You are on page 1of 11

A.

HAMBATAN DALAM PROSES KOMUNIKASI


Komunikasi dalam prosesnya, ada saja beberapa hal yang
merintangi atau menghambat tercapainya tujuan dari proses komunikasi.
Hambatan atau rintangan dalam komunikasi bisa berasal dari pribadi
komunikan dan komunikator, lingkungan dan lain sebagainya. Janes G dan
Robbins S berpendapat suatu sebab utama dari kemacetan komunikasi,
adalah kebisingan, bunyi atau suara yang ribut, yang dalam konteks ini
berarti segala sesuatu yang mengganggu penyampaian atau penerima
penerimaan pesan. Adapun beberapa hambatan yang sangat mempengaruhi
proses komunikasi, yaitu :
1. Faktor Teknis
Faktor faktor yang bersifat teknis yaitu kurangnya penguasaan
teknis komunikasi. Teknis komunikasi mencakup unsur unsur
yang ada dalam komunikator dikala mengungkapkan pesan
menjadi lambang lambang, serta kejelian dalam memilih
saluran dan juag metode penyampaian pesan.
2. Faktor Perilaku
Bentuk dari perilaku yang dimaksud adalah

perilaku

komunikasi yang bersifat: pandangan yang bersifat apriori,


prasangka yang didasarkan atas emosi, suasana yang otoriter,
ketidak mampuan untuk merubah walaupun salah, sifat yang
egosentris.
3. Faktor Situasional
Kondisi dan stuasi yang menghambat komunikasi, misalnya
seperti situasi ekonomi, sosial, politik dan keamanan.
4. Keterbatasan Waktu
Sering karena keterbatasan waktu orang tidak berkomunikasi,
atau berkomunikasi secara tergesa-gesa, yang tentunya tidak
akan bisa memenuhi persyaratan persyaratan komunikasi.
5. Jarak Psikologi atau Status Sosial
Jarak psikologi biasanya terjadi akibat adanya beberapa status,
yakni status sosial maupun status dalam pekerjaan. Misalnya,

seseorang pesuruh akan sulit berkomunikasi dengan seorang


Menteri dikarenakan adanya jarak psikologis.
6. Adanya Evaluasi Terlalu Dini
Seringkali orang sudah mempunyai prasangka, atau sudah
menarik suatu kesimpulan sebelum menerima keseluruhan
informasi atau sebuah pesan. Hal ini jelas dapat menghambat
komunikasi yang baik.
7. Lingkungan Yang Tidak Mendukung
Komunikasi interpersonal akan lebih efektif jika dilakukan
dalam lingkungan yang menunjang, adapun beberapa contoh
suasana lingkungan yang tidak menunjang atau mendukung,
seperti keadaan suhu (terlalu panas atau terlalu dingin),
keadaan ribut atau bising, dan lingkungan fisik yang tidak
mendukung (ruang terlalu sempit atau kurang keleluasaan
pribadi).
8. Keadaan Komunikator
Keadaan fisik dan perasaan komunikator sangat berpengaruh
terhadap berhasil atau tidaknya komunikasi itu sendiri.
Misalnya, komunikator sedang mempunyai masalah pribadi
hingga pikiran kacau. Hal ini akan mengakibatkan pesan yang
disampaikannya

jugakacau,

tidak

sistematis

hingga

membingungkan pendengar/sasaran. Atau komunikator sedang


sakit, juga mempengaruhi komunikasi, atau kalau komunikator
mempunyai cacat seperti suara sengau, gagap dan sebagainya
akan mengakibatkan pesan pesan yang disampaikan tidak jelas
tertangkap oleh sasaran.
9. Gangguan Bahasa
Komponen semantik adalah gangguan semantik merupakan
gangguan komunikasi yang disebabkan karena kesalahan
bahasa yang dipergunakan (Blake, 1979). Gangguan semantik
sering terjadi karena kata-kata yang digunakan terlalu banyak
menggunakan bahasa asing sehingga sulit dimengerti oleh
khalayak tertentu, bahasa yang digunakan pengirim berbeda
dengan bahasa yang digunakan oleh penerima,

10. Rintangan Fisik


Rintangan fisik merupakan rintangan yang disebabkan karena
kondisi geografis, misalnya jarak yang sehingga sulit dicapai,
tidak adanya sarana kantor pos, telepon dan sebagainya.
Dengan komunikasi antar manusia rintangan fisik bisa juga
diartikan karena adanya gangguan organik, yakni tidak
berfungsinya salah satu panca indra penerima.
11. Rintangan Kerangka Berpikir
Rintangan yang disebabkan karena kondisi daya pikir
seseorang

dalam

mengemukakan

gagasannya

misalnya

kurangnya wawasan, gugup, tingkat pendidikan, kurang


berorganisasi, kurang bergaul.
12. Faktor Kelebihan Informasi
Setiap pribadi memiliki kapasitas yang terbatas untuk
memproses data. Ketika informasi yang haru kita olah melebihi
kapasitas pemrosesan, hasilnya adalah kelebihan informasi
(information overloaded). Dengan e-mail, pesan instan,
panggilan telepon, faks, pertemuan dan kebutuhan untuk selalu
mengikuti perkembangan termutakhir dalam bidang kerja
seseorang, manajer dan profesional sekarang memiliki potensi
yang sangat besar untuk mengalami kelebihan informasi.
13. Faktor Emosi
Apa yang tengah dirasakan oleh penerima ketika memerima
suatu

komunikasi

akam

mempengaruhi

cara

ia

menerjemahkannya. Pesan yang sama yang diterima pada saat


anda marah atau bingung tak jarang diterjemahkan secara
berbeda dari ketika anda sedang bahagia. Emosi-emosi ekstrem
seperti rasa girang alang bukan kepalang atau depresi memiliki
potensi yang sangat besar untuk mengahmabat komunikasi
yang efektif. Dalam keadaan semacam itu, kita cenderung
mengabaikan proses pemikiran rasional dan objektif kita serta
menggantikannya dengan penilaian emosional.
14. Kesulitan Komunikasi

Hambatan utama komunikasi efektif yang lain adalah bahwa


beberapa orang diperkirakan antara 5 sampai 20 persen dari
populasi menderita kesulitann komunikasi (communication
apprehension) atau kegelisahan yang melemahkan. Meskipun
banyak orang takut untuk berbicara di depan suatu kelompok,
kesulitan komunikasi merupakan masalah yang lebih serius,
karena hal ini mempengaruhi seluruh kategori teknik
komunikasi.

Penderitanya

merasakan

ketegangan

dan

kegelisahan yang tidak semestinya dalam komunikasi lisan,


tertulis, atau keduanya. Sebagai contoh, orang-orang yang
menderita kesulitan komunikasi lisan akan merasakan kesulitan
yang besar untuk berbicara dengan orang lain secara tatap
muka atau menjadi sangat gelisah ketika harus menggunakan
telepon. Akibatnya, mereka lebih suka menggunakan memo
atau faks untuk menyampaikan pesan ketika panggilan telepon
mungkin tidak hanya lebih cepat tetapi juga lebih pantas.

Menurut

Mangkunegara

(2009:148),

hambatan

yang

mempengaruhi proses komunikasi, yaitu sebagai berikut :


1. Pihak sekunder atau komunikator, yaitu keterampilan, sikap,
pengetahuan sender, media saluran yang digunakan.
2. Pihak receiver, yaitu keterampilan receiver sikap receiver,
pengetahuan receiver, dan media saluran komunikasi.
Secara umum hambatan yang sering terjadi selama komunikasi
adalah sebagai berikut :
1.
2.
3.

Kurangnya penggunaan sumber komunikasi yang tepat.


Kurangnya perencanaan dalam berkomunikasi.
Penampilan, sikap dan kecakapan yang kurang tepat selama

4.

berkomunikasi.
Kurangnya pengetahuan.

5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.

Perbedaan persepsi.
Perbedaan harapan.
Kondisi fisik dan mental yang kurang baik.
Pesan yang tidak jelas.
Prasangka yang buruk
Transmisi/ media yang kurang baik.
Penilaian yang prematur.
Tidak ada kepercayaan.
Ada ancaman.
Perbedaan status, pengetahuan, dan bahasa.
Distorsi.

B. UPAYA-UPAYA UNTUK MENGATASI HAMBATAN


Untuk mengatasi hambatan tersebut dapat ditanggulangi cara
sebagai berikut :
1.
Mengecek arti atau maksud yang disampaikan
2.
Meminta penjelasan lebih lanjut
3.
Mengecek umpan balik atau hasil
4.
Mengulangi pesan yang disampaikan memperkuat dengan
5.
6.
7.
8.

bahasa isyarat
Mengakrabkan antar pengirim dan penerima
Membuat pesan secara singkat, jelas dan tepat
Mengurangi informasi/ pesan yang meluas
Menggunakan orientasi penerima.

Secara umum, kekurangan yang terjadi dalam proses komunikasi


dapat diperbaiki dengan cara berikut:
Meningkatkan kesadaran diri. Kesadaran diri merupakan hal utama
untuk memperbaiki kekurangan yang terjadi selama komunikasi.
Kesadaran diri dapat muncul apabila ada pengetahuan dan kemauan yang
cukup untuk memperbaiki kualitas komunikasinya. Kesadaran diri dapat
diingatkan melalui belajar kepada orang lain, mempelajari diri sendiri

terhadap saran, kritik atau perubahan-perubahan yang terjadi. Faktor-faktor


pribadi perawat yang harus disadari adalah tentang sikap, nilai-nilai,
kepercayaan,

perasaan

dan

perilaku.

Komunikasi

yang

efektif

membutuhkan orang-orang yang terlibat didalamnya memaksimalkan


kesadaran

dirinya.

memahamiorang

Roger

lain

(1967)

menekankan

bahwa

proses

komunikasi,

kesadaran

dalam

untuk
atau

pemahaman terhadap diri sendiri adalah prasyarat yang penting. Seorang


perawat dapat berkomunikasi secara baik dengan klien bila mempunyai
kesadaran diri yang baik.
Melatih keterampilan interpersonal. kemampuan berkomunikasi
yang baik, sistematis, sopan merupakan modal utama perawat dalam
menjalin hubungan interpersonal. Kemampuan tersebut perlu ada upaya
pembelajaran dan pelatihan yang tidak mudah dan butuh waktu yang tidak
pendek. Seorang anak yang sejak kecil diajarkan bertutur kata yang baik,
halus, sopan santun, dapat membedakan bagaimana berkomunikasi dengan
teman sebaya, dengan orang tua, atau dengan orang yang bru dikenal
merupakan

keterampilan

yang

perlu

di

biasakan.

Membiasakan

komunikasi yang baik akan sangat mempengaruhi kualitas komunikasi


yang diharapkan. Meningkatkan keterampilan berkomunikasi dapat
dilakukan secara terstruktur melalui wadah pembelajaran dan pelatihan
terencana maupun dengan cara pengenalan dan kebiasaan yang secara
alami terjadi seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan individu.
Untuk mendapatkan hasil komunikasi yang efektif maka seorang perawat
perlu meningkatkan ketrampilan komunikasi tersebut secara terstruktur
dan terencana, misalnya bagaimana strategi yang efektif dalam
berkomunikasi dengan pasien anak-anak, pasien dewasa, atau pasien lansia
dengan berbagai karakteristiknya masing-masing. Egan (1985) dan
Dickson (1989) menjelaskan bahwa untuk meningkatkan ketrampilan
interpersonal dilakukan melalui tahap-tahap pelatihan sebagai berikut :

a. mengidentifikasi tingkat ketrampilan verbal dan nonverbal seseorang


b.
c.
d.
e.
f.

dalam kontek komunikasi


mengidentifikasi bagaimana menggunakan ketrampilan tersebut
mempraktikan ketrampilan
Mengevaluasi praktik melalui umpan balik yang terfokus
Mengevaluasi proses pelatihan
Menerapkan komunikasi langsung pada pasien atau orang lain.
Meningkatkan pengetahuan tentang konsep. Paling tidak ada dua

hal yang harus diketahui oleh seorang perawat agar terhindar dari
hambatan-hambatan

komunikasi.

Pertama

adalah

pengetahuan

perawattentang topik atau materi yang dikomunikasikan. Pengetahuan ini


sangat membantu kelancaran perawat dalam melaksanakan komunikasi.
Kedua pengetahuan tentang strategi yang tepat dalam berkomunikasi.
Strategi komunikasi sangat tergantung pada tujuan tindakan atau intervensi
yng akan dilakukan.heron (1990) mengkategorikan enam intervensi yang
melibatkan ketrampilan dan strategi khusus dalam berkonikasi antara lain :
a.

Intervensi preskriptif, yaitu intervensi komunikasi yang bertujuan


untuk

b.

mengarahkan

perilaku

orang

lain.

Misalnya

perawat

menganjurkan pasien untuk umum obat atau makan secara teratur.


Intervensi informatif,. Contoh dari intervensi komunikasi ini adalah
perawat menjelaskan tentang prosedur tindakan keperawatan yang

c.

akan dilakukan.
Intervensi konfrontatif, bertujuan menantang sudut pandang , sikap
atau perilaku klien, misalnya perawat melarang klien yang akan turun
dari tempat tidur meskipun klien mengaku mampu dan tidak akan

d.

terjadiapa-apa bila beraktifitas.


Intervensi katartik, komunikasi yang bertujuan untuk memberi ruang
atau

kesempatan.

Bahkan

kalau

diperlukan

mengajak

klien

mengungkapkan apa yang dirasakan klien atau keluarganya. Misalnya:


silahkan ibu mengungkapkan semua perasaan ibu kalau memang itu
e.

yang terbaik.
Intervensi katalitik, intervensi ini bertujuan untuk membantu klien
mengeluarkan informasi dan pemahaman diri klien, misalnya Bisa

ibu jelaskan, apa yang saya sampaikan tadi, apa resikonya bila makan
f.

tidak teratur?
Intervensi suportif, yaitu intervensi untuk menguatkan arti diri atau
kondisi yang dialami oleh klien. Intervensi ini biasanya digunakan
pada saat konseling.
Memperjelas tujuan interaksi. Salah satu tanda komunikasi yang

efektif adalah tercapainya tujuan komunikasi. Kejelasan komunikasi


membantu perawat untuk tetap fokus dalam berkomunikasi hingga tujuan
komunikasi tercapai. Tujuan interaksi dapat dicapai apabila komunikasi
dilaksanakan pada situasi dan kondisi yang tepat, dan strategi intervensi
komunikasi yang digunakan juga efektif.

DAFTAR PUSTAKA

Faisal, Irman. Hambatan-Hambatan Komunikasi. 17 September 2016.


http://www.irmanfsp.com/2015/08/hambatan-hambatan-komunikasi.html
Mundakir. 2006. Komunikasi Keperawatan Aplikasi Dalam Pelayanan.
Yogyakarta: Graha Ilmu
Rahmat, Muhammad. Hambatan Terjadinya Komunikasi. 17 September 2016.
http://www.em-rahmat.com/2014/01/hambatan-terjadinya-komunikasiyang.html.

HAMBATAN KOMUNIKASI

OLEH KELAS 2.3 D-III KEPERAWATAN


PUTU BELLA DANIES APSARI

(P07120015082)

NI PUTU HERA WAHYU ASTIANI

(P07120015104)

DEWA AYU LILIK SARASWATI

(P07120015111)

NI PUTU EKA PRADNYA KARTINI

(P07120015113)

NI KETUT ARI PRATIWI

(P07120015117)

POLTEKKES KEMENKES DENPASAR

PROGRAM STUDI D-III JURUSAN KEPERAWATAN


TAHUN AJARAN 2016/2017

You might also like