Professional Documents
Culture Documents
PENERAPAN
TEORI
WATSON
DALAM
KASUS
DI
RUMAH
SAKIT
Berikut ini akan diberikan sebuah contoh kasus. Pada kasus ini akan diterapkan proses
keperawatan berdasarkan teori Watson. Proses keperawatan pada kasus ini didasarkan pada
aplikasi teori Watson dalam George (1995). Empat derajat kebutuhan digunakan dalam tahap
pengkajian dan sepuluh faktor karatif digunakan dalam tahap perencanaan dan implementasi.
Diagosa keperawatan yang diangkat dan dibahas pada aplikasi dalam kasus ini hanya satu saja
dengan maksud sebagai proritas penyelesaian. Diagnosa keperawatan lain dapat saja dirumuskan
dan diselesaikan dengan menggunakan metode yang sama dengan diagnosa keperawatan yang
dibahas
dibawah
ini.
Adapun
kasus
tersebut
adalah
Ny. S, 70 tahun dilarikan ke sebuah rumah sakit pemerintah oleh para tetangganya karena sesak
nafas dan batuk-batuk berdahak saat sedang mencuci pakaian di depan rumahnya. Ny. S tampak
kurus, kulit kering, badan lemah dan muka pucat. Para pengantar mengatakan selama ini Ny. S
tinggal sendiri di rumah dan tidak punya keluarga lagi. Ny. S termasuk kurang mampu. Ny. S
sehari-hari bekerja sebagai pengumpul botol-botol yang akan dijual kepada pabrik pengolah
plastik. Ny. S tinggal di rumah sempit dan kurang ventilasi. Dari hasil pemeriksaan saat masuk
rumah sakit didapatkan data tekanan darah 80/60 mmmHg, nadi 100 kali/menit, suhu 37 derajat
Celcius, pernafasan 25 kali/menit, dan sklera tampak pucat. Hasil pemeriksaan laboratorium
darah didapatkan Hb 10 gr/dl, Ht 33%, leukosit 10000 ul dan trombosit 140.000 ul, dan albumin
diperiksa dengan hasil 3 gr/dl. Dari hasil rontgen dada menunjukkan adanya TB paru.
Proses
keperawatan
Proses
menurut
teori
Keperawatan
Watson
untuk
kasus
Aplikasi
Ny.
adalah
Teori
Pengkajian
Kebutuhan
derajat
lebih
rendah
(Biofisik) Bagaimana Ny. S melihat dirinya?Apakah tinggi badan, berat badan, hasil
pemeriksaan fisik Ny. S normal?Apakah Ny. S cukup makan dan minum untuk mempertahankan
kondisi tubuh yang normal?Apakah pola eliminasi dan pernafasan Ny. S normal?
Kebutuhan
derajat
lebih
rendah
(Psikofisik) Apakah citra tubuh Ny. S positif?Apakah dia berpartisipasi dalam aktifitas yang
biasa pada seusianya?apakah evaluasi hasil nilai lab dalam batas normal?Bagaimana kehidupan
seksualitasnya?
Kebutuhan
derajat
(Psikososial)
Apakah
lebih
hubungan
memuaskan?Apakah
Ny.
kondisi
membuatnya
tinggi
dengan
kurang
mampu
terhambat?Apakah
lingkungannya
memfasilitasi
pertumbuhan
dirinya?Apakah
merasa
dicintai
dan
Kebutuhan
sesama
derajat
dia
mencintai?
lebih
tinggi
Ny.
Diagnosa
Keperawatan
dengan
merasa
Bersihan
sekret
jalan
yang
mencapai
nafas
tebal
batuk
tidak
tujuannya?
efektif
dan
berhubungan
kental,
usaha
efektif
Perencanaan
lemah.
dan
Penggunaaan
faktor
karatif
Pemahaman
Implementasi
Membangun
empatik.
saling
melalui
tentang
lingkungan
caring
Membangun
mendorong
kondisi
melalui
hubungan
ekspresi
perasaan
tubuhnya.gunakan
kehangatan,
dan
mengembangkan
kepuasan
diri.
rate,
kepuasan
diri
Kaji
irama,
diri.
lebih
fungsi
dari
sekedar
respirasi,
kedalaman
Penekanan
seperti
dan
pada
kesempurnaan
suara
nafas,
penggunaan
otot
pernafasan.
Catat
karakter,
Tempatkan
klien
Keluarkan
jika
ml/hari
jumlah
klien
dengan
sekret
perlu.
adanya
hemoptisis.
posisi
semi
fowler.
latihan
batuk
dan
nafas
jika
mulut
dan
intake
tidak
beri
Beri
dengan
dalam.
Suction
cairan
2500
kontraindikasi.
udara/oksigen
yang
sesuai
bronkodilator.
Kaji
trakea.
ada
obat-obatan
mukolitik,
Bantu
efektif,
pada
Pertahankan
dilembabkan.
batuk
sputum,
dari
Kolaborasi:
seperti
kemampuan
indikasi.
Siapkan
intubasi
atau.
darurat.
Evaluasi Apakah hubungan saling percaya telah tercapai? Apakah Ny. S telah menunjukkan
tanda-tanda normal dalam area yang dikaji, biofisik, psikofisik, psikososial, intrapersonal?
Apakah Ny. S telah belajar usaha untuk dapat menjalani hidup dengan sukses? Kriteria evaluasi,
jalan nafas paten, sekret dikeluarkan tanpa bantuan, menunjukkan perilaku mempertahankan
jalan nafas yang bersih, berpartisipasi dalam perawatan sesuai kemampuan, mengidentifikasi
komplikasi
dan
melakukan
tindakan
yang
tepat.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, salah satu kelemahan teori Watson menurut George
(1995) adalah lebih menekankan pada kebutuhan psiksosial. Sebenarnya perawat juga perlu
memahami kebutuhan psiksosial klien, karena selama ini lebih perawat lebih banyak berfokus
hanya kepada kebutuhan biofisik klien. Meskipun demikian dalam teori Watson juga terdapat
pengkajian kebutuhan biofisik dan penyelesaian masalah dalam hal pemuasan kebutuhan semua
aspek termasuk biofisik. Namun untuk lebih saling menguatkan, salah satu cara untuk menutupi
kelemahan teori Watson ini dalam penerapan teori ini di dalam praktik adalah dengan
mengkombinasikan atau memodifikasi teori ini dengan konsep atau teori lain yang lebih
menekankan pada kebutuhan biofisik dan kebutuhan lain sehingga dapat saling mengisi dan
melengkapi. Setiap ahli teori memiliki penekanan tersendiri dalam teori yang disampaikannya
sesuai dengan latar belakang kelimuan dan pengalamannya.. Penjelasan lebih rinci dalam
penerapan teori Watson untuk kasus diatas akan dijelaskan dalam bab selanjutnya.
BAB
III
PEMBAHASAN
A.
ANALISIS
PENERAPAN
TEORI
Teori Watson lebih menekankan caring dalam praktik keperawatan. Watson percaya caring
adalah inti dari praktik keperawatan. Selain itu Watson juga menekankan bahwa praktik perawat
yang professional adalah praktik yang menggabungkan ilmu, seni, nilai kemanusiaan dan human
care. Pada penerapan teori Watson pada kasus diatas semua faktor ini berusaha untuk
digabungkan
dan
diselaraskan
dalam
bentuk
proses
keperawatan
yang
holistik.
Pada pengkajian terdapat empat derajat kebutuhan yang digunakan dalam teori Watson. Pada
kasus diatas, untuk kebutuhan derajat lebih rendah berupa kebutuhan biofisik yang perlu dikaji
dari klien adalah yang berhubungan dengan kebutuhan untuk mempertahankan kehidupan yang
berkaitan dengan makan, minum, eliminasi dan ventilasi. Untuk itu perlu dikaji bagaimana klien
memandang kondisi badannya, berapa berat badan, tinggi badan, apakah seimbang keduanya.
Perawat perlu melakukan pemeriksaan fisik menyeluruh pada tubuh klien ,meliputi inspeksi,
palpasi, perkusi dan auskultasi pada berbagai sistem tubuh. Pemeriksaan fisik head to toe perlu
dituntaskan. Selain itu perawat perlu mengkaji pola makan dan minum klien, apakah asupan
makan klien cukup gizi, apakah asupan cairan klien cukup dan sesuai untuk berat badan dan
usianya. Perlu juga diketahui pola eliminasi dan respirasi klien, keluhan-keluhan terhadap
sistem-sistem tubuh klien perlu diketahui perawat. Perawat juga perlu mendapat informasi yang
cukup tentang kondisi di rumah dan lingkungan yang terkait dan mempengaruhi fungsi fisiologis
atau
biofisik
dari
semua
unsur
tubuh
klien.
Perawat memerlukan ilmu yang memadai untuk menilai apakah hasil pemeriksaan yang telah
dilakukannya terhadap klien menunjukkan hasil normal atau tidak. Disinilah pentingnya perawat
memiliki ilmu keperawatan yang tinggi dan analisis yang tajam. Perawat harus memahami
bahwa hubungan perawat-klien yang saling percaya dan membantu perlu dikembangkan sejak
kontak awal dengan klien. Perawat harus menujukkan sikap caring sedini mungkin kepada klien.
pada kasus diatas klien adalah lansia, sehingga perawat perlu memahami konsep dasar tentang
lansia dan kondisinya supaya dapat melakukan pengkajan dengan lancar dan tepat.
Pengkajian selanjutnya berupa pengkajian kebutuhan derajat lebih rendah berupa kebutuhan
psikofisik. Kebutuhan ini menggambarkan kebutuhan fungsional dari diri klien meliputi
kebutuhan aktifitas-inaktifitas dan kebutuhan seksualitas. Pengkajian yang perlu dilakukan pada
bagian ini meliputi pandangan klien terhadap citra dirinya, apakah klien berpartisipasi dalam
aktifitas sesuai dengan usianya dan apakah hasil laboratorium menunjukkan hasil yang normal
atau tidak. Bagaimana pandangan dan kondisi kehidupan seksualitas klien. Juga perlu dikaji
keterbatasan klien dalam melakukan aktifitas sesuai usianya, apa yang telah dan dapat
dilakukannya
dan
apa
yang
belum
atau
tidak
dapat
dilakukannya.
Pada pengkajian kebutuhan derajat lebih tinggi yaitu kebutuhan psikososial, yang perlu dikaji
perawat berdasarkan teori Watson adalah yang terkait dengan kebutuhan fungsional. Perawat
yang bertugas merawat klien diatas perlu mengkaji apakah hubungan klien dengan rekan
seusianya memuaskan, apakah sesak nafas yang dialami menghambat hidupnya. Selain itu
apakah lingkungan sekitarnya memfasilitasi dirinya untuk menjalani hidup dan mencapai tujuan
serta dapat bergabung dengan lingkungan itu. Perlu juga dikaji apakah klien merasa dapat
mencintai
dan
dicintai.
Pada pengkajian kebutuhan derajat yang tertinggi menurut Watson yaitu kebutuhan aktualisasi
diri perawat perlu mengkaji bagaimana perasaan klien terhadap dirinya, apakah klien menyukai
dunia yang dijalaninya, dan apakah klien telah merasa mencapai tujuan dirinya. Pada intinya
pengkajian bagian ini ingin melihat sejauh mana klien memandang dirinya telah atau belum
mencapai aktualisasi diri dalam hidupnya. Pada kasus diatas klien termasuk usia lansia yang
mungkin memiliki pandangan aktualisasi diri yang berbeda dengan klien yang lebih muda.
Sekali lagi, diperlukan pengetahuan perawat yang memadai dalam memandang dan menghadapi
berbagai
keragaman
klien
sebagai
makhluk
yang
unik.
Menurut Watson, setelah dilakukan pengkajian kemudian dibuat perencanaan dan dilakukan
implementasi dari rencana yang telah dibuat. Hasil pengkajian dianalisa untuk kemudian dibuat
perencanaan yang tepat sehingga dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Dari hasil pengkajian
menyeluruh terhadap klien pada kasus diatas yaitu Ny. S dapat dirumuskan salah satu diagnosa
keperawatan yaitu bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekret yang tebal dan
kental, usaha, batuk efektif lemah. Setelah merumuskan diagnosa keperawatan, kemudian
disusun rencana asuhan keperawatan. Pada kasus ini, rencana asuhan keperawatan
dikombinasikan antara rencana tindakan berdasarkan teori Watson yang lebih menekankan pada
aspek psikologis dan rencana tindakan yang lebih menekankan pada biofisik yang diambil dari
buku rencana asuhan keperawatan Doenges dkk (1993). Untuk dapat menerapkan teori Watson
dengan efektif dan tepat, sepuluh faktor karatif dan asumsi Watson terhadap caring perlu menjadi
landasan yang kuat dalam impelementasi rencana asuhan keperawatan tersebut. Rincian rencana
keperawatan seperti yang telah dijabarkan pada proses keperawatan pada kasus tersebut.
Setelah rencana tindakan diimplementasikan kemudian dilakukan evaluasi terhadap hasil
implementasi yang dilakukan perawat tersebut. Untuk mengevaluasi ditetapkan kriteria evalusi
dan hal-hal apa saja yang akan dievalusi. Hasil evalusi selanjutnya akan dijadikan masukan
untuk membuat perencanaan berikutnya. Dari hasil evaluasi ini bisa saja timbul rencana baru
atau melanjutkan rencana sebelumnya. Ini tergantung hasil evaluasi yang dilakukan perawat.
Hal penting yang perlu dipahamai dalam menerapkan teori Watson dalam praktik keperawatan di
rumah sakit atau sarana pelayanan kesehatan lain adalah perlunya kerjasama dari berbagai unsur
dalam insitusi tersebut. Misalnya dalam membuat formulir pengkajian, perencanaan dan
implementasi dan evaluasi harus disesuaikan dengan yang dipaparkan dalam teori Watson. Untuk
itu perlu diskusi dan persamaan persepsi tentang cara mengaplikasikan teori ini. Selain itu,
seperti yang telah disampaikan sebelumnya, sebaiknya penerapan teori ini juga dikombinasikan
atau dimodifikasi dengan teori lain sehingga akan menghasilkan bentuk aplikasi teori dalam
praktik keperawatan yang lebih komprehensif dan saling mengisi dan melengkapi kekurangan
dari
teori
yang
digunakan.
Perlu diketahui bahwa setiap ahli keperawatan yang menghasilkan teori keperawatan, memiliki
latar belakang pendidikan dan pengalaman serta kecenderungan yang berbeda-beda sehingga
teori yang dihasilkan juga akan cenderung pada latar belakang para ahli itu masing-masing.
Seperti teori Watson ini lebih menekankan pada aspek psikologis karena Watson memiliki latar
belakang pendidikan yang lebih kuat pada bidang keperawatan psikologis-mental sehingga jika
teorinya lebih menekankan pada aspek psikologis keperawatan. Oleh karena itu perawat harus
membiasakan diri untuk berdiskusi bersama rekan sejawat dan bila perlu melibatkan para pakar
untuk menentukan teori apa yang baik dan sesuai untuk diterapkan, sesuai dengan kondisi dan
situasi
institusi
pelayanan
tempat
perawat
BAB
tersebut
bekerja.
IV
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Pada dasarnya semua teori keperawatan yang telah diciptakan oleh para pakar keperawatan
adalah hasil yang baik karena telah melalui tahap-tahap metode ilmiah yang sistematis. Teori
yang mereka hasilkan juga telah melaui suatu proses panjang untuk dapat diakui oleh komunitas
keperawatan di seluruh dunia sebagai bagian dari teori keperawatan. Hal yang perlu dilakukan
oleh komunitas perawat terutama perawat di Indonesia adalah terus berusaha menerapkan teori
yang telah ada dalam praktik keperawatan. Praktik keperawatan yang baik dan professional
hanya praktik yang didasarkan pada nilai-nilai perawat professional yang salah satunya tercermin
dalam teori keperawatan. Untuk itu salah satu cara meningkatkan kualitas pelayanan atau asuhan
keperawatan adalah dengan menerapkan praktik keperawatan yang berdasarkan teori
keperawatan, bukan praktik yang berdasarkan perintah atau order dokter, atau praktik
keperawatan yang hanya berdasarkan rutinitas semata. Inilah yang dinamakan Evidence based
practice, yang menjadi salah satu kunci berhasilnya perkembangan keperawatan di luar negeri.
Jean Watson telah memberikan salah satu pilihan bagi perawat di Indonesia untuk mulai
menerapkan praktik keperawatan yang berdasarkan teori dengan menciptkan teori yang telah
diakui komunitas perawat di dunia, yaitu Philosophy and Science of Caring. Sekarang semua
kembali kepada diri perawat sendiri, apakah sudah siap dan mulai berpikir untuk menerapkan
teori yang telah ada di instistusinya. Kerjasama dan dukungan dari berbagai pihak sangat
diperlukan untuk menjadikan praktik keperawatan yang professional dan berkualitas dapat
diwujudkan.
B.
SARAN
1. Perlu dilakukan pendidikan dan pelatihan berkelanjutan bagi perawat untuk meningkatkan
pengetahuan perawat tentang teori keperawatan yang telah ada sehingga dapat menambah
wawasan
dan
pengetahuan
perawat.
2. Perlu dukungan dan bantuan dalam berbagai bentuk dari organisasi profesi, institusi
pendidikan tinggi keperawatan dan birokrasi agar praktik keperawatan yang berdasarkan teori
dapat
diwujudkan.
3. Perlu adanya wadah atau forum diskusi bagi perawat di masing-masing institusi pelayanan
atau komunitas perawat terdekat untuk bertukar pikiran tentang cara dan bagaimana praktik
keperawatan yang berdasarkan teori atau evidence based practice dapat diwujudkan.