)
5. Reaktifitas
Pada
umumnya
pelarut
tidak
boleh
menyebabkan
perubahan
secara
6. Titik didih
Ekstrak dan pelarut biasanya harus dipisahkan dengan cara penguapan,destilasi atau
rektifikasi, maka titik didih kedua bahan it tidak boleh terlalu dekat,dan keduanya
tidak membentuk aseotrop. ditinjau dari segi ekonomi, akanmenguntungkan jika pada
proses ekstraksi titik didih pelarut tidak terlalu tinggi(seperti juga halnya dengan
panas penguapan yang rendah).
7. Kriteria yang lain
Murah
Tersedia dalam jumlah besar
Tidak beracun
Tidak dapat terbakar
Tidak eksplosif bila bercampur dengan udara
Tidak menyebabkan terbentuknya emulsi
Memilliki viskositas yang rendah
Stabil secara kimia dan termis
BAB III
PEMBAHASAN
Telah dilakukan isolasi satu senyawa metabolit sekunder dari ekstrak n-heksana
batang Tinospora crispa. Ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi. Pemisahan dan
pemurnian dilakukan dengan teknik kromatografi.
Alat yang digunakan dalam proses ektraksi diantaranya adalah Seperangkat alat destilasi,
chamber,kromatografi kolom gravitasi, neraca analitis, berbagai peralatan gelas kimia,
11
rotary evaporator R-114 Buchi dengan sistem vakum Buchi B-169, lampu UV CAMAG
254 nm, spektrofotometer NMR JEOL, mortar, dan botol kaca bervolume 1L.
Bahan yang digunakan dalam proses ekstraksi diantaranya adalah Batang tumbuhan brotowali,
pelarut teknis (n-heksan, etilasetat, metanol), plat KLT silika gel G60F254 0,25 mm 20 x 20
cm, silika gel G60 PF254 (70-230 mesh), metanol p.a, 1,1-Difenill-2-pikrilhidrazil (DPPH),
Dimetil Sulfoksida (DMSO), L-Ascorbic Acid Ajax Finechem 99% (asam askorbat standar).
Ada beberapa tahap pemurnian/ekstraksi senyawa senyawa metabolit sekunder(n-heksana) yang
murni dari batang tumbuhan brotowali diantaranya meliputi tahap preparasi sampel (simplisia),
ekstraksi senyawa metabolit sekunder, dan tahap pemisahan atau pemurnian.
1. Tahap preparasi sampel (simplisia)
Sampel batang brotowali segar sebanyak 1 Kg dicuci bersih dengan air dan
diangin-anginkan hingga kering bagian luarnya. Selanjutnya sampel batang brotowali
tersebut ditumbuk sampai hancur secara manual dengan menggunakan alat penggerus
mortar.
Sampel
batang
brotowali
diangin-anginkan ad kering
Dimasukkan
mortar,Diger
us ad halus
12
Dianalisis
secara (KLT)
Ekstrak n-heksana
pekat
dipisahkan,di impregnasi
Kromatografi kolom
dianalisis
kesimpulan
Ekstraksi dan pemurnian senyawa senyawa metabolit sekunder(n-heksana) yang
murni dari batang tumbuhan brotowali diantaranya meliputi tahap preparasi sampel
(simplisia), ekstraksi senyawa metabolit sekunder, dan tahap pemisahan atau
pemurnian.
14
DAFTAR PUSTAKA
Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia, edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Halaman. 9, 755, 902
Ditjen POM. (1986). Sediaun Galenik. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman. 10-11.
Ditjen POM. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Cetakan Pertama.
Jakarta: Departeman Kesehatan RI. Halaman. 10-12.
15
Elfita, Munawar, Muharni, and Suprayetno. 2013. New Pyran of An Fungus Fusarium sp
Isolated from The Leaves of Brotowali (Tinaspora crispa). Indonesian journal of Chemistry.
13(3):209-215.
Muharni,dkk.2015.isolasi senyawa metabolit sekunder dari ekstrak n-heksana batang tumbuhan
brotowali (Tinaspora crispa).jurnal ilmiah kimia molekul.ISSN:1907-9761.
16